partai: PBB

  • Biden Desak Ketua DPR AS Baru Segera Beri Bantuan Militer ke Israel-Ukraina

    Biden Desak Ketua DPR AS Baru Segera Beri Bantuan Militer ke Israel-Ukraina

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Joe Biden meminta ketua DPR AS dari Partai Republik yang baru terpilih, Mike Johnson agar cepat bertindak menyetujui bantuan militer untuk Israel dan Ukraina. Hal itu dikatakan Biden pada Rabu waktu setempat.

    “Kita perlu bergerak cepat untuk mengatasi kebutuhan keamanan nasional kita dan untuk menghindari penutupan dalam 22 hari,” kata Biden dalam sebuah pernyataan saat memberi selamat kepada Mike Johnson atas pemilihannya yang macet selama berminggu-minggu, dilansir AFP, Kamis (26/10/2023).

    Biden mengatakan meski AS memiliki ketidaksepakatan atas isu-isu penting, namun dia menilai harus ada upaya untuk menemukan kesamaan. Menurutnya sekarang waktunya untuk bertindak.

    “Meskipun kita memiliki ketidaksepakatan nyata tentang isu-isu penting, harus ada upaya bersama untuk menemukan kesamaan di manapun kita bisa. Ini adalah waktu bagi kita semua untuk bertindak secara bertanggung jawab,” ujarnya.

    Sebelumnya, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan gencatan senjata segera di Jalur Gaza saat pengeboman Israel untuk membalas Hamas terus berlanjut. Lebih dari 5.000 dilaporkan tewas akibat serangan udara Israel yang berlangsung selama lebih dari dua pekan terakhir.

    “Langkah pertama yang harus dilakukan adalah gencatan senjata kemanusiaan segera, menyelamatkan nyawa warga sipil melalui pengiriman bantuan kemanusiaan yang cepat dan efektif,” cetus kepala hak asasi manusia (HAM) PBB Volker Turk dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Selasa (24/10/2023).

    “Kekerasan ini tidak akan pernah berakhir kecuali para pemimpin mengambil tindakan berani dan mengambil pilihan manusiawi yang dibutuhkan oleh kemanusiaan,” sebutnya.

    Israel memutus pasokan air, listrik, bahan bakar dan makanan untuk Jalur Gaza, untuk merespons serangan Hamas yang menewaskan lebih dari 1.400 orang. Militer Israel juga melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap Jalur Gaza, yang diklaim menargetkan posisi Hamas namun memakan banyak korban sipil.

    Laporan otoritas kesehatan Gaza, seperti dilansir Al Jazeera, menyebut sedikitnya 5.087 orang tewas — kebanyakan warga sipil — akibat serangan udara Israel sejauh ini. Angka itu mencakup 2.055 anak-anak dan 1.119 wanita. Lebih dari 15.000 orang lainnya mengalami luka-luka akibat gempuran di Jalur Gaza.

    “Terlalu banyak nyawa warga sipil, banyak di antaranya anak-anak, yang hilang — di kedua belah pihak — sebagai konsekuensi dari permusuhan ini,” ucap Turk.

    Lihat Video: Pernyataan Netanyahu Setelah Ribuan Warga Gaza Tewas: Ini Baru Permulaan

    (dek/dek)

  • Pernyataan Sekjen PBB soal Gaza Bikin Israel Berang

    Pernyataan Sekjen PBB soal Gaza Bikin Israel Berang

    Tel Aviv

    Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres melontarkan pernyataan soal pelanggaran hukum internasional di Gaza. Israel pun marah gara-gara pernyataan Guterres itu.

    Guterres menyebut ada pelanggaran hukum internasional di Gaza dan mendesak gencatan senjata segera. Hal itu disampaikan Guterres saat membuka sidang tingkat tinggi Dewan Keamanan PBB pada Selasa (24/10/2023) waktu setempat.

    Guterres mengatakan tidak ada alasan untuk kekerasan ‘mengerikan’ yang dilakukan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober lalu. Namun, dia juga mengingatkan tidak boleh ada ‘hukuman kolektif’ terhadap warga Palestina.

    “Saya sangat prihatin dengan pelanggaran nyata terhadap hukum kemanusiaan internasional yang kita saksikan di Gaza. Biar saya perjelas: Tidak ada pihak dalam konflik bersenjata yang berada di atas hukum kemanusiaan internasional,” kata Guterres, tanpa menyebut nama Israel secara eksplisit sebagaimana dilansir AFP, Rabu (25/10/2023).

    Guterres juga mengatakan serangan Hamas ‘tidak terjadi dalam ruang hampa’ karena Palestina telah ‘mengalami 56 tahun pendudukan yang menyesakkan’. Ucapannya itu kemudian membuat marah Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen.

    Sembari menunjuk ke arah Guterres, Cohen menceritakan kisah-kisah tentang warga sipil Israel, termasuk anak-anak yang tewas dalam serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.

    “Mr Sekretaris Jenderal, Anda tinggal di dunia apa?” cetus Cohen sambil meninggikan suaranya.

    Israel sendiri memberlakukan blokade terhadap wilayah tersebut yang berlaku sejak Hamas mengambil alih kekuasaan di Gaza. Israel juga masih menduduki Tepi Barat.

    Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan meminta Guterres untuk mengundurkan diri. Hal itu ditulisnya dalam postingan di X seraya mengatakan bahwa Guterres telah ‘menyatakan pemahamannya terhadap terorisme dan pembunuhan’.

    Guterres telah berulang kali menyerukan gencatan senjata kemanusiaan. Dia mengatakan hal itu perlu untuk mengirim bantuan bagi warga sipil.

    “Untuk meringankan penderitaan yang luar biasa, membuat pengiriman bantuan lebih mudah dan aman, dan memfasilitasi pembebasan sandera, saya mengulangi seruan saya untuk segera melakukan gencatan senjata kemanusiaan,” ucap Guterres.

    Israel, yang didukung oleh Amerika Serikat, telah menolak seruan untuk menghentikan serangan tersebut. Israel mengatakan gencatan senjata hanya akan memungkinkan Hamas untuk bersatu kembali.

    PBB Keluhkan soal BBM

    PBB juga mengeluhkan pengiriman bantuan untuk warga sipil Palestina di Jalur Gaza bisa terhenti jika tidak ada bahan bakar (BBM) yang dipasok ke wilayah itu. Militer Israel kemudian menyarankan agar PBB meminta pasokan bahan bakar kepada Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

    Tel Aviv mengatakan Hamas memiliki banyak pasokan bahan bakar di dalam wilayah Jalur Gaza. Dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (25/10/2023), Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina atau UNRWA memposting peringatannya via media sosial X.

    Peringatan itu menyatakan UNRWA terpaksa menghentikan operasi penyaluran bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza pada Rabu (25/10) malam jika tidak segera mendapatkan bahan bakar.

    “Jika kami tidak segera mendapatkan bahan bakar, kami akan terpaksa menghentikan operasi kami di Jalur Gaza mulai besok malam,” demikian bunyi peringatan UNRWA yang diposting pada Selasa (24/10) waktu setempat.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

  • MA Jepang Batalkan Syarat Sterilisasi Bagi Transisi Gender

    MA Jepang Batalkan Syarat Sterilisasi Bagi Transisi Gender

    Jakarta

    Kewajiban mengangkat organ reproduksi sebagai syarat transisi gender sudah dianggap sebagai diskriminasi dan pelanggaran terhadap hak asasi manusia oleh beberapa badan internasional, termasuk Pengadilan Eropa untuk Hak Asasi Manusia, Asosiasi Profesional Dunia untuk Kesehatan Transgender dan PBB.

    Namun, sebagian anggota parlemen dan kelompok perempuan mengatakan putusan Mahkamah Agung untuk melarang pasal sterilisasi untuk transisi gender justru akan menimbulkan kebingungan dan melemahkan hak-hak perempuan. MA Jepang pernah membatalkan kasus serupa pada tahun 2019.

    Organisasi HAM internasional, Human Rights Watch, menyambut baik putusan tersebut dan mendesak pemerintah untuk menindaklanjutinya.

    “Pemerintah berkewajiban untuk membuat undang-undang yang selaras dengan konstitusi. Artinya, pemerintah sekarang perlu bertindak cepat menghapus klausul tersebut,” kata Kanae Doi, direktur HRW Jepang . Menurutnya, putusan tersebut “sudah terlambat, tapi tidak ada kata terlambat.”

    Perkara diajukan ke hadapan 15 hakim Mahkamah Agung oleh seseorang yang hanya diidentifikasi sebagai transpuan di bawah usia 50 tahun. Sejauh ini, kuasa hukum penggugat belum mengomentari atau menguatkan putusan yang dijatuhkan dalam sidang tertutup pada Rabu, (25/10), lapor Reuters.

    Konflik ideologi seputar tubuh dan seksualitas

    Hukum Jepang menyatakan bahwa orang yang ingin mengubah kelamin harus melampirkan diagnosa disforia gender dan memenuhi lima persyaratan lain.

    Persyaratan tersebut adalah: berusia minimal 18 tahun; tidak menikah; tidak mempunyai anak di bawah umur; memiliki alat kelamin yang menyerupai lawan jenis, serta tidak memiliki atau telah kehilangan fungsi kelenjar reproduksi secara permanen.

    Meskipun banyak negara telah melarang kewajiban sterilisasi untuk mengubah jenis kelamin secara hukum, hak asasi kaum transgender masih menjadi isu kontroversial di Jepang. Sebuah petisi yang diorganisir oleh tujuh organisasi untuk mendukung kewajiban sterilisasi sejauh ini sudah mengumpulkan lebih dari 20.000 tanda tangan.

