Jakarta, CNN Indonesia —
Pemberontak Suriah mengeklaim telah mulai mengepung ibu kota Damaskus pada Sabtu (7/12). Namun pemerintah Suriah membantah klaim tersebut.
“Pasukan kami telah memulai tahap akhir pengepungan ibu kota Damaskus,” kata komandan pemberontak Hassan Abdel Ghani, dikutip AFP.
Kementerian Pertahanan Suriah dengan tegas membantah bahwa tentara mereka telah meninggalkan posisi dekat kota Damaskus.
“Tidak ada kebenaran dalam berita yang mengeklaim pasukan bersenjata kami, yang siaga di seluruh wilayah Damaskus, telah ditarik,” kata Ghani.
Sebelumnya kelompok pemantau perang Observatorium Suriah untuk HAM mengatakan pemberontak berada dalam jarak 20 kilometer dari Damaskus, saat pasukan pemerintah mundur.
Kelompok itu mengeklaim pasukan pemerintah Suriah telah menyerahkan lebih banyak wilayah penting di Damaskus, kehilangan kendali atas seluruh Provinsi Daraa selatan, dan mengevakuasi pos-pos di Quneitra dekat Dataran Tinggi Golan.
Kelompok pemantau itu juga mengatakan pasukan pemerintah telah ditarik keluar dari kota-kota yang berjarak hanya 10 kilometer dari Damaskus.
Abdel Ghani juga sebelumnya mengeklaim pasukannya berhasil menguasai cabang Saasaa di pedesaan Damaskus.
Sebelumnya kemajuan yang dilakukan kelompok pemberontak Islam Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan sekutunya semakin mengepung pemerintah Presiden Bashar al-Assad. Kelompok pemberontak juga mengeklaim telah merebut banyak wilayah di Suriah.
Dalam sebuah pernyataan, Abdel Ghani mengakui bahwa pemberontak telah mengambil alih wilayah tempat tinggal “berbagai sekte agama dan kelompok minoritas”.
“Kami meminta agar semua sekte diyakinkan, karena era sektarianisme dan tirani telah berakhir selamanya,” katanya.
Kelompok minoritas sering kali mengalami penganiayaan selama konflik panjang di Suriah, dan pendahulu HTS, Front Al-Nusra, yang terkait dengan Al-Qaeda, melancarkan serangan mematikan terhadap minoritas Alawi Assad di Homs pada awal perang.
(dna/dna)
[Gambas:Video CNN]