Pembongkaran Hibisc Fantasy, Warga Cekcok dengan Karyawan, Rebut Ekskavator Lagi dan Hancurkan Paksa Bangunan Bandung 7 Maret 2025

Pembongkaran Hibisc Fantasy, Warga Cekcok dengan Karyawan, Rebut Ekskavator Lagi dan Hancurkan Paksa Bangunan
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        7 Maret 2025

Pembongkaran Hibisc Fantasy, Warga Cekcok dengan Karyawan, Rebut Ekskavator Lagi dan Hancurkan Paksa Bangunan
Tim Redaksi
BOGOR, KOMPAS.com
– Ratusan warga
Puncak

Bogor
, Jawa Barat, kembali menyabotase alat berat atau ekskavator dan membongkar bangunan wisata
Hibisc Fantasy
milik PT Jaswita pada hari kedua atau Jumat (7/3/2025).
Mereka menyerbu dan merangsek masuk ke dalam area wisata rekreasi Hibisc Fantasy Puncak.
Rencana pembongkaran menggunakan lima unit alat berat oleh
Satpol PP
akhirnya tak berjalan mulus.
Warga yang berhasil masuk langsung menghancurkan bangunan bagian dalam. Bahkan, ada sebagian warga yang menghancurkan pot-pot bunga di area wisata. 
Petugas tak bisa berbuat banyak saat warga marah dan memaksa menyuruh operator alat berat turun membongkar.
Ratusan warga ini merasa tak puas setelah pembongkaran pertama pada Kamis (6/3/2025) kemarin.
Oleh karena itu, mereka meminta agar pembongkaran hari kedua ini tak tebang pilih. Menurut mereka, semua bangunan harus dibongkar. 
Sempat terjadi aksi saling dorong antara warga dengan para karyawan Hibisc yang berusaha menghalau alat berat di lokasi.
Meski mendapat perlawanan dari karyawan, ratusan warga berhasil menduduki area wisata hingga ke bagian dalam. 
Ratusan warga kemudian menghancurkan bangunan permanen yang berdiri di lahan resapan air. Cekcok hingga aksi saling lempar kian memanas antara warga dengan para karyawan Hibisc tersebut. 
Sejumlah karyawan tampak teriak karena tak terima saat bangunan tempat mereka bekerja dibongkar paksa.

Aing gagawean di heula, ulah padu ngbongkar wae
(saya bekerja dulu, jangan main langsung bongkar saja),” teriak seorang karyawan yang marah. Situasi kian tegang.
Namun, warga tak mengindahkan keluhan karyawan. Alhasil, sebagian bangunan wisata ala negeri dongeng itu kini telah rata dengan tanah.
Salah seorang warga, Maun alias Sam, mengaku bahwa massa yang merangsek masuk itu karena merasa tak puas dengan kerja Satpol PP. Sebab, pembongkaran yang pertama tidak dilanjutkan sampai ke bagian dalam pada hari ini.
Karena itu, warga tak ingin pilih-pilih dan bangunan di wisata milik PT Jaswita itu sudah harus rata dengan tanah. Apalagi, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memerintahkan wisata itu harus dibongkar semua untuk dijadikan kawasan hutan.
“Warga sudah sangat geram sehingga tidak bisa lagi menunggu petugas melakukan pembongkaran hanya di titik tertentu, harus semuanya. Waktu PKL dibongkar, aparat cepat, sedangkan ini karena perusahaan besar, terkesan lama, berbelit-belit. Jadi, kami minta ini segera dibongkar semua,” katanya.
Sementara itu, Kasatpol PP Provinsi Jabar Muhammad Ade Afriandi menjelaskan bahwa petugas perlu proses untuk melakukan penertiban bangunan atau pembongkaran terhadap wisata Hibisc.
“Jadi, hari ini kami melakukan dulu pembersihan, penataan sisa material pembongkaran paksa pertama yang dilakukan kemarin oleh warga, nah baru setelah itu kami mau bongkar,” ucap Ade kepada Kompas.com, Jumat.
Namun, sampai dengan sholat Jumat tadi, situasi memanas sehingga kondisinya tidak memungkinkan untuk dilanjutkan penataan.
“Kemudian berjalan setelah shalat Jumat, sekitar jam 2 tiba-tiba ada kelompok masyarakat merangsek masuk menjebol pintu gerbang dan memaksa pekerja untuk membongkar bangunan dengan alasan tidak kepuasan,” ujarnya.
Menurut Ade, warga melakukan pemaksaan kepada operator (ekskavator) untuk menghancurkan semua bangunan wisata Hibisc tersebut.
Dia menyebutkan, terdapat 39 bangunan wisata Hibisc ini yang disegel, 14 di antaranya harus melalui proses cabut izin, sedangkan 25 bangunan lainnya masuk kategori dibongkar. 
Dengan begitu, ada beberapa bangunan yang punya dokumen atau izin sehingga harus melalui prosedur. Namun, massa tetap memaksa untuk dilakukan pembongkaran.
“Tentu kami menyampaikan jangan sembarang, ada bangunan yang memiliki izin, artinya harus melalui proses,” ujarnya.
Petugas sempat menghentikan alat berat supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Namun, ada satu yang lolos dan akhirnya dipakai untuk menghancurkan bangunan wisata.
“Kami sampaikan bahwa di kawasan ini ada yang masuk ke dalam perizinan dan ada yang belum. Nah berbicara pembongkaran, tentu kami tidak bisa semua bongkar hari ini selesai karena kontruksinya beda-beda dan posisi tidak masuk izin itu tidak satu hamparan,” ucapnya.
“Artinya tersebar dan akses masuknya juga kan tidak sama lebar dan belokannya. Nah itu tentu kami sampaikan pemahaman bahwa kami melakukan penertiban dan pembongkaran tidak bisa cepat selesai,” tuturnya.
“Apalagi masyarakat memaksa masuk dan memaksa menunjukkan bangunan yang ingin mereka bongkar. Nah, itu tentu mengganggu proses penertiban ini,” tuturnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.