Yogyakarta, Beritasatu.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat, jumlah penduduk miskin pada Maret 2025 mencapai 425.820 jiwa. Angka ini menurun tipis sebesar 0,17 poin dibandingkan data September 2024 yang tercatat 430.470 orang.
Meski ada penurunan, angka kemiskinan DIY masih dipengaruhi sejumlah komoditas utama, baik dari sektor makanan maupun nonmakanan. Di wilayah perkotaan, lima komoditas makanan penyumbang tertinggi, yaitu beras 20,15%, rokok kretek filter 7,91%, daging ayam ras 5,26%, telur ayam ras 5,05%, dan kue basah 3,19%.
Untuk kelompok nonmakanan di kota, kontribusi terbesar berasal dari perumahan 10,09%, bensin 3,67%, pendidikan 2,22%, listrik 1,92%, dan perlengkapan mandi 1,32%.
Sementara itu, di perdesaan, pola penyumbang kemiskinan serupa, tetapi dengan beberapa pergeseran urutan. Komoditas makanan tertinggi, yaitu beras 23,25%, daging ayam ras 4,64%, telur ayam ras 4,46%, rokok kretek filter 4,32%, dan roti 2,77%.
Dari sisi nonmakanan di perdesaan, lima penyumbang utama kemiskinan yaitu perumahan 9,17%, bensin 4,12%, listrik 1,25%, pendidikan 1,22%, dan perlengkapan mandi 1,16%.
“Secara umum, urutan penyumbang kemiskinan hampir sama, hanya berbeda pada beberapa peringkat,” jelas Statistisi Utama BPS DIY Sentot Bangun Widoyono kepada Beritasatu.com, Jumat (25/7/2025).
Penurunan angka kemiskinan ini menunjukkan tren perbaikan, tetapi juga mengungkap fakta penting. Fakta tersebut, yaitu konsumsi dasar, seperti beras, rokok, dan kebutuhan rumah tangga masih membebani pengeluaran kelompok miskin, baik di kota maupun desa.
