Pimpinan Komisi XI Anggap PPN 12 Kurang Adil untuk Masyarakat Kecil
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Wakil Ketua Komisi XI DPR
Hanif Dhakiri
menilai, rencana menaikkan
pajak
pertambahan nilai (
PPN
) menjadi 12 persen pada 2025 kurang adil dan dapat membebani masyarakat berpenghasilan rendah.
Hanif menuturkan, kebijakan itu kurang adil karena masyarakat berpenghasilan rendah karena mesti membayar pajak yang sama dengan kelompok berpenghasilan tinggi.
“Ini tidak cukup adil. Kebijakan pajak seharusnya lebih progresif agar tidak memperburuk ketimpangan,” kata Hanif dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Sabtu (14/12/2024).
Hanif tidak memungkiri, menaikkan PPN merupakan salah satu cara paling mudah untuk mendongkrak penerimaan negara.
Sebab, kenaikan PPN sebesar 1 persen diperkirakan dapat menambah penerimaan negara hingga Rp70-80 triliun.
“Secara substansi, negara memang membutuhkan penerimaan pajak yang lebih baik karena
tax ratio
kita masih rendah, hanya sekitar 10,5 persen,” ujar Hanif.
Namun, politikus Partai Kebangkitan Bangsa ini mengingatkan bahwa pelaksanana kebijakan itu harus mempertimbangkan kondisi
ekonomi
dan kemampuan masyarakat.
“Saat ini, daya beli masih lemah, PHK terjadi di berbagai sektor, dan industri manufaktur kita sedang mengalami penurunan,” kata Hanif.
Hanif juga menyinggung lambatnya pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada berkurangnya penciptaan lapangan kerja.
Ia menyebutkan, saat ini banyak pekerja yang hanya mendapatkan pekerjaan jangka pendek dengan upah di bawah minimum.
“Beban kenaikan pajak ini akan dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, termasuk kelompok yang mayoritas masih miskin,” kata Hanif.
Oleh sebab itu, Hanif mendorong pemerintah untuk memperluas basis pajak, memperbaiki tata kelola, dan memaksimalkan digitalisasi pajak, ketimbang sekadar menaikkan PPN.
“Perluasan wajib pajak dan obyek pajak adalah langkah yang lebih adil daripada hanya mengandalkan kenaikan PPN. Digitalisasi juga dapat membantu memaksimalkan potensi pajak yang belum tergarap,” kata dia.
Seperti diketahui, PPN 12 persen bakal berlaku mulai 1 Januari 2025 sesuai dengan amanat Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
Namun, belakangan, pemerintah memutuskan agar PPN 12 persen hanya berlaku pada barang-barang mewah.
Pemerintah mengeklaim, PPN 12 persen itu tidak akan diberlakukan bagi kebutuhan pokok yang biasa diakses masyarakat kecil.
Menurut rencana, pemerintah bakal merilis ketentuan soal PPN 12 persen dan paket kebijakan ekonomi pada Senin (16/12/2024) lusa.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
partai: PKB
-
/data/photo/2024/07/17/66979060a835a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pimpinan Komisi XI Anggap PPN 12 Kurang Adil untuk Masyarakat Kecil
-

Yustiunus Prastowo: PPN 12% di UU HPP Sebenarnya Multitarif Sejak Awal
Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo menjelaskan bahwa skema multitarif pajak pertambahan nilai alias PPN sebenarnya sudah mengemuka sejak penggodokan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP).
Dalam diskusi bertajuk ‘Wacana PPN 12%: Solusi Fiskal atau Beban Baru Bagi Masyarakat’, Prastowo menceritakan kembali dinamika perancangan UU HPP dalam konteks mengingat kembali, bagaimana para pemangku kepentingan kala itu memprediksi kondisi 2025 dan kenapa mempertimbangkan kenaikan PPN demi menggenjot penerimaan negara.
“Dulu mau multitarif, multi-rate, mencontoh banyak negara maju, agar fleksibel,” jelasnya dalam diskusi besutan DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang digelar secara luring maupun daring itu pada Sabtu (14/12/2024).
Prastowo yang saat itu merupakan juru bicara Menteri Keuangan, menjelaskan skema PPN multitarif sebenarnya sudah dipertimbangkan demi menciptakan kebijakan yang lebih berkeadilan antara masyarakat kaya dengan miskin.
Sebagai contoh, pembebasan PPN di bidang kesehatan secara penuh tentu kurang berkeadilan, apabila melihat fenomena banyak warga miskin yang berobat ke Puskesmas, sementara di sisi lain, ada warga kaya yang memanfaatkannya untuk operasi plastik.
