PIKIRAN RAKYAT – Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Selasa pagi secara mengejutkan mengumumkan berakhirnya perang antara Israel dan Iran. Pengumuman tersebut disampaikan melalui media sosialnya, Truth Social, dengan pernyataan penuh percaya diri: “CONGRATULATIONS WORLD, IT’S TIME FOR PEACE!”. Dalam unggahannya, Trump menyebut bahwa kedua negara telah mencapai “Complete and Total CEASEFIRE” atau gencatan senjata total.
Namun, di balik pengumuman bombastis itu, seperti dilansir The Guardian, Selasa, 24 Mei 2025, muncul banyak pertanyaan mengenai keabsahan kesepakatan tersebut, mengingat fakta bahwa rudal Iran masih menghantam Israel saat kesepakatan gencatan senjata seharusnya sudah dimulai.
Retaliasi Terukur Iran
Segalanya bermula setelah AS menyerang beberapa situs nuklir Iran pada Minggu dini hari. Menanggapi serangan itu, Iran meluncurkan rudal balistik ke pangkalan militer AS di Qatar pada Senin malam. Meski disebut sebagai “tanggapan yang kuat dan berhasil” oleh otoritas Iran, serangan itu tidak menimbulkan korban jiwa. Bahkan, lokasi pangkalan dan waktu serangan diduga dipilih untuk menghindari eskalasi lebih lanjut.
Presiden Trump merespons dengan menyebut serangan itu sebagai “lemah”, dan justru menjadikannya alasan untuk menyerukan perdamaian. Ia menyatakan bahwa Iran dan Israel telah mendekatinya untuk mencapai kesepakatan. Dengan bantuan Qatar sebagai mediator, dan senator JD Vance disebut berperan dalam dialog dengan Teheran, Trump mengklaim telah menyusun rencana damai.
Detail Kesepakatan
Trump menjelaskan bahwa gencatan senjata akan diberlakukan dalam dua tahap: Iran akan menghentikan serangan enam jam setelah pengumuman, diikuti oleh Israel enam jam kemudian. Setelah 24 jam, perang 12 hari tersebut akan resmi dinyatakan berakhir.
Namun, implementasi kesepakatan berjalan tak mulus. Iran masih menembakkan rudal ke wilayah selatan Israel menjelang batas waktu. Di sisi lain, Israel sempat meningkatkan serangannya ke fasilitas Iran sebelum akhirnya menghentikan aksi militer sekitar pukul 4 pagi waktu Teheran.
Kementerian Luar Negeri Iran menyatakan bahwa operasi militer mereka telah selesai tepat waktu, sementara televisi pemerintah mengumumkan dimulainya gencatan senjata. Pemerintah Israel baru mengonfirmasi keterlibatan mereka dalam kesepakatan pada pukul 9 pagi waktu setempat, dengan pernyataan bahwa mereka akan “merespons dengan keras terhadap setiap pelanggaran”.
Analisis dan Dampak
Sejauh ini, tampaknya gencatan senjata berhasil dihormati oleh kedua pihak. Trump pun tidak menyia-nyiakan momen ini untuk mengklaim kemenangan diplomatik. Ia bahkan mengunggah meme dirinya mencium bendera AS, dengan tulisan: “Trump was right about everything.”
Dari sudut pandang militer, serangan terhadap fasilitas nuklir Iran telah menimbulkan kerugian besar bagi Teheran. Iran kehilangan sejumlah besar infrastruktur nuklir, dan meskipun beberapa pakar memperkirakan mereka akan membangun kembali secara diam-diam, kemampuan mereka telah terpukul.
Namun, para pengamat menyatakan bahwa konsekuensi jangka panjang dari serangan tersebut masih belum dapat dipastikan. Meningkatnya dukungan publik Iran terhadap pengembangan senjata nuklir menjadi salah satu kekhawatiran. Terlebih, menurut Israel, Iran kemungkinan besar telah memindahkan cadangan uranium mereka menjelang serangan, dan hingga kini belum diketahui lokasinya.
Akhir atau Awal Babak Baru?
Meskipun Trump menyatakan bahwa “perang yang bisa menghancurkan Timur Tengah” telah dihindari, banyak pihak masih skeptis. Beberapa negara di kawasan mengkritik Iran, namun secara umum menyerukan kembalinya diplomasi. Qatar, misalnya, menyatakan kemarahannya atas serangan, namun tetap mendorong perundingan.
Jika gencatan senjata ini bertahan, Trump bisa saja mencetak poin politik besar menjelang pemilu mendatang, termasuk mewujudkan ambisinya meraih Nobel Perdamaian. Namun, jika situasi kembali memanas, maka deklarasi perdamaian ini bisa dikenang hanya sebagai momen sensasional yang tak membuahkan hasil nyata.
Dalam diplomasi kawasan yang rumit dan berlapis, waktu akan menjadi penentu: apakah ini awal dari perdamaian, atau hanya jeda dalam konflik panjang yang belum menemukan solusi permanen. ***
