partai: PBB

  • Prabowo Kasih Bintang Jasa, Bill Gates Tak Mau Mati Kaya Raya

    Prabowo Kasih Bintang Jasa, Bill Gates Tak Mau Mati Kaya Raya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Prabowo Subianto memberikan tanda kehormatan kepada filantropis dan pendiri Microsoft Bill Gates. Ini dilakukan saat keduanya bertemu di Hotel Millenium Hilton New York One UN Plaza, Selasa (23/9/2025) dalam sela rangkaian Sidang Majelis Umum PBB ke-80.

    Dalam kesempatan itu, Gates diberikan penghargaan Order Distinguished Stars atau Bintang Jasa Utama.

    Penghargaan itu diberikan karena jasa dan dedikasi Gates yang luar biasa untuk kesejahteraan umat manusia, termasuk dalam hal ini Indonesia. Prabowo mengatakan banyak bantuan luar biasa untuk tanah air.

    “Beliau sangat besar perhatian kepada Indonesia. Banyak bantuannya luar biasa,” kata Prabowo usai pertemuan.

    Gates, melalui yayasannya Gates Foundation, juga membantu Indonesia dengan nilai sebesar Rp 7-8 triliun. Bantuan tersebut berupa riset, obat-obatan, hingga vaksin.

    “Tapi nilai yang lebih luas itu dampaknya kurang lebih US$ 4,5 miliar. Bantuan riset, mencari benih-benih yang terbaik, obat-obatan, vaksin. Jadi dengan pertimbangan itulah saya memutuskan memberi tanda kehormatan,” kata Prabowo.

    Pertemuan tersebut juga membahas kerja sama dua belah pihak di masa depan. Danantara juga telah berkomunikasi dengan Gates Foundations untuk melakukan pengembangan program kemanusiaan bersama.

    “Untuk bersama-sama mencari proyek-proyek kemanusiaan, proyek-proyek untuk membantu golongan yang paling lemah, bantu mengatasi kemiskinan, kelaparan, dan juga pendidikan, terutama pendidikan. Pendidikan kunci masa depan kita,” kata Prabowo.

    Tak ingin mati kaya

    Bill Gates memang memfokuskan dirinya untuk “menghabiskan” harta. Bahkan, mantan orang terkaya dunia tersebut kini tidak masuk dalam daftar 10 orang terkaya di dunia.

    Menurut Bloomberg Billionaires Index, kekayaan Gates saat ini adalah US$ 106 miliar, yang menempatkan dirinya di posisi ke-7 orang terkaya.

    Presiden Prabowo Anugerahkan Bintang Jasa Utama kepada Bill Gates, New York, AS (23/9/2025). (Tangkapan Layar Youtube/Sekretariat Presiden)

    “Orang-orang akan mengatakan banyak hal tentang saya ketika saya meninggal, tetapi saya bertekad bahwa ‘dia meninggal kaya raya’ tidak akan menjadi salah satunya,” ujar Gates. “Terlalu banyak masalah mendesak yang harus diselesaikan untuk menyimpan kekayaan sebesar itu yang seharusnya digunakan untuk membantu orang lain.”

    Pada awal Juli, kekayaan Gates sempat tercatat mencapai US$175 miliar. Meski kini hanya memiliki sekitar 1% saham Microsoft, Gates telah menerima hampir US$60 miliar dari saham dan dividen perusahaan tersebut.

    Gates sebelumnya menegaskan bahwa hampir seluruh kekayaannya akan didonasikan ke Bill & Melinda Gates Foundation, yayasan yang ia dirikan bersama Melinda French Gates. Yayasan itu direncanakan akan ditutup pada tahun 2045.

    Dalam laman blog personalnya, Gates mengatakan akan menyumbangkan 99% harta kekayaannya lebih cepat dari rencana awal. Selain itu, ia juga akan menutup yayasan filantropi The Gates Foundation setelah 25 tahun.

    Gates mematok tanggal 31 Desember 2045 untuk menutup yayasan tersebut. Dalam kurun waktu 20 tahun dari sekarang, ia juga akan menghabiskan 99% harta kekayaannya untuk kepentingan sosial.

    “Saya memutuskan memberikan uang saya kembali ke masyarakat lebih cepat dari rencana awal. Saya akan menyumbangkan hampir semua kekayaan saya melalui The Gates Foundation selama 20 tahun ke depan untuk tujuan menyelamatkan dan meningkatkan kehidupan di seluruh dunia,” tulis Gates dalam blognya, dikutip Rabu (4/6/2025).

    Rencana tersebut berbeda dari rencana awal ketika Gates memulai yayasan tersebut dengan sang mantan istri, Melinda, pada 2000 silam. Gates bercerita, kala itu ia berencana yayasannya tutup beberapa dekade setelah dirinya meninggal.

    “Beberapa tahun yang lalu, saya mulai memikirkan kembali pendekatan itu. Baru-baru ini, dengan masukan dari dewan kami, saya sekarang yakin kami dapat mencapai tujuan yayasan dalam jangka waktu yang lebih pendek, terutama jika kami menggandakan investasi utama dan memberikan lebih banyak kepastian kepada mitra kami,” Gates menjelaskan.

    Selama 25 tahun berdiri, Gates mengatakan yayasannya telah menyumbangkan lebih dari US$100 miliar. Ia turut menekankan peran besar Warren Buffet dalam mewujudkan pencapaian tersebut.

    Dalam dua dekade ke depan, Gates berencana akan melipatgandakan angka sumbangan tersebut. Jumlah pastinya akan tergantung pada pasar dan inflasi, tetapi Gates berencana menyumbang lebih dari US$200 miliar antara sekarang hingga 2045 mendatang.

    “Angka ini mencakup saldo dana abadi dan kontribusi saya di masa mendatang,” ujar Bill Gates.

    Keputusan ini, menurut Gates, datang dari refleksinya setelah The Gates Foundation mencapai usia ke-25 tahun. Bill Gates mengatakan pencapaian tersebut juga mengingatkannya kepada sang ayah yang berusia 100 tahun dan membantunya mendirikan yayasan tersebut.

    “Microsoft akan berusia 50 tahun dan saya akan berusia 70 tahun pada Oktober mendatang,” kata Bill Gates.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Dari Kanada, Prabowo bertolak ke Amsterdam lanjutkan lawatan negara

    Dari Kanada, Prabowo bertolak ke Amsterdam lanjutkan lawatan negara

    Jakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto bertolak menuju Amsterdam, Belanda, dan melanjutkan lawatan kenegaraannya pada Rabu malam waktu setempat, setelah menyelesaikan sejumlah pertemuan bersama dengan para pemimpin Kanada.

    Dari Bandar Udara Internasional Ottawa Macdonald-Cartier, Presiden beserta rombongan terbatas lepas landas meninggalkan Kanada pada Rabu, pukul 21.00 waktu setempat (WS).

    Keberangkatan Presiden menuju Belanda dilepas oleh Duta Besar Kanada untuk Republik Indonesia Jess Dutton, Duta Besar Republik Indonesia untuk Kanada Muhsin Syihab, dan Atase Pertahanan KBRI Ottawa Marsma TNI Edwardus Wisoko Aribowo.

    Di Ottawa, Presiden telah melakukan dua pertemuan penting yang menandai babak baru dalam penguatan hubungan bilateral Indonesia dan Kanada.

    Agenda pertemuan dimulai dengan pertemuan bilateral bersama Gubernur Jenderal Kanada, Mary Simon di Rideau Hall. Pertemuan ini mencerminkan penghormatan tinggi Kanada terhadap Indonesia.

    Presiden Prabowo kemudian melanjutkan agenda pertemuan tatap muka dengan Perdana Menteri (PM) Kanada, Mark Carney, di West Block, Parliament Hill.

    Pertemuan ini menjadi momentum penting untuk membahas prioritas kerja sama di sejumlah bidang, termasuk di antaranya berdiskusi mengenai perkembangan isu-isu global, seperti Palestina, ASEAN, dan kawasan Indo-Pasifik.

    Dalam kesempatannya, Presiden Prabowo menyampaikan apresiasi atas peran Kanada sebagai mitra pembangunan yang konsisten.

    Sementara itu, PM Carney pun menegaskan bahwa Indonesia merupakan mitra strategis bagi Kanada di Asia Tenggara, bahkan mengutip pidato Presiden Prabowo di Sidang Majelis Umum PBB sebagai sumber inspirasi.

    Kunjungan ini turut menghasilkan capaian konkret melalui penandatanganan sejumlah nota kesepahaman strategis, termasuk Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA).

    Selain itu, turut ditandatangani pula kerja sama di bidang pertahanan dan keamanan, serta bisnis. Melalui kunjungan ini, Kepala Negara telah menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkuat kemitraan dengan Kanada secara komprehensif.

    Pewarta: Mentari Dwi Gayati
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Trump Ulangi Klaim Palsu saat Berpidato di PBB

    Trump Ulangi Klaim Palsu saat Berpidato di PBB

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB pada hari Selasa (23/09) yang penuh dengan ketidakakuratan dan pernyataan yang dilebih-lebihkan. Ia mengulang berbagai klaim lama yang keliru tentang perubahan iklim, energi terbarukan, imigrasi, dan rekam jejak diplomatiknya.

    Meski artikel ini tidak membahas semua pernyataan keliru Trump secara menyeluruh, tim Cek Fakta DW menelusuri beberapa pernyataan utamanya.

    Benarkah Trump pernah menawarkan $500 juta untuk renovasi kantor PBB?

    Klaim: “Saya menawarkan untuk merenovasi markas PBB $500 juta, tapi mereka malah menghabiskan $2 hingga 4 miliar.”

    Cek fakta: Menyesatkan.

    Trump sudah lama mengklaim bahwa ia bisa merenovasi kantor pusat PBB dengan biaya jauh lebih murah. Pada 2001, ia menyebut angka $500 juta ke media, dan pada 2005 ia mengatakan kepada Kongres bahwa proyek itu bisa selesai dengan biaya hingga $700 juta.

    Namun, DW tidak menemukan bukti bahwa Trump Organization pernah mengajukan tawaran resmi melalui UN Global Marketplace atau arsip pengadaan resmi PBB. Sebaliknya, PBB memilih perusahaan Swedia, Skanska, sebagai manajer konstruksi pada 2007.

    Memang benar bahwa proyek renovasi ini mengalami keterlambatan dan pembengkakan biaya, dengan total pengeluaran melebihi $2 miliar. Namun, klaim Trump soal “$2 hingga $4 miliar” melebih-lebihkan. Data resmi dari PBB dan pemerintah AS menunjukkan biaya akhir berkisar antara $2,15 hingga $2,31 miliar, bukan $4 miliar.

    Apakah Trump mengakhiri tujuh perang selama masa jabatannya?

    Cek fakta: Salah.

    Faktanya, banyak dari konflik yang disebut masih belum terselesaikan atau tetap bergejolak, dan peran Trump dalam beberapa kasus pun diperdebatkan.

    Mesir dan Etiopia tidak pernah berperang selama masa jabatan Trump. Perselisihan mereka berkaitan dengan proyek Bendungan Grand Renaissance senilai $4 miliar milik Etiopia, yang dikhawatirkan akan mengurangi pasokan air Sungai Nil ke Mesir dan Sudan.

    Serbia dan Kosovo tidak sedang berperang. Kesepakatan Trump tahun 2020 hanya menyentuh aspek ekonomi, bukan perdamaian.

    Di Republik Demokratik Kongo, kekerasan masih terjadi meski ada kesepakatan tahun 2024 yang dimediasi selama masa pemerintahan Trump.

    Ketegangan antara Israel dan Iran juga belum terselesaikan dan berpotensi memanas kembali. Pejabat militer dari kedua negara telah mengeluarkan peringatan terbuka soal kemungkinan konflik.

    Secara keseluruhan, klaim Trump bahwa ia mengakhiri “tujuh perang” sangat melebih-lebihkan pencapaiannya.

    Apakah Jerman meninggalkan energi hijau demi nuklir dan bahan bakar fosil?

    Klaim: “Jerman kembali ke bahan bakar fosil dan nuklir, dan kini baik-baik saja setelah meninggalkan agenda hijau.”

    Cek fakta: Menyesatkan.

    Jerman secara resmi menutup tiga reaktor nuklir terakhirnya pada April 2023. Meski pembangkit batu bara sempat diaktifkan kembali saat krisis energi Eropa tahun 2022, penggunaannya kini menurun. Pada 2024, energi terbarukan menyumbang rekor 63% dari listrik Jerman, memperkuat posisinya sebagai pemimpin energi bersih.

    Jerman memang membangun terminal LNG untuk mengurangi ketergantungan pada gas Rusia, tapi tidak ada tanda-tanda bahwa negara ini kembali ke energi nuklir.

    Apakah energi terbarukan mahal dan tak efektif?

    Klaim: “Energi terbarukan itu lelucon. Turbin angin tidak berfungsi, terlalu mahal, dan dibuat di Cina yang bahkan jarang menggunakannya.”

    Cek fakta: Salah.

    Energi terbarukan kini menjadi salah satu sumber energi baru termurah. Laporan Lazard tahun 2024 menunjukkan bahwa biaya pembangkitan listrik dari angin dan surya tanpa subsidi sering kali lebih murah dibandingkan pembangkit bahan bakar fosil baru, bertentangan dengan klaim Trump.

    Cina bukan hanya produsen turbin terbesar, tapi juga pengguna energi angin terbesar di dunia. Menurut Asosiasi Energi Angin Dunia (WWEA), Cina menghasilkan lebih dari 500 gigawatt energi angin pada 2024 atau hampir setengah dari kapasitas global. Jadi, klaim bahwa Cina “hampir tidak menggunakan” energi angin jelas salah.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Ausirio Sangga Ndolu

    Editor: Hani Anggraini

    (ita/ita)

  • Korut Diyakini Punya 2 Ton Uranium Diperkaya, Bisa Buat Banyak Bom Nuklir

    Korut Diyakini Punya 2 Ton Uranium Diperkaya, Bisa Buat Banyak Bom Nuklir

    Jakarta

    Korea Utara (Korut) diyakini memiliki hingga dua ton uranium hasil pengayaan tinggi. Hal tersebut disampaikan Menteri Unifikasi Korea Selatan, Chung Dong-young pada hari Kamis (25/9).

    Korea Utara telah lama dikenal memiliki uranium yang diperkaya tinggi dalam jumlah “yang signifikan”, bahan utama yang digunakan untuk memproduksi hulu ledak nuklir, menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan.

    Namun, dalam konfirmasi publik yang jarang terjadi, Menteri Unifikasi Korea Selatan Chung Dong-young mengatakan bahwa “badan intelijen memperkirakan cadangan uranium yang diperkaya tinggi milik Pyongyang – dengan kemurnian lebih dari 90 persen – mencapai hingga 2.000 kilogram.”

    “Bahkan pada jam ini, sentrifugal uranium Korea Utara masih beroperasi di empat lokasi,” kata Chung kepada wartawan, dilansir kantor berita AFP, Kamis (25/9/2025).

    “Cukup lima hingga enam kg plutonium saja untuk membuat satu bom nuklir,” ujar Chung. Dia menambahkan bahwa 2.000 kg uranium yang diperkaya tinggi, yang dapat dicadangkan khusus untuk produksi plutonium, akan “cukup untuk membuat sejumlah besar senjata nuklir”.

    Chung mengatakan bahwa “menghentikan pengembangan nuklir Korea Utara adalah masalah mendesak”. Namun, dia berpendapat bahwa sanksi tidak akan efektif dan satu-satunya solusi terletak pada pertemuan puncak antara Pyongyang dan Washington.

    Sebelumnya, pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un mengatakan pekan ini bahwa ia terbuka untuk perundingan dengan AS, asalkan ia dapat mempertahankan persenjataan nuklirnya.

    Korea Utara, yang melakukan uji coba nuklir pertamanya pada tahun 2006 dan berada di bawah serangkaian sanksi PBB atas program senjata nuklirnya, tidak pernah mengungkapkan detail fasilitas pengayaan uraniumnya kepada publik hingga September lalu.

    Negeri komunis itu diyakini mengoperasikan beberapa fasilitas pengayaan uranium, kata badan intelijen Korea Selatan, termasuk satu di lokasi nuklir Yongbyon, yang konon dinonaktifkan oleh Pyongyang setelah perundingan. Namun, kemudian Korea Utara mengaktifkan kembali fasilitas tersebut pada tahun 2021.

    Lihat juga Video ‘Kim Jong Un Beri Penghargaan ke Tentara yang Bantu Rusia Lawan Ukraina’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • AS Ubah Aturan Vaksin dan Obat Pereda Nyeri, Dampaknya Global

    AS Ubah Aturan Vaksin dan Obat Pereda Nyeri, Dampaknya Global

    Jakarta

    Pada bulan September, Komite Penasihat Praktik Imunisasi Amerika Serikat (ACIP) memperbarui rekomendasi untuk vaksin kombinasi campak-gondongan-rubella-varicella (MMRV) pada anak-anak dan vaksin COVID-19 untuk seluruh penduduk AS.

    ACIP juga berencana mengubah rekomendasi vaksin hepatitis B pada bayi baru lahir, meski keputusannya untuk sementara masih ditunda. Namun, Presiden AS Donald Trump menyatakan dalam pengumuman di Gedung Putih pada hari Senin (22/09) bahwa vaksin tersebut sebaiknya tidak diberikan kepada anak-anak sebelum usia 12 tahun. Saat ini, rekomendasi medis menyatakan bahwa bayi harus diimunisasi hepatitis B dalam 18 bulan pertama kehidupan mereka.

    Trump dan pejabat kesehatannya juga mengubah rekomendasi obat pereda nyeri Tylenol (yang mengandung bahan aktif asetaminofen, sama seperti parasetamol) selama kehamilan dan masa awal kehidupan anak.

    Mereka merujuk beberapa studi yang menunjukkan korelasi meski bukan hubungan sebab-akibat antara obat tersebut dengan perubahan perkembangan saraf, termasuk autisme dan ADHD, pada anak-anak.

    Namun, konsensus ilmiah menunjukkan bahwa interaksi yang luas dan beragam dari faktor genetik dan lingkungan kemungkinan besar menjadi penyebabnya, bukan semata karena penggunaan obat pereda nyeri selama kehamilan.

    Rekomendasi baru terkait vaksin dan obat di AS

    ACIP telah mengubah rekomendasinya untuk vaksin MMRV dan vaksin COVID-19.
    Sebelumnya vaksin kombinasi MMRV direkomendasikan untuk anak-anak di bawah usia 4 tahun.

    Kini, disarankan agar vaksin MMR diberikan terpisah dari vaksin “V” untuk varisela, yang melindungi dari cacar air. Sejauh ini data menunjukkan bahwa 85% anak-anak AS telah menerima vaksin ini secara terpisah.

    Penurunan tingkat vaksinasi dalam beberapa tahun terakhir telah menyebabkan kasus campak tertinggi dalam dua dekade terakhir di AS, peningkatan signifikan juga terjadi secara global.

    Panel pemerintahan Trump tidak merekomendasikan vaksin COVID-19 kepada masyarakat umum namun juga tidak membatasi resep untuk menerima vaksin COVID-19.

    Setelah Trump mengaitkan Tylenol dengan autisme, rekomendasi terbaru dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menyatakan bahwa obat pereda nyeri yang disetujui untuk digunakan selama kehamilan sebaiknya hanya diberikan setelah konsultasi dengan profesional medis.

    Perspektif politisi vs medis

    Trump mengatakan bahwa vaksin hepatitis B tidak diperlukan untuk bayi karena penyakit hepatitis B ditularkan secara seksual.

    Meskipun benar bahwa hepatitis sering ditularkan melalui aktivitas seksual, atau dari ibu ke janin selama kehamilan, ada juga cara penularan lainnya. Salah satunya melalui jarum suntik yang terkontaminasi, atau melalui rute fekal-oral, yaitu saat virus masuk ke mulut melalui kontak dengan tinja yang terinfeksi (biasanya karena faktor kebersihan yang tidak memadai).

    Serupa dengan penyebaran virus polio. Kasus polio telah meningkat di beberapa komunitas dengan tingkat vaksinasi yang menurun.

    Konflik antara pesan politik dan rekomendasi kesehatan yang telah ada sebelumnya, sangat disayangkan oleh para ahli.

    Bahkan pejabat kesehatan senior pemerintahan Trump seperti Jay Bhattacharya, Marty Makary, dan Mehmet Oz dalam sebuah opini yang diterbitkan di majalah Politico mengakui bahwa hubungan antara obat pereda nyeri dan autisme tidak kuat,:

    “Meskipun ada peningkatan tajam dalam prevalensi autisme, belum ada konsensus ilmiah tentang apa yang menyebabkan peningkatan tersebut, dan keluarga memiliki sedikit alat yang efektif untuk mencegah atau mengobatinya,” tulis mereka. “Asetaminofen sebaiknya digunakan secara bijaksana selama kehamilan, dan di bawah pengawasan dokter kandungan — sebagai pendekatan medis yang praktis dan bijak yang menyeimbangkan risiko dan manfaat.”

    Jörg Dötsch, direktur Klinik dan Poliklinik Pediatri dan Kesehatan di Uniklinik Köln, Jerman, mengatakan kepada DW bahwa kewaspadaan sangat penting, mengingat adanya perbedaan antara kebijakan pemerintah dan konsensus ilmiah.

    “Menurut saya, sangat penting untuk selalu merujuk pada apa yang telah dicapai komunitas ilmiah internasional melalui berbagai penelitian dan persepektifnya,” kata Dötsch.

    Perubahan kebijakan AS berdampak global

    Sebagai negara dengan ekonomi terbesar dunia sekaligus pusat pengembangan medis, pendanaan, dan produksi obat-obatan, apa yang dikatakan dan dilakukan AS dapat mempengaruhi persepsi global.

    “Apa yang terjadi di Washington berdampak sampai ke Lagos, Nairobi, Cape Town, dan tempat-tempat lain,” kata Charles Shey Wiysonge, direktur senior di Dewan Riset Medis Afrika Selatan, kepada DW. Ia mengatakan ada risiko bahwa perdebatan vaksin di AS dapat melemahkan rekomendasi kesehatan di negara lain.

    Julie Leask, ilmuwan sosial spesialis imunisasi dari Universitas Sydney, juga melihat risiko serupa di Australia.

    “Kami harus memperingatkan masyarakat untuk lebih kritis terhadap apa yang mereka dengar dari pemerintah AS saat initentang vaksin,” kata Leask.

    Dötsch merekomendasikan agar masyarakat berkonsultasi dengan tenaga medis terpercaya dalam hal pertanyaan kesehatan. Hal ini sangat penting di tengah konflik yang terus berlangsung antara ilmuwan medis dan kelompok non-medis yang menentang vaksin dan terapi yang telah sebelumnya direkomendasikan.

    “Saya menyarankan untuk berdiskusi dengan orang yang Anda percayai seperti dengan dokter keluarga, dokter umum, dokter anak, atau ginekolog yang menangani kehamilan,” jelas Direktur Klinik dan Poliklinik Pediatri dan Kesehatan Uniklinik Köln tersebut.

    Artikel ini pertama kali terbit dari bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Sorta Caroline

    Editor: Yuniman Farid

    Lihat juga Video ‘Trump di PBB: Pengakuan Negara Palestina Jadi Hadiah untuk Hamas’:

    (ita/ita)

  • Pidato Prabowo di PBB, solidaritas Palestina dan diplomasi gaya baru

    Pidato Prabowo di PBB, solidaritas Palestina dan diplomasi gaya baru

    Jakarta (ANTARA) – Pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Umum PBB menandai sebuah babak penting dalam peran Indonesia di kancah global.

    Dengan menekankan nilai persaudaraan dunia, pengentasan kemiskinan, dan pembebasan Palestina dari penjajahan Israel, Indonesia menunjukkan sikap yang jelas terhadap berbagai persoalan kemanusiaan yang menjadi sorotan internasional.

    Pidato Prabowo di sidang umum PBB ini bukan hanya sebuah pernyataan diplomasi, melainkan juga sinyal bahwa Indonesia ingin menegaskan posisinya sebagai negara yang mampu berkontribusi dalam penyelesaian konflik global.

    Dalam suasana dunia yang penuh ketegangan, keberanian untuk berbicara tegas di forum PBB adalah langkah yang jarang dilakukan negara-negara berkembang.

    Prabowo menempatkan Indonesia sejajar dengan pemimpin-pemimpin besar dunia, memperlihatkan konsistensi politik luar negeri yang berpihak pada perdamaian dan solidaritas.

    Pidato Prabowo itu, sekaligus mengingatkan pada pentingnya menghidupkan kembali peran PBB yang sempat dianggap melemah akibat tarik-menarik kepentingan kekuatan besar.

    Revitalisasi semangat multilateralisme, kini mulai terlihat. Beberapa negara besar, seperti Inggris, Australia, Kanada, dan Prancis telah memberikan pengakuan kepada Palestina sebagai negara berdaulat. Tindakan itu memperlihatkan adanya arus baru dalam hubungan internasional yang lebih berorientasi pada keadilan global.

    Solidaritas terhadap Palestina menjadi simbol kuat bahwa dunia masih memiliki hati nurani. Momentum inilah yang memberi ruang bagi Indonesia untuk terlibat lebih aktif, bukan sekadar sebagai pengamat, tetapi sebagai penggerak perubahan yang nyata.

    Pidato Prabowo di sidang umum PBB juga membuka refleksi penting tentang bagaimana seharusnya peran Indonesia di masa depan.

    Sejak era awal kemerdekaan, politik luar negeri Indonesia selalu menegaskan prinsip bebas aktif, yaitu tidak berpihak secara buta pada blok manapun, tetapi juga tidak berdiam diri ketika ketidakadilan terjadi.

    Prinsip inilah yang membuat Indonesia dihormati dalam banyak forum internasional, karena sikapnya dianggap konsisten dan memiliki dasar moral.

    Namun, dalam praktiknya, politik bebas aktif kadang hanya berhenti pada pernyataan normatif. Kini, dengan momentum yang diciptakan di PBB, Indonesia bisa mengaktualisasikan prinsip itu dalam bentuk keterlibatan lebih konkret.

    Figur pemimpin

    PBB sendiri akan kembali menjadi sentral dalam tata kelola dunia jika mampu menjawab tantangan zaman. Peran Amerika Serikat yang sering menentukan arah kebijakan global tidak lagi absolut, sementara negara-negara lain mulai menunjukkan keberanian untuk mengambil posisi berbeda.

    Dalam situasi ini, PBB membutuhkan figur dan kepemimpinan yang mampu merangkul perbedaan, memperkuat solidaritas, serta mengembalikan kepercayaan negara-negara anggota terhadap lembaga internasional tersebut.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Akankah Serangan Israel Dorong Pembentukan NATO ala Timur Tengah?

    Akankah Serangan Israel Dorong Pembentukan NATO ala Timur Tengah?

    Jakarta

    Hampir tak ada yang bisa diperbuat Qatar ketika Doha dihantam rudal Israel dua pekan silam.

    Pada hari itu, 10 jet tempur Israel terbang dari arah Laut Merah, meniti langit tanpa melintasi wilayah udara negara lain. Mereka lalu melepas tembakan yang dalam istilah militer disebut over the horizon atau tembakan di luar cakrawala, alias tak terlihat.

    Dalam serangan semacam ini, rudal balistik meluncur hingga ke atmosfer atas Bumi, sebelum menghujam target dengan kecepatan tinggi. Targetnya adalah pertemuan sekelompok petinggi Hamas di pengasingan. Di kota dengan hotel berbintang, gedung kaca, dan diplomasi tinggi. Enam orang tewas. Menurut kabar, bukan orang-orang yang dibidik Israel.

    Qatar, negeri kecil berpengaruh besar, mendadak seakan tak punya pelindung dari serangan Israel. Padahal di sana lah berdiri pangkalan militer terbesar Amerika di Timur Tengah. Padahal, Qatar juga diberi gelar sekutu utama non-NATO, setelah membantu evakuasi serdadu AS dari Afganistan 2022 silam.

    Namun, status “sekutu” tak cukup kuat mencegah Israel melancarkan serangan pertama terhadap negara Teluk. Pakar mempertanyakan, apakah AS mengetahui serangan ini? Jika ya, mengapa membiarkannya?

    Amerika tak lagi bisa diandalkan

    “Serangan Israel mengguncang keyakinan negara-negara Teluk terhadap Amerika Serikat dan akan mendorong mereka semakin mendekat satu sama lain,” tulis Kristin Diwan, peneliti senior di Arab Gulf States Institute, Washington.

    “Raja-raja minyak ini terlalu mirip satu sama lain… serangan langsung terhadap kedaulatan dan rasa aman mereka adalah sesuatu yang tak bisa ditoleransi,” imbuhnya.

    Dalam konteks ini, wacana pembentukan pakta pertahanan bergaya NATO kembali menguat dalam sepekan terakhir.

    Pada pertemuan darurat yang digelar Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) pekan lalu, para pejabat Mesir mengusulkan pembentukan pasukan tugas bersama ala NATO untuk negara-negara Arab. Dalam pidatonya di forum tersebut, Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani juga menyerukan pendekatan kolektif untuk keamanan Timur Tengah.

    Enam anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC)—Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab—sepakat mengaktifkan ketentuan dalam perjanjian pertahanan bersama yang diteken tahun 2000, yang menyatakan bahwa serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan terhadap semua, serupa pasal 5 perjanjian NATO.

    Setelah KTT darurat itu, para menteri pertahanan Teluk menggelar pertemuan lanjutan di Doha dan sepakat berbagi informasi intelijen, laporan situasi udara, serta mempercepat sistem peringatan dini rudal balistik di kawasan. Latihan militer bersama juga diumumkan.

    Pada minggu yang sama, Arab Saudi menandatangani “perjanjian pertahanan timbal balik strategis” dengan adidaya nuklir Pakistan. Kedua negara menyatakan bahwa “setiap agresi terhadap salah satu pihak akan dianggap sebagai agresi terhadap keduanya.”

    Menuju “NATO Islam”?

    Apakah ini cikal bakal dari terbentuknya “NATO Islam”? Kenyataannya tidak sesederhana itu, kata sejumlah pengamat kepada DW.

    “Aliansi ala NATO tak realistis karena akan memaksa negara-negara Teluk terikat dalam konflik yang tak mereka anggap vital. Tak ada pemimpin Teluk yang ingin terseret konflik dengan Israel demi Mesir, misalnya,” ujar Andreas Krieg, dosen senior di School of Security Studies, King’s College London.

    Meski begitu, serangan ke Doha telah mengubah kalkulasi keamanan kawasan.

    “Keamanan Teluk selama ini berdasar pada logika upeti: membayar pihak lain untuk menjamin perlindungan. Tapi mentalitas ini mulai bergeser setelah serangan ke Doha,” lanjut Krieg. “Meski perubahan itu masih berjalan lambat.”

    Alih-alih “NATO Islam”, dunia kemungkinan akan melihat format “6+2”, jelas Cinzia Bianco, pakar Teluk dari European Council on Foreign Relations (ECFR). Format “6+2” mengacu pada enam negara GCC ditambah Turki dan Mesir.

    Menurut Bianco, format ini kemungkinan tengah dibahas di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB pekan ini.

    “Namun ini bukan tentang pasal semacam Article 5 dalam NATO,” katanya kepada DW. “Komitmen pertahanan antarnegara Teluk tak sekuat antaranggota NATO. Ini lebih ke arah kolektivisasi posisi pertahanan dan keamanan, dan yang paling penting: pesan pencegahan terhadap Israel.”

    Dukungan militer dari luar

    Format “6+2” dinilai lebih masuk akal ketimbang “NATO Islam”, lanjut Krieg. Turki, menurutnya, adalah “mitra non-Barat paling kredibel bagi negara-negara Teluk, dengan pasukan yang telah ditempatkan di Qatar sejak 2017 dan kapabilitas nyata untuk bertindak cepat saat krisis.”

    Mesir, lanjut Krieg, lebih rumit. Negara itu memang punya kekuatan militer besar, tetapi keandalannya masih dipertanyakan oleh sejumlah negara Teluk.

    Namun jika format “6+2” benar-benar akan diwujudkan, prosesnya akan berlangsung perlahan dan tertutup, tegas Krieg dan Bianco.

    “Perubahan besar akan terjadi di balik layar,” kata Krieg. “Publik mungkin akan melihat komunike, KTT, dan latihan militer gabungan. Tapi kerja penting seperti berbagi data radar, integrasi sistem peringatan dini, atau pemberian hak pangkalan militer akan tetap berlangsung diam-diam.”

    Negara-negara Teluk, yang selama ini bergantung pada AS, juga mulai membuka opsi memperluas hubungan pertahanan dengan negara lain.

    “Pasti ada aktor lain seperti Rusia dan Cina yang siap menggantikan AS,” ujar Sinem Cengiz, peneliti di Pusat Studi Teluk Universitas Qatar. “Namun kecil kemungkinan ada pihak yang bisa menggantikan AS dalam waktu singkat.”

    Negara-negara Teluk memang tak ingin menggantikan AS sepenuhnya, tambah Bianco. Mereka masih sangat bergantung pada teknologi militer AS.

    “Setelah serangan ke Doha, Qatar langsung meminta jaminan dari AS bahwa mereka masih menjadi mitra,” ungkapnya.

    “Catatan pentingnya, AS sebenarnya tak pernah menentang regionalisasi pertahanan seperti ini,” ujar Bianco. “Washington justru mendukung adanya arsitektur pertahanan rudal balistik tunggal untuk negara-negara Teluk.”

    Faktanya, semakin dalam integrasi militer di kawasan, peran AS justru semakin penting, karena sistem pertahanan regional masih bertumpu pada teknologi militer Amerika.

    “Tapi makna politiknya telah berubah,” pungkas Krieg. “Washington tak lagi dilihat sebagai penjamin utama keamanan, melainkan mitra yang dukungannya bersifat kondisional dan transaksional. Para pemimpin Teluk kini mulai menyesuaikan diri dengan kenyataan bahwa AS punya kepentingan, bukan sekutu, dan tengah membangun poros keamanan yang dipimpin Teluk sendiri—posisi tengah antara Iran dan Israel.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

  • PM Kanada Carney Puji Pidato Prabowo di PBB dan Sepakat Perkuat Kerja Sama Strategis

    PM Kanada Carney Puji Pidato Prabowo di PBB dan Sepakat Perkuat Kerja Sama Strategis

    Bisnis.com, JAKARTA – Perdana Menteri (PM) Kanada, Mark Carney menyinggung pidato Presiden Prabowo Subianto di Sidang Majelis Umum Ke-80 PBB yang dinilainya penuh kekuatan dan inspirasi.

    Hal ini disampaikannya saat kunjungan resmi Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, di West Block, Parliament Hill, Ottawa, Kamis (25/9/2025). 

    “Kami bangga membangun hubungan tersebut dengan mereka yang menyambut tantangan baru dengan harapan dan optimisme yang didasarkan pada keyakinan yang teguh pada solidaritas semua orang,” katanya.

    PM Carney menyebut kunjungan tersebut sebagai sebuah momen bersejarah yang menandai babak baru dalam hubungan Indonesia–Kanada.

    “Presiden Prabowo, terima kasih telah memberi penghormatan kepada kami, terima kasih telah memberi penghormatan kepada kami dengan kunjungan Anda ke Kanada hari ini. Merupakan suatu kebahagiaan bagi kami untuk menyambut Anda, delegasi Anda,” ujar Carney.

    Dalam pidatonya, Carney menegaskan bahwa di tengah gejolak sistem perdagangan global, Kanada memandang Indonesia sebagai mitra strategis.

    Carney menegaskan bahwa penandatanganan Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA CEPA) menjadi perjanjian dagang bilateral pertama Kanada dengan negara Asean. Perjanjian ini disebutnya sebagai langkah tepat untuk memperkuat fondasi perdagangan kedua negara.

    “Rekan-rekan, sahabat, ini adalah kesepakatan yang tepat, di waktu yang tepat, dengan mitra yang tepat. Ini adalah pasar ekspor terbesar kami, pasar ekspor terbesar Kanada di Asia Tenggara,” ujarnya.

    Selain kerja sama ekonomi, PM Carney juga menekankan pentingnya kolaborasi Indonesia dan Kanada dalam bidang pertahanan dan keamanan. Menurutnya, kedua negara memiliki visi bersama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan maupun dunia.

    Dalam penutup sambutannya, PM Carney kembali mengutip pernyataan Prabowo di PBB mengenai komitmen terhadap sistem multilateral.

    “Saya akan mengutip pernyataan Anda kemarin, komitmen Anda, komitmen Anda terhadap tatanan multilateral di mana perdamaian, kemakmuran, dan kemajuan bukan hanya hak istimewa segelintir orang, tetapi hak semua orang,” pungkasnya.

  • Prabowo: Keamanan Israel Harus Dijamin, Baru Bisa Dapat Perdamaian

    Prabowo: Keamanan Israel Harus Dijamin, Baru Bisa Dapat Perdamaian

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto mengatakan semua pihak harus mengakui kemerdekaan Palestina. Namun, Prabowo mengingatkan jaminan keamanan untuk Israel, sebagai prasyarat tercapainya perdamaian dunia.

    Hal itu dia sampaikan kepada wartawan sebelum bertolak dari New York, Amerika Serikat menuju Ottawa, Kanada, Rabu (24/9/2025) siang waktu setempat. 

    Prabowo menyinggung perlunya pendekatan seimbang dalam mencari solusi atas konflik Timur Tengah. Menurutnya, perdamaian hanya akan terwujud apabila semua pihak mendapat pengakuan dan perlindungan, baik Palestina termasuk Israel. 

    “Banyak sekali yang positif ya, karena juga kita dianggap realistis, kita dianggap seimbang. Saya juga terang-terangan mengatakan perdamaian hanya bisa datang kalau semua orang mengakui, menghormati, dan menjamin keamanannya Israel. Israel pun harus dijamin keamanannya baru kita bisa dapat perdamaian,” ujar Prabowo dalam keterangan resmi, Kamis (25/9/2025).  

    Prabowo menilai kehadirannya untuk pertama kali di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) sebagai sebuah kehormatan besar bagi Indonesia. Dia mendapat kesempatan berpidato di urutan ketiga setelah Brasil dan Amerika Serikat.

    “Ya, saya kira ini suatu kehormatan, saya bisa bicara termasuk dikasih urutan yang terhormat ya, habis Brazil yang selalu nomor satu, Amerika yang selalu nomor dua, baru kasih kesempatan kepada Indonesia. Saya kira menghormati Indonesia, menghargai Indonesia,” kata Prabowo 

    Dalam pidatonya di PBB, Prabowo menekankan posisi Indonesia yang konsisten mendorong penyelesaian konflik global secara damai. Ia menegaskan perhatian utama Indonesia adalah penderitaan rakyat Palestina, khususnya di Gaza.

    “Alhamdulillah saya menggunakan panggung itu untuk menyampaikan sikap kita, sikap Indonesia, terutama mendorong penyelesaian konflik di semua tempat. Tapi yang paling utama bagi kita tentunya kita sangat merasa jeritan penderitaan rakyat Gaza,” tandas Prabowo.

  • Akademisi nilai pidato Prabowo di PBB simbol kepercayaan diri bangsa

    Akademisi nilai pidato Prabowo di PBB simbol kepercayaan diri bangsa

    Jakarta (ANTARA) – Guru Besar Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof. Harris Arthur Hedar menilai pidato Presiden RI Prabowo Subianto pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjadi simbol kepercayaan diri bangsa Indonesia dan diplomasi kebenaran.

    Pasalnya, kata dia, momentum langka sekaligus penting dalam perjalanan diplomasi Indonesia tersebut bukan hanya sekadar ritual tahunan seorang kepala negara, melainkan turut menampilkan gaya kepemimpinan yang tegas, percaya diri, dan berakar pada kebenaran moral yang universal.

    “Dia tidak tampil dengan kalimat yang berliku, tetapi dengan bahasa yang lugas menyuarakan kebenaran. Kata-katanya sederhana namun penuh bobot,” ujar Prof. Harris dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

    Menurutnya, hal itu merupakan retorika khas yang membuat pidato Presiden Prabowo tak hanya terdengar, tetapi juga dirasakan.

    Dikatakan bahwa Prabowo menggunakan kutipan Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia sebagai landasan moral, menegaskan bahwa kesetaraan manusia bukan sekadar jargon, melainkan prinsip yang harus diperjuangkan.

    Dalam pandangan Harris, hal yang paling menonjol dalam momen tersebut, yakni keberanian Prabowo menyuarakan keadilan bagi Palestina, sebuah isu klasik namun selalu relevan.

    Prabowo menegaskan dunia tidak boleh diam atas penderitaan rakyat Palestina. Namun menariknya, kata dia, Presiden juga menyebut pentingnya menghormati keamanan Israel.

    “Ini lah keseimbangan diplomatik yang jarang disentuh secara terbuka. Berpihak pada keadilan tanpa menutup pintu dialog,” tuturnya.

    Dia berpendapat posisi tersebut menegaskan Indonesia sebagai jembatan moral yang tetap tegak di atas prinsip, tetapi tidak menutup diri dari realitas geopolitik.

    Harris juga menyebut pidato Prabowo yang ditutup dengan salam lintas agama sebagai penutup yang sederhana, namun sarat makna.

    Disebutkan bahwa dalam satu tarikan napas, Prabowo memproyeksikan wajah Indonesia sebagai bangsa multikultural, religius, dan toleran.

    Dengan demikian, sambung dia, dunia melihat bahwa Indonesia tidak hanya berbicara soal HAM dan keadilan, tetapi juga menjadi contoh nyata pluralisme yang hidup.

    Wakil Rektor Universitas Jayabaya tersebut menuturkan resonansi pidato Prabowo pun terasa lebih luas karena mendapat sorotan media internasional.

    Media Israel menyoroti penggunaan salam Shalom, sementara publik global melihat keberanian Prabowo menyuarakan isu Palestina tanpa retorika kosong. Bahkan, sejumlah pemimpin dunia menilai gaya pidato Prabowo tegas sekaligus konstruktif.

    “Pidato di PBB kali ini tidak hanya sekadar seremoni, melainkan statement of intent (pernyataan niat),” tutur Harris.

    Ditambahkan bahwa dunia melihat Indonesia, melalui Prabowo, berani tampil dengan kepercayaan diri, menggabungkan moralitas universal, kepentingan nasional, dan strategi diplomatik yang seimbang.

    Oleh karenanya, dirinya mengatakan momentum itu memperkuat posisi Indonesia sebagai negara dengan suara moral yang independen di tengah rivalitas geopolitik.

    Momentum tersebut, kata dia, menandai babak baru bahwa Indonesia, dengan segala keragamannya, bukan hanya peserta forum global, melainkan juga penentu arah percakapan dunia.

    Pada sesi Debat Umum di Sidang Majelis Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York, Amerika Serikat, Selasa (23/9) siang waktu setempat, Presiden RI Prabowo Subianto menyampaikan pidatonya yang berjudul Seruan Indonesia untuk Harapan.

    Presiden Prabowo menyampaikan pidato tersebut dengan durasi 19 menit lebih dalam bahasa Inggris, dengan urutan berbicara ketiga setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Dalam pidatonya, Presiden Prabowo antara lain berbicara soal isu kemanusiaan yang tidak hanya dialami warga Palestina, tetapi juga Indonesia yang pernah merasakan dijajah oleh kolonialisme selama berabad-abad.

    Pewarta: Agatha Olivia Victoria
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.