partai: PBB

  • Kecaman ke Israel Usai Larang Sekjen PBB Masuk Negaranya

    Kecaman ke Israel Usai Larang Sekjen PBB Masuk Negaranya

    Jakarta

    Kecaman datang ke Israel setelah melarang Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres berkunjung ke negara Yahudi tersebut. Larangan berkunjung diumumkan Tel Aviv saat mengkritik respons awal Guterres untuk serangan Teheran.

    Seperti dilansir AFP, Reuters, dan BBC, Jumat (3/10/2024), Pemerintah Israel menetapkan Antonio Guterres sebagai ‘persona non grata’ pada Rabu (2/10) waktu setempat, dan melarangnya untuk berkunjung ke negara tersebut. Penetapan ‘persona non grata’ ini diumumkan pemerintah Israel setelah Guterres mengomentari serangan rudal Iran terhadap negara Yahudi tersebut.

    Menurut kamus Merriam-Webster, istilah ‘persona non grata’ berarti orang yang tidak diterima atau tidak disambut baik. Dalam dunia diplomasi, hal ini mengacu pada praktik sebuah negara melarang diplomat asing untuk memasuki negaranya, atau mengusir diplomat asing yang sudah tinggal di negara tersebut.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Katz, dalam pernyataannya, menuduh Guterres gagal untuk secara tegas mengutuk serangan rudal Teheran terhadap Tel Aviv.

    “Siapa pun yang tidak bisa secara tegas mengutuk serangan keji Iran terhadap Israel, seperti yang dilakukan hampir semua negara di dunia, tidak pantas menginjakkan kaki di tanah Israel,” tegas Katz.

    Larangan itu dikecam. Baca halaman selanjutnya>>

    Antonio Guterres mengecam serangan Iran ke Israel, setelah ditetapkan ‘persona non grata’ dan dilarang berkunjung ke negara Yahudi tersebut. Larangan berkunjung diumumkan Tel Aviv saat mengkritik respons awal Guterres untuk serangan Teheran.

    “Seperti yang saya lakukan sehubungan dengan serangan Iran pada bulan April — dan seperti yang seharusnya terlihat jelas kemarin dalam konteks kecaman yang saya ungkapkan — saya sekali lagi mengutuk keras serangan rudal besar-besaran yang dilancarkan Iran terhadap Israel kemarin,” ucap Guterres saat berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, seperti dilansir BBC, Jumat (4/10).

    “Serangan-serangan ini secara paradoks tampaknya tidak mendukung perjuangan rakyat Palestina, atau mengurangi penderitaan mereka,” sebutnya.
    Kecaman itu disampaikan Guterres saat berbicara di hadapan 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB yang menggelar pertemuan di New York, Amerika Serikat (AS), pada Rabu (2/10), atau sehari setelah rentetan serangan rudal Iran menghujani Israel pada Selasa (1/10) malam.

    Tidak hanya mengecam Iran, Guterres juga melontarkan kritikan untuk Israel saat berbicara dalam forum Dewan Keamanan PBB tersebut. Dia menyebut operasi militer Israel di Jalur Gaza sebagai “operasi militer paling mematikan dan paling menghancurkan selam saya menjawab sebagai Sekretaris Jenderal”.

    Dalam pernyataannya, Guterres menyerukan bahwa siklus kekerasan dan aksi saling membalas yang kini terjadi di Timur Tengah harus dihentikan. “Ini adalah waktu yang tepat untuk menghentikan siklus eskalasi demi eskalasi yang semakin memuakkan, hal ini membuat masyarakat Timur Tengah semakin terpuruk,” ucapnya.

    “Setiap eskalasi menjadi dalih untuk eskalasi berikutnya. Siklus kekerasan saling membalas yang mematikan ini harus dihentikan. Waktu hampir habis,” tegas Guterres.

    Iran meluncurkan lebih dari 180 rudal balistik ke wilayah Israel pada Selasa (1/10) malam, dengan Tel Aviv mengklaim sebagian besar rudal berhasil dicegat. Teheran menyebut serangannya sebagai respons atas pembunuhan tokoh penting dan kejahatan Israel di Palestina juga Lebanon.

