partai: PSI

  • Jokowi Masih Hitung Dukungan untuk Maju sebagai Ketum PSI

    Jokowi Masih Hitung Dukungan untuk Maju sebagai Ketum PSI

    Solo, Beritasatu.com – Menjelang Kongres Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang akan digelar pada 19–20 Juli 2025, nama Presiden ke-7 RI, Joko Widodo kembali mencuat dalam bursa calon ketua umum.

    Banyak pihak menanti apakah Jokowi akan benar-benar maju memperebutkan kursi tertinggi di partai berlambang mawar merah itu.

    Dalam pernyataan terbarunya, Jokowi mengungkapkan, dirinya memang telah menerima sejumlah dukungan dari berbagai daerah. Meski begitu, dia belum mengambil keputusan final terkait pencalonan sebagai ketua umum PSI.

    “Saya belum turun ke bawah, tapi sudah ada satu-dua dukungan dari DPW dan DPC di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. Tapi ya belum cukup,” ujar Jokowi saat ditemui di kediamannya di Jalan Kutai Utara No 1, Sumber, Solo, Jumat (13/6/2025).

    Lebih lanjut, Jokowi menjelaskan, proses pemilihan ketua umum PSI kali ini menggunakan sistem voting online yang memungkinkan setiap kader memiliki satu hak suara.

    Hal ini membuatnya lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan, karena peta dukungan dari bawah sangat menentukan hasil akhir.

    “Platformnya voting online, jadi benar-benar harus dihitung matang. Harus berhitung betul,” tegasnya.

    Mantan wali kota Solo itu menambahkan, dirinya belum secara resmi menyatakan akan maju sebagai calon ketua umum PSI karena masih mempertimbangkan berbagai syarat administratif dan tingkat dukungan dari akar rumput.

    “Dukungannya saja belum cukup. Untuk mencalonkan diri, kan harus didukung oleh DPW dan DPC di berbagai daerah. Saya lihat memang ada satu-dua dukungan, tapi itu belum memenuhi syarat,” ungkapnya.

    Kendati demikian, dia tidak menampik bahwa wacana pencalonannya sudah ramai dibicarakan di internal partai. Namun, Jokowi tampak tenang dan enggan terburu-buru menyatakan sikap.

    Kongres PSI yang akan digelar di Solo tersebut dijadwalkan berlangsung selama 2 hari, dengan rangkaian acara pembukaan yang tersebar di dua lokasi utama, yakni kawasan Saba Buana dan Edutorium Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).

    Kehadiran Jokowi dalam bursa calon ketua umum tentu menambah daya tarik kongres ini. Banyak pengamat politik menyebut bahwa jika Jokowi benar-benar maju, maka arah politik PSI akan berubah signifikan.

    Meski begitu, hingga artikel ini ditulis, belum ada pernyataan resmi dari Jokowi mengenai keputusannya maju atau tidak dalam kontestasi pemilihan ketua umum PSI. Dukungan memang sudah mulai mengalir, namun keputusan akhir masih bergantung pada kalkulasi matang terhadap peta kekuatan internal partai.

  • Pernyataan Kader PSI soal Jokowi Memenuhi Syarat Jadi Nabi, Sesat dan Penistaan Agama

    Pernyataan Kader PSI soal Jokowi Memenuhi Syarat Jadi Nabi, Sesat dan Penistaan Agama

    GELORA.CO – Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hukum dan HAM, KH DR Ikhsan Abdullah menilai pernyataan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka yang menyebut bekas Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memenuhi syarat menjadi nabi dan merupakan tokoh politik yang sulit dijatuhkan, sebagai bentuk penistaan agama.

    Ikhsan menekankan bila politikus PSI berpikiran seakan masih terbuka munculnya nabi lain sebagaimana pernyataanya tersebut, maka secara terang dia tengah menyatakan dirinya sedang melakukan perbuatan murtad dari agamanya. 

    “Dan karena pemikiranya yang sesat itu disampsikan secara luas di publik maka patut diduga kader PSI tersebut sedang melakukan penistaan agama,” sambung Ikhsan kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (13/6/2025).

    Founder Indonesia Halal Watch ini menegaskan, Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus Allah SWT dan tidak akan ada lagi nabi setelah Muhammad Rasulullah. sSebagaimana firman Allah di dalam Alquran Surat Al- Ahzab ayat 40 yang intinya menegaskan bahwa Muhammad adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Ungkapan lain Muhammad adalah khataman nabiyyin, artinya penutup para nabi,” jelas Ikhsan.

    Analis politik sekaligus Direktur Riset Trust Indonesia Ahmad Fadhli juga menilai pernyataan kader PSI itu berpotensi menista agama. Meski tidak spesifik menyebut agama Islam, namun teks nabi yang tidak bisa dijatuhkan itu boleh jadi berasosiasi dengan agama Islam. 

    “Karena Nabi dalam banyak riwayat ke-Islaman selalu berkorelasi dengan posisinya sebagai pemimpin atau penguasa yang memiliki banyak pengikut,” tutur Fadhli kepada Inilah.com di Jakarta, Kamis (12/6/2025).

    Fadhli menambahkan, nabi adalah wakil Tuhan dengan derajat mulia, sehingga tidak pantas disamakan dengan manusia manapun di muka bumi ini. “Apalagi hanya dengan seorang Jokowi,” tegas dia.

    Sebelumnya, pernyataan kader PSI, Dedy Nur Palakka itu disampaikan melalui cuitannya di akun X pada Senin (9/6/2025).

    Awalnya, Dedy menyebut Jokowi merupakan sosok yang dekat dengan rakyatnya. Kemudian cuitan itu dibalas oleh netizen yang geram melihat wajah Jokowi. Dedy lantas membalasnya dengan menyebut Jokowi sudah memenuhi syarat menjadi nabi.

    Namun, Dedy menyebut Jokowi sudah menikmati menjadi manusia biasa saat ini. Dedy juga mengatakan Jokowi selalu tersenyum lebar saat bertemu dengan masyarakat.

    “Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat, cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat.” tulis Dedy.

    Baru-baru ini Dedy menyebut sejumlah upaya untuk menjatuhkan Jokowi tak bakal berhasil. Menurut Dedy, berbagai isu yang menerpa untuk merusak nama Jokowi selama ini tidak pernah mempan. 

  • Pernyataan Kader PSI soal Jokowi Memenuhi Syarat Jadi Nabi, Sesat dan Penistaan Agama

    Pernyataan Kader PSI soal Jokowi Memenuhi Syarat Jadi Nabi, Sesat dan Penistaan Agama

    GELORA.CO – Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hukum dan HAM, KH DR Ikhsan Abdullah menilai pernyataan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka yang menyebut bekas Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memenuhi syarat menjadi nabi dan merupakan tokoh politik yang sulit dijatuhkan, sebagai bentuk penistaan agama.

    Ikhsan menekankan bila politikus PSI berpikiran seakan masih terbuka munculnya nabi lain sebagaimana pernyataanya tersebut, maka secara terang dia tengah menyatakan dirinya sedang melakukan perbuatan murtad dari agamanya. 

    “Dan karena pemikiranya yang sesat itu disampsikan secara luas di publik maka patut diduga kader PSI tersebut sedang melakukan penistaan agama,” sambung Ikhsan kepada Inilah.com di Jakarta, Jumat (13/6/2025).

    Founder Indonesia Halal Watch ini menegaskan, Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus Allah SWT dan tidak akan ada lagi nabi setelah Muhammad Rasulullah. sSebagaimana firman Allah di dalam Alquran Surat Al- Ahzab ayat 40 yang intinya menegaskan bahwa Muhammad adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Ungkapan lain Muhammad adalah khataman nabiyyin, artinya penutup para nabi,” jelas Ikhsan.

    Analis politik sekaligus Direktur Riset Trust Indonesia Ahmad Fadhli juga menilai pernyataan kader PSI itu berpotensi menista agama. Meski tidak spesifik menyebut agama Islam, namun teks nabi yang tidak bisa dijatuhkan itu boleh jadi berasosiasi dengan agama Islam. 

    “Karena Nabi dalam banyak riwayat ke-Islaman selalu berkorelasi dengan posisinya sebagai pemimpin atau penguasa yang memiliki banyak pengikut,” tutur Fadhli kepada Inilah.com di Jakarta, Kamis (12/6/2025).

