Pemerintah Petakan Kerusakan Rumah dan Siapkan Relokasi di Sumbar

Pemerintah Petakan Kerusakan Rumah dan Siapkan Relokasi di Sumbar

Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) melakukan survei peninjauan ke tiga provinsi terdampak banjir dan longsor di Sumatera. Tiga pejabat eselon I yang terjun langsung, yakni Dirjen Perumahan Perdesaan Imran, Dirjen Tata Kelola dan Pengendalian Risiko Aziz Andriansyah, dan Dirjen Kawasan Permukiman Fitrah Nur.

Fitrah, yang meninjau langsung kondisi pemukiman di Sumatera Barat, mengatakan bahwa rumah warga terdampak terbagi dalam kategori rusak ringan, sedang, berat, serta yang hanyut.

“Data kemarin, itu ada 691 yang hanyut. Kemungkinan akan bertambah dengan kategori rusak berat karena kondisinya sudah tidak memungkinkan diperbaiki,” ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Hukum, Selasa (9/12/2025).

Menurut Fitrah, rumah yang hanyut itu berada di kawasan yang terdampak perpindahan alur sungai, sehingga banyak permukiman hilang di sempadan sungai. Selain itu, rumah rusak berat berjumlah 1.733 unit, rusak sedang 1.027 unit, dan rusak ringan mencapai 5.347 unit.

“Data ini sudah kami perbarui per Senin kemarin,” tegasnya.

Ia menambahkan, pihaknya sedang mengupayakan pengajuan relokasi berdasarkan rekomendasi Pemerintah Provinsi Sumatra Barat hingga tingkat kabupaten dan kota. “Untuk rumah yang hanyut dan hilang, kami sudah menyiapkan opsi lokasi relokasi dari Pemda dan wali kota. Namun anggarannya belum tersedia,” kata Fitrah.

Saat ini pemerintah pusat dan daerah masih fokus pada penanganan darurat, sehingga PKP belum dapat masuk ke tahap pembangunan hunian.

“Situasi masih dalam fase penyelamatan, tetapi kami sudah siapkan kebutuhan selanjutnya,” jelasnya.

Banjir besar di Kota Padang menimbulkan kerusakan pada enam jembatan, jalan, bendungan, dan fasilitas PDAM. Total kerugian infrastruktur diperkirakan mencapai Rp 202,8 miliar.

Wali Kota Padang Fadly Amran menyampaikan bahwa perbaikan difokuskan pada jembatan dan fasilitas vital agar aktivitas warga segera pulih.

“Kerusakan paling parah terjadi pada Jembatan Gunung Nago senilai Rp 45 miliar, dan Jembatan Kalawi Limau Manis yang putus dengan kerugian Rp 35 miliar,” pungkasnya.