Perusahaan: AIA

  • 476 Keluarga Korban Bencana Agam Siap Direlokasi di Huntara

    476 Keluarga Korban Bencana Agam Siap Direlokasi di Huntara

    Lubuk Basung, Beritasatu.com – Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kabupaten Agam, Sumatera Barat, mencatat 476 dari 539 keluarga korban bencana alam di daerah tersebut menyatakan bersedia tinggal di hunian sementara (huntara) yang akan segera dibangun oleh pemerintah.

    “Sebanyak 476 keluarga ini telah menandatangani surat pernyataan tinggal di hunian sementara,” kata Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Kabupaten Agam, Rinaldi, di Lubuk Basung, dikutip dari Antara pada Senin (15/12/2025).

    Rinaldi menjelaskan, ratusan keluarga tersebut tersebar di sejumlah kecamatan terdampak bencana. Di Kecamatan Palembayan, sebanyak 225 keluarga akan direlokasi ke hunian sementara yang dibangun di SDN 05 Kayu Pasak Nagari Salareh Aia serta lapangan bola voli Batu Mandi Nagari Salareh Aia Timur.

    Sementara itu, di Kecamatan Tanjung Raya, sebanyak 183 keluarga direlokasi ke hunian sementara yang berlokasi di Linggai Park Nagari Duo Koto. Adapun di Kecamatan Ampek Koto, terdapat 54 keluarga yang akan menempati hunian sementara di lahan DOB Nagari Balingka.

    Selain itu, Kecamatan Malalak juga menjadi lokasi relokasi bagi 14 keluarga yang akan menempati hunian sementara di lapangan Lampeh Jorong Bukik Malanca, Nagari Malalak Timur.

    “Data ini merupakan hasil validasi dari pemerintah nagari. Untuk lahan telah kita tinjau bersama camat dan wali nagari,” ujar Rinaldi.

    Ia menambahkan, secara keseluruhan terdapat 539 keluarga yang rumahnya mengalami rusak berat, berada di zona merah di sepanjang aliran sungai, serta di kawasan tepi bukit yang berpotensi longsor. Namun, dari jumlah tersebut, hanya 476 keluarga yang bersedia direlokasi, sementara 63 keluarga lainnya menolak relokasi.

    Dalam waktu dekat, pemerintah daerah akan melakukan survei detail ke masing-masing lokasi hunian sementara. Proses pembangunan huntara sendiri akan dilakukan bekerja sama dengan TNI, guna mempercepat penyediaan tempat tinggal layak bagi para korban bencana.

    “Sesampai di lokasi langsung dibangun hunian sementara dan ditargetkan selesai menjelang akhir Desember 2025,” katanya.

    Ia menjelaskan, hunian sementara yang dibangun bertipe 21, dilengkapi dengan dapur, akses jalan, serta fasilitas pendukung lainnya. Pendanaan pembangunan huntara tersebut bersumber dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

    Hunian sementara ini akan menjadi tempat tinggal korban bencana hingga hunian tetap selesai dibangun. Pemerintah Kabupaten Agam merencanakan pembangunan hunian tetap bagi para korban pada tahun 2026 mendatang.

  • Bahlil Gerak Cepat Salurkan Bantuan dan Pulihkan Energi Aceh-Sumatera

    Bahlil Gerak Cepat Salurkan Bantuan dan Pulihkan Energi Aceh-Sumatera

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia terus membantu masyarakat terdampak bencana hidrometeorologi di Aceh dan Sumatera. Sejak kunjungan lapangan awal Desember 2025, berbagai bantuan kemanusiaan serta pemulihan pasokan dan infrastruktur energi dilakukan secara bertahap di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

    Di Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, realisasi bantuan telah terealisasi. Hingga Sabtu (13/12/2025), sebanyak 100 tenda telah tiba dan diserahkan kepada pemerintah daerah untuk segera didistribusikan kepada warga terdampak.

    Sementara itu, 156 tenda lainnya masih dalam perjalanan dari Bandara Minangkabau menuju Batang Toru. Keterlambatan pengiriman disebabkan antrean kargo udara serta medan distribusi yang cukup sulit.

    Ketua Tim ESDM Siaga Bencana, Rudy Sufahriadi, menjelaskan bantuan yang dikirim ke Sumatera Utara tidak hanya berupa tenda, tetapi juga berbagai peralatan pendukung lainnya.

    “Untuk di Sumatera Utara, Kementerian ESDM mengirimkan bantuan berupa genset sebanyak 10 unit, matras angin 77 buah, Starlink lima unit, jet cleaner 10 unit, gergaji mesin sembilan unit, lampu emergency sebanyak tiga box, dan tenda sebanyak 256 set,” jelas Ketua Tim ESDM Siaga Bencana Rudy Sufahriadi, di Jakarta, Sabtu (13/12/2025).

    Secara operasional, pemulihan infrastruktur energi di Sumatera Utara hampir sepenuhnya rampung. Seluruh 406 SPBU, 383 agen LPG, dan 46 SPBE telah kembali beroperasi. Pasokan listrik juga sudah menjangkau hampir seluruh pelanggan di wilayah terdampak.

    Dapur Umum dan Listrik Aceh Jadi Prioritas

    Di Aceh, Menteri ESDM meminta tim ESDM Siaga Bencana mendirikan dan mengoperasikan posko dapur umum di Kabupaten Bireuen sejak Rabu (3/12/2025). Posko ini berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan ribuan pengungsi dan warga terdampak bencana.

    Pemulihan pasokan listrik di Aceh juga terus dipercepat. Progres pemulihan transmisi Brandan–Langsa telah mencapai sekitar 85% dan ditargetkan kembali tersambung dengan sistem kelistrikan Sumatera Utara pada 17 Desember 2025.

    “Pemulihan listrik di Aceh ini menjadi perhatian utama Kementerian ESDM. Berbagai upaya dilakukan untuk mengembalikan pasokan listrik sebagaimana mestinya. Penyambungan transmisi dengan sistem Sumut sedang dilakukan, ditambah dengan pemasangan PLTD untuk mendukung pasokan listrik,” ujar Rudy.

    Untuk memperkuat sistem kelistrikan Banda Aceh, ESDM memasang pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) dengan total kapasitas 50 MW. Tambahan mesin 5 MW di PLTD Leung Bata telah masuk ke sistem 20 kV Aceh pada Sabtu (13/12/2025), sementara 5 MW lainnya dijadwalkan beroperasi pada Minggu (14/12/2025). PLTD Krueng Raya berkapasitas 15 MW ditargetkan beroperasi pada 23 Desember, sedangkan PLTD Ulee Kareng berkapasitas 25 MW ditargetkan commissioning pada 30 Januari 2026.