Begitu pula pembebasan PPN di beberapa bidang lain yang memiliki ragam harga yang begitu lebar antara kebutuhan masyarakat kaya dan miskin, misalnya daging premium, jasa kesehatan medis tertentu, atau jasa pendidikan.
“Rela enggak, yang makan daging wagyu satu porsi Rp5 juta, dengan yang makan sate madura satu porsi Rp10.000, sama-sama enggak bayar pajak. Enggak rela kan? Maka dari itu, beras premium dan daging premium sebenarnya bisa dikenai PPN,” tambahnya.
Hanya saja, saat perancangan UU HPP, beberapa pakar menyarankan PPN multitarif sebenarnya boleh diterapkan di masa depan, tidak boleh diterapkan secara tiba-tiba karena berbahaya, dan administrasi pemerintahan harus lebih mumpuni seiring dengan itu.
“Waktu itu perdebatannya, boleh enggak ini, pasalnya tetap ditulis, tapi implementasinya bertahap atau nanti diberikan waktu, karena kalau tidak ditulis, khawatirnya butuh tidak ada cantolan. Keputusannya waktu itu tidak perlu. Nah, kejadian sekarang. Giliran ada ribut-ribut 12%, mau nyantolin barang mewah di mana, enggak ada pasalnya,” ungkapnya.
Saat ini, karena sudah telanjur, kalau benar hanya barang mewah saja yang menjadi objek PPNBM yang dikenai kenaikan PPN 12%, perhitungannya menyebut tambahan penerimaan negara paling-paling cuma Rp2 triliun.
Oleh sebab itu, menurutnya belum adanya dasar hukum PPN multitarif sejak awal merupakan salah satu kesalahan kecil saat perancangan UU HPP, di samping berbagai keputusan baik di dalamnya, seperti memasukkan pajak karbon, menaikan tarif pajak penghasilan orang pribadi super kaya, memperlebar gap pajak untuk karyawan, hingga ketentuan pajak ringan untuk UMKM.
“Jadi kalau mau seperti menunda, yang bisa dilakukan pemerintah saat ini bukan merancang fasilitas, tapi membuat pajak ditanggung pemerintah atau PPN DTP untuk beberapa objek tertentu,” ungkapnya.
Pada akhirnya, perancangan UU HPP bisa menjadi pelajaran bersama, terutama bagi para pemegang kekuasaan politik, di mana proyeksi akan kondisi menantang dalam beberapa periode berikutnya harus lebih presisi.
Jangan seperti saat ini, di mana kenaikan PPN dianggap seperti bencana, karena jaraknya terlalu dekat, tiba-tiba sudah di depan mata, padahal kondisi daya beli masyarakat masih belum pulih betul dari dampak pandemi Covid-19.
-
/data/photo/2024/12/14/675d044221ef1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pramono Anung: Tak Ada Lagi 01, 02, 03, yang Ada Kemajuan Warga Jakarta Megapolitan 14 Desember 2024
Pramono Anung: Tak Ada Lagi 01, 02, 03, yang Ada Kemajuan Warga Jakarta
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com –
Calon gubernur Jakarta nomor urut 3,
Pramono Anung
, mengatakan, saat ini sudah tak ada lagi kubu 01, 02, dan 03, karena Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 sudah selesai.
“Sudah enggak ada lagi ego 01, 02, 03. Yang ada adalah kemajuan warga Jakarta,” kata Pramono saat mengunjungi RS Harapan Jayakarta, Jatinegara, Jakarta Timur, Sabtu (14/12/2024), dilansir
Antara
.
Pramono mengaku siap berdiskusi dengan semua pihak dan mencari jalan keluar bersama untuk kemajuan Jakarta.
Hal itu ia sampaikan menanggapi sejumlah partai politik di DPRD Jakarta yang menyatakan mendukung pemerintahan Pramono-Rano di Jakarta, salah satunya PKB.
“Saya adalah orang yang membuka ruang seluas-luasnya untuk duduk bersama, bersilaturahmi, memikirkan bersama, berdiskusi bersama, mencari jalan keluar bersama,” jelas Pramono.
Lebih lanjut, Pramono mengatakan dirinya sudah banyak berkomunikasi dengan sejumlah partai politik yang sebelumnya mendukung pasangan calon lain pada
Pilkada Jakarta 2024
, baik di kepengurusan maupun yang bekerja sebagai anggota DPRD.
“Saya juga sudah berkomunikasi dengan pimpinan-pimpinan parpol, ketua DPRD, wakil ketua, ketua-ketua fraksi, dan lain-lain,” tuturnya.