    Fadhli menambahkan, nabi adalah wakil Tuhan dengan derajat mulia, sehingga tidak pantas disamakan dengan manusia manapun di muka bumi ini. “Apalagi hanya dengan seorang Jokowi,” tegas dia.

    Sebelumnya, pernyataan kader PSI, Dedy Nur Palakka itu disampaikan melalui cuitannya di akun X pada Senin (9/6/2025).

    Awalnya, Dedy menyebut Jokowi merupakan sosok yang dekat dengan rakyatnya. Kemudian cuitan itu dibalas oleh netizen yang geram melihat wajah Jokowi. Dedy lantas membalasnya dengan menyebut Jokowi sudah memenuhi syarat menjadi nabi.

    Namun, Dedy menyebut Jokowi sudah menikmati menjadi manusia biasa saat ini. Dedy juga mengatakan Jokowi selalu tersenyum lebar saat bertemu dengan masyarakat.

    “Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat, cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat.” tulis Dedy.

    Baru-baru ini Dedy menyebut sejumlah upaya untuk menjatuhkan Jokowi tak bakal berhasil. Menurut Dedy, berbagai isu yang menerpa untuk merusak nama Jokowi selama ini tidak pernah mempan. 

  • Jalan Pintas yang Harusnya Disetop

    Jalan Pintas yang Harusnya Disetop

    GELORA.CO  – Praktisi komunikasi publik, Rudi S. Kamri, menyoroti kemungkinan majunya Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) menjadi calon ketua umum (caketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

    Nama Jokowi digadang-gadang masuk bursa calon ketua umum PSI yang baru.

    Bahkan, PSI sudah mengaku akan menyambut terbuka jika Jokowi ikut kontestasi tersebut.

    Sementara itu, Jokowi telah mengisyaratkan, dirinya lebih tertarik untuk berlabuh ke PSI daripada ke partai lain yang juga mengincar namanya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

    Adapun Ketua DPP PSI, William Aditya Sarana menuturkan, nama Jokowi muncul dalam bursa calon ketua umum karena menjadi sosok yang dianggap layak untuk memimpin PSI ke depan.

    “Pak Jokowi adalah mentor bagi kami. Jadi, Pak Jokowi punya tempat istimewa di sini. Sehingga, wajar apabila namanya digaungkan oleh kader kami,” kata Ketua Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta ini beberapa waktu lalu, dilansir TribunJakarta.com.

    Jokowi Hanya sebagai Jalan Pintas

    Menurut Rudi S. Kamri, keputusan PSI membidik nama Jokowi merupakan jalan pintas dan instan yang tidak seharusnya dilanjutkan.

    Bahkan, Rudi menilai, PSI bakal bisa kehilangan marwahnya sebagai wadah anak muda berkembang di dunia politik.

    Hal ini dia sampaikan saat menjadi pembicara dalam tayangan Dua Sisi yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, Kamis (12/6/2025).

    “Menurut saya satu hal lah kembali saya sangat menyayangkan gitu ya, bahwa saya dulu dekat sekali dengan teman-teman PSI dari teman-teman, apalagi yang di Jakarta gitu,” jelas Rudi.

    “PSI akan kehilangan marwahnya sebagai arah generasi anak muda gitu. Jadi barometer anak muda,” lanjutnya.

    Kemudian, Rudi mendorong agar PSI mandiri, sebab saat ini partai berlambang kembang mawar merah itu terkesan hilang arah.

    “Jadi, saya mendorong PSI mandiri. Sekarang ini terlihat PSI tidak mandiri, tidak percaya diri, hilang arah gitu atau mungkin 15 tahun gagal terus gitu ya, karena selalu salah langkah. Itu yang terjadi,” papar Rudi,

    “Lalu, dia pakai jalan pintas, kemudian cari figur dari partai lain sebagai mentornya, dalam hal ini Pak Jokowi, itu cara berpikir instan, yang menurut saya jangan dikembangkan lah,” ujarnya.

    Sebaiknya Biarkan Penggantinya Saja yang Jadi Sorotan

    Rudi kemudian menjelaskan, seharusnya Jokowi tidak ikut jadi sorotan saja untuk PSI, melainkan jadi pembina saja dan membiarkan ada pengganti yang baru.

