Jakarta, CNBC Indonesia – Kelompok militan India yang berlindung di Myanmar dan bertempur dalam perang saudara di negara itu telah kembali ke Negeri Bollywood. Hal ini terjadi setelah situasi di Myanmar terus bereskalasi dan kacau.
Dalam laporan Reuters, para militan India itu sebelumnya pernah terlibat perang etnis antara suku Meitei, yang dominan dan sebagian besar beragama Hindu, dan suku Kuki yang sebagian besar beragama Kristen. Sejak Mei 2023, sekitar 260 orang tewas dalam pertempuran itu dan lebih dari 60.000 orang mengungsi.
Setelah kondisi di Myanmar makin memanas, para milisi yang mengungsi mulai kembali ke wilayah Manipur, India. Sembilan perwira militer dan polisi India mengatakan militan yang bersaing telah menyeberangi perbatasan dengan senjata berat.
“Para pejuang dilengkapi dengan senjata yang lebih canggih, termasuk peluncur roket, dan 20 orang tewas dalam pertempuran pada bulan November saja,” ungkapnya.
Eskalasi tersebut disertai dengan peningkatan kejahatan. Ini utamanya terkait pemerasan dan perdagangan narkoba ilegal, yang digunakan untuk mendanai logistik peperangan dan operasi faksi-faksi yang bertikai.
“Para pemberontak yang telah kami kendalikan sekitar 10 tahun lalu kembali mendapatkan relevansi,” kata Yumnam Joykumar Singh, mantan kepala polisi Manipur, yang juga pernah menjadi wakil kepala menteri negara bagian tersebut.
“Beberapa dari mereka kembali dari Myanmar, beberapa sudah datang,” tambah Singh.
Sebagai tanggapan, pemerintah federal mengumumkan akan mengerahkan 10.000 tentara lagi di Manipur. Ini membuat jumlah total pasukan menjadi hampir 67.000 personel, di samping 30.000 pasukan polisi.
Manipur adalah wilayah hutan berbukit yang dihuni 3,2 juta orang di Timur Laut India, yang berbatasan dengan Myanmar.
Pertempuran di sana dipicu tahun lalu oleh perintah pengadilan yang mengusulkan pemberian tunjangan pemerintah yang sama kepada suku Meitei dan Kuki. Padahal, suku Meitei tinggal di wilayah lembah Imphal yang makmur di negara bagian itu, sementara suku Kuki tinggal di perbukitan yang lebih miskin.
Pasukan keamanan telah menjaga zona penyangga antara kedua kelompok untuk mencoba membatasi kekerasan. Apalagi, negara bagian ini memiliki sejarah pemberontakan dan dalam beberapa dekade terakhir.
Petugas keamanan juga mengatakan kelompok Meitei telah bertempur di pihak junta yang berkuasa dalam perang saudara Myanmar. Diperkirakan 2.000 kader mereka telah berkemah di wilayah Sagaing Myanmar, tepat di seberang perbatasan dari Manipur, hingga Desember.
“Mereka telah memerangi pemberontak anti-junta seperti Pasukan Pertahanan Rakyat Kalay (PDF-K) dan Tentara Nasional Kuki Burma di wilayah Sagaing, Kachin, dan Chin di Myanmar utara,” kata petugas keamanan dan pemimpin suku India.
Sementara itu, suku Kuki mendapat dukungan dari pemberontak Kachin dan telah membeli senjata dari negara bagian Wa yang semi-otonom di Myanmar, menurut tiga petugas India, beberapa pemimpin suku, dan sumber PDF-K di Myanmar.
“Beberapa kelompok Meitei telah beroperasi dari kamp-kamp di Myanmar dengan dukungan militer, tetapi sekarang tersebar di sepanjang perbatasan dan kembali ke Manipur,” kata Sui Khar, wakil ketua Front Nasional Chin, kelompok pemberontak anti-junta Myanmar yang beroperasi di negara bagian Chin.
“Mereka bekerja sama erat dengan tentara Burma dalam operasi melawan kami,” katanya kepada Reuters melalui panggilan telepon.
Perwira militer dan polisi India mengatakan sulit untuk menilai jumlah militan yang telah kembali ke Manipur.
Namun, lebih dari 100 pemberontak Meitei ditangkap di Manipur tahun lalu dan lebih dari 200 tahun ini. Di sisi lain, sekitar 50 pemberontak Kuki ditangkap dalam periode yang sama.
“Manipur adalah masalah, dan sekarang Anda juga menghadapi masalah Myanmar,” kata kepala Angkatan Darat India Jenderal Upendra Dwivedi pada bulan Oktober. “Garis pertempuran makin mengeras”.
(luc/luc)