Untuk diketahui, Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jakarta telah menetapkan paslon nomor urut 3 Pramono Anung-Rano Karno sebagai pemenang satu putaran Pilkada Jakarta dengan perolehan suara 50,07 persen.
Hasil rekapitulasi suara tersebut ditetapkan oleh KPUD Jakarta pada Minggu, (8/11/2024), dengan rincian suara:
Ridwan Kamil-Suswono
memperoleh 1.718.160 suara,
Dharma Pongrekun-Kun Wardana
459.230 suara, dan Pramono Anung-Rano Karno 2.183.239 suara.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

PKB Usulkan Gus Dur Diangkat sebagai Pahlawan Nasional
Jakarta, Beritasatu.com – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) secara resmi mengusulkan Presiden ke-4 Republik Indonesia Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, untuk diangkat sebagai pahlawan nasional. Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, yang akrab disapa Cak Imin, menyatakan Gus Dur telah berjasa besar dalam memperjuangkan nilai-nilai kebinekaan, keragaman, persaudaraan, kemanusiaan, dan persatuan Indonesia.
“Sudah waktunya kita mengusulkan Gus Dur sebagai pahlawan nasional. Semoga usulan ini dapat segera terwujud demi bangsa kita,” ujar Cak Imin dalam acara silaturahim kebangsaan yang digelar di Jakarta pada Jumat (13/12/2024) dilansir dari Antara.
Ia menambahkan, meskipun Gus Dur tidak membutuhkan gelar pahlawan nasional, tetapi bangsa Indonesia membutuhkan sosok seperti beliau untuk terus menjadi inspirasi dalam mengupayakan perdamaian dan keadilan bagi seluruh rakyat.
Cak Imin juga menegaskan PKB berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan Gus Dur dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan di berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Dalam kesempatan tersebut, Cak Imin menyebut bahwa PKB bersama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah mengupayakan langkah untuk mengembalikan nama baik Gus Dur, dengan memastikan bahwa beliau tidak pernah melakukan pelanggaran konstitusional selama masa kepemimpinannya.
“Gus Dur adalah pemimpin yang membawa bangsa kita menjadi lebih berdaulat sesuai dengan amanat konstitusi,” tambahnya.
Wakil Ketua Umum PKB Rusdi Kirana juga menyampaikan dukungannya. Ia mengungkapkan bahwa Fraksi PKB di MPR telah menginisiasi langkah untuk mencabut Ketetapan MPR Nomor II/MPR/2001 terkait Pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman Wahid.
“Dengan pencabutan Tap MPR tersebut, kami akan semakin kuat memperjuangkan agar Gus Dur bisa resmi diakui sebagai pahlawan nasional,” jelas Rusdi, yang juga menjabat sebagai wakil ketua MPR.
Pada akhir acara silaturahim kebangsaan, DPP PKB dan tokoh lintas agama menandatangani dokumen rekomendasi agar pemerintah mengangkat Gus Dur sebagai pahlawan nasional.
-

Nasib Mobil Komersial saat Opsen Pajak Kendaraan Hadir di Mata Toyota
Jakarta –
Pemerintah berencana akan menerapkan pajak tambahan atau Opsen Pajak pada 2025. Opsen pajak kendaraan bermotor sendiri adalah opsen yang dikenakan oleh kabupaten/kota atas pokok PKB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan opsen BBNKB adalah opsen yang dikenakan oleh kabupaten/kota atas pokok BBNKB sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Artinya, opsen PKB dan opsen BBNKB dipungut oleh pemerintah kabupaten/kota. Lalu bagaimana nasib mobil komersial dengan hadirnya Opsen Pajak Kendaraan ini?
Marketing Director PT Toyota-Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy pada ajang test Drive All New Toyota Hilux Rangga di Surabaya mengatakan, kendaraan komersial memiliki segmen unik dan berbeda, jika dibandingkan dengan kendaraan penumpang.
“Memang commercial car, saya rasa faktornya ada dua ya. Satu, pajak. namun satu hal lain adalah pengembangan dari ekonomi itu sendiri,” ucap Anton.
“Jadi kita berharap, tahun ini kan memang tahun politik ya. Jadi ada pemilihan presiden dan DPR, kemudian ada Pilkada. Tahun depan kalau melihat dari historical tahun 2024-2019, biasanya market akan grow atau ekonomi juga akan grow. Karena pemerintah akan bergerak dengan lebih cepat dan harapannya 2025 sudah tidak perlu ada lagi acara-acara politik yang mengganggu ekonomi. Jadi mudah-mudahan, ekonomi akan meningkat. Ya pastinya harapan kita market tetap akan naik. Dengan sendirinya, commercial vehicle akan naik,” Anton menambahkan.