    Seperti pepatah Jawa, lengser keprabon mandeg panditha.

    Namun, Rudi menilai pepatah itu tidak berlaku.

    Kata Rudi, saat ini Jokowi sedang khawatir, tidak hanya karena dirinya yang disorot karena polemik ijazah, tetapi juga karena ada desakan pemakzulan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, dari kursi Wakil Presiden RI.

    Sehingga, lanjut Rudi, Jokowi memutuskan untuk ingin terjun kembali ke dunia politik.

    “Kembali lagi pada suatu kualitas ya, bahwa dulu saya berharap Pak Jokowi itu, lengser keprabon mandeg panditha. Itu bahasa Jawa,” kata Rudi.

    “Jadi, begitu sudah turun dia akan berdiri di tepi dan menjadi guru bangsa, membiarkan penggantinya menjadi spotlight gitu, seperti Pak SBY,” ujarnya.

    Tapi Pak Jokowi kan berbeda. Berbeda, apalagi anaknya masih di dalam pemerintahan yang baru dan perlu diawasi karena sedang dikuyo-kuyo (dikucilkan, red.) juga anaknya,” tambahnya.

    “Jadi artinya, kita juga bisa memberikan empati betapa khawatirnya seorang Jokowi saat ini, bukan hanya kasus dirinya yang sedang disorot masalah ijazah dan sebagainya, tapi bagaimana mengamankan anaknya dari proses pemakzulan. Makanya sangat ingin terjun ke politik,” tandasnya

  • Hoaks! Video sejumlah pejabat ditangkap mulai dari Kapolri hingga Wapres Gibran

    Hoaks! Video sejumlah pejabat ditangkap mulai dari Kapolri hingga Wapres Gibran

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan video di X memperlihatkan sejumlah tokoh publik seperti Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Mendagri Tito Karnavian, Wapres Gibran Rakabuming Raka, Gubernur Sumatera Utara, hingga Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep,

    Dalam video berdurasi hampir satu menit tersebut, para tokoh publik itu tampak seperti sedang ditangkap oleh polisi. Video ini telah ditonton lebih dari 150.000 kali, mendapat lebih dari 3.000 tanda suka, dan menuai sekitar 700 komentar.

    Berikut narasi dalam unggahan tersebut:

    “Gerak Cepat Polisi”

    Namun, benarkah video penangkapan tokoh publik tersebut?

    Unggahan video sejumlah pejabat ditangkap mulai dari Kapolri hingga Wapres Gibran. Faktanya, video tersebut dibuat dengan teknologi AI. (X)

    Penjelasan:

    Berdasarkan penelusuran, video tersebut adalah hasil manipulasi berbasis kecerdasan buatan (AI). Di pojok kanan video, terdapat watermark bertuliskan “Pixverse AI”. Pixverse AI merupakan platform yang memungkinkan pembuatan video dari teks, gambar, atau karakter melalui teknologi AI.

    Mengutip informasi dari Indonesia AI Hub, Pixverse menyediakan fitur text-to-video (mengubah teks menjadi video naratif), image-to-video (mengubah gambar statis menjadi video dinamis), dan character-to-video (menciptakan video dari karakter yang dirancang).

    Beberapa gambar dalam video tersebut ternyata identik dengan foto dalam artikel ANTARA berjudul “Bahlil ungkap alasan penghentian sementara operasi GAG Nikel”, “Iriana: Pak Presiden tak pernah cerita soal pemberian tanda kehormatan”, serta “Instruksi Mendagri terbaru pada lanjutan PPKM Jawa-Bali”.

    Selain itu, cuplikan video Wapres Gibran dalam unggahan tersebut diambil dari kanal YouTube “Unboxing Ekonomi Syariah: Indonesia Siap Pimpin Ekonomi Halal Dunia”. Semua konten visual tersebut telah diedit menggunakan aplikasi Pixverse AI agar tampak seolah-olah memperlihatkan adegan penangkapan para pejabat.

    Pewarta: Tim JACX
    Editor: Indriani
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dedy Nur PSI Akhirnya Minta Maaf dan Cabut Pernyataan Jokowi Layak Jadi Nabi

    Dedy Nur PSI Akhirnya Minta Maaf dan Cabut Pernyataan Jokowi Layak Jadi Nabi

    GELORA.CO – Dedy Nur Palakka mencabut pernyataan kontroversialnya yang menyebut mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi layak jadi nabi.

    Lewat klarifikasi di akun media sosial miliknya, Dedy Nur Palakka menyampaikan bahwa pernyataan Jokowi layak jadi nabi tersebut sepenuhnya merupakan pandangan pribadi.

    “Dan tidak mewakili sikap resmi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) secara kelembagaan,” ungkapnya seperti dilihat Kamis 12 Juni 2025.

    Dedy Nur Palaka lalu mengungkapkan alasannya kenapa mencabut pernyataan Jokowi memenuhi syarat sebagai nabi.

    Kena Tegur

    “DPW PSI Bali telah memberikan teguran secara internal sebagai bentuk tanggung jawab organisasi terhadap sensitivitas publik dan keberagaman pandangan masyarakat,” katanya.

    “Dengan kesadaran penuh, saya mencabut pernyataan tersebut, demi menjaga ruang dialog publik yang sehat dan tidak menimbulkan salah tafsir yang berlarut-larut,” sambungnya.

    Lebih lanjut Deddy Nur Palaka juga menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya buat seluruh masyarakat.

    “Saya menyampaikan permohonan maaf secara terbuka dan setulus-tulusnya kepada masyarakat, seluruh umat beragama, serta pihak-pihak yang merasa terganggu atau tersinggung oleh pernyataan tersebut,” ucapnya.

    Dedy Nur Palakka berkomitmen untuk tetap menjaga etika publik, belajar dari dinamika pernyataannya, dan memperkuat semangat demokrasi yang sehat, jujur, dan terbuka.

    “Terima kasih atas kritik, masukan, dan pengertian dari berbagai pihak,” tukasnya.

    Diketahui, Dedy Nur Palakka menjadi pembicaraan khalayak luas karena menyebut mantan Presiden Joko Widodo atau Jokowi layak jadi nabi.

    Jokowi Layak Jadi Nabi

    Dedy Nur Palakka menyampaikan pernyataan kontroversial itu di akun X pribadinya dengan menyebut Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), “sudah memenuhi syarat” menjadi nabi.

    Ia menyampaikan hal ini sebagai bentuk pujian terhadap sifat Jokowi yang dianggap dekat dengan rakyat dan selalu tersenyum lebar saat bertemu masyarakat.

    Namun, pernyataan tersebut memicu gelombang kecaman dan kontroversi luas di media sosial dan publik. Banyak pihak menilai pernyataan itu berlebihan dan bahkan dianggap sebagai bentuk penistaan agama karena menyamakan manusia biasa dengan nabi.

    Kontroversi ini juga diperparah dengan munculnya jejak digital Dedy yang pernah membuat cuitan bernada meragukan eksistensi Tuhan dalam Islam, sehingga publik mempertanyakan integritas keagamaannya.

  • Kader PSI Sebut Jokowi sebagai Nabi Baru, Pengamat: Ini Tipikal Orang Tidak Normal

    Kader PSI Sebut Jokowi sebagai Nabi Baru, Pengamat: Ini Tipikal Orang Tidak Normal

    Dia menilai orang yang suka mengultuskan figur tentu punya penilaian yang tak rasional, sehingga publik selayaknya menyueki.

    “Orang yang suka mengultuskan seseorang tentu tipikal orang irasional. Oleh karena itu, penilaian orang seperti ini tak perlu dihiraukan,” kata Jamiluddin melalui layanan pesan, Kamis (12/5/2025).

    Pengamat dari Universitas Esa Unggul itu juga mengatakan orang yang mengultuskan figur perlu dicek kesehatan jasmani dan rohani. “Sebab, orang yang normal tidak akan menyamakan Jokowi dengan nabi,” kata Jamiluddin.

    Terlebih lagi, lanjut dia, Jokowi hingga saat ini sosok kontroversial. Dalam banyak hal disebut sebagai figur antagonis.

    “Jadi, penilaian irasional semacam itu akan terus bermunculan bila di negeri ini banyak yang asal bapak senang atau ABS,” ungkapnya.

