Jakarta, CNN Indonesia —
Sensus Ekonomi China mencatat total pendapatan bisnis korporat di industri sekunder dan tersier di Negara Tirai Bambu menembus 442,6 triliun yuan atau setara Rp986.631,96 triliun (asumsi kurs Rp2.229 per yuan) pada 2023. Angka ini naik 50,2 persen dibandingkan dengan level 2018.
Dari angka itu, total pendapatan bisnis perusahaan korporat di industri sekunder sendiri adalah 188,8 triliun yuan atau setara Rp420.856,15 triliun. Angka ini tumbuh 31,3 persen dari 2018.
Sementara, total pendapatan bisnis perusahaan korporat di industri tersier negara itu tercatat sebesar 253,8 triliun yuan atau Rp565.717,15 triliun, meroket 68,3 persen pada periode yang sama.
Dalam survei yang dirilis Kamis (26/12), sebanyak 2,91 juta perusahaan korporat yang bergerak di industri inti ekonomi digital dengan total 36,15 juta orang yang dipekerjakan. Pendapatan bisnis pada sektor itu mencapai 48,4 triliun yuan atau Rp107.882,34 triliun.
Dari jumlah itu, sebanyak 262 ribu perusahaan terlibat dalam pembuatan produk digital dengan mempekerjakan 13,37 juta orang. Sektor itu sendiri tercatat meraup pendapatan sebesar 20,5 triliun yuan atau Rp45.663,21 triliun.
Kemudian sebanyak 274 ribu perusahaan terlibat dalam industri layanan produk digital dengan mempekerjakan total 1,51 juta orang. Perusahaan di bidang ini tercatat meraup pendapatan sebesar 4,2 triliun yuan atau Rp9.360,30 triliun.
Sementara itu, sebanyak 1.430 perusahaan terlibat dalam industri aplikasi teknologi digital dengan mempekerjakan sebanyak 14,60 juta orang, dengan pendapatan bisnis sebesar 14 triliun yuan atau Rp31.201,03 triliun.
Lebih lanjut, 950 ribu perusahaan terlibat dalam industri yang digerakkan oleh faktor digital dengan mempekerjakan sebanyak 6,6 juta orang, yang total pendapatannya mencapai 9,7 triliun yuan atau Rp21.617,45 triliun.
(del/sfr)