    Sepekan silam, organisasi Pelindung Definisi Perempuan, sebuah kelompok konservatif yang mendukung persyaratan operasi bagi transgender, mengajukan petisi terpisah kepada Mahkamah Agung. Mereka menyatakan, pencabutan kewajiban sterilisasi bagi kaum transgender akan “melanggar hak dan martabat perempuan secara signifikan”.

    Bulan lalu, sekelompok anggota parlemen dari partai pemerintah, Demokrat, menegaskan putusan yang membatalkan pasal sterilisasi justru akan menimbulkan kebingungan.

    rzn/hp (rtr,ap)

    (ita/ita)

  • Serangan Israel Makin Gencar, Bantuan Masuk Gaza

    Serangan Israel Makin Gencar, Bantuan Masuk Gaza

    Jakarta

    Israel membombardir Gaza dengan serangan udara pada Senin (23/10) pagi. Sejumlah jet tempurnya juga menghantam Lebanon selatan pada Minggu (22/10) malam. Serangan tersebut terjadi saat Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengadakan pertemuan dengan para jenderal dan kabinet perangnya untuk menganalisis konflik yang semakin meningkat.

    Serangan Israel terkonsentrasi di tengah dan utara Jalur Gaza, demikian laporan media Palestina. Serangan udara terhadap sebuah rumah di dekat kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara telah menewaskan beberapa warga Palestina dan banyak lainnya mengalami luka-luka.

    Otoritas kesehatan di Gaza yang dikuasai Hamas mengatakan setidaknya 4.600 orang tewas dalam serangan bom Israel selama dua minggu terakhir, yang dilancarkan setelah serangan kelompok militan Hamas pada 7 Oktober lalu terhadap komunitas Israel selatan yang menewaskan 1.400 orang dan menculik 212 orang ke Gaza sebagai sandera.

    Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang tinggal di luar negeri, dan Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Hossein Amirabdollahian berkomunikasi melalui sambungan telepon pada hari Minggu (22/10) malam, membahas cara untuk menghentikan “kejahatan brutal” Israel di Gaza, kata Hamas dalam sebuah pernyataan.

    Israel juga telah mengumpulkan tank-tank dan pasukannya di dekat pagar perbatasan di sekitar Gaza, yang diyakini merupakan persiapan invasi darat yang untuk menumpas Hamas.

    Biden bahas konflik dengan sekutu Barat

    Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden juga telah membahas perang Israel-Hamas dengan para pemimpin negara Barat, kata Gedung Putih.

    Gedung Putih mengatakan bahwa Biden telah berbicara dengan para pemimpin dari Inggris, Kanada, Prancis, Jerman, dan Italia.

    Dikatakan bahwa para pemimpin juga membahas tentang warga negara mereka sendiri yang terjebak dalam perang Israel-Hamas, “khususnya mereka yang ingin meninggalkan Gaza.”

    Protes pro-Palestina di berbagai negara, aksi pro Israel di Berlin

    Sekitar 12.000 orang berpartisipasi dalam aksi mendukung Palestina di Brussel pada hari Minggu (22/10). Mereka menyerukan kepada Uni Eropa untuk mengadvokasi gencatan senjata dan mengakhiri penutupan Jalur Gaza oleh Israel.

    Para demonstran membawa poster-poster dengan slogan-slogan seperti “Hentikan serangan” atau “Bebaskan Palestina.”

    Di Prancis, Paris menjadi tuan rumah aksi demonstrasi pro-Palestina untuk pertama kali, setelah penyelenggara secara terbuka mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel yang menewaskan lebih dari 1.400 orang.

    Menurut laporan kepolisian, sekitar 15.000 orang juga hadir di Place de la Republique untuk mengekspresikan solidaritas mereka kepada warga Palestina serta menyerukan gencatan senjata.

    Beberapa ribu orang juga berkumpul pada hari Minggu (22/10) di ibu kota Bosnia, Sarajevo, untuk melakukan aksi demonstrasi pro-Palestina.

    “Kota yang mengalami pengepungan terlama dalam sejarah modern, Sarajevo, memiliki hak untuk berdiri teguh bersama Gaza hari ini,” kata Wali Kota Sarajevo Benjamina Karic kepada kerumunan massa di depan balai kota.

    “Kami tahu bagaimana rasanya ketika tidak ada air, tidak ada makanan, kami tahu bagaimana rasanya ketika anak-anak terbunuh,” ujarnya sambil meneteskan air mata.

    Di Berlin, lebih dari 10.000 orang bergabung dalam aksi unjuk rasa untuk mendukung Israel hari Minggu (22/10).

    Konvoi bantuan kedua masuk ke Jalur Gaza

    Konvoi kedua truk bantuan kemanusiaan telah memulai proses penyeberangan ke Jalur Gaza, menurut laporan beberapa kantor berita.

    Sekitar 17 truk bantuan telah diizinkan untuk masuk ke Jalur Gaza melalui penyeberangan Rafah di Mesir pada hari Minggu (22/10), lapor media pemerintah Mesir.

    Kantor berita AFP menggambarkan bagaimana truk-truk berisi bahan bakar yang pertama memasuki wilayah Palestina itu pada hari Minggu (22/10) sejak aksi serangan terjadi dua minggu lalu.

