Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI berkomitmen menghilangkan stigma busana kebaya yang identik dengan kaum ibu melalui beragam upaya.
Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi DKI Jakarta Ali Maulana Hakim mengatakan Pemprov DKI memiliki pekerjaan rumah untuk bisa melepaskan stigma tersebut.
“Kita harus sosialisasikan, tampilkan tentang cerita di balik kebaya, tentang bagaimana indahnya memakai kebaya untuk generasi penerus kita di masa depan. Masa depan ini menjadi PR (pekerjaan rumah) kita karena kebaya harus terlepas dari stigma hanya (untuk) ibu-ibu, anak-anak muda juga harus suka pakai kebaya,” kata Ali di Museum Tekstil, Jakarta, Kamis.
Dia pun mengingatkan kebaya telah diakui sebagai warisan budaya takbenda (WBTb) oleh UNESCO pada 4 Desember 2024. Oleh karena itu, dia mengajak masyarakat beserta seluruh pemangku kepentingan agar merasa bangga terhadap warisan budaya tersebut. Terlebih, kebaya telah diakui dunia atas nilai sejarah, estetika serta filosofi yang terkandung di dalamnya.
Pengakuan itu, sambung dia, juga menjadi bentuk penghormatan terhadap masa lalu serta komitmen untuk terus melestarikan kekayaan budaya bangsa di masa depan.
“Ini harus menjadi kebanggaan kita, ini pengakuan dunia yang harus kita jaga, jangan sampai hilang,” tegas Ali.
Lebih lanjut, dia mengatakan Pemprov DKI melalui Dinas Kebudayaan berkolaborasi dengan seluruh pihak untuk memajukan dan melestarikan kebudayaan di Jakarta.
Salah satunya, yaitu melalui penyelenggaraan pameran “Kebaya Ibu: Cerita, Cinta, dan Budaya” yang berlangsung di Museum Tekstil mulai 4 hingga 31 Desember 2025. Pameran ini menampilkan sebanyak 110 koleksi kebaya dari Museum Tekstil dan para kolektor pemerhati wastra.
Dia pun berharap pameran kebaya tersebut bukan sekadar seremonial, tetapi dapat menjadi ruang refleksi peran para ibu, peran para perempuan Indonesia dalam sejarah perjalanan bangsa.
“Nilai-nilai inilah yang terpantul melalui peragaan kebaya, busana yang menjadi simbol jati diri, menjadi martabat dan juga bagaimana keanggunan perempuan nusantara terlihat dari kebaya,” ungkap Ali.
Di lain sisi, dia menambahkan Museum Tekstil hadir sebagai ruang edukasi tentang pelestarian, penelitian, sekaligus ruang publikasi wastra tradisional Indonesia.
“Melalui pameran, Museum Tekstil turut menegaskan komitmennya untuk merawat, memperkenalkan, dan juga memastikan bahwa kebaya tetap memiliki tempat dalam kehidupan budaya masyarakat masa kini, berikut juga masa depan,” tutur Ali.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Rr. Cornea Khairany
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