    Dalam pernyataan singkat yang dirilis Selasa (1/10), Guterres hanya menyampaikan kecaman untuk “konflik yang meluas di Timur Tengah” dan menyerukan gencatan senjata, tanpa secara spesifik menyebut serangan rudal Iran terhadap Israel.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/whn)

  • Menlu Swedia Dilempari Tomat-Bawang Saat Debat Palestina di Parlemen

    Menlu Swedia Dilempari Tomat-Bawang Saat Debat Palestina di Parlemen

    Stockholm

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Swedia, Maria Malmer Stenergard, terpaksa meninggalkan gedung parlemen setelah dilempari tomat dan bawang oleh para aktivis. Insiden ini terjadi ketika Stenergard sedang terlibat perdebatan soal Palestina.

    Stenergard, seperti dilansir kantor berita Turki, Anadolu Agency, Jumat (4/10/2024), harus melarikan diri ketika orang-orang yang berada di tribun ruang parlemen tiba-tiba mulai berteriak dan melemparkan sayuran ke arahnya pada Kamis (3/10).

    Tomat dan bawang dilemparkan kepada Stenergard selama perdebatan berlangsung soal bagaimana Swedia harus memberikan suara dalam referendum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) soal Israel dan Tepi Barat.

    Laporan surat kabar lokal Dagens Nyheter (DN) menyebut ketua parlemen Swedia, Riksdag, Ann-Sofie Malm, menuduh para aktivis pro-Palestina, dengan tangan bercat merah, yang melemparkan sayuran ke arah Stenergard, yang baru saja diangkat menjadi Menlu tersebut.

    Perdebatan itu diwarnai gangguan tak lama setelah Stenergard menjawab pertanyaan soal situasi warga Palestina di Timur Tengah.

    Orang-orang yang duduk di antara penonton di area tribun ruang sidang parlemen tiba-tiba berteriak dan menuduh Menlu Swedia itu mendukung genosida.

    Kepolisian Swedia, menurut otoritas Riksdag yang dikutip DN, telah menangkap tiga orang terkait insiden tersebut.

    “Anda harus dapat berpartisipasi dalam percakapan selama perdebatan tanpa ada benda-benda yang dilemparkan kepada Anda. Apalagi di aula Riksdag yang merupakan ruangan perwakilan terpilih,” ucap Stenergard kepada DN usai insiden itu.

    Disebutkan oleh DN bahwa tomat dan bawang tidak terdeteksi dalam pemeriksaan keamanan di Riksdag, meskipun para pengunjung hanya diperbolehkan membawa buku catatan ke dalam ruang sidang parlemen.

    Perdana Menteri (PM) Ulf Kristersson menuntut tindakan keamanan yang lebih ketat setelah insiden tersebut.

    “Saya mengharapkan analisis menyeluruh tentang bagaimana hal ini bisa terjadi dan tindakan yang lebih kuat untuk menjaga keselamatan perwakilan terpilih di aula,” tegasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Larang Sekjen PBB Masuk ke Negaranya, DK PBB Bilang Gini

    Israel Larang Sekjen PBB Masuk ke Negaranya, DK PBB Bilang Gini

    Jakarta

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengecam Israel atas keputusannya untuk menyatakan pemimpin badan dunia tersebut sebagai persona non grata dan melarangnya masuk ke Israel. DK PBB menyatakan bahwa setiap langkah untuk mendelegitimasi pekerjaannya adalah kontraproduktif.

    “Keputusan apa pun untuk tidak melibatkan Sekjen PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah kontraproduktif, terutama dalam konteks meningkatnya ketegangan di Timur Tengah,” kata dewan yang beranggotakan 15 negara itu dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada hari Kamis (3/10) waktu setempat. Para anggota DK PBB juga mendesak negara-negara “untuk menahan diri dari tindakan apa pun yang merusak pekerjaan dia (Guterres).”

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz pada Rabu lalu menyatakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres merupakan “persona non grata” alias orang yang tidak disukai, sehingga tak boleh menginjakkan kaki di Israel. Hal ini disampaikan Katz setelah Iran meluncurkan ratusan rudal ke Israel, dan Guterres dianggap tidak cukup keras mengutuk Iran atas serangan itu.

