Jakarta, CNN Indonesia —
Pasukan oposisi Suriah mengeklaim telah menguasai kota Daraa di barat daya Suriah pada Jumat (6/12). Ini berarti posisi kelompok tersebut semakin dekat ke ibu kota Damaskus.
“Pasukan kami telah menguasai penuh seluruh kota Daraa dan mulai menyisir permukimannya, serta mengamankan lembaga dan kantor pemerintahannya,” kata pihak oposisi yang dikenal sebagai Southern Operation Rooms, dikutip CNN.
Daraa adalah tempat pemberontakan Suriah dimulai pada 2011 lalu. Kementerian Pertahanan Suriah sejauh ini belum mengonfirmasi maupun membantah klaim kelompok pemberontak itu.
Dalam sebuah video yang diunggah, terlihat para pemberontak itu beraksi di luar gedung pemerintah kota Daraa.
Para pemberontak kini memerangi pasukan Presiden Suriah Bashar al-Assad dari dua arah yakni utara dan selatan, untuk mendekati Damaskus.
Kemarin, pemberontak di Suriah selatan juga menguasai perbatasan Suriah-Yordania setelah melancarkan serangan baru. Perbatasan Nassib menandai titik paling selatan jalan raya utama M5, yang membentang dari kota Aleppo di utara dan melalui ibu kota.
Sementara para pemberontak di utara setelah merebut Aleppo pekan lalu, telah bergerak maju ke selatan di sepanjang jalan raya dan merebut kota Hama pada Kamis (5/12) lalu.
Faksi-faksi di selatan berbeda dengan faksi-faksi di utara yang dipimpin oleh kelompok pemberontak Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang telah merebut dua kota besar selama serangan sepekan yang lalu.
Namun kelompok-kelompok tersebut memiliki tujuan yang sama, yakni menggulingkan rezim Assad.
Dalam wawancara kepada CNN, pemimpin milisi HTS Abu Mohammad al-Jolani mengatakan tujuan koalisi pemberontak Suriah, yang telah merebut dua kota besar dari kendali pemerintah hanya dalam waktu seminggu, pada akhirnya adalah untuk menggulingkan rezim Assad yang telah berusia puluhan tahun.
“Ketika kita berbicara tentang tujuan, tujuan revolusi tetaplah menggulingkan rezim ini. Merupakan hak kita untuk menggunakan semua cara yang tersedia untuk mencapai tujuan itu,” kata Jolani.
Serangan ini juga membangkitkan kembali perang saudara yang telah lama terpendam.
Konflik itu dimulai pada 2011 setelah Assad bergerak untuk memberantas protes pro-demokrasi yang damai selama Arab Spring.
Pertempuran itu meluas ketika aktor-aktor regional dan negara kekuatan dunia lainnya, dari Arab Saudi dan Amerika Serikat hingga Iran dan Rusia, ikut campur hingga meningkatkan perang saudara menjadi “perang proksi”.
Lebih dari 300.000 warga sipil telah terbunuh dalam lebih dari satu dekade perang, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, sementara jutaan lainnya mengungsi di seluruh wilayah.
(dna/dna)
[Gambas:Video CNN]