Jakarta, Beritasatu.com – Kecanduan pornografi dapat berdampak serius pada kepercayaan diri dan kesejahteraan mental, termasuk bagi wanita. Penelitian terbaru mengungkap bahwa wanita yang terlalu sering mengonsumsi konten dewasa cenderung mengalami kesulitan dalam menerima diri sendiri dan menetapkan tujuan hidup.
Para ahli selama ini menyebut konsumsi pornografi sebagai bagian dari eksplorasi seksual yang normal. Namun, ketika penggunaan pornografi menjadi tidak terkendali, disebut sebagai problematic pornography use (PPU) atau penggunaan pornografi bermasalah, maka yang terjadi adalah kecemasan, depresi, bahkan gejala putus kebiasaan.
“Sebuah studi di China yang melibatkan lebih dari 500 wanita muda menemukan bahwa mereka yang mengalami kecanduan porno memiliki tingkat penerimaan diri yang lebih rendah dan lebih sulit menentukan arah hidupnya. Hal ini disebabkan oleh dorongan kuat dan tak terkendali untuk menonton pornografi, meskipun mereka menyadari dampak negatifnya terhadap kehidupan sehari-hari dan hubungan sosial,” tulis Dailymail, Kamis (13/3/2025).
Dengan akses internet yang semakin mudah, fenomena kecanduan pornografi semakin meningkat, terutama di kalangan anak muda. Inggris bahkan menempati peringkat kedua dalam jumlah pencarian konten dewasa di dunia, dengan rata-rata 16,6 juta pencarian setiap bulan.
Stop pornografi. – (www.kominfo.go.id)
Penelitian memperkirakan bahwa satu dari sepuluh orang dewasa mengalami PPU dalam berbagai tingkat keparahan. Bahkan, beberapa di antaranya bisa menghabiskan hingga 12 jam per minggu untuk menonton pornografi.
Sayangnya, banyak individu yang enggan mencari bantuan profesional karena rasa malu atau takut ketahuan. Akibatnya, kecanduan ini terus berlanjut dan memengaruhi kesehatan mental mereka.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Computers in Human Behavior menunjukkan bahwa wanita yang memiliki penerimaan diri lebih tinggi cenderung tidak menunjukkan hubungan signifikan antara kebiasaan menonton pornografi dan PPU. Sebaliknya, mereka yang memiliki kepercayaan diri rendah justru semakin rentan terhadap dampak negatif dari konsumsi konten dewasa secara berlebihan.
Meski banyak yang ingin lepas dari kecanduan porno, menghentikan kebiasaan ini secara mendadak bisa memicu gejala putus kebiasaan yang tidak menyenangkan.
Penelitian di Brasil menemukan bahwa mereka yang berhenti tiba-tiba dapat mengalami gejala seperti sakit kepala, menggigil, bahkan mual, mirip dengan gejala putus zat pada pecandu narkoba atau judi. Dari 14 studi yang ditinjau, 72% pengguna pornografi mengalami gejala putus kebiasaan, sementara 57% melaporkan dorongan kuat untuk kembali menonton.
Gejala lain yang sering terjadi meliputi emosi yang meningkat, sulit berkonsentrasi, perasaan gugup, bahkan gangguan tidur. Penggunaan pornografi yang tidak terkendali dapat mengarah pada perilaku seksual kompulsif, yang membuat seseorang mengabaikan hubungan pribadi, kesehatan, hingga tanggung jawab lainnya.
“Di sisi lain, kehidupan seksual yang sehat sebenarnya memiliki banyak manfaat bagi tubuh, seperti meningkatkan kesehatan jantung, mengurangi stres, dan meningkatkan kesejahteraan mental. Namun, tren terbaru menunjukkan bahwa masyarakat kini lebih jarang berhubungan seksual dibanding sebelumnya,” terang Dailymail.
Menurut survei Royal College of Occupational Therapists (RCOT), rata-rata pria dan wanita hanya melakukan hubungan seksual sebanyak 46 kali dalam setahun, atau sekitar sekali setiap delapan hari.
Dengan meningkatnya kasus kecanduan pornografi, para ahli menyarankan terapi berbicara sebagai salah satu solusi untuk membantu individu mengatasi masalah ini dan memperbaiki kualitas hidup mereka.