    “Siapa pun yang tidak dapat dengan tegas mengutuk serangan kejam Iran terhadap Israel tidak pantas menginjakkan kaki di tanah Israel. Ini adalah Sekretaris Jenderal anti-Israel yang memberikan dukungan kepada teroris, pemerkosa, dan pembunuh,” kata Katz, dilansir Al Arabiya dan Bloomberg, Jumat (4/10/2024).

    Hal ini menandai yang terbaru dalam serangkaian perselisihan antara Israel dan PBB. Para pejabat Israel menuduh bahwa ribuan pekerja PBB memiliki hubungan dengan kelompok milisi Palestina, Hamas dan Jihad Islam. PBB mengatakan Israel belum menguatkan tuduhan itu dengan bukti-bukti.

    Israel juga telah berhenti mengeluarkan visa bagi pejabat PBB yang mencoba mengunjungi Gaza.

    Sementara negara-negara termasuk Prancis dan Inggris dengan cepat membela Guterres, pernyataan Dewan Keamanan tersebut merupakan pertama kalinya AS – sekutu utama Israel – mendukung pemimpin badan dunia tersebut.

    Guterres sendiri kemudian mengecam serangan Iran ke Israel, setelah ditetapkan “persona non grata” dan dilarang berkunjung ke negara Yahudi tersebut.

    “Seperti yang saya lakukan sehubungan dengan serangan Iran pada bulan April — dan seperti yang seharusnya terlihat jelas kemarin dalam konteks kecaman yang saya ungkapkan — saya sekali lagi mengutuk keras serangan rudal besar-besaran yang dilancarkan Iran terhadap Israel kemarin,” ucap Guterres saat berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, seperti dilansir BBC, Jumat (4/10/2024).

    “Serangan-serangan ini secara paradoks tampaknya tidak mendukung perjuangan rakyat Palestina, atau mengurangi penderitaan mereka,” sebutnya.

    Kecaman itu disampaikan Guterres saat berbicara di hadapan 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB yang menggelar pertemuan di New York, AS pada Rabu (2/10) waktu setempat, atau sehari setelah rentetan serangan rudal Iran menghujani Israel pada Selasa (1/10) malam.

    Tidak hanya mengecam Iran, Guterres juga melontarkan kritikan untuk Israel saat berbicara dalam forum Dewan Keamanan PBB tersebut. Dia menyebut operasi militer Israel di Jalur Gaza sebagai “operasi militer paling mematikan dan paling menghancurkan selam saya menjawab sebagai Sekretaris Jenderal”.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Kecaman ke Israel Usai Larang Sekjen PBB Masuk Negaranya

    Sekjen PBB Kecam Serangan Iran Usai Dilarang Masuk ke Israel

    New York

    Sekretaris Jenderal (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengecam serangan Iran ke Israel, setelah ditetapkan “persona non grata” dan dilarang berkunjung ke negara Yahudi tersebut. Larangan berkunjung diumumkan Tel Aviv saat mengkritik respons awal Guterres untuk serangan Teheran.

    “Seperti yang saya lakukan sehubungan dengan serangan Iran pada bulan April — dan seperti yang seharusnya terlihat jelas kemarin dalam konteks kecaman yang saya ungkapkan — saya sekali lagi mengutuk keras serangan rudal besar-besaran yang dilancarkan Iran terhadap Israel kemarin,” ucap Guterres saat berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, seperti dilansir BBC, Jumat (4/10/2024).

    “Serangan-serangan ini secara paradoks tampaknya tidak mendukung perjuangan rakyat Palestina, atau mengurangi penderitaan mereka,” sebutnya.

    Kecaman itu disampaikan Guterres saat berbicara di hadapan 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB yang menggelar pertemuan di New York, Amerika Serikat (AS), pada Rabu (2/10), atau sehari setelah rentetan serangan rudal Iran menghujani Israel pada Selasa (1/10) malam.

    Tidak hanya mengecam Iran, Guterres juga melontarkan kritikan untuk Israel saat berbicara dalam forum Dewan Keamanan PBB tersebut. Dia menyebut operasi militer Israel di Jalur Gaza sebagai “operasi militer paling mematikan dan paling menghancurkan selam saya menjawab sebagai Sekretaris Jenderal”.

    Dalam pernyataannya, Guterres menyerukan bahwa siklus kekerasan dan aksi saling membalas yang kini terjadi di Timur Tengah harus dihentikan. “Ini adalah waktu yang tepat untuk menghentikan siklus eskalasi demi eskalasi yang semakin memuakkan, hal ini membuat masyarakat Timur Tengah semakin terpuruk,” ucapnya.

    “Setiap eskalasi menjadi dalih untuk eskalasi berikutnya. Siklus kekerasan saling membalas yang mematikan ini harus dihentikan. Waktu hampir habis,” tegas Guterres.

    Iran meluncurkan lebih dari 180 rudal balistik ke wilayah Israel pada Selasa (1/10) malam, dengan Tel Aviv mengklaim sebagian besar rudal berhasil dicegat. Teheran menyebut serangannya sebagai respons atas pembunuhan tokoh penting dan kejahatan Israel di Palestina juga Lebanon.

    Dalam pernyataan singkat yang dirilis Selasa (1/10), Guterres hanya menyampaikan kecaman untuk “konflik yang meluas di Timur Tengah” dan menyerukan gencatan senjata, tanpa secara spesifik menyebut serangan rudal Iran terhadap Israel.

    Hal itu menuai reaksi keras Israel, dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Katz menetapkan Guterres sebagai “persona non grata” pada Rabu (2/10) waktu setempat, dan melarangnya untuk berkunjung ke negara tersebut.

    Katz, dalam pernyataannya, menuduh Guterres gagal untuk secara tegas mengutuk serangan rudal Teheran terhadap Tel Aviv. Dia juga menyebut Guterres sebagai “Sekretaris Jenderal yang anti-Israel, yang memberikan dukungan kepada teroris, pemerkosa dan pembunuh”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Kim Jong Un Ancam Gunakan Senjata Nuklir Jika Negaranya Diserang!

    Kim Jong Un Ancam Gunakan Senjata Nuklir Jika Negaranya Diserang!

    Jakarta

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengingatkan bahwa pasukannya akan menggunakan senjata nuklir “tanpa ragu-ragu” jika wilayah Pyongyang diserang oleh Korea Selatan dan sekutunya, Amerika Serikat.

    “Jika musuh… mencoba menggunakan angkatan bersenjata yang melanggar kedaulatan DPRK… DPRK akan menggunakan tanpa ragu-ragu semua kekuatan ofensif yang dimilikinya, termasuk senjata nuklir,” lapor kantor berita milik pemerintah Korut, KCNA mengutip pernyataan Kim, dilansir AFP, Jumat (4/10/2024). DPRK adalah akronim untuk nama resmi Korea Utara.

    KCNA melaporkan bahwa hal itu disampaikan Kim saat melakukan inspeksi ke pangkalan pelatihan militer pasukan khusus di sebelah barat Pyongyang, ibu kota Korut.

    Pernyataan itu muncul setelah Korea Selatan menggelar parade militer awal minggu ini, dan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol mengancam “berakhirnya rezim Korea Utara” jika Pyongyang menggunakan senjata nuklir.

    “Jika Korea Utara mencoba menggunakan senjata nuklir, mereka akan menghadapi respons yang tegas dan luar biasa dari militer kami dan aliansi AS dan Republik Korea,” kata Yoon.

    “Hari itu akan menjadi akhir rezim Korea Utara,” imbuhnya, saat berpidato di hadapan ribuan anggota militer yang berkumpul di Pangkalan Udara Seoul untuk menghadiri acara tersebut.

    Menanggapi pernyataan tersebut, Kim Jong Un menyebut pemimpin Korea Selatan itu sebagai “boneka” dan “orang yang tidak normal”, KCNA melaporkan.

    Lihat Video ‘Momen Kim Jong Un Pamer Fasilitas Pembuatan Bom Nuklir’:

    Pernyataan Kim juga merujuk pada aliansi Korea Selatan dengan Amerika Serikat, yang merupakan mitra militer utamanya.

    Diketahui bahwa puluhan ribu tentara AS ditempatkan di Korea Selatan.

    Korea Selatan tidak memiliki senjata nuklir sendiri dan dilindungi oleh senjata nuklir AS.

    Sebelumnya, Pyongyang telah menetapkan Korea Selatan sebagai “musuh utama” dan menyatakan dirinya sebagai kekuatan senjata nuklir yang “tidak dapat diubah”.

    Korea Utara telah lama mengabaikan sanksi-sanksi PBB, sebagian berkat dukungan dari sekutunya, Rusia dan China.

    Lihat juga Video ‘Momen Kim Jong Un Pamer Fasilitas Pembuatan Bom Nuklir’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Israel Bombardir Lebanon, 100 Ribu Orang Mengungsi ke Suriah

    Israel Bombardir Lebanon, 100 Ribu Orang Mengungsi ke Suriah

    Jakarta

    Sekitar 100.000 orang telah mengungsi dari Lebanon ke Suriah karena serangan udara Israel, angka yang telah berlipat ganda dalam dua hari.

    “Jumlah orang yang telah menyeberang ke Suriah dari Lebanon untuk melarikan diri dari serangan udara Israel — warga negara Lebanon dan Suriah — telah mencapai 100.000,” tulis kepala badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNHCR, Filippo Grandi di media sosial X, dilansir kantor berita AFP, Senin (30/9/2024).

    “Arus keluar terus berlanjut,” imbuhnya.

    Ia mengatakan badan pengungsi PBB (UNHCR) “hadir di empat titik penyeberangan, bersama pemerintah setempat dan (Bulan Sabit Merah Suriah) untuk mendukung para pendatang baru tersebut”.

    Pengungsian massal ke Suriah yang dilanda perang ini, telah dimulai seminggu yang lalu, yakni pada tanggal 23 September, ujar UNHCR kepada AFP.

    Israel telah memperluas serangannya dalam beberapa hari terakhir untuk mencakup Lebanon serta Jalur Gaza, menargetkan sekutu regional Iran, Hizbullah.

    Serangan Israel terhadap target Hizbullah di Lebanon menewaskan pemimpinnya, Hassan Nasrallah, pada hari Jumat lalu.

    Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, dalam seminggu terakhir, serangan udara Israel telah menewaskan lebih dari 700 orang di Lebanon, termasuk 14 petugas paramedis selama periode dua hari.

    Sebelumnya pada hari Jumat lalu, sekitar 30.000 orang telah menyeberang ke Suriah, menurut UNHCR.

    Perwakilan UNHCR di Suriah, Gonzalo Vargas Llosa, mengatakan sekitar 80 persen dari mereka adalah warga negara Suriah dan 20 persen warga Lebanon.

    “Sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, meskipun beberapa pria telah menyeberang. Sekitar setengahnya adalah anak-anak dan remaja,” katanya kepada wartawan.

    Ia menekankan bahwa orang-orang yang mengungsi ke Suriah itu “tiba di negara yang telah menderita krisis dan kekerasannya sendiri selama lebih dari 13 tahun, serta keruntuhan ekonomi”.

    “Orang-orang yang melarikan diri dari bombardir itu tiba di Suriah dalam keadaan kelelahan, trauma, dan sangat membutuhkan bantuan,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Di Turki, Kasus Kekerasan Anak Terabaikan

    Di Turki, Kasus Kekerasan Anak Terabaikan

    Jakarta

    “Cantik,” “sensitif,” “rapuh,” setidaknya begitulah arti kata nama Narin ketika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kasusnya menjadi berita utama di media Turki selama berminggu-minggu. Anak berusia delapan tahun dari desa Tavsantepe, dekat Diyarbakir di bagian tenggara Turki itu, dilaporkan hilang beberapa minggu lalu. Kemudian, mayatnya ditemukan dalam sebuah karung pada tanggal 8 September di bantaran sungai.

    Kasus ini mengguncang Turki. Ada banyak laporan dan komentar yang mencuat di sosial media. Menteri Kehakiman Yilmaz Tunc telah mendatangi desa Kurdi tersebut, dan Presiden Recep Tayyip Erdogan di platform X telah berjanji pihak yang bersalah akan diadili.

    Keduanya mengatakan kalau pelaku akan mendapat “hukuman yang terberat.”