Anton menambahkan luasnya wilayah Indonesia, tidak menutup kemungkinan untuk kendaraan komersial bisa bertahan dengan situasi pada 2024.
Toyota Hilux Rangga Foto: Dok. Toyota-Astra Motor (TAM)
“Saya berikan contoh di Bali gitu ya. Di Bali, tahun ini cukup unik. Wilayah-wilayahnya, rata-rata turun. Ada dua-tiga wilayah yang tetap naik, kemudian Sulawesi, terutama di daerah IKN, yang meningkat pertama adalah mobil komersial. Demand terhadap mobil komersial seperti pickup, truck, dan lain-lain, di sana juga naik,” ujar Anton.
“Jadi harapan kami, recovery dari ekonomi ini biasanya ditindaklanjuti oleh pertama, mobil komersial dulu. Jadi ini juga mungkin momentum yang baik untuk Rangga, yang saya katakan tadi, Target kita nggak muluk-muluk karena kita kan pemain baru setelah sekian lama Kijang pickup. Kita hanya menampilkan sekitar 400-an per bulan. Jadi saya rasa demandnya cukup bagus, saya bicara dengan teman-teman dealer di Jawa Timur juga mereka sangat optimis. Karena produk ini memberikan sesuatu yang berbeda, sesuatu yang unik dan juga ternyata disukai oleh masyarakat gitu. Jadi kita tetap berhati-hati, tapi kita tetap pengen optimis bahwa harapannya tahun depan tetap market naik dan komersial juga bisa naik juga.” tutup Anton.
(lth/din)
-

PKB usulkan Gus Dur jadi pahlawan nasional
“Walaupun sebenarnya dalam hati kami, termasuk saya, Gus Dur sudah merupakan pahlawan nasional,”
Jakarta (ANTARA) – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) mengusulkan Presiden Ke-4 RI Abdurrahman Wahid alias Gus Dur untuk menjadi pahlawan nasional.
Dalam acara Silaturahim Kebangsaan di Jakarta, Jumat (13/12), Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin menilai Gus Dur telah memperjuangkan kebhinnekaan, keragaman, persaudaraan, kemanusiaan, serta persatuan Indonesia dan sekarang masyarakat Indonesia menikmati berbagai keadaan tersebut yang merupakan hasil jerih payah dan pengorbanan Gus Dur untuk bangsa Indonesia.
“Maka saatnya di tempat ini pula, saya dengan berani dan kami semua menginisiasi untuk mengusulkan Gus Dur menjadi pahlawan nasional. Semoga tidak lama lagi terwujud bagi bangsa kita,” ucap Cak Imin, seperti dikutip dari keterangan di Jakarta, Sabtu.
Meskipun Gus Dur tidak membutuhkan gelar pahlawan nasional, kata dia, tetapi bangsa Indonesia membutuhkan sosok Gus Dur untuk terus menjadi inspirasi dan semangat guna meneruskan dan membawa cita-cita Gus Dur, yaitu perdamaian dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dirinya bersama Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB mengaku ingin terus melanjutkan semangat Gus Dur dan terus memperjuangkan kebhinnekaan, keragaman, persaudaraan, kemanusiaan, dan persatuan Indonesia, agar terwujud dalam seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Cak Imin menuturkan PKB bersama Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) telah meneguhkan kembali bahwa Gus Dur tidak pernah melakukan kesalahan konstitusional dalam memimpin pemerintahan.
“Justru Gus Dur telah berhasil membawa bangsa kita benar-benar menjadi bangsa yang berdaulat sesuai dengan konstitusi kita,” tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum PKB Rusdi Kirana mengungkapkan Fraksi PKB MPR telah berinisiatif untuk mengembalikan nama baik Gus Dur melalui pencabutan Ketetapan atau Tap MPR Nomor II/MPR/2001 tentang Pertanggungjawaban Presiden Abdurrahman Wahid.
Dengan mengembalikan nama baik Gus Dur, sambung dia, maka PKB akan terus memperjuangkan Gus Dur untuk bisa dikukuhkan sebagai pahlawan nasional.
“Walaupun sebenarnya dalam hati kami, termasuk saya, Gus Dur sudah merupakan pahlawan nasional,” kata Rusdi yang juga merupakan Wakil Ketua MPR itu.
