Jakarta, Beritasatu.com – Perusahaan disebut tidak puas dengan kinerja karyawan baru dari generasi Z atau gen Z yang lahir pada rentang tahun 1997-2012 atau yang saat ini berusia 8 hingga 23 tahun. Hal ini membuat perusahaan kemungkinan menghindari perekrutan lulusan baru di masa mendatang.
Mengutip Euro News, Sabtu (11/1/2025), hal ini terjadi karena gen Z disebut belum siap untuk memasuki dunia kerja. Banyak dari mereka yang mengeluh mengenai bagaimana cara menyesuaikan diri di tempat kerja. Perusahaan disebut ragu untuk memberikan pekerjaan untuk gen z.
Hal ini terungkap dari laporan platform konsultasi pendidikan dan karier, Intelligent. Laporan itu berdasarkan survei lebih dari 1.000 orang human resources development (HRD) manager yang mengurus masalah perekrutan karyawan baru.
Survei itu mengungkap 1 dari enam pemberi kerja enggan memberikan pekerjaan untuk gen Z terutama karena reputasi mereka yang merasa berhak atas sesuatu dan mudah tersinggung.
Selain itu, laporan itu juga mengungkap gen z tidak memiliki etos kerja yang kuat, kesulitan berkomunikasi, tidak baik dalam bekerja, dan secara umum tidak siap dalam menghadapi tuntutan dunia kerja.
Dosen senior Haas School of Business di University of California, Berkeley Holly Schroth menjelaskan, fokus gen Z hanya pada kegiatan ekstrakurikuler untuk meningkatkan daya saing perguruan tinggi saja.
Namun, mereka tidak mendapatkan pengalaman kerja sehingga menyebabkan harapan yang tidak realistis tentang tempat kerja dan cara menghadapi atasan.
“Mereka (gen Z) tidak mengetahui keterampilan dasar untuk berinteraksi sosial dengan pelanggan, klien, dan rekan kerja, maupun etika di tempat kerja,” kata Schroth.
Ia menyebut, perusahaan harus benar-benar melakukan orientasi karyawan baru dan memberikan pelatihan yang memadai.
“Selain itu, perusahaan harus berperan sebagai pelatih dan manajer,” tambah dia.
Selain itu, survei juga mengungkap enam dari 10 perusahaan melaporkan telah memecat lulusan baru dari gen Z pada 2024.
Alasan pemecatan terkait dengan kurangnya motivasi karyawan, kurang profesional, dan komunikasi yang buruk.
Selain itu, beberapa pekerja Gen Z mereka kesulitan mengelola beban kerja, sering terlambat, dan tidak berpakaian atau berbicara dengan pantas.
Penasihat utama pengembangan karier dan pendidikan Intelligent Huy Nguyen mengatakan, banyak lulusan perguruan tinggi baru-baru ini mungkin kesulitan memasuki dunia kerja. Hal itu karena adanya perbedaan dari apa yang biasa mereka alami selama menempuh pendidikan.
“Mereka sering kali tidak siap menghadapi lingkungan yang kurang terstruktur, dinamika budaya tempat kerja, dan ekspektasi pekerjaan yang mandiri,” paparnya dalam menanggapi dinamika pekerja gen Z.
