Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Pentingnya Literasi Kecerdasan Buatan bagi Guru dan Siswa

Pentingnya Literasi Kecerdasan Buatan bagi Guru dan Siswa

TRIBUNJATENG.COM – Perlukah Indonesia memiliki kerangka kerja nasional mengenai kompetensi kecerdasan buatan (AI) bagi guru dan siswa?

UNESCO telah mengeluarkan kerangka kerja kompetensi AI bagi guru dan siswa, namun tampaknya Indonesia belum membuat atau mengadaptasi kerangka kerja kompetensi AI bagi guru dan siswa. 

Guru dan siswa sekarang makin akrab dengan AI dalam kehidupan sehari-hari, sudah bukan rahasia lagi jika guru dan siswa memanfaatkan AI untuk membuat soal dan menjawab tugas.

UNESCO merespon keresahan di dunia pendidikan dengan mengeluarkan kerangka kerja kompetensi AI bagi guru dan siswa.

Untuk guru, terdapat 5 parameter utama untuk Guru menggunakan AI dalam dunia pendidikan. Terdiri dari: 

1. Pemikiran yang terpusat pada manusia: guru harus mengenalkan nilai-nilai dan sikap dalam penggunaan AI berpusat pada manusia. 

2. Etika menggunakan AI: Guru memperkenalkan etika, peraturan, batasan-batasan dalam menggunakan AI, dan potensi melanggar hukum jika menggunakan AI. 

3. Landasan dan aplikasi AI: Guru harus mengenal konsep dan keterampilan menggunakan AI untuk memilih dan menerapkan untuk disesuaikan dengan kebutuhan siswa. 

4. Pedagogi AI: Guru dalam memilih AI yang akan digunakan harus memperhatikan beberapa aspek seperti tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, aspek pengajaran dan pembelajaran, interaksi sosial, kepedulian sosial, dan penilaian. 

5. AI untuk pengembangan professional: Guru dapat memanfaatkan AI sebagai sarana pembelajaran untuk merefleksi dan meningkatkan strategi pengajaran didalam kelas jadi AI dapat mendukung pembelajaran seumur hidup guru, pengrmbangan profesioonalitas yang kolaboratif, dna mengeksplorasi transformasi profesional. 
 
Untuk siswa, terdapat 4 aspek yang harus siswa pahami dalam proses belajar menggunakan AI karena kedepan siswa juga akan menggunakan AI dalam kehidupan sehari-hari, meliputi: 

1.Pemikiran yang terpusat pada manusia: membangun agensi siswa terhadap AI 

2. Etika menggunakan AI: siswa belajar mengenal etika menggunakan AI dan keamanan dalam menggunakan AI. 

3. Landasan dan aplikasi AI: Siswa memiliki landasan pengetahuan dan kemampuan menggunakan AI. 

4. Sistem desain AI: Mendorong siswa agar lebih kritis dan kreatif. 
 
Kerangka kerja kompetensi AI bagi guru dan siswa dari UNESCO tersebut menggaris bawahi bahwa penggunaan AI dalam dunia pendidikan tidak bertujuan memberikan jalan pintas dalam belajar dan mengajar, namun menjadi sarana pembelajaran yang kritis dan kreatif.

Karena AI tidak dapat menggantikan peran guru. 

Kita kini hidup di era yang serba instan dimana santan kelapa saja sudah ada yang instan, tinggal menuang dari kemasan sudah siap.

Seperti saat kita mengcopy dan paste hasil temuan dari AI begitu saja. 

Padahal dahulu kita memerlukan usaha yang lebih untuk mendapatkan santan kelapa, dengan memilih kelapa yang sesuai kriteria, memarut dan menyaring, dan baru kita mendapatkan santan.

Dalam menggunakan AI kita harus menggunakan filosofi membuat santan kelapa manual. 

Memilih kelapa: dimana kita mencari informasi sebanyak-banyak dari AI dan sumber lainnya terkait topik yang guru ajarkan dan siswa pelajari. 

Memarut: guru dan siswa mengolah informasi dengan membandingkan hasil dari AI dan berbagai sumber yang lainnya, dan merefleksikan ke dalam tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 

Menyaring: guru dan siswa memilah hasil informasi yang tepat untuk menjawab tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 

Santan: guru dan siswa mengkreasikan hasil temuan dari AI dan berbagai sumber menjadi karya baru yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. 

Karena kita tidak bisa hidup dimasa lalu, guru melarang sepenuhnya penggunaan AI juga bukan jawaban yang tepat karena semua siswa akan kembali ke masyarakat dimana mereka akan menjumpai AI baik dirumah atau di lingkungan kerja.

Oleh karena itu sangatlah penting peran guru dalam membangun literasi guru sendiri mengenai AI dan mengajarkan kepada siswa agar AI tidak disalah gunakan.  

Untuk konteks Indonesia, pemerintah perlu memiliki kerangka kerja nasional mengenai kompetensi kecerdasan buatan (AI) bagi guru dan siswa agar guru dan siswa memiliki literasi AI yang baik dan dukungan pelatihan yang cukup dari pemerintah, dan dapat diimplementasikan sesuai kontekstual pembelajaran di sekolah Indonesia. 

Biodata 

Surya Agung Wijaya adalah mahasiswa doktoral di Universitas Negeri Semarang yang merupakan penerima beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan Indonesia, dan bidang penelitian saya adalah pembelajaran digital secara informal dalam bahasa Inggris dan multimodal. (*)