    Salah satu hal yang memicu kemarahan publik adalah bahwa seluruh penduduk desa yang berjumlah sekitar 550 orang itu menolak untuk mengatakan sesuatu. Beberapa anggota keluarga Narin, termasuk orang tuanya, dicurigai dan ditahan. Sejauh ini sudah ada 12 orang yang ditangkap, di antaranya paman Narin, kepala desa Tavsantepe.

    Dokter forensik mengatakan bahwa gadis itu mati dicekik. Publik berpendapat bahwa seseorang dari desa tersebut pasti mengetahui siapa pembunuh Narin. Hanya saja tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun.

    “Turki menghadapi kasus yang rumit. Pembunuhnya dilindungi oleh keluarga korban dan orang-orang yang dekat dengannya,” kata Dokter Forensik dan Direktur Pusat Perlindungan Anak di Universitas Mersin, Halis Dokgoz.

    Wilayah tempat Narin tinggal cukup tradisional dan konservatif, dan masyarakatnya didasarkan pada struktur kesukuan. Dalam komunitas seperti itu, anak-anak sering “diobjektifikasi,” artinya kematian mereka diremehkan, kata Dokgoz. Kebanyakan, pelaku dalam kasus-kasus seperti itu adalah orang yang sudah dikenal oleh anak tersebut,” tambahnya.

    Kurangnya pencegahan

    Pihak berwenang Turki belum mempublikasikan data resmi mengenai anak-anak yang terbunuh atau hilang sejak tahun 2016. Statistik terakhir yang dipublikasikan menunjukkan bahwa 104.531 anak dilaporkan hilang di seluruh Turki dalam periode 2008 hingga 2016.

    Sekarang, hal tersebut membuat tidak jelas berapa banyak kasus yang terjadi sejak saat itu, tetapi juga berapa banyak dari anak-anak tersebut yang telah ditemukan sejauh ini, apakah hidup atau mati.

    Para ahli mengkritik kurangnya transparansi dan kebijakan pencegahan di bidang ini dan menyerukan pengumpulan dan publikasi informasi yang sistematis mengenai anak-anak yang hilang. “Untuk menghasilkan solusi politik bagi masalah ini, kita perlu data,” kata Ezgi Koman dari FISA.

    Dia mengatakan kalau Komite Hak Anak PBB (Committee on the Rights of the Child/CRC) telah mengimbau pihak berwenang Turki selama bertahun-tahun untuk memberikan informasi yang relevan. “Jika mereka memiliki data tapi merahasiakannya, itu berarti mereka tidak ingin bertanggung jawab. Atau, mereka ingin mencegah orang-orang mengetahui betapa seriusnya situasi ini. Atau, anak-anak itu tidak penting bagi mereka,” tegas Koman.

    DW telah menyampaikan pernyataan-pernyataan tersebut kepada Kementerian Keluarga Turki dan Institut Statistik Turki (Turkish Statistical Institute/(TUIK), tapi sejauh ini belum mendapat tanggapan yang relevan.

    Pihak oposisi juga telah mengajukan pertanyaan parlemen kepada pemerintah, hanya saja tidak mendapat jawaban. Tenggat waktu 15 hari untuk mendapatkan jawaban telah berakhir pada hari Kamis, 19 September.

    Pihak oposisi ingin mengetahui berapa banyak anak yang dilaporkan hilang sejak 2016. Menurut statistik yang dimiliki pihak oposisi, jumlahnya lebih dari 10.000 anak. Seorang politisi oposisi dari Partai Republik Rakyat (Republican People’s Party/CHP) mengatakan bahwa kurangnya transparansi dalam hal ini merupakan “aib” bagi pemerintah.

    “Anak harus tahu haknya”

    Kalau data itu tersedia, dokter forensik, pekerja sosial, psikolog, dan polisi dapat mengembangkan strategi untuk mencegah kasus-kasus semacam itu, ucap Dokgoz. “Saat ini, kami tidak tahu apa-apa. Kami menindaklanjuti sebuah kasus hanya setelah kasus tersebut dipublikasikan. Dan, ketika kami melakukannya, kami hanya fokus pada pertanyaan: ‘Siapa pembunuhnya? Itu salah,” sebut Dokgoz. Dia merasa bahwa pihak berwenang tidak memiliki motivasi untuk menemukan solusi yang berkelanjