Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Pengamat Setuju Stasiun Karet Ditutup untuk Realisasikan Konsep TOD Megapolitan 3 Januari 2025

Pengamat Setuju Stasiun Karet Ditutup untuk Realisasikan Konsep TOD
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        3 Januari 2025

Pengamat Setuju Stasiun Karet Ditutup untuk Realisasikan Konsep TOD
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)
Deddy Herlambang
mendukung penutupan
Stasiun Karet
untuk mewujudkan konsep
Transit Oriented Development
(TOD).
“Setuju (ditutup). Kita mikirnya ke depan, jangan hari ini saja. Jarak dari ketiga stasiun itu dekat dan masuk dalam jangkauan TOD, enggak masalah,” ujar Deddy saat diwawancarai
Kompas.com
pada Kamis malam (2/1/2024).
TOD adalah pengembangan yang mengintegrasikan ruang kota.
Konsep ini bertujuan menyatukan orang, kegiatan bangunan, dan ruang publik melalui konektivitas yang mudah.
Hal ini termasuk kemudahan berjalan kaki atau bersepeda, serta akses dekat ke angkutan umum.
Deddy mengungkapkan bahwa kawasan Dukuh Atas telah dipersiapkan menjadi kawasan TOD.
Di kawasan ini, hanya ada satu titik simpul, yaitu Stasiun Sudirman, yang akan menjadi pusat transit.
Untuk mencegah overload penumpang di Stasiun Sudirman, pemberhentian KRL akan dibagi ke stasiun berikutnya, seperti BNI City dan Karet.
Akan tetapi, jarak antara Stasiun Sudirman, BNI City, dan Karet sangat dekat.
“Untuk RITJ, konsep maksimal jalan kakinya 500 meter. Sebenarnya, jarak antara Stasiun Sudirman lama dan Stasiun Karet sudah 500 meter. Itu sudah masuk kawasan TOD,” jelas Deddy.
Jika Stasiun Karet ditutup, Deddy menilai hal itu tidak masalah.
Penumpang dari Stasiun Karet masih bisa berjalan kaki menuju Stasiun BNI City atau Sudirman karena jaraknya aman.
Namun, dia mencatat bahwa masalah utama adalah masyarakat Indonesia cenderung malas berjalan kaki.
“Masyarakat kita kan malas berjalan kaki. Jalan 200 meter saja terasa jauh. 500 meter juga dianggap jauh, sehingga mereka memilih naik ojol. Itu kan lucu,” kata Deddy.
Deddy berharap ada perubahan ke depan agar masyarakat Indonesia lebih memanfaatkan angkutan umum.
“Ada perubahan ke depan untuk mengedepankan angkutan umum, angkutan massal, dan non-motoris transportasi dengan berjalan kaki,” tegasnya.
Dia juga mencontohkan negara tetangga, seperti Hongkong dan Jepang, di mana masyarakatnya terbiasa berjalan kaki.
“Di Hongkong dan Tokyo, orang-orang berjalan kaki. Mereka turun di stasiun bawah tanah dan naik ke atas dengan berjalan kaki. Itu tidak masalah,” ujar Deddy.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.