TRIBUNNEWS.COM – Berikut perkembangan terkini perang Rusia dan Ukraina hari ke-1.127 pada Rabu (26/3/2025).
Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina melaporkan Rusia menyerang dengan rudal balistik Iskander-M dari Krimea dan 139-ma bpla serang tipe Shahed dan drone imitatorami dari berbagai arah.
Mereka mencatat serangan Rusia di sejumlah lokasi di antaranya Kharkiv, wilayah Sumy, wilayah Poltava, wilayah Kirovohrad, wilayah Kyiv, wilayah Cherkasy, dan wilayah Odessa.
Militer Ukraina mengatakan serangan tersebut bisa ditangkis oleh angkatan udara mereka.
Setidaknya 34 drone imitator Rusia hilang dari lokasi.
Menlu Rusia: Gencatan Senjata Maritim Bangkitkan Pasar Pupuk Rusia
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan kesepakatan keamanan maritim Laut Hitam bertujuan untuk membawa Moskow kembali ke pasar gandum dan pupuk yang dapat diprediksi akan menguntungkan dan memastikan keamanan pangan global.
“Kami ingin pasar gandum dan pupuk dapat diprediksi, sehingga tidak ada yang mencoba ‘menjauhkan kami’ darinya,” kata Lavrov kepada televisi pemerintah Rusia Channel One pada Selasa (25/3/2025) malam.
“Bukan hanya karena kami ingin … mendapatkan keuntungan yang sah dalam persaingan yang adil, tetapi juga karena kami prihatin dengan situasi keamanan pangan di Afrika dan negara-negara lain di belahan bumi selatan,” lanjutnya, dikutip dari The Guardian.
Rusia-Ukraina Sepakat Tak Saling Serang di Laut Hitam
Rusia dan Ukraina sepakat untuk menghilangkan serangan di Laut Hitam selama 30 hari.
Keputusan tersebut diumumkan setelah pembicaraan paralel dengan negosiator AS di Arab Saudi pada 23-24 Maret 2025, meskipun Kremlin mengatakan gencatan senjata maritim akan dimulai hanya jika menerima keringanan sanksi atas ekspor pertanian.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan AS sedang meninjau persyaratan Rusia setelah Kremlin bersikeras telah menegosiasikan konsesi dengan Gedung Putih.
Jika dikabulkan oleh AS, itu akan menandai pencabutan sanksi besar pertama sejak invasi skala penuh tahun 2022.
Zelensky: Seharusnya Rusia Tak Perlu Minta Syarat Keringanan Sanksi
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia seharusnya tidak perlu meminta AS untuk meringankan sanksi terhadapnya sebagai syarat yang diajukan Kremlin untuk menerima kesepakatan gencatan senjata di Laut Hitam.
Menurutnya, permintaan Rusia itu dapat melemahkan posisi Ukraina.
“Jika Rusia melanggarnya, kami akan meminta Trump untuk mengenakan sanksi tambahan pada Moskow dan menyediakan lebih banyak senjata untuk Ukraina,” katanya.
“Kami tidak percaya pada Rusia, tetapi kami akan bersikap konstruktif,” lanjutnya.
Presiden Ukraina juga mengatakan tidak ada kesepakatan mengenai gencatan senjata tanpa syarat karena Rusia tidak menginginkannya.
Ia mengatakan ia yakin seiring berlanjutnya negosiasi semakin hari orang-orang tidak akan percaya kepada Rusia, seperti diberitakan Suspilne.
Zelensky Kritik Utusan AS, Sebut Ia Condong ke Rusia
Zelensky mengkritik utusan Trump Steve Witkoff yang mengatakan bahwa referendum yang digelar Rusia di empat wilayah Ukraina yang didudukinya sebagian atau seluruhnya adalah sah.
Witkoff sebelumnya mengatakan mayoritas rakyat di empat wilayah tersebut ingin berada di bawah kekuasaan Rusia.
Presiden Ukraina mengatakan komentar Witkoff sangat sejalan dengan pesan Kremlin, tetapi ia berharap seiring berjalannya waktu negosiator AS dan pihak lain di Gedung Putih secara bertahap akan menyadari bahwa kepemimpinan Rusia tidak tulus.
Rusia Klaim Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia adalah Miliknya
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan PLTN Zaporizhzhia adalah fasilitas Rusia dan tidak mungkin untuk mengalihkan kendali PLTN tersebut ke Ukraina atau negara lain mana pun.
Pasukan Rusia merebut PLTN tersebut pada awal invasinya tahun 2022.
Sebelumnya Donald Trump, dalam percakapan telepon bulan ini dengan Zelensky, mengisyaratkan bahwa AS dapat membantu mengelola dan mungkin memiliki PLTN Ukraina, termasuk Zaporizhzhia.
Menlu Estonia: Rusia Lebih Unggul dalam Negosiasi Gencatan Senjata daripada Ukraina
Menteri luar negeri Estonia Margus Tsahkna mengatakan Rusia telah memperoleh posisi yang lebih unggul dalam perundingan gencatan senjata.
Ia menyarankan AS mempertimbangkan batas waktu jika tidak ada kemajuan.
Sebelumnya Margus Tsahkna dan Menteri Luar Negeri Latvia dan Lithuania bertemu bersama pada hari Selasa di Washington dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio.
“Putin sekarang memiliki posisi yang lebih unggul dalam beberapa hal,” kata Tsahkna kepada AFP dalam sebuah wawancara Senin malam menjelang pembicaraannya dengan Rubio pada hari Selasa.
“Pertanyaannya sekarang, berapa lama Trump benar-benar akan memberi Putin untuk memainkan permainan?” katanya.
Dinas Keamanan Ukraina Tangkap Prajurit yang Bantu Rusia
Dinas keamanan Ukraina (SBU) mengatakan mereka telah menahan seorang prajurit di wilayah Sumy yang dituduh membantu Moskow menyerang pasukan Ukraina yang bertempur di wilayah Kursk Rusia dengan membocorkan lokasi mereka.
“Saat berada di garis depan, ‘mata-mata’ itu sedang mempersiapkan koordinat untuk serangan rudal dan bom penyerang ke lokasi pasukan Ukraina,” kata SBU di Telegram pada hari Selasa.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina