Jakarta, CNN Indonesia —
Para pejabat Israel disebut telah menerima laporan dari intelijen bahwa kelompok Hamas Palestina tengah bersiap melancarkan serangan ke Israel, sebelum serangan terjadi 7 Oktober lalu.
Namun, pejabat-pejabat itu mengabaikan laporan tersebut.
Kabar ini diungkapkan oleh surat kabar New York Times pada Kamis (30/11). NYT menyebut dokumen yang telah diterima otoritas Israel “telah menguraikan persis poin demi poin jenis invasi yang menghancurkan yang menyebabkan kematian sekitar 1.200 orang (di Israel).”
Dokumen yang telah ditinjau oleh NYT itu sendiri tidak merinci kapan tepatnya Hamas akan menyerang. Namun ada rincian soal rentetan roket, upaya untuk melumpuhkan pengawasan, dan gelombang orang-orang bersenjata menyeberang ke Israel melalui darat dan udara.
The Times melaporkan dokumen tersebut juga mencakup informasi keamanan sensitif tentang kapasitas dan lokasi militer Israel. Dokumen itu disebut telah beredar luas di kalangan pemimpin militer dan intelijen negara itu.
Namun, tidak diketahui apakah dokumen intel itu telah ditinjau atau belum oleh para pejabat Israel.
Dilansir dari AFP, militer Israel tahun lalu sempat menyatakan bahwa terlalu dini untuk menyebut rencana itu benar dirancang oleh Hamas. Seorang analis intelijen yang mewanti-wanti bahwa Hamas telah melakukan latihan sesuai rencana tersebut bahkan dipecat karena peringatannya.
Analis perempuan tersebut saat itu mengatakan ada “rencana yang dirancang untuk memulai perang.”
Militer Israel cuma merespons untuk “tunggu dengan sabar.”
Peringatan itu pada dasarnya tidak menunjukkan bahwa Hamas bakal melaksanakan rencana itu dalam waktu dekat. Seiring dengan itu, intelijen Israel pun terus percaya bahwa Hamas tidak menginginkan perang dengan mereka.
Ini sama dengan kegagalan intelijen Amerika Serikat menghindari serangan 11 September 2001 silam.
Serangan Hamas ke Israel sejauh ini menewaskan 1.200 orang dan menyandera 240 orang, menurut pejabat Israel.
Sementara itu, agresi darat dan udara Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 15.000 orang, dengan mayoritas anak-anak dan perempuan, menurut pihak berwenang Hamas.
(blq/bac)
[Gambas:Video CNN]