Liputan6.com, Kupang – Lebih dari 40 mobil pickup setiap hari keluar masuk Pelabuhan Marina Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Puluhan pickup tersebut membawa puluhan jerigen berisi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Di tepi pelabuhan, sudah menunggu kapal-kapal wisata dan speed boat yang hendak melakukan perjalanan ataupun sudah melakukan perjalanan ke pulau-pulau sekitar Labuan Bajo.
Setelah sampai di Pelabuhan Marina Labuan Bajo, para sopir dan kernet segera turun mengambil selang panjang yang dibawa serta dalam mobil.
Salah satu ujung selang elastis tersebut kemudian diarahkan ke mulut jerigen, sementara satunya menuju tangki kapal.
Ketika sudah siap, BBM yang diangkut tersebut mulai disalurkan hingga tangki full.
Hingga pada saat pergantian dari satu kapal ke kapal lain, tumpahan BBM tersebut tercecer di pelabuhan maupun di permukaan air.
Sehingga tidak heran, permukaan air terlihat mengkilat karena tercampur minyak.
Di sekitar area pengisian BBM tersebut, tak ada petugas yang mengawasi distribusi BBM tersebut.
Yang terlihat hanya petugas keamanan di pintu masuk pelabuhan dan penjaga portal.
Beberapa kendaraan yang masuk pun tidak dibuka oleh petugas jaga, sehingga terpal penutup jerigen masih tertutup rapat hingga akhirnya dibuka saat memulai pengisian BBM.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan Manggarai Barat Vinsensius Gande mengaku kekurangan fasilitas untuk mengoptimalkan pengawasan terhadap aktivitas di laut yang berpotensi mencemari perairan.
Terhadap aduan masyarakat terkait dugaan pencemaran laut akibat tumpahan BBM di laut Labuan Bajo pihaknya mengaku telah mengambil tindakan koordinasi dengan KSOP.
Menurutnya, penindakan terhadap pelanggan tersebut menjadi ranah KSOP.
“Oli tumpah, minyak apa segala macam memang kami selalu bentuk tim gabungan. Namun, kita juga punya keterbatasan terkait pengawasan di laut. Dari sisi fasilitas kapal pemantau kami belum punya sehingga untuk sementara kita optimalkan di daratan pantai,” kata Vinsen.
Sementara itu, Kepala KSOP Kelas III Labuan Bajo Stephanus Risdiyanto dikonfirmasi melalui sambungan telepon tidak menjawab permintaan untuk diwawancarai.
Beberapa kali dihubungi melalui sambungan telepon pun tidak diangkat meskipun berdering tanda aktif.
AD (27), seorang warga yang tinggal di Labuan Bajo mengatakan aktivitas pengisian BBM ke jerigen dan tangki sudah biasa di pelabuhan.
Meskipun dia mengetahui angkutan kapal skala kecil baik untuk penumpang maupun barang dapat membeli bahan bakar minyak (BBM) subsidi dan kompensasi dengan menggunakan surat rekomendasi, tetapi keberadaan pick up yang tidak dibuka saat memasuki dermaga turut dicurigai apakah BBM tersebut merupakan BBM non subsidi atau sesuai peruntukannya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5246123/original/043572100_1749442942-Untitled.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)