Pertamina Jelaskan soal Solar Langka dan Pertalite Rp 18.000 di Minahasa Tenggara
Penulis
MINAHASA TENGGARA, KOMPAS.com
– Terjadi kelangkaan dan lonjakan harga bahan bakar minyak (BBM) di Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra), Sulawesi Utara.
Solar dilaporkan kosong dan harga Pertalite eceran mencapai Rp 18.000 per liter pada Senin (13/10/2025).
Menanggapi hal itu, Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi memastikan bahwa kondisi penyaluran dan ketersediaan BBM jenis Biosolar dan Pertalite di Mitra telah kembali normal dan kondusif.
“Sejak tanggal 15 Oktober 2025, seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Minahasa Tenggara telah beroperasi dan menyalurkan Biosolar serta Pertalite kepada masyarakat secara lancar,” kata Area Manager Communication, Relation, & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, T. Muhammad Rum, dalam keterangan pers, Sabtu (18/10/2025).
Rum menjelaskan bahwa terdapat 2 lembaga penyalur resmi Pertamina di wilayah Ratotok, yaitu SPBU Nelayan 7895902 dan Pertashop 7P95904.
Pertamina menyalurkan BBM produk Biosolar sebanyak 128.000 liter per bulan dan produk Pertalite sebanyak 461.000 liter per bulan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Ratatotok dan sekitarnya.
“Kami menghimbau agar masyarakat dapat membeli secara langsung BBM di lembaga penyalur resmi milik Pertamina dan tidak membeli melalui pedagang BBM eceran,” tambah T. Muhammad Rum.
Sebelumnya, kelangkaan solar dan lonjakan harga pertalite melumpuhkan aktivitas ekonomi masyarakat, terutama di sektor perikanan dan usaha kecil.
Harga pertalite eceran mencapai Rp 18.000 per liter dan solar dilaporkan kosong di sejumlah wilayah, membuat nelayan dan pelaku usaha kewalahan.
Berdasarkan pantauan di lapangan, krisis ini sangat menyulitkan warga untuk beraktivitas. Masyarakat kini harus menghadapi dua masalah sekaligus: harga Pertalite yang melambung tajam dan kelangkaan pasokan BBM solar di tingkat pengecer.
Kelangkaan pasokan BBM, khususnya solar, menjadi kendala utama bagi nelayan di Mitra. Randy, seorang warga Ratatotok, menyampaikan kesulitan ini pada Senin, 13 Oktober 2025.
“Susah sekali sekarang. Solar tidak ada sama sekali, padahal itu yang kami pakai untuk melaut,” ujar Randy dikutip Tribun Mitra, Selasa (14/10/2025).
Ia menambahkan bahwa harga pertalite yang tersedia pun sudah terlalu mahal untuk dibeli.
“Kalau beli pertalite pun sudah terlalu mahal,” katanya lagi.
Dampak lonjakan harga BBM eceran juga dirasakan pelaku usaha jasa Tromol untuk pengolahan emas. Kenaikan harga ini membuat biaya operasional mereka melonjak drastis.
Pengusaha tersebut mengaku sangat khawatir jika kondisi harga harian yang tidak menentu ini terus berlangsung.
“Kalau terus begini, kami bisa rugi besar. Setiap hari harga naik,” ujarnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Pertamina Jelaskan soal Solar Langka dan Pertalite Rp 18.000 di Minahasa Tenggara Regional 18 Oktober 2025
/data/photo/2025/10/14/68edfa4ab2791.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)