    Enam truk berisi bahan bakar lainnya untuk menyalakan generator di dua rumah sakit di Jalur Gaza juga telah menyeberang dari Mesir, kata badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) dan sumber media Mesir kepada AFP.

    Cindy McCain, Kepala Program Pangan Dunia PBB, WFP, mengatakan kepada stasiun siaran ABC bahwa situasi kemanusiaan di Gaza kini semakin memburuk. Dia menyerukan agar lembaga-lembaga bantuan diberikan akses yang aman untuk memasuki wilayah Palestina, yang menurutnya merupakan zona perang.

    kp/ha/hp (AFP, Reuters, AP)

    Lihat Video ‘Israel Gempur Gaza dalam 24 Jam: 400 Orang Tewas, 320 Titik Diserang’:

    (ita/ita)

  • Israel Terus Bombardir Gaza, 400 Orang Tewas dalam 24 Jam

    Israel Terus Bombardir Gaza, 400 Orang Tewas dalam 24 Jam

    Gaza City

    Sedikitnya 400 warga Palestina di Jalur Gaza tewas akibat serangan udara Israel dalam 24 jam terakhir. Para jurnalis di lapangan menggambarkan gempuran terbaru Israel terhadap Jalur Gaza sebagai ‘malam paling mematikan’.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (23/10/2023), serangan udara Israel terhadap Jalur Gaza telah memasuki pekan ketiga, dengan puluhan serangan udara dilancarkan ke daerah kantong Palestina yang dikepung itu pada Senin (23/10) dini hari waktu setempat.

    Militer Israel membombardir area-area permukiman di Jalur Gaza, yang menurut kantor berita Palestina WAFA, termasuk kamp pengungsi Jabalia yang pada penduduk dan Beit Lahia di bagian utara, lingkungan al-Rimal, kamp Al Shati di bagian barat, juga Khan Younis dan Rafah di bagian selatan.

    Selain 400 orang dilaporkan tewas dalam kurun waktu 24 jam akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza, secara total, otoritas kesehatan Gaza melaporkan lebih dari 4.600 orang tewas akibat serangan udara Israel sejauh ini.

    Gempuran Israel pada dini hari itu semakin memperburuk situasi kemanusiaan yang sangat buruk di Jalur Gaza, di mana penduduknya kekurangan makanan dan pasokan medis.

    Pada Minggu (22/10) waktu setempat, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa nyawa sedikitnya 120 bayi yang baru lahir yang dirawat di dalam inkubator berada dalam bahaya karena rumah sakit setempat hampir kehabisan bahan bakar akibat pengepungan total yang dilakukan oleh Israel.

    Menurut Kementerian Kesehatan wilayah Palestina, lebih dari 1.750 anak tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza, yang dimaksudkan untuk membalas serangan Hamas pada 7 Oktober lalu.

    Lihat Video ’16 Hari Agresi Israel ke Gaza: 4.651 Orang Tewas, 1.903 di Antaranya Anak-anak’:

  • Ups, Tank Israel Tak Sengaja Tembak Pos Perbatasan Mesir

    Ups, Tank Israel Tak Sengaja Tembak Pos Perbatasan Mesir

    Jakarta

    Militer Israel mengatakan bahwa salah satu tank tempurnya secara tidak sengaja menembak dan mengenai sebuah pos Mesir di dekat perbatasan dengan Gaza, ketika tentara membombardir wilayah Palestina tersebut.

    “IDF (militer Israel) menyatakan kesedihan atas insiden tersebut,” kata militer Israel dalam sebuah pernyataan, dikutip kantor berita AFP, Senin (23/10/2023). Insiden itu terjadi pada Minggu (22/10) waktu setempat di dekat daerah Kerem Shalom.

    “Insiden tersebut sedang diselidiki dan rinciannya sedang ditinjau,” imbuh pernyataan militer Israel tersebut.

    Sebelumnya, militer Mesir mengatakan ledakan di pos penjagaan perbatasan itu menyebabkan “luka-luka ringan” namun tidak memberikan rincian lebih lanjut.

    Militer Mesir mengatakan Israel telah “segera menyatakan penyesalannya atas insiden yang tidak disengaja tersebut dan penyelidikan sedang dilakukan”.

    Media-media Mesir melaporkan bahwa serangan Israel tersebut tidak akan mengganggu aliran bantuan ke Gaza, mengutip para saksi.

    Sejak Sabtu lalu, setidaknya 37 truk yang membawa pasokan penting telah melintas dari Mesir ke Gaza melalui pos perbatasan Rafah, yang terletak sekitar tiga kilometer (dua mil) dari Israel.

    PBB memperkirakan sekitar 100 truk per hari dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan rakyat Gaza, di mana lebih dari 4.650 orang telah tewas dalam rentetan serangan Israel, menurut pemerintah Hamas.

    Serangan udara terus menerus oleh Israel tersebut terjadi menyusul serangan kelompok milisi Hamas ke Israel, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang.

    (ita/ita)

  • Pilu Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Kain Kafan

    Pilu Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Kain Kafan

    Jakarta

    Peringatan: Artikel ini memuat konten yang mungkin membuat Anda merasa tidak nyaman.

    Di Rumah Sakit Martir Al-Aqsa di Gaza, para dokter dan perawat kehabisan bahan untuk mengafani korban meninggal dunia yang terus bertambah.

    Jenazah-jenazah tersebut ditumpuk di halaman luar rumah sakit. Para kerabat yang ditinggalkan mendaraskan doa dan tak jarang pula yang ambruk ke lantai sambil meratap dalam kesedihan.

    Di dalam rumah sakit, para dokter berjuang untuk merawat korban luka dan menyelamatkan mereka yang terluka parah di tengah menipisnya persediaan obat-obatan dan perbekalan.

    Seorang wartawan BBC Arabic menyaksikan betapa rumah sakit penuh dengan jenazah dan para dokter tergopoh-gopoh menyelesaikan tindakan untuk satu pasien kemudian berpindah ke pasien berikutnya.

    Beberapa tayangan video dan foto keadaan rumah sakit pada Minggu (22/10) terlalu mengerikan untuk ditampilkan. Anak-anak – termasuk setidaknya dua bayi – termasuk di antara korban meninggal dunia.

    Para pejabat dari Kementerian Kesehatan yang dikendalikan Hamas mengatakan lebih dari 100 orang tewas ketika Israel melancarkan serangan udara pada Minggu (22/10).

    Militer Israel sengaja menargetkan area dekat rumah sakit

    Secara terpisah, Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, mengatakan aksi militer di Gaza “mungkin memakan waktu satu, dua atau tiga bulan, tetapi pada akhirnya tidak akan ada lagi Hamas”.

    Gallant berbicara setelah pengarahan operasional di Pusat Komando dan Kontrol Operasi Angkatan Udara Israel.

    “Dalam aspek operasional manuver, pada akhirnya, tidak ada yang bisa menghentikan IDF (Pasukan Pertahanan Israel)”, katanya.

    “Ini harus menjadi operasi manuver terakhir kami di Gaza, dengan alasan sederhana bahwa setelah itu tidak akan ada lagi Hamas.”

    Gallant mengatakan operasi darat yang ditunggu-tunggu, “akan segera dilakukan”.

    Akan tetapi, seberapa cepat operasi tersebut masih belum jelas.

    ‘Rumah sakit kehabisan kain kafan’

    Pada Minggu (22/10) pagi, sejumlah kendaraan terlihat membawa orang-orang yang terluka ke rumah sakit.

    “Kami sudah berada di sini sejak fajar menyingsing dan jenazah telah memenuhi halaman rumah sakit. Tempat pendingin di kamar jenazah sudah penuh dengan mayat, begitu pula dengan di dalam gedung rumah sakit dan di luar gedung,” kata seorang staf.

    “Kami kehabisan kain kafan untuk mengafani jenazah karena jumlahnya sangat banyak. Semua jenazah tiba dalam keadaan tidak utuh. Kami tidak dapat mengidentifikasi mereka karena jenazah telah hancur.”

    Dia menggambarkan situasi ini sebagai sesuatu yang “tak tertahankan”, dan menambahkan: “Walau kami telah banyak menyaksikan segala rupa, ini adalah pemandangan yang belum pernah kami lihat.”

    “Cepat, cepat!” seru pria ini agar korban yang berada di dalam mobilnya segera dirawat di rumah sakit. (BBC)

    Pemandangan serupa terjadi di berbagai rumah sakit di seluruh Gaza pada pekan ketiga perang Israel-Hamas.

    Di Rumah Sakit al-Quds di wilayah Tel al-Hawa, Kota Gaza, bom menghantam gedung-gedung di dekat rumah sakit ketika tim yang terdiri dari 23 dokter dan perawat menangani lebih dari 500 orang, menurut seorang dokter di rumah sakit melalui pesan suara ke BBC.

    Pasien dan warga sipil yang berlindung di rumah sakit hidup dalam “keadaan teror”, kata dokter tersebut, yang tidak ingin disebutkan namanya demi keselamatannya.

    Di tengah situasi yang digambarkannya sebagai “bencana besar”, para dokter harus memutuskan siapa yang harus ditangani terlebih dahulu. Sisanya bergabung dalam antrean.

    “Banyak korban luka telah menunggu beberapa hari untuk dioperasi,” kata dokter.

    Baca juga:

    Pesan suara sang dokter disampaikan oleh dokter dan aktivis Norwegia, Mads Gilbert, dari tim darurat Komite Bantuan Norwegia.

    Menurut dokter tersebut, staf medis telah berkurang karena beberapa orang tewas terbunuh dan yang lain tidak dapat mencapai lokasi. Staf yang tersisa sekarang berbagi gedung dengan 1.200 pengungsi yang berlindung di sana.

    “Ada 120 orang terluka dengan berbagai macam luka di sini, 10 pasien di ICU menggunakan ventilator, dan kami memiliki sekitar 400 pasien kronis,” kata dokter tersebut.

    “Ada sekitar 1.200 warga yang mengungsi di sini – tidak mudah untuk memindahkan orang dalam jumlah besar sehingga kami memutuskan untuk tidak mengungsi.”

    BBC

    Militer Israel kembali memperingatkan kepada semua orang di Jalur Gaza utara untuk menuju ke bagian selatan Wadi Gaza, sebuah jalur lahan basah yang melintasi wilayah tersebut. Kota Gaza berada di sebelah utara Wadi Gaza, sedangkan Deir al-Balah di selatan.

    Ratusan ribu orang telah mengungsi ke bagian selatan Gaza, namun ribuan lainnya masih bertahan di rumah mereka di Gaza utara.

    Nyawa bayi terancam karena tiada pasokan BBM

    Rumah sakit di seluruh Gaza sangat membutuhkan pasokan bantuan, bahkan setelah 20 truk bantuan pertama bisa masuk dari Mesir pada hari Sabtu.

    Meskipun sejumlah makanan dan pasokan medis dibawa rombongan truk tersbeut, tidak ada bahan bakar yang masuk ke Gaza sejak konflik dimulai. Rumah sakit mengandalkan generator bertenaga diesel.

    Pada Minggu (22/10), Unicef memperingatkan bahwa 120 bayi di inkubator – termasuk 70 bayi baru lahir prematur yang juga menggunakan ventilator – bergantung pada mesin yang terhubung dengan generator cadangan yang digunakan ketika pasokan listrik Gaza dari Israel dimatikan.

    “Saat ini kami memiliki 120 bayi baru lahir yang berada di inkubator dan 70 di antaranya memiliki ventilasi mekanis. Tentu saja hal ini sangat kami khawatirkan,” kata juru bicara Unicef, Jonathan Crickx.

    Baca juga:

    Fikr Shalltoot, direktur lembaga amal Bantuan Medis untuk Palestina di Gaza, mengatakan beberapa bayi prematur telah lahir di tengah pertempuran terkini.

    “Di bangsal itu ada seorang bayi berusia 32 minggu yang berhasil diselamatkan oleh dokter setelah ibunya terbunuh dalam serangan udara,” katanya kepada BBC. Ibu dan seluruh keluarganya meninggal, namun bayinya berhasil diselamatkan.

    Dia mengatakan kematian pasti terjadi pada anak tersebut, dan orang lain di bangsal yang sama, jika generator berhenti bekerja.

    Persediaan bahan bakar untuk menghidupkannya terbatas.

    ‘Bantuan yang datang hanya setetes air di lautan’

    Kepala Kemanusiaan PBB, Martin Griffiths, mengatakan konvoi truk gelombang kedua telah membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Sebanyak 14 truk telah masuk, sehari setelah 20 truk gelombang pertama melintasi perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza.

    Griffiths, yang menjabat wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, menyatakan bahwa gelombang bantuan itu merupakan “Secercah harapan kecil bagi jutaan orang yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan.”

    Menyusul kabar bahwa gelombang bantuan kedua telah tiba di Gaza, Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan akan ada “aliran bantuan penting yang berkelanjutan” ke wilayah tersebut.

    Akan tetapi, kepala kemanusiaan lembaga Oxfam, Magnus Corfixen, menegaskan bantuan yang dikirim ke Gaza tidak cukup.

    “Oxfam tentu saja menyambut baik konvoi bantuan lain yang terdiri dari 14 truk dan 20 truk kemarin [Sabtu] yang telah masuk ke Gaza,” katanya, “tetapi kita juga harus mengatakan bahwa ini [bantuan yang datang] ibarat setetes air di lautan mengingat bantuan kemanusiaan berskala besar dibutuhkan saat ini di Gaza.”

    Tanpa gencatan senjata, menurutnya, situasi tidak akan membaik dan bantuan berkelanjutan sulit mencapai warga sipil yang membutuhkan.

    “Agar hal itu bisa terjadi, kita juga perlu segera melakukan gencatan senjata”.

    (ita/ita)

  • Bantuan 1.000 Ton Makanan di Perbatasan Mesir Akan Dikirim ke Gaza

    Bantuan 1.000 Ton Makanan di Perbatasan Mesir Akan Dikirim ke Gaza

    Gaza

    Konvoi bantuan makanan telah berada di perbatasan Mesir-Gaza. Totalnya mencapai 1.000 ton bantuan makanan.

    “Kami memiliki lebih dari 1.000 metrik ton makanan di perbatasan Mesir di Rafah,” ujar Kepala Rantai Pasokan Program Pangan Dunia PBB Aline Rumonge kepada BBC, Jumat (20/10/2023).

    Dibutuhkan 60 truk besar untuk mengangkut bantuan makanan tersebut. Jumlah tersebut dianggap cukup memberi makan sekitar setengah juta orang selama 1 minggu.

    Aline menjelaskan begitu melewati perbatasan Mesir-Gaza, truk akan mengirim bantuan tersebut ke tempat penampungan dan tempat lain yang membutuhkan makanan.

    “Setelah makanan sampai di Gaza, organisasi-organisasi kemanusiaan harus diberikan akses penuh kepada orang-orang yang membutuhkan,” tambahnya.

    “Kami diberitahu bahwa besok beberapa truk bisa menyeberang tapi kami tidak tahu, hal seperti itu sudah terjadi selama lima hari terakhir,” katanya. Ia menambahkan bahwa “setiap menit berarti bagi masyarakat di Gaza”.

    (isa/isa)

  • Hamas Vs Israel di Gaza Berimbas Polarisasi di Eropa

    Hamas Vs Israel di Gaza Berimbas Polarisasi di Eropa

    Perdebatan Eropa soal bantuan ke Palestina

    Di Eropa, muncul pula perdebatan apakah mereka perlu melanjutkan bantuan untuk Palestina. Soalnya, pihak-pihak Eropa ini punya pikiran bahwa pemicu konflik di Jalur Gaza yang terbaru ini adalah Hamas, kelompok bersenjata dari Palestina. Bagi mereka, Hamas adalah pihak yang bersalah, bukan penduduk Israel yang mencaplok tanah Palestina atau permukiman sewenang-wenang Zionis di kawasan tersebut.

    Dilansir AFP, Selasa (10/10) lalu, Inggris meninjau ulang bantuan pembangunan untuk Palestina setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober lalu. Inggris sebelumnya mengakolaksikan 17 juta Poundsterling atau Rp 326,9 miliar untuk Palestina setahun ke depan.

    “Kami saat ini sedang meninjau kembali bantuan kami. Meskipun sudah seperti itu, kami menjalani proses yang sangat ketat untuk jenis bantuan yang kami berikan,” ucap Wakil Perdana Menteri (PM) Inggris Oliver Dowden kepada ITV News, seperti dilansir AFP.

    Lain Inggris, lain Spanyol. Negara Eropa yang bertetangga dengan Maroko ini menentang penangguhan bantuan Uni Eropa untuk Palestina. Uni Eropa seharusnya tidak menyamakan Hamas dengan penduduk Palestina dan otoritas Palestina.

    Seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (10/10/2023), penegasan soal menentang penangguhan bantuan untuk Palestina itu disampaikan oleh Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Luar Negeri (Menlu) Spanyol Jose Manuel Albares dan Kementerian Luar Negeri Prancis dalam pernyataan terpisah awal pekan ini.

    “Kerja sama ini harus dilanjutkan; kita tidak bisa menyamakan Hamas, yang masuk dalam daftar kelompok teroris Uni Eropa, dengan penduduk Palestina, atau otoritas Palestina atau organisasi PBB di lapangan,” tegas Albares saat berbicara kepada radio lokal Spanyol, Cadena SER.

    Kementerian Luar Negeri Prancis, dalam pernyataan terpisah, juga menegaskan bahwa Prancis tidak mendukung penangguhan bantuan untuk Palestina.

    French police patrol at the Trocadero Square near the Eiffel Tower in Paris as French government puts nation on its highest state of alert after a deadly knife attack in northern France, October 15, 2023. REUTERS/Gonzalo Fuentes TPX IMAGES OF THE DAY Foto: REUTERS/GONZALO FUENTES

    Di Eropa bagian utara, Swedia dan Denmark menyetop bantuan ke Palestina. pemerintah Swedia mengatakan telah memberikan tugas kepada Badan Kerja Sama Pembangunan Internasional Swedia (SIDA) untuk meninjau bantuan kepada Palestina dan melaporkannya pada awal Desember. Denmark, sebelumnya mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan bantuannya.

    Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan mengakhiri bantuan kemanusiaan adalah hal yang ‘salah’.

    “Jutaan orang, termasuk banyak anak-anak, di wilayah Palestina, bergantung pada kami untuk makanan, air, dan obat-obatan,” tambahnya.

    Pernyataan Baerbock muncul setelah pejabat Komisi Oliver Varhelyi mengatakan pada hari Senin bahwa bantuan Uni Eropa akan dihentikan.

    Selanjutnya, perdebatan di kelompok muslim di Jerman:

  • Menteri di Australia Bela Palestina yang Dinilainya Terima ‘Hukuman Kolektif’

    Menteri di Australia Bela Palestina yang Dinilainya Terima ‘Hukuman Kolektif’

    Menteri Industri dan Sains Australia Ed Husic mengatakan Australia harus lantang menentang “collective punishment” atau “hukuman kolektif” yang dijatuhkan kepada warga Palestina melalui serangan ke Gaza.

    Ed mengecam Hamas, kelompok yang dianggap teroris di Australia, serta mendukung hak Israel untuk membela dirinya sendiri dari serangan kelompok Hamas. Namun ia merasa saat ini Gaza sedang mengalami bencana kemanusiaan.

    “Saya rasa penting bagi kita untuk berkontribusi terhadap suara-suara internasional yang membela warga Palestina, khususnya keluarga-keluarga Palestina yang tidak bersalah, 3.000 orang di antaranya kehilangan nyawa, untuk mengatakan harus ada cara yang lebih strategis dan tepat untuk meminta Hamas bertanggung jawab, tapi tidak dengan cara yang berdampak pada keluarga Palestina yang tidak bersalah,” kata Ed kepada ABC Radio National.

    “Saya sangat yakin bahwa warga Palestina dihukum secara kolektif karena tindakan barbarisme Hamas,” ujar Ed, yang beragama Islam.

    “Ada kewajiban bagi setiap pemerintah, khususnya pemerintah Israel, untuk mengikuti aturan hukum internasional, dan saya sangat ingat kata-kata perdana menteri Australia kalau melindungi nyawa orang yang tidak bersalah bukanlah sebuah kelemahan, melainkan sebuah tanda kekuatan,” kata Ed.

    Ed memberikan pernyataannya karena khawatir akan adanya perpecahan di Australia dengan meningkatnya konflik Israel-Gaza.

    Sebelumnya Perdana Menteri Australia Anthony Albanese sudah menyatakan “kami bersama Israel”, yang dikecam banyak warga Australia dan bukan hanya dari kalangan Muslim dan Arab.

    Anne Aly, menteri Muslim lainnya di pemerintahan Australia saat ini, mengatakan kalau ia mendengar jika suara warga Palestina tidak didengarkan.

    Anne juga setuju jika “hukuman kolektif” bagi warga Palestina diberikan dengan “menghentikan penyaluran bahan makanan, air, dan bantuan.”

    Ed mengatakan meski ada korban jiwa, para politisi di Australia belum mengibarkan bendera Palestina di bangunan-bangunan pemerintahan dan gedung-gedung lainnya.

    Gedung-gedung di Australia tidak disinari warna bendera Palestina

    Kemarin Israel dan Hamas saling menyalahkan atas ledakan di sebuah rumah sakit di Gaza yang dilaporkan menewaskan hampir 500 orang.

    Ledakan ini mendapat kecaman internasional, serta seruan untuk meredakan konflik.

    Resolusi PBB yang mengecam kekerasan terhadap warga sipil juga gagal setelah diveto oleh Amerika Serikat.

    Ketika ditanya apakah para politisi di Australia harus lebih menekankan angka kematian warga sipil Palestina, Ed merasa sebagian orang akan merasa tidak nyaman untuk mendengarnya.

    Tapi “kami tidak melihat” gedung-gedung yang disinari cahaya berwarna bendera Palestina, meski banyak warga Palestina yang tewas di Israel-Gaza, ujar Ed.

    “Ada yang mengatakan kalau apa yang terjadi pada 7 Oktober lalu, sama dengan peristiwa 11 September bagi pihak Israel. Jumlah warga Palestina yang terbunuh sejauh ini setara dengan jumlah orang yang kehilangan nyawa dalam 11 September,” katanya.

    “Kami tidak melihat ada landmark di Australia yang menyala dengan warna merah, hitam, putih, dan hijau.”

    Ada orang-orang yang merasa sangat tidak nyaman jika saya melontarkan pernyataan tersebut, namun hal ini menyentuh hati orang-orang Palestina dan warga Australia yang peduli dengan Palestina… hal ini juga menyentuh hati mereka, yakni nyawa orang-orang Palestina dianggap lebih rendah.”

    Ed mengatakan Australia tidak bisa hanya mengatakan mereka mendukung negara Palestina, namun harus mengambil langkah nyata untuk mencapainya. Jika tidak, maka akan lebih banyak generasi yang akan “terluka” oleh konflik.

    Anne mengatakan tindakan Israel memerlukan penyelidikan atas kemungkinan kejahatan perang.

    Menteri Dalam Negeri Australia Clare O’Neil tidak mau mengomentari klaim “hukuman kolektif” dan meminta para politisi di Australia untuk memperhatikan peringatan kepala intelijen Mike Burgess dan berupaya menjaga persatuan di Australia.

    “Saya pikir kita bisa memainkan peran positif dalam menyatukan masyarakat. Kita harus menghindari sikap berpolitik yang berlebihan,” katanya.

    “Saya tidak akan membahas komentar-komentar berbeda yang dibuat dan apa yang dikatakan partai-partai politik mengenai hal ini saat ini, saya rasa ini tidak akan membantu kalau mengubah masalah ini menjadi masalah politik partai,” katanya.

    “Yang paling penting di sini adalah ada komunitas Australia yang berduka atas hilangnya nyawa orang-orang tak berdosa.”

    “Seperti banyak warga Muslim Australia lainnya di negara kami, [Ed Husic] sangat merasakan apa yang terjadi, kenapa tidak?”

    Senin kemarin, pemerintah Australia bersama pihak oposisi mengeluarkan mosi yang secara resmi mengutuk Hamas dan mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri.