Perang Antar Perang Israel dengan Iran: Tel Aviv Tambah Tiga Pesawat F-35i di Pangkalan Nevatim
TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel (IDF), Minggu (15/3/2025) mengumumkan kalau tiga pesawat F-35i telah mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Nevatim.
Tambahan jet tempur canggih di Angkatan Udara Israel (IAF) ini berasal dari pembelian dari produsen raksasa pertahanan Amerika Serikat (AS), Lockheed Martin.
“Tambahan 3 unit ini meningkatkan kuantitas pesawat F-35 Israel menjadi 42 dari 50, yang telah dibeli penuh,” tulis laporan The Jerusalem Post, dikutip Senin (16/3/2025).
Ketiga pesawat ini sebenarnya tiba minggu lalu tetapi baru diumumkan pada hari Minggu sebagai bagian dari kesepakatan jangka panjang yang berlangsung selama beberapa tahun untuk menambah jumlah F-35 Israel dari 25 menjadi 50.
Jerusalem Post melansir kalau dalam waktu sekitar dua bulan berikutnya, tiga pesawat lagi akan dikirimkan, dengan tiga lagi akan dikirimkan pada akhir tahun 2025 dan dua terakhir dari pesanan yang ada pada tahun 2026.
“Namun itu bukanlah akhir dari pengiriman F-35,” kata laporan itu menjelaskan kalau IAF akan kembali kedatangan jet-jet canggih.
Pada tahun 2023, Israel, pemerintah AS, dan Lockheed Martin menandatangani kesepakatan untuk 25 F-35 tambahan untuk akhirnya meningkatkan jumlah pesawat menjadi 75.
“Ini berarti IAF akan memiliki skuadron ketiga jet tempur, dan langkah tambahan dalam proses tersebut terjadi pada pertengahan tahun 2024,” tulis laporan tersebut.
TAMBAHAN JET TEMPUR – Jet tempur F-35 Angkatan Udara Israel terlihat tiba di pangkalan Israel, pada tanggal 15 Maret 2025. IDF mengumumkan pada hari Minggu bahwa tiga pesawat F-35i telah mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Nevatim , yang dibeli dari raksasa pertahanan AS Lockheed Martin, yang meningkatkan kuantitas pesawat F-35 Israel menjadi 42 dari 50, yang telah dibeli penuh .
Bagian dari Strategi MABAM, Perang Antar Perang dengan Iran
Pengiriman skuadron ketiga pertama F-35 akan dimulai pada tahun 2027
Israel menandatangani program F-25 pada tahun 2010, dan program F-35-nya mulai beroperasi pada tahun 2017.
Selama perang multifront yang dihadapi Israel saat ini, F-35 telah menjalani lebih dari 15.000 jam terbang di semua lini, yang harus dihadapi Israel, dari Iran hingga Yaman, Suriah, Lebanon, dan Gaza.
Selain itu, selama perang, IDF mengatakan bahwa mereka memodifikasi pesawat F-35 miliknya agar dapat menembakkan amunisi JDAM dari sayapnya, berbeda dengan desain awalnya yang menjatuhkan amunisi dari perut pesawat.
JDAM atau Joint Direct Attack Munition atau Amunisi Serangan Langsung Gabungan adalah bom berpemandu GPS yang digunakan untuk menyerang target di darat.
“Bahkan sebelum perang, F-35 dianggap penting dalam “perang antar perang” MABAM melawan proksi Iran di Suriah,” tulis ulasan JPost soal perang F-35 di IAF.
Strategi perang antar perang Israel (MABAM dalam bahasa Ibrani) merupakan gagasan menteri pertahanan saat itu Boogie (Moshe) Yaalon dan kepala staf (purn.) Benny Gantz.
Ribuan tentara dan perwira, dari pasukan darat elit hingga personel intelijen, staf operasi, dan pilot, telah mengambil bagian dalam MABAM, yang akan merayakan ulang tahunnya yang ke-10 tahun ini.
Strategi MABAM ini mengacu pada kampanye terselubung antar-perang yang dilancarkan oleh Israel.
Hal ini dilakukan melalui IDF dan Komunitas Intelijen Israel, dengan mencegah musuh-musuh Israel, siapa pun mereka, dari mengembangkan kemampuan yang akan memungkinkan mereka untuk membobol sistem pencegahan (deterrence) Israel melalui pendeteksian dan penghancuran secara selektif ancaman-ancaman yang muncul terhadap keamanan Israel.
Pesawat jet F-35 Israel dilaporkan meluncurkan rudal air to surface dari jauh jauh dan menghantam situs radar Iran. Situs radar ini menjadi bagian dari sistem pertahanan fasilitas nuklir Natanz Iran yang sangat rahasia. (khaberni/HO)
Atas stretagi MABAM ini, Israel mengandalkan jet-jet berjenis ini untuk melancarkan serangan senyap ke wilayah target, termasuk Iran secara diam-diam.
“Pesawat ini memiliki teknologi siluman, yang membuatnya lebih mampu menyerang sasaran di seluruh Timur Tengah tanpa hukuman (diserang balik atau terdeteksi), dan kemampuan pengawasan dan intelijennya jauh melampaui pesawat F-16 dan F-15 Israel yang lebih tua,” kata laporan JPost.
Misalnya, dikatakan bahwa pesawat itu dengan mudah mampu mengecoh sistem pertahanan rudal antipesawat S-300 Iran, dan bahkan mungkin sistem S-400, sedangkan pesawat Israel lainnya akan mengalami lebih banyak kesulitan.
CEO Lockheed Martin Israel yang akan lengser, Joshua (Shiki) Shani, sebelumnya mengatakan, “Kami bangga mendukung Pasukan Pertahanan Israel dalam menyediakan F-35, dan merasa terhormat bahwa pemerintah Israel telah mengumumkan niatnya untuk membeli F-35 tambahan.
“Angkatan Udara Israel telah membuktikan kemampuannya dalam operasi kritis dengan Skuadron 116 dan 140, dan kami berharap dapat terus mengembangkan kinerja yang kuat ini. Dengan kombinasi teknologi siluman, fusi sensor, dan peperangan elektronik, F-35 generasi kelima akan memastikan Angkatan Udara Israel tetap unggul dalam menghadapi ancaman terkini dan yang terus berkembang,” katanya.
Pada saat yang sama, Israel tampaknya mempersiapkan peningkatan kekauatan angkatan udaranya seiring makin meluasnya konflik yang mereka hadapi.
Setelah bertahun-tahun tertunda, Kementerian Pertahanan telah melanjutkan dengan 25 pesawat tempur F-15 EX Boeing dari AS untuk membantu menggantikan pesawat F-15 yang sudah tua.
Pada bulan November 2022, Israel menyelesaikan perjanjian untuk membeli empat pesawat pengisian bahan bakar di udara Boeing KC-46A.
“Masing-masing elemen pesawat baru tersebut juga membutuhkan waktu beberapa tahun lagi untuk dikirimkan ke Israel, tetapi pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan Yerusalem untuk menyerang program nuklir Teheran, jika diperlukan,” kata laporan tersebut.
(oln/Jpost/*)