    Sebelumnya, kader PSI Dedy Nur Palakka menyebut Presiden ketujuh RI Jokowi memenuhi syarat untuk menjadi seorang nabi.

    Dedy dalam tulisannya di media sosial X mengklaim bahwa Jokowi itu sosok yang memenuhi syarat menjadi nabi.

    “Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat, cuma sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat,” demikian Dedy menuliskan di X.

    Pemilik akun X Bernama Lelaki Biasa @BiasaAgung menulis: “SS dulu ah sebelum dihapus”.

    Dia pun turut menyetarakan hasil screenshot berisikan tweet dari kader PSI dengan nama akun Dedy Nur @DedynurPalakka.

    Dedy Nur pun membalas komentar Lelaki Biasa dengan kalimat berikut ini: “Enggak bakalan saya hapus. Saya malah berharap ini disebarkan secara luas agar dunia tahu bahwa ada nabi baru yang lahir dari Indonesia”. (Besse Arma/Fajar)

  • Kader PSI Sebut Jokowi Memenuhi Syarat Jadi Nabi, Jamiluddin Ritonga Sarankan Cek Kesehatan Jasmani dan Rohani

    Kader PSI Sebut Jokowi Memenuhi Syarat Jadi Nabi, Jamiluddin Ritonga Sarankan Cek Kesehatan Jasmani dan Rohani

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pernyataan politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka yang menyebut mantan Presiden RI, Joko Widodo memenuhi syarat menjadi nabi terus menuai sorotan tajam.

    Sorotan salah satunya datang dari pengamat politik, Jamiluddin Ritonga. Dia menilai pernyataan politikus PSI, yang menyamakan Presiden ketujuh RI Joko Widodo (Jokowi) sebagai nabi ialah ciri orang yang suka mengultuskan figur.

    Dia menilai orang yang suka mengultuskan figur tentu punya penilaian yang tak rasional, sehingga publik selayaknya menyueki.

    “Orang yang suka mengultuskan seseorang tentu tipikal orang irasional. Oleh karena itu, penilaian orang seperti ini tak perlu dihiraukan,” kata Jamiluddin melalui layanan pesan, Kamis (12/5).

    Pengamat dari Universitas Esa Unggul itu juga mengatakan orang yang mengultuskan figur perlu dicek kesehatan jasmani dan rohani. “Sebab, orang yang normal tidak akan menyamakan Jokowi dengan nabi,” kata Jamiluddin.

    Terlebih lagi, lanjut dia, Jokowi hingga saat ini sosok kontroversial. Dalam banyak hal disebut sebagai figur antagonis.

    “Jadi, penilaian irasional semacam itu akan terus bermunculan bila di negeri ini banyak yang asal bapak senang atau ABS,” ungkapnya.

    Sebelumnya, kader PSI Dedy Nur Palakka yang menyebut Presiden ketujuh RI Jokowi memenuhi syarat untuk menjadi seorang nabi.

    Dedy dalam tulisannya di media sosial X mengeklaim bahwa Jokowi itu sosok yang memenuhi syarat menjadi nabi.

    “Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat, cuma sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat,” demikian Dedy menuliskan di X seperti dikutip Kamis. (fajar)

  • Kasus Laporan Tudingan Ijazah Palsu Jokowi Diambil Alih Polda Metro Jaya – Page 3

    Kasus Laporan Tudingan Ijazah Palsu Jokowi Diambil Alih Polda Metro Jaya – Page 3

    Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dian Sandi Utama, menegaskan ijazah Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) yang diunggah melalui akun media sosial (medsos) miliknya adalah dokumen asli.

    Hal itu disampaikan Jokowi saat bertemu langsung dengan Dian di Solo, Jawa Tengah. Kepada Dian, Jokowi akui itu sebagai dokumen asli miliknya.

    Dian mengulang kembali penuturan Jokowi seusai menjalani pemeriksaan lanjutan di Polda Metro Jaya, Rabu (28/5/2025).

    Dian Sandi Utama, sebagai saksi terkait kasus dugaan pencemaran nama baik yang dilaporkan oleh Presiden ke-7 Joko Widodo. Laporan itu berkaitan dengan tudingan Ijazah palsu.

    “Kalau ijazah yang saya upload itu kan memang kemarin waktu pertemuan dengan Pak Jokowi yang di Solo. Kan beliau yang menyampaikan, melalui saya tentunya, bahwa memang itu ijazahnya,” kata Dian Sandi.

    Selain pengakuan langsung dari Joko Widodo, Dian menjelaskan, keaslian ijazah yang diposting juga merujuk pernyataan resmi Bareskrim Polri yang menyatakan bahwa ijazah tersebut autentik.

    “Oleh Bareskrim kan sudah dinyatakan bahwa ijazah beliau itu asli. Jadi memang hanya berkutat di situ-situ saja,” ujar dia.

    “Yang saya posting sudah diakui sama pemiliknya, yang Bareskrim juga sudah mengakui bahwa Pak Jokowi itu asli ijazahnya,” sambung dia.

     

  • Kader PSI Sebut Jokowi Penuhi Syarat Jadi Nabi, MUI: Tidak Waras!

    Kader PSI Sebut Jokowi Penuhi Syarat Jadi Nabi, MUI: Tidak Waras!

    GELORA.CO – Pernyataan kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Dedy Nur Palakka yang menyebut bekas Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah memenuhi syarat menjadi nabi dan merupakan tokoh politik yang sulit dijatuhkan menuai kecaman keras dari Majelis Ulama Indonesia (MUI).

    Wakil Sekretaris Jenderal (Sekjen) Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hukum KH DR Ikhsan Abdullah menilai pernyataan tersebut sebagai bentuk ketidakwarasan.

    “Apakah yang bersangkutan sehat akal atau sedang tidak waras?” kata KH Ikhsan kepada Inilah.com di Jakarta, Kamis (12/6/2025).

    Founder Indonesia Halal Watch ini menuturkan, bila politisi PSI berpikiran seakan masih terbuka munculnya ada nabi lain sebagaimana pernyataanya tersebut, maka secara terang orang tersebut tengah menyatakan dirinya sedang melakukan perbuatan murtad dari agamanya.

    “Yang pasti sebagai politisi itu harus hati-hati dalam berbicara dan harus paham dengan kultur masyarakat Indonesia yang religius,” ujar KH Ikhsan menegaskan.

    Ia juga menekankan, jangan memuji seseorang secara hiperbolis lalu menyinggung perasaan keagamaan dan menimbulkan kegaduhan di masyakarat.

    Lebih lanjut KH Ikhsan menegaskan, Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus Allah SWT dan tidak akan ada lagi nabi setelah Muhammad Rasulullah.

    “Sebagaimana Firman Allah di dalam Alquran Surat Al- Ahzab ayat 40 yang intinya menegaskan, bahwa Muhammad adalah Rasulullah dan penutup para nabi. Ungkapan lain Muhammad adalah Khataman Nabiyyin artinya penutup para nabi,” tuturnya menjelaskan.

    Sebelumnya, pernyataan kader PSI, Dedy Nur Palakka itu disampaikan melalui cuitannya di akun X pada Senin (9/6/2025).

    Awalnya, Dedy menyebut Jokowi merupakan sosok yang dekat dengan rakyatnya. Kemudian cuitan itu dibalas oleh netizen yang geram melihat wajah Jokowi. Dedy lantas membalasnya dengan menyebut Jokowi sudah memenuhi syarat menjadi nabi.

    Namun, Dedy menyebut Jokowi sudah menikmati menjadi manusia biasa saat ini. Dedy juga mengatakan Jokowi selalu tersenyum lebar saat bertemu dengan masyarakat.

    “Jadi nabi pun sebenarnya beliau ini sudah memenuhi syarat, cuman sepertinya beliau menikmati menjadi manusia biasa dengan senyum selalu lebar ketika bertemu dengan rakyat.” tulis Dedy.

    Baca Juga:

    Masuk Kandidat Caketum, Jokowi Ngaku Ogah Gabung ke PPP: Saya di PSI saja

    Baru-baru ini Dedy menyebut sejumlah upaya untuk menjatuhkan Jokowi tak bakal berhasil. Menurut Dedy, berbagai isu yang menerpa untuk merusak nama baik Jokowi selama ini tak pernah mempan.