Merangkum Semua Peristiwa
Indeks

Peneliti KIC: UMKM perlu bangun cerita menarik di balik “brand”

Peneliti KIC: UMKM perlu bangun cerita menarik di balik “brand”

Cerita yang menarik merupakan poin krusial bagi brand lokal untuk meningkatkan penjualan di live shopping

Jakarta (ANTARA) – Direktur Riset Katadata Insight Center (KIC) Gundy Cahyadi mengatakan pelaku UMKM perlu membangun cerita, yang kuat untuk membangun brand atau jenama mereka agar menarik konsumen.

Sebab, menurut Gundy, dalam paparan survei yang dilakukan KIC, persepsi cerita yang menarik bukan hanya memberikan nilai lebih, tetapi juga menjadi daya tarik utama bagi konsumen.

“Cerita yang menarik merupakan poin krusial bagi brand lokal untuk meningkatkan penjualan di live shopping,” kata Gundy dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.

Menurut survei, sebanyak 36 persen responden merasa persepsi cerita di balik produk lokal sangat penting, sementara 51 persen menganggapnya penting.

Survei bertajuk “Consumer Behavior on Live Shopping” itu dilakukan 5 hingga 18 November 2024 terhadap 1.381 responden berusia 18-44 tahun dan telah melakukan belanja secara live shoppinp dalam satu tahun.

Survei ini mencakup responden di kota-kota besar, termasuk Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Medan, Palembang, Balikpapan, Denpasar, dan Makassar.

Lebih lanjut, kata Gundy, keterjangkauan harga menjadi alasan utama masyarakat berbelanja produk lokal dalam aktivitas berbelanja online secara langsung melalui siaran (live shopping). Sebanyak 31 persen responden menyatakan hal ini berdasarkan temuan KIC.

Hal ini menunjukkan bahwa jenama lokal memiliki keunggulan daya saing dalam menawarkan harga yang lebih terjangkau bagi konsumen Indonesia.

Alasan lain responden belanja produk lokal di live shopping adalah sebagai upaya mendukung jenama Indonesia (28 persen), mudah mencari produk lokal (10 persen), memiliki kualitas yang baik (10 persen), kenyamanan (9 persen), pembawa acara dapat dipercaya (6 persen), produk cocok untuk orang Indonesia (5 persen), dan lainnya (0,4 persen).

“Bagi jenama lokal, ini adalah saat yang tepat untuk memanfaatkan tren live shopping dan memperkuat cerita mereka agar bisa lebih dekat dengan konsumen, membangun hubungan yang lebih kuat, dan meningkatkan penjualan,” kata Gundy.

Survei yang dilakukan KIC juga menyebutkan masifnya promo menarik merupakan faktor pemikat bagi masyarakat untuk mengikuti live shopping.

“Konsumen cenderung masih membuka platform e-commerce untuk melihat-lihat dan mencaritahu deskripsi produk. Sementara fitur live shopping digunakan untuk mencari promo terbaik dan mengetahui deskripsi produk yang lebih dalam,” ujar Gundy.

Merujuk hasil survei, pada indikator produk dan penawaran, sebanyak 99 persen responden mengakui jika faktor penawaran, diskon, harga, dan gratis ongkos kirim membuat mereka tertarik belanja melalui live shopping.

Sementara, 97 persen responden mengaku tertarik karena ragam produk yang ditawarkan dan 75 persen karena produk yang ditawarkan hanya dijual saat live shopping.

Hal ini juga berlaku bagi mereka yang belum pernah belanja daring di e-commerce. Sebanyak 63 persen mengaku mau mencoba live shopping dengan pertimbangan banyak penawaran, diskon, harga terbaik, dan gratis ongkos kirim.

Selanjutnya, sebanyak 40 persen responden beralasan live shopping lebih dipercaya dengan kualitas produknya karena bisa diperlihatkan langsung dan 37 persen menilai bisa mengetahui spesifikasi produk secara lebih rinci.

“Di platform live shopping, host bisa membahas produk yang diinginkan konsumen untuk dipraktekkan penggunaannya,” kata Gundy.

Dalam hasil survei juga terungkap, kemudahan melihat penjelasan produk secara langsung menjadi alasan konsumen merasa nyaman belanja produk-produk lokal. Tren ini membuka peluang besar bagi jenama lokal untuk semakin berkembang dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Konsumen aktif minta penjelasan

Terkait kebiasaan dalam live shopping, sebanyak 50 persen responden mengaku aktif meminta pembawa acara live shopping untuk membahas produk yang mereka incar ketika ingin mencari tahu deskripsi atau spesifikasi produk.

Hal ini menunjukkan bahwa konsumen semakin terlibat aktif dan berkomitmen untuk mendapatkan informasi yang lengkap sebelum membuat keputusan pembelian.

“Dalam aktivitas interaksi dengan host, konsumen paling sering berinteraksi untuk menanyakan deskripsi produk dan ketika ada produk yang menarik perhatian,” kata Gundy.

Selain itu, mayoritas responden melakukan pembayaran saat produk yang diincar selesai dibahas atau hingga mendapatkan penawaran yang terbaik. Adapun, momen favorit responden dalam berbelanja melalui live shopping adalah ketika terdapat promo tanggal kembar (66 persen) dan ketika terdapat promo flash sale (63 persen).

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mendukung perekonomian domestik, live shopping bukan hanya memudahkan konsumen, tetapi juga menjadi platform yang efektif untuk meningkatkan daya saing produk lokal di pasar digital yang terus berkembang.

Hal ini, kata Gundy, membuka peluang besar bagi jenama lokal untuk lebih dikenal dan mendapatkan kepercayaan konsumen melalui interaksi langsung dan penawaran yang menarik.

Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2024