Silaturahim Kebangsaan yang digelar mengusung tema Mengenang Guru Bangsa Gus Dur tersebut menampilkan berbagai pembicara, yakni Imam Katolik Romo Magnis; Ketua Umum FPP Majelis Tinggi Agama Konghucu Indonesia (Matakin) Xs. Budi Tanuwibowo; Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wisnu Bawa Tenaya; mantan Panglima Pasukan Berani Mati era Gus Dur, Gus Nuril, serta Kepala Wisma Sangha Theravada Indonesia YM Bhikku Dhammasubho Mahathera.
Kemudian, Kepala Biro Protokol Istana Kepresidenan semasa Gus Dur menjadi Presiden periode 1999-2001 Wahyu Muryadi, Wakil Ketua Harian DPP PKB Nadya Alfi Roihana, Ketua Umum Amir Nasional JAI Min Mirajudin Sahid.
Turut hadir Ketua Fraksi PKB DPR Jazilul Fawaid, Ketua Fraksi PKB MPR Neng Eem Marhamah, dan Ketua Umum DPP Badan Persaudaraan Antar Iman (Berani) Lorens Manuputty.
Dalam acara itu, DPP Berani bersama tokoh masyarakat dan tokoh lintas agama menandatangani Rekomendasi Pahlawan Nasional untuk Guru Bangsa Gus Dur yang berisi usulan kepada pemerintah Indonesia melalui MPR agar mengangkat Gus Dur sebagai pahlawan nasional.
Rekomendasi itu kemudian diserahkan kepada Wakil Ketua MPR Rusdi Kirana.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2024 -

Pramono Ngaku Sudah Komunikasi dengan Partai Pengusung RK untuk Kerja Sama
Jakarta –
Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung menyambut baik dukungan yang diberikan Anggota DPRD DKI Jakarta dari fraksi PKB, Muhammad Lefy untuk membantu membangun Jakarta ke depan. Pramono mengaku juga sudah berkomunikasi dengan partai pendukung Ridwan Kamil-Suswono untuk kerja sama.
“Saya berterima kasih dan saya sudah berkomunikasi hampir sebagian besar partai-partai yang kemarin memberikan dukungan kepada pasangan lain. Bagi saya pribadi yang seperti ini tentunya akan menjadi sebuah hubungan awal yang baik untuk bekerjasama di kemudian hari,” kata Pramono di kawasan Pulo Gadung, Jakarta Timur, Sabtu (14/12/2024).
Pramono mengatakan sudah berkomunikasi dengan pimpinan DPRD. Dia menyebut juga sudah berkomunikasi dengan ketua-ketua fraksi di DPRD.
“Saya juga sudah berkomunikasi dengan pimpinan-pimpinan, ketua DPRD, wakil ketua dan sebagainya, ketua-ketua fraksi,” lanjutnya.
Pramono mengaku yakin bisa bekerjasama dengan semua pihak demi memajukan Jakarta. Dia juga memastikan akan terus membuka ruang untuk berdialog dan berdiskusi bersama dengan berbagai kalangan.
“Saya yakin saya pasti akan bisa bekerjasama untuk Jakarta ini. Saya adalah orang yang membuka ruang seluas-luasnya untuk duduk bersama, bersilaturahmi, memikirkan bersama, berdiskusi bersama, mencari jalan keluar bersama,” ungkapnya.
Sebelumnya, anggota DPRD DKI Jakarta dari fraksi PKB, Muhammad Lefy, mengatakan pihaknya siap dalam membantu pemerintahan Pramono Anung-Rano Karno selaku pemenang Pilgub Jakarta 2024. Lefy menyebut ada sejumlah isu yang harus dibenahi oleh Pramono-Rano.
“Problem hari ini Jakarta punya banyak sekali masalah. Isu prioritas dari PKB yang akan kita terus dorong supaya Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih yang baru itu yang pertama transportasi dan kemacetan,” kata Lefy saat dihubungi, Jumat (13/12).
“Pengelolaan sampah kita belum maksimal. Kita masih terus-terusan lempar sampah ke Bantar Gebang harusnya Jakarta sebagai kota global bisa mewujudkan Jakarta yang ramah lingkungan dan bisa mengelola sampah,” katanya.
Sekretaris Komisi B DPRD DKI Jakarta ini juga menyoroti masalah ketimpangan sosial di Jakarta. Dia berharap pemerintahan Pramono-Rano nanti bisa memangkas jarak kesenjangan tersebut.
“Makanya kita pasti dukung program pemerintah baru program gubernur dan wakil gubernur baru yang ingin mewujudkan hunian yang layak. Yang pasti PKB dukung Mas Pram dan Bang Doel supaya ‘Jakarta Menyala’,” ujar Lefy.
(bel/whn)