    Distribusi BBM dan LPG Tetap Aman

    Pasokan BBM dan LPG tetap menjadi prioritas, terutama bagi wilayah yang masih terisolasi. Distribusi dilakukan melalui jalur darat, laut, dan udara. Di Aceh, ketahanan stok BBM tercatat aman, dengan bensin hingga 30 jam dan solar 33 jam. Sebanyak 141 dari 156 SPBU dan 118 dari 133 agen LPG telah kembali beroperasi.

    “Meskipun ada kendala aspek safety untuk pengangkutan LPG via pesawat, kami tidak menyerah. Suplai LPG untuk wilayah utara Aceh kini kami topang menggunakan kapal dari Terminal LPG Arun serta pengiriman tabung lewat jalur darat pantai barat,” ujar Rudy.

    Di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, bantuan juga telah disalurkan. Satu unit genset dikirim ke Masjid Suhada di Nagari Salareh Aia, sehingga warga dapat kembali melaksanakan salat Jumat dengan nyaman. Secara keseluruhan, sebanyak 35 genset disalurkan untuk warga Kecamatan Palembayan.

    Selain itu, PLN mempercepat pemulihan jaringan listrik dengan memasang tiang listrik tegangan rendah, bahkan hingga malam hari. Untuk sektor energi, seluruh 147 SPBU, 172 agen LPG, dan 14 SPBE di Sumatra Barat telah kembali beroperasi normal.

    Sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi, pemerintah turut menindaklanjuti kebijakan penghapusan utang kredit usaha rakyat (KUR) bagi debitur terdampak bencana di Aceh dan Sumatera. Kebijakan ini sebelumnya disampaikan Presiden Prabowo Subianto saat kunjungan ke Aceh pada Minggu (7/12/2025), dengan sasaran utama petani, nelayan, dan pelaku usaha mikro.

  • Menteri Bahlil Kirim 250 Tenda bagi Warga Batangtoru dan Pulihkan Infrastruktur Energi

    Menteri Bahlil Kirim 250 Tenda bagi Warga Batangtoru dan Pulihkan Infrastruktur Energi

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia terus membantu masyarakat terdampak bencana hidrometeorologi di Pulau Sumatra. Terbaru, Kementerian ESDM memberikan bantuan untuk warga Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan

    Sejak kunjungan lapangan awal Desember lalu, berbagai bantuan kemanusiaan serta langkah pemulihan pasokan dan infrastruktur energi dilakukan secara bertahap di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.

    Sementara, komitmen bantuan untuk warga Desa Garoga, Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan juga mulai terealisasi. Hingga Sabtu (13/12/2025), sebanyak 100 tenda telah tiba dan diserahkan kepada pemerintah daerah setempat untuk segera didistribusikan.

    Sementara itu, 156 tenda lainnya masih dalam perjalanan dari Bandara Minangkabau menuju Batang Toru. Keterlambatan pengiriman disebabkan antrean kargo udara serta medan distribusi yang sulit.



    “Untuk di Sumatra Utara, Kementerian ESDM mengirimkan bantuan berupa genset sebanyak 10 unit, matras angin 77 buah, starlink 5 unit, jet cleaner 10 unit, gergaji mesin 9 unit, lampu emergency sebanyak 3 box, dan tenda sebanyak 256 set,” jelas Ketua Tim ESDM Siaga Bencana Rudy Sufahriadi melalui rilis, Sabtu (13/12/2025).

    Secara operasional, pemulihan infrastruktur energi di Sumatra Utara hampir sepenuhnya rampung. Seluruh 406 SPBU, 383 agen LPG, dan 46 SPBE telah kembali beroperasi, sementara pasokan listrik sudah menjangkau hampir seluruh pelanggan.



    Sejalan dengan upaya pemulihan ekonomi masyarakat, pemerintah juga menindaklanjuti kebijakan penghapusan utang Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi debitur terdampak bencana di Aceh dan Sumatra Utara. Kebijakan ini disampaikan Presiden RI Prabowo Subianto saat kunjungannya ke Aceh pada Minggu (7/12), dengan sasaran utama petani, nelayan, dan pelaku usaha mikro yang terdampak langsung.

    Sementara itu di Aceh, Menteri ESDM segera meminta Tim ESDM Siaga Bencana untuk mendirikan dan mengoperasikan posko dapur umum di Kabupaten Bireuen sejak Rabu (3/12/2025). Posko ini berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pangan ribuan pengungsi dan warga terdampak bencana.

    Seiring pemenuhan kebutuhan dasar, pemulihan pasokan listrik di Aceh terus dipercepat. Progres pemulihan transmisi Brandan–Langsa telah mencapai sekitar 85% dan ditargetkan dapat tersambung kembali dengan sistem kelistrikan Sumatra Utara pada 17 Desember 2025.

    “Pemulihan listrik di Aceh ini menjadi perhatian utama Kementerian ESDM. Berbagai upaya dilakukan untuk mengembalikan pasokan listrik sebagaimana mestinya. Penyambungan transmisi dengan sistem Sumut sedang dilakukan, ditambah dengan pemasangan PLTD untuk mendukung pasokan listrik,” ujar Rudy.

    Untuk memperkuat sistem kelistrikan Banda Aceh, ESDM juga memasang Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) dengan total kapasitas 50 MW. Pada Sabtu (13/12/2025), tambahan mesin 5 MW di PLTD Leung Bata telah berhasil masuk ke sistem 20 kV Aceh, sementara 5 MW sisanya dijadwalkan beroperasi pada 14 Desember.

    PLTD Krueng Raya berkapasitas 15 MW ditargetkan beroperasi pada 23 Desember. Adapun PLTD Ulee Kareng berkapasitas 25 MW masih dalam tahap pembebasan lahan dan pengiriman mesin, dengan target commissioning pada 30 Januari 2026.

    Di sisi lain, pasokan BBM dan LPG tetap menjadi prioritas, khususnya untuk wilayah yang masih terisolasi. Distribusi dilakukan melalui strategi multimoda, memanfaatkan jalur darat, laut, dan udara. Di Aceh, ketahanan stok BBM jenis bensin tercatat aman hingga 30 jam dan solar 33 jam. Sebanyak 141 dari 156 SPBU telah kembali beroperasi, sementara agen LPG yang aktif mencapai 118 dari 133 agen. Titik yang belum beroperasi umumnya berada di wilayah dengan banjir parah atau akses yang belum dapat dilalui.

    “Meskipun ada kendala aspek safety untuk pengangkutan LPG via pesawat, kami tidak menyerah. Suplai LPG untuk wilayah utara Aceh kini kami topang menggunakan kapal dari Terminal LPG Arun serta pengiriman tabung lewat jalur darat pantai barat,” ujar Rudy Jumat (12/12) kemarin.

    Sementara itu di Sumatra Barat, janji bantuan juga telah ditunaikan. Satu unit genset dikirimkan ke Masjid Suhada di Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, sehingga warga dapat kembali melaksanakan Sholat Jumat dengan nyaman pada Jumat (5/12). Secara keseluruhan, sebanyak 35 genset disalurkan untuk warga Kecamatan Palembayan.

    PLN turut mempercepat pemulihan jaringan listrik dengan memasang tiang listrik tegangan rendah, bahkan hingga malam hari, demi mengembalikan pasokan listrik secara normal. Untuk sektor energi, seluruh 147 SPBU, 172 agen LPG, dan 14 SPBE di Sumatra Barat telah kembali berfungsi normal.

  • Waka Komisi IV DPR Terima Keluhan Warga Sumbar Butuh Air Bersih-Sakit Gatal

    Waka Komisi IV DPR Terima Keluhan Warga Sumbar Butuh Air Bersih-Sakit Gatal

    Jakarta

    Wakil Ketua Komisi IV DPR sekaligus Ketua PDIP Sumatera Barat, Alex Indra Lukman, mengerahkan tim penanggulangan bencana, dokter, hingga relawan medis ke sejumlah titik terdampak banjir di Sumatera Barat (Sumbar). Tim tersebut menerima keluhan warga soal krisis air bersih hingga melayani pengobatan penyakit gatal yang menjangkit.

    “Relawan medis ini melayani berbagai keluhan warga terdampak bencana seperti gatal-gatal, demam, sakit kepala hingga sesak napas. Tim medis ini akan terus disiagakan hingga masa tanggap darurat berakhir,” kata Alex, Rabu (10/12/2025).

    Di antara program kemanusian yang dilakukan, tim tersebut mendirikan dapur umum di kantor DPC PDIP Kota Padang di kawasan Ulak Karang, Padang.

    “Setiap harinya, sekitar 1.500 bungkus nasi didistribusikan pada warga terdampak bencana di Kota Padang. Nasinya, diberikan dalam kondisi hangat, karena selesai dimasak jelang waktu makan. Oleh relawan, nasi bungkus ini dibagikan di waktu jelang makan siang atau malam,” ungkap Alex.

    PDIP Sumatera Barat juga menyediakan bantuan 1 unit ekskavator yang bekerja mengangkat endapan lumpur. Kawasan yang dibersihkan dari endapan lumpur, Cubadak Aia di Kelurahan Gunung Pangilun, Kecamatan Padang Utara, lingkungan SMAN 12 Padang di Kelurahan Gurun Laweh dan perkampungan penduduk di kelurahan Tabiang Banda Gadang, Kecamatan Nanggalo.

    “Sebenarnya, ketersediaan air cukup banyak di sungai. Tapi, kondisinya sangat keruh karena telah bercampur tanah yang hanyut dari hulu sungai. Dalam memenuhi kebutuhan, mayoritas warga gunakan air hujan yang ditampung selain sumbangan berbagai lembaga,” ungkap Tim Penanggulangan Bencana PDI Perjuangan Sumbar, Gery Fernando.

    Krisis air bersih juga terjadi di Kecamatan IV Nagari Bayang Utara, Kabupaten Pesisir Selatan. Alex mengirimkan 25 orang personel terdiri dari 2 dokter, 4 perawat dan 2 administrator serta 17 orang non-medis.

    (fca/fca)

  • Duit Puluhan Juta Raib, Ruko Lenyap Tersapu Banjir

    Duit Puluhan Juta Raib, Ruko Lenyap Tersapu Banjir

    Kabupaten Agam

    Kenael Joris kehilangan harta bendanya usai banjir bandang (galodo) yang menerjang Jorong Pasak Kayu Sawah Laweh, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam. Rumah tempat tinggalnya porak-poranda, nyaris tak bersisa.

    Pria berusia 29 tahun itu juga kehilangan ruko tempatnya berusaha sebagai agen BRILink. Bangunan ruko miliknya itu sudah lenyap tersapu galodo, mengisakan fondasi saja.

    Kamis sore, 27 November 2025, Joris sedang berada di ruko yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya, saat banjir bandang tiba-tiba datang menerjang. Air bah dengan ketinggian sekitar 20 meter ‘berlari’ menuju ke arah ruko membuatnya menyelamatkan diri bersama keponakan perempuannya.

    Bagian ruang tamu rumah Kenael Joris (29) tersapu galodo meninggalkan potret pernikahan di dinding yang terekspos keluar, Senin (8/12/2025). Foto: Mei Amelia/detikcom

    Pada Senin, 8 Desember 2025, saat ditemui detikcom, Joris tengah mengais sisa-sisa harta bendanya dari dalam rumahnya. Ia hanya bisa menyelamatkan kompor gas yang kemudian dia masukkan ke dalam mobil putih miliknya yang bertumpuk di atas kayu, tepat di samping rumahnya.

    “Nggak ada yang bisa diambil, cuma kompor gas satu saja. Yang lain sudah tak ada, entah dijarah atau tersapu banjir,” kata dia.

    Sehari-hari, Joris mencari nafkah dengan menjadi agen BRILink dan pulsa di rukonya. Tapi kini, satu-satunya mata pencahariannya itu juga lenyap.

    Uang puluhan juta di dalam ruko miliknya ikut tersapu banjir. Bangunannya pun lenyap, hanya meninggalkan jejak fondasi.

    “Ruko yang awal pertama hancur, cuma tinggal fondasi. Uang cash sekitar Rp 80 jutaan, sama hal-hal lain seperti voucher dan lain-lain, lenyap semua,” katanya.

    Banjir bandang juga menyeret motor Honda PCX yang baru dibelinya sekitar tiga bulan lalu, juga lenyap. Joris sudah ke sana ke mari mencari motor kesayangannya itu, namun entah di mana rimbanya.

    Kenael Joris menyelamatkan kompor gas yang tersisa di rumahnya usai tersapu banjir bandang di Kecamatan Palembayan, Agam. (dok. Istimewa)

    “Kendaraan yang hilang motor PCX baru saja tiga bulan saya beli cash, sudah nyari sekeliling semua itu belum ketemu,” katanya.

    Satu-satunya hartanya yang tersisa adalah mobil minibus berkelir putih. Itu pun kuncinya entah di mana.

    “Kuncinya nggak tahu di mana, untungnya masih dibuka bagasinya,” katanya.

    Perjuangan Selamatkan Istri

    Hujan turun dengan deras dan air bah yang menerjang rumahnya membuatnya diliputi rasa cemas. Ia teringat, istrinya yang sedang hamil sedang berada di rumah bersama kedua mertuanya.

    Meski kondisi masih banjir, Jopris akhirnya nekat memberanikan diri mencari istri dan mertuanya. Ia mencoba berenang ke arah rumahnya, sambil berharap istrinya masih selamat.

    “Setengah jam setelah itu saya balik lagi ke sini, nyari istri saya. Masih (banjir) saya renangi saja, saya turun lagi (ke rumah),” ujarnya.

    Perjuangan Joris mengarungi banjir demi menyelamatkan istri yang hamil di Agam. (Foto: dok. Istimewa)

    Galodo membuat aliran listrik putus seketika. Di tengah kegelapan, Kenael Joris mencari istri dan mertuanya tanpa arah.

    “Waktu saya masuk itu sudah gelap, saya cari-cari nggak ada pedoman. Cuma saya lihat ada mobil ini, saya lurus, saya cari-cari mana tahu terbenam di lumpur,” jelasnya.

    Beberapa saat kemudian Kenael mendengar suara istrinya meminta tolong. Ia mencari-cari asal suara itu hingga akhirnya menemukan istrinya bersama kedua mertuanya.

    “Isti saya dan mertua itu berpelukan bertiga, mereka tertumpuk kayu,” imbuhnya.

    Istri dan kedua mertua Kenael ditemukan terhimpit kayu-kayu di dekat mobil putih di depan rumah mertuanya yang hilang tersapu galodo. Kaki Kenael kesakitan hingga malam itu ia hanya bisa menyelamatkan istrinya.

    “Cuma yang bisa saya bawa keluar malam itu cuma istri, mertua saya tertutup kayu. Karena malam itu kaki saya sakit,” ungkapnya.

    Kaki Ibu Mertua Diamputasi

    Kedua mertua Kenael baru bisa diselamatkan keesokan paginya setelah banjir mulai surut. Meski ditemukan dalam kondisi selamat, namun kaki ibu mertuanya terpaksa harus diamputasi dan ayah mertuanya mengalami patah tulang.

    “Mertua perempuan kakinya diamputasi, yang laki-laki patah di bagian kaki. Kalau istri saya juga bagian kaki. Soalnya terjepit di posisi dekat mobil itu,” katanya.

    Halaman 2 dari 3

    (mea/dhn)

  • 10
                    
                        Kengerian di Puskesmas Koto Alam: Orang Berlumpur Berdatangan, Mayat Pun Jua
                        Regional

    10 Kengerian di Puskesmas Koto Alam: Orang Berlumpur Berdatangan, Mayat Pun Jua Regional

    Kengerian di Puskesmas Koto Alam: Orang Berlumpur Berdatangan, Mayat Pun Jua
    Tim Redaksi

    AGAM, KOMPAS.com
     – Malam itu mencekam. Hujan turun deras. Orang-orang berlumuran lumpur berdatangan. Mayat-mayat digeletakkan di lorong-lorong puskesmas.
    “Tolong, Bu. Tolong, Bu,” teriak keluarga pasien terdengar dari arah depan.
    Mereka yang luka-luka datang. Ada yang luka parah di kepala. Ada yang luka di dagu. Bahkan, ada yang patah tulang. Semua diantar oleh keluarga dan sanak saudaranya.
    Luka-luka menganga yang terkena lumpur dibersihkan dengan cairan Natrium klorida (NaCl). Luka kemudian dijahit.
    Mereka menghabiskan malam di luar dan dalam puskesmas. Semua berdoa supaya situasi baik-baik saja.
    Fetri merupakan salah satu
    bidan
    di
    Puskesmas Koto Alam
    . Pada hari banjir bandang terjadi, Fetri dan rekannya, Husma (39) sebagai perawat, bertugas shift siang di puskesmas. Jam kerjanya dimulai pukul 13.30 hingga pukul 20.30 WIB.
    Jelang banjir maut itu datang, teleponnya berdering.
    “Ada gelondongan kayu besar, ada kejadian kah, Bu?” tanya seseorang dari daerah Alahan Anggang, tak jauh dari Jorong Subarang Aia di Nagari Salareh Aia Timur, Palembayan, Agam,
    Sumatera Barat
    .
    Awalnya, Fetri menjawab tak ada yang terjadi. Lima menit setelahnya, suara gemuruh terdengar di telinga Fetri. Kengerian dimulai.
    Saat itu, ada beberapa pasien yang dirawat di Puskesmas Koto Alam. Mereka ketakutan. Fetri berusaha menenangkannya.
    Fetri bertanya, “Ada apa?”
    “Air naik,” jawab orang-orang yang panik.
    Pikirannya langsung mengarah ke keluarganya. Ia langsung mengeluarkan dan memacu motornya ke arah rumahnya di Jorong Koto Alam, sekitar dua kilometer dari puskesmas.
    “Pergilah saya ke tempat kejadian di atas naik motor. Sampai di sana, galodo (banjir bandang) itu sudah ada. Batu, kayu sudah bergelimpangan. Rumah orang sudah bergelimpangan di jalan,” kenang Fetri saat ditemui di Puskesmas Koto Alam, Senin (7/12/2025) sore.
    Ia memutar balik dan kembali ke arah puskesmas. Dahlia rekannya, ternyata juga khawatir dan mengecek kondisinya keluarganya.
    Saat itu, listrik putus. Aliran listrik di puskesmas langsung berganti mode darurat menggunakan genset.
    Mereka yang sakit langsung memenuhi ranjang-ranjang di IGD puskesmas. Lantai-lantai baik di dalam maupun puskesmas difungsikan sebagai tempat pasien tidur dengan beralaskan tikar. Mereka dirawat dengan berselimut seadanya.
    Puskesmas Koto Alam pun berfungsi layaknya kamar mayat. Tak hanya korban selamat, mayat-mayat korban banjir bandang pun dievakuasi ke puskesmas.
    Saat itu, Yusuf sudah selesai bertugas dan kembali ke rumah kontrakannya. Namun, kabar banjir bandang membuatnya kembali ke kantornya.
    Yusuf bergabung dan membantu Fetri dan Dahlia menangani korban-korban yang terus berdatangan. Ia melakukan apa yang ia bisa lakukan meskipun bukan berlatar belakang paramedis.
    “Waktu itu korban pertama itu cedera cukup parah di kepala. Saya tindakan juga enggak bisa. Saya cuma bisa WhatsApp dokter, kirim foto, terus tanya harus bagaimana, dan bantu Bu Fetri dan Bu Dahlia,” katanya
    Fetri sebetulnya berdinas hanya sampai pukul 20.30 WIB. Namun, bidan penggantinya, Popy Veronica (28) asal Jorong Silungkang, Nagari Tigo Koto Silungkang, Palembayan sedang berhalangan kerja karena akses jalan dari rumahnya menuju puskemas terputus karena longsor.
    “Saya dinas sore sebetulnya cuma sampai pukul 20.30 WIB karena
    enggak
    ada yang masuk lagi, saya lanjut sampai hari besok,” lanjut Fetri.
    “Yang parah-parah itu 20 pasien yang tercatat. Selebihnya itu, kami enggak mampu lagi catat (pasien yang datang). Sampai jam 4 subuh, kami enggak tak berhenti. Mayat-mayat datang sekitar Isya sampai Subuh,” katanya.
    Mereka para korban yang selamat dari banjir bandang tentu berlumuran lumpur. Atas kuasa Tuhan, mereka bisa selamat. Mereka berjuang untuk berjalan di medan berlumpur yang merendam hingga satu meter lebih. 
    Fetri, Dahlia, Vetriani, dan Yusuf saling bekerjasama untuk menangani pasien. Fetri dan Dahlia bertugas secara medis seperti membersihkan luka, menjahit luka robek, dan lainnya. Vetriani dan Yusuf berkoordinasi untuk mendapatkan panduan medis dari tiga dokter Puskesmas Koto Alam secara jarak jauh lewat Whatsapp.
    “Kami foto (kondisi pasien), cari sinyal ke depan. Kalau memang luka, hentikan pendarahan dulu, kami pasang infus. SOP-nya seperti itu,” tambah Fetri.
    Yusuf bercerita, ia harus mencari sinyal ke seberang puskesmas sekitar 50 meter dekat area pepohonan. Sinyal telekomunikasi pun terbatas. Sementara itu, korban-korban terus meminta tolong untuk ditangani.
    “Saya sebagai bidan harus menolong pasien. Tapi insya Allah, pasien dan keluarga pasien, kami bisa tolong sedikit. Pokoknya ada ruang, bisa masuk.
    “Mereka ada yang digotong, naik motor. Pokoknya malam itu ngeri di puskesmas. Di IGD puskesmas penuh korban sama mayat. Sampai tengah malam, pagi terus datang mayatnya sekitar ada 20 orang,” kenang Yusuf.
    “Waktu itu sehabis mayat dievakuasi, mereka taruhnya di puskesmas. Kan waktu itu belum ada posko apapun. Jadi warga tahunya ke puskesmas. itu korban datang dari Salareh Aia Timur dan Salareh Aia Induk,” tambah Yusuf.
    Banyak orang juga datang ke puskesmas juga untuk mencari keluarganya. Tak adanya air karena listrik terputus, mereka hanya bisa membersihkan wajahnya yang tertutup lumpur dengan air mineral atau air galon demi bisa mengenalinya.
    Pasien-pasien yang luka berat baru bisa dirujuk ke rumah sakit pada hari Sabtu (29/12/2025). Akses di Palembayan yang sempat terisolir baru bisa terbuka.
    Hal itu pun berdampak kepada pelayanan. Tim paramedis Puskesmas Koto Alam seperti Poppy bahkan sejak tanggal 24 November tak bisa bertugas.
    Yelmita sebagai penanggung jawab utama Puskesmas Koto Alam pun juga terjebak. Ia bercerita, dirinya bahkan baru bisa ke puskesmas pada Sabtu (29/12/2025) pagi.
    “Kami sampaikan adalah tim paramedis di puskesmas. Kami diseberangkan dengan eskavator lewat simpang jembatan sampai daerah tak terkena lumpur,” kata Yelmita saat ditemui di Puskesmas Koto Alam, Senin (7/12/2025) siang.
    Pada saat puskesmas terisolir, pasien-pasien memenuhi ruang rawat inap dan lorong-lorongnya. Yelmita menyebutkan, mayat-mayat juga memenuhi lorong-lorong poli puskesmas.
    “Pada hari Sabtu, kami rujuk pasien yang cedera ke rumah sakit, otomatis masih ada mayat dari tim SAR. Kami pindahkan ke depan IGD. Tidak lagi di poli. Kami sterilkan poli,” tambah Yelmita.
    Popy yang rumahnya sekitar 10 kilometer dari puskesmas, tak bisa bekerja karena banyaknya titik longsor di jalan. Ia rutin mengabarkan kondisinya di grup Whatsapp Puskesmas Koto Alam.
    “Awalnya tanggal 24 November 2025, saya kabari enggak bisa masuk malam karena ada longsor. Longsor tutup jalan. Hujan deras. Itu kabari lewat grup, saya cari sinyal jalan kaki ke arah bukit karena mati listrik,” kata Popy.
    Pada saat akses ke puskesmas terputus, tiga perempuan dan seorang pria itulah yang berjibaku menangani para pasien dan mayat-mayat.
    Ia pun berterima kasih atas pengabdian mereka yang berjibaku selama akses ke puskesmas terputus. Profesi paramedis adalah profesi yang telah mereka pilih dan ada beban tugas serta tanggung jawab di pundaknya.
    “Kami ucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, sebesar-sebesarnya. Kalau tak ada mereka, entah bagaimana nasib masyarakat kami. karena apa? setelah kejadian, semua yang luka-luka dibawa ke sini. Tahunya orang cuma tahu puskemas. Enggak ada yang lain,” ujar Yelmita.
    Popy yang seharusnya bertugas tiga jam setelah banjir bandang, mengaku pasti bakal kesulitan berada di posisi Fetri dan rekan-rekannya.
    Ia baru bisa mengetahui kondisi puskesmas pada Jumat (28/12/2025) pagi lewat grup Whatsapp lantaran susahnya sinyal di daerahnya.
    “Saya pasti bakal kesulitan banyak pasien kalau dinas malam itu. Secara mental, siap enggak siap harus siap tugas. Mungkin saya bisa nangis ya kalau ada di posisi itu,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kisah Para Mahasisiwi Unpad, Tinggalkan Kuliah demi Jadi Relawan SAR Banjir Agam
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        8 Desember 2025

    Kisah Para Mahasisiwi Unpad, Tinggalkan Kuliah demi Jadi Relawan SAR Banjir Agam Regional 8 Desember 2025

    Kisah Para Mahasisiwi Unpad, Tinggalkan Kuliah demi Jadi Relawan SAR Banjir Agam
    Tim Redaksi
    AGAM, KOMPAS.com
    – Bersama belasan relawan lainnya, Sesilia Rosanta (20) menginjakkan kakinya di lumpur yang dalam.
    Ia memperhatikan kayu-kayu yang letaknya tak beraturan.
    Penciuman dipasang baik-baik. Siapa tahu ada indikasi temuan mayat.
    “Kemarin
    full
    jalur darat pencarian. Itu berlumpur banget, banyak gelondongan kayu, banyak cari di reruntuhan rumah, jadi banyak dibantu oleh ekskavator,” ujar perempuan yang akrab disapa Oca itu saat ditemui di Posko Tim SAR Gabungan di Salareh Aia, Palembayan, Agam, Sumatera Barat, pada Senin (8/12/2025).
    Oca adalah salah satu relawan tim SAR untuk mencari korban hilang akibat
    banjir bandang
    yang terjadi pada Kamis (27/11/2025) sore.
    Sebelum turun mencari korban hilang, Oca juga bertugas sebagai tim survei ke daerah-daerah terdampak dan penyalur bantuan.
    Berstatus mahasiswa, Oca berangkat bersama belasan mahasiswa lainnya dari Jawa Barat naik mobil elf dan ambulans yang difasilitasi oleh pihak kampus.
    Semuanya merupakan mahasiswa Universitas Padjajaran (Unpad).
    “Saya berangkat yang pertama pasti untuk misi
    kemanusiaan
    dan representasi dari Unpad untuk membantu saudara-saudara kita di Sumatera,” tambah Oca.
    Oca bersama tim
    mahasiswa Unpad
    lainnya menyusuri jalur darat menuju Palembayan, Agam, selama tiga hari lamanya.
    Palembayan adalah wilayah yang terdampak banjir bandang dan menewaskan lebih dari 100 orang serta puluhan orang lainnya hilang.
    Oca yang juga anggota organisasi pencinta alam SAR Unpad ingin mengaplikasikan dan belajar tentang penanganan bencana dan pencarian orang hilang.
    Ia datang dan bergabung ke dalam tim SAR Gabungan di Posko Basarnas di Koto Alam, Salareh Aia Timur.
    Oca kemudian masuk ke dalam salah satu dari lima tim SAR gabungan bersama Basarnas dan unsur-unsur lainnya.
    “Saya sebagai anggota SAR Unpad, kegiatan ini jadi pembelajaran langsung dari lapangan, tempat belajar untuk melihat penanganan SAR. Di sini banyak
    expert
    , jadi bisa lihat langsung dari ahlinya,” kata perempuan yang berkuliah di jurusan Hubungan Internasional tersebut.
    Kegiatan menjadi
    relawan SAR
    merupakan panggilan jiwa.
    Oca dan belasan relawan mahasiswa Unpad pun meninggalkan kegiatan kuliah untuk turun langsung ke lapangan.
    Mereka datang dari berbagai latar belakang organisasi mahasiswa di Unpad.
    Semua satu misi, yaitu kemanusiaan.
    “Ini saya lagi masa-masa UAS. Kami tim relawan dari mahasiswa yang berpartisipasi dapat dispensasi dari rektorat. Dispensasi tidak masuk kuliah dari tanggal 1 sampai 13 Desember,” kata Oca.
    Ia meninggalkan tujuh mata kuliah yang diambilnya pada semester ini.
    Namun, ia tetap bertanggung jawab pada urusan studinya.
    “Di sini sempat
    laptopan
    dan
    ngerjain
    tugas dan proyek kuliah. Itu saya tetap bawa laptop untuk
    ngerjain
    tugas. Aku sih jujur enggak takut ketinggalan ya karena sudah dicicil di awal semester. Sebelum pergi sudah selesaikan beberapa tugas,” tuturnya.
    Sebagai mahasiswi, Oca tak sendiri.
    Ada rekannya yang lain, yaitu Azizah Nadhirah Zahra alias Jeje (19), Lutfiatun Nisa (23), dan Syahla Hanifah (22).
    Mereka meninggalkan perkuliahan demi tugas kemanusiaan.
    Apa yang dipelajari dan dilakukannya sebagai relawan SAR menambah pengalaman, relasi, dan tentu nilai-nilai solidaritas.
    Jeje misalnya.
    Ia mendapatkan pengalaman terkesan selama bertugas sebagai relawan SAR sejak Jumat (5/12/2025).
    Ia tak menyangka bisa pergi ke Sumatera Barat dengan menempuh perjalanan darat.
    “Kalau perjalanan ini
    full
    di mobil ke luar Jawa selama tiga hari ini baru pertama. Karena anak perempuan sendiri, awalnya enggak
    diizinin
    . Saya
    jelasin
    ke orangtua, kegiatan ini didukung kampus, akhirnya
    diizinin
    ,” kata Jeje.
    Oca juga punya pengalaman yang tak terlupakan.
    Saat itu, ia bertugas melakukan penilaian ke lapangan sebelum menyalurkan bantuan kepada korban banjir bandang.
    “Pengalaman pas
    assesment
    itu paling terasa
    heart warming
    dan akhirnya kasih bantuan ke posko donasi. Waktu itu kami sempat ada kegiatan
    trauma healing
    ,” kata Oca.
    Ia pun mendapat pengetahuan manajemen SAR seperti pembagian sumber daya manusia, komunikasi tim, dan manajemen operasi dari komandan tim SAR secara langsung.
    “Jadi, enggak rugi saya
    ninggalin
    kuliah karena dapat
    insight-insight
    soal pencarian korban,” kata Oca.
    Syahla, merupakan salah satu anggota tim relawan SAR dari Unpad lainnya yang juga terjun ke lapangan.
    Berbadan agak mungil, ia turut menyusuri medan pencarian lewat sungai dan jalur-jalur berlumpur serta mendekat ke bangunan-bangunan roboh untuk mengecek dugaan temuan korban hilang.
    Apa yang dilakukan oleh Syahla adalah aktivitas yang masih dianggap sebagian orang hanya untuk laki-laki.
    Medan pencarian yang sulit dan perlu tenaga ekstra menjadi alasan yang sering disebut.
    Namun, Syahla, Oca, dan Jeje bisa mematahkan anggapan tersebut.
    SAR juga bisa untuk para perempuan.
    “Apa yang dilakukan laki-laki kan bisa dilakukan oleh perempuan. Kami juga bisa berkontribusi dan punya persiapan pengetahuan, perlengkapan, dan berkoordinasi dengan posko utama,” kata Syahla.
    Syahla bangga bisa bergabung dengan tim SAR di relawan di Palembayan.
    Ia bisa berkontribusi dalam pencarian dan bisa belajar dari anggota tim SAR lain di lapangan.
    Koordinator Operasi SAR Posko Gabungan Tanjung Alam, Likopa, mengapresiasi kehadiran para mahasiswi dari Unpad tersebut.
    Mereka menjadi motivasi bagi seluruh tim karena kepedulian dari kaum muda terhadap bencana.
    “Ini menambah personel kekuatan dan teman-teman yang terlibat operasi SAR pada hari ke-11 sehingga bisa kita atur jadwal
    rolling
    (pertukaran) anggota untuk istirahat,” kata Likopa di posko, Senin sore.
    “Mereka sudah siap ditempatkan di mana saja karena sudah bawa peralatan
    safety
    untuk
    rafting
    maupun di darat. Saya acungi jempol,” tambah Likopa.
    Menurutnya, banyak relawan dari mahasiswa dan mahasiswi yang terlibat dalam operasi SAR.
    Likopa mengatakan, Basarnas juga turut aktif untuk melatih mahasiswa untuk menjadi potensi SAR yang siap bertugas dalam operasi bencana.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Komdigi Pasang Internet 100 Mbps di Lokasi Bencana Aceh, Sumut, dan Sumbar

    Komdigi Pasang Internet 100 Mbps di Lokasi Bencana Aceh, Sumut, dan Sumbar

    Jakarta

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengungkapkan perkembangan terbaru jaringan telekomunikasi pasca-banjir dan tanah longsor yang terdampak di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat.

    Berdasarkan data Sabtu (6/12/2025) tercatat ada 413 titik internet publik di tiga provinsi terdampak bencana yang telah berhasil dipulihkan dan digunakan masyarakat setempat. Sedangkan, 189 titik di lokasi bencana masih dalam proses pemulihan secara bertahap seiring mulai masuknya pasokan listrik dan BBM.

    Selain itu, Komdigi juga mengaktifkan 17 titik internet darurat berbasis satelit pemerintah, yakni Satria-1, untuk mem-backup layanan di lokasi yang infrastruktur telekomunikasinya masih belum pulih.

    Bahkan, Komdigi menyebutkan 17 titik layanan internet darurat itu dipastikan dibekali dengan kapasitas minimal 100 Mbps. Berikut daftar lokasinya:

    1. Bandara Dr Fredric Lumban Tobing, Pinangsori, Sibolga, Sumatera Utara
    2. SMAN 1 Plus Matauli Pandan, Sibuluan Indah, Pandan, Tapanuni Tengah, Sumatera Utara
    3. RSUD Pandan, Sibolga, Tapanuni Tengah, Sumatera Utara
    4. Posko Kantor Kecamatan Tapian Nanuli, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara
    5. Kantor BPBD Pandan, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara
    6. Masjid Raya Pase Panton Labu, Tanah Jumbo Aye, Aceh Utara
    7. Masjid At Taqwa, Padang Meriah, Langkahan, Aceh Utara
    8. Posko Kantor Cmaat Indra Makmur, Aceh Timur
    9. Psko GOR Aceh Tamiang, Aceh Timur
    10. Pokso Masjid Al Ikhsan Sungapi Liput, Kejuruan Muda, Aceh Tamiang
    11. Posko Jorong Bukik Malanca, Malalak Timur, Agam, Sumatera Barat
    12. UPT BNPB Regional Padang, Padang, Sumatera Barat
    13. Posko Basarnas Koto Alam, Salareh Aia Timur, Agam, Sumatera Barat
    14. Posko Subarang Aia, Palembayan, Agam, Sumatera Barat
    15. Posko SDN 04 Koto Ranah, Bayang Utara, Pesisir Selatan, Sumatera Barat
    16. Posko Utama BPBD Rumah Dinas Bupati, Agam, Sumatera Barat
    17. Gedung Nasional Jl. Dr. FL Tobing, Kota Sibolga, Sumatera Utara.

    Komdigi menjelaskan titik akses internet ini guna membantu posko, rumah sakit, sekolah, hingga bandara tetap terhubung di saat akses darat dan pasokan energi masih terbatas.

    “Selama pemulihan jaringan telekomunikasi masih berlangsung, akses internet darurat melalui satelit menjadi solusi. Fasilitas ini dapat dimanfaatkan masyarakat dan petugas untuk melakukan koordinasi dan komunikasi dalam rangka pemulihan bencana,” ujar Menkomdigi Meutya Hafid dikutip dari akun Instagram @kemkomdigi, Minggu (7/12/2025).

    (agt/agt)

  • Liza Kenang Dahsyatnya Banjir Bandang Agam: Orang Berteriak, Lari Semua
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Desember 2025

    Liza Kenang Dahsyatnya Banjir Bandang Agam: Orang Berteriak, Lari Semua Regional 6 Desember 2025

    Liza Kenang Dahsyatnya Banjir Bandang Agam: Orang Berteriak, Lari Semua
    Tim Redaksi
    AGAM, KOMPAS.com
    – Sejauh mata memandang di sepanjang jalan utama Jorong Kayu Pasak, yang terlihat hanya kehancuran. Bangunan roboh terhantam banjir bandang dan tertimbun lumpur. Mobil tersapu dan menghantam rumah.
    Jorong Kayu Pasak
    merupakan salah satu jorong atau dusun di Nagari Salareh Aia Induk yang terparah terdampak
    banjir bandang
    di Kecamatan Palembayan, Kabupaten
    Agam
    ,
    Sumatera Barat
    , pada Kamis (27/11/2025) sore.
    Kayu-kayu berukuran besar hingga 15 meter masih berserakan di atas lumpur. Pohon dengan berdiameter sekitar 1-2 meter yang terlihat akarnya teronggok. Potongan-potongan kayu dan dahan-dahan pohon pun berserakan di depan rumah-rumah warga. 
    Atap rumah dari seng rubuh ke arah lumpur. Tembok bolong dan roboh di segala sisi. Parabola pun tumbang.
    Di balik reruntuhan bangunan dan dalamnya lumpur sekitar satu meter itu, menyimpan duka mendalam bagi para warga. Ada tangis dan air mata yang mengalir di pipi. Detik-detik banjir maut itu masih terukir jelas di otak setiap warga Jorong Kayu Pasak. 
    Liza (45) merupakan salah satu warga yang selamat dari banjir bandang akhir November lalu. Ia beruntung rumahnya berada cukup jauh dari limpasan banjir bandang.
    “Waktu kejadian saya di rumah. Hari hujan dari subuh tak henti-henti. Sore itu, waktu kejadian rumah saya sekitar lima menit berjalan kaki dari tempat kejadian,” ujar Liza saat ditemui di Posko Pengungsian SD 05 Kayu Pasak, Jumat (6/12/2025) siang.
    Suara banjir bandang terdengar dari rumahnya. Liza mendengar suara gemuruh dan mengibaratkan suara itu dengan suara knalpot mobil besar tetapi tak kunjung lewat. Ia tak mengetahui suara apakah yang ia dengar.
    “Saya keluar dari rumah, ada orang berteriak lari semua. Kami juga lari ngungsi ke sini. Galodo (banjir bandang) tak lama, lalu surut. Saya ke bawah, ternyata sudah habis itu rumah,” kata Liza.
    Walaupun kehilangan lahan sawahnya, Liza bersyukur masih bisa selamat dari banjir maut tersebut. Ia kini aktif membantu di posko dapur sebagai solidaritas sesama warga Jorong Kayu Pasak.
    Tim SAR Gabungan Posko Tanjung Alam menghadapi kesulitan melakukan pencarian 54 orang yang masih hilang di Kecamatan Palembayan, Agam, Sumatera Barat, Sabtu (6/12/2025) pagi.
    Luasnya areal pencarian tebalnya lumpur serta banyaknya material kayu pepohonan mempersulit operasi pencarian.
    Sejauh ini, tim melakukan pencarian dengan metode penyisiran melalui jalur darat dan sungai menggunakan perahu karet.
    “Kendalanya yang kami hadapi sebelumnya membutuhkan alat berat karena banyak material pohon kayu yang besar, sehingga mempersulit pencarian di beberapa titik yang sudah diplot untuk pencarian,” kata Kepala Seksi Operasi dan Siaga Kantor SAR Padang, Hendri kepada
    Kompas.com
    di posko, Jumat pagi.
    Tim SAR Gabungan Posko Tanjung Alam kemudian mendapatkan bantuan dua eskavator berukuran kecil dan besar untuk mencari korban hilang.
    “Per hari ini sudah diturunkan alat berat eskavator bantuan dari PT Semen Padang beserta operator,” kata Hendri.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Solidaritas Ibu-ibu Dapur Umum Banjir Agam: Selagi Sehat, Kami Bantu Semua
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Desember 2025

    Solidaritas Ibu-ibu Dapur Umum Banjir Agam: Selagi Sehat, Kami Bantu Semua Regional 6 Desember 2025

    Solidaritas Ibu-ibu Dapur Umum Banjir Agam: Selagi Sehat, Kami Bantu Semua
    Tim Redaksi
    AGAM, KOMPAS.com
    – Di bawah terpal yang terbentang, ibu-ibu sedang duduk berkumpul agak sesak. Mereka membawa “senjata”-nya sembari bersenda gurau melepas lelah. Di tangan mereka, ada pisau, sodet, dan saringan penggorengan yang digenggam.
    Masing-masing mengambil tempatnya sendiri, duduk di sebuah bangku plastik kecil. Ada yang memotong wortel, membersihkan ikan, dan mengupas jengkol.
    Minyak goreng di wajan terlihat berkilau kekuningan. Di permukaannya, gelembung-gelembung kecil muncul pertanda siap untuk menggoreng ikan. Seorang ibu lainnya, lalu menyemplungkan ikan ke dalam wajan.
    Mereka berkumpul sebagai petugas
    dapur umum
    di SD 05 Kayu Pasak,
    Nagari Salareh Aia Induk
    , Palembayan, Agam, Sumatera Barat. Para ibu datang dengan satu semangat: solidaritas untuk korban bencana banjir bandang yang melanda kampungnya.
    Witra (42) adalah salah satu dari 10 orang petugas dapur umum. Witra tinggal di Jorong Kayu Pasak, lokasi air bah yang menyapu kampungnya. Ia berhasil selamat lantaran tinggal cukup jauh dari lokasi bencana.
    “Saya warga Kayu Pasak datang untuk membantu para korban, bantu masak makanan,” kata Witra saat ditemui
    Kompas.com
    , Sabtu (6/12/2025) siang.
    Witra dan teman-temannya sekampung datang untuk membantu memasak di dapur umum sehari setelah banjir bandang menyapu Jorong Kayu Pasak. Usia mereka beragam. Rata-rata di atas 35 tahun, dan bahkan ada yang sampai 60 tahun.
    Solidaritas memang di atas segalanya bagi Witra dan rekan-rekannya. Sebagian dari mereka bahkan mengalami kerugian ekonomi seperti hilangnya sawah dan kebun karena tertutup lumpur.
    Kondisi itu tak meruntuhkan niat baiknya. Mereka berjalan kaki dari rumahnya sekitar 10 menit setiap hari menuju dapur umum posko. Begitu tiba, mereka sudah tahu tugasnya masing-masing.
    “Kami membantu ya karena kasihan korban belum makan. Yang bantu juga enggak cukup, jadi ada dapur umum, kami bantu, lagian kami juga
    enggak
    kenapa-kenapa. Selagi sehat, kita bantu semua, bareng-bareng bantu,” tambah Witra.
    Mereka bekerja di dapur umum untuk menyiapkan makan siang. Namun, tak jarang mereka harus lembur untuk menyiapkan makan malam.
    “Kalau pagi sudah ada dari posko. Malam juga,” ujar Witra.
    Satu hari sejak bencana maut terjadi, Witra bersama warga sekampungnya sudah memasak berbagai hidangan. Ada ayam goreng, olahan telur, ikan goreng, pisang goreng, dan berbagai bahan makanan yang datang dari relawan.
    Lebih dari sepekan bencana melanda kampungnya, mereka berharap bantuan makanan bisa bervariasi. Bahan yang dibutuhkan di dapur umum seperti beras, cabai, sayur, minyak, air bersih, ikan, dan telur.
    “Jadi kan enggak selalu mi instan ya. Kasihan kan anak-anak. Kan mungkin dikasih makan mi terus,” ujar Witra. 
    Selain itu, peralatan makan juga dibutuhkan. Pasalnya, setiap hari makanan disediakan dengan cara dibungkus, bukan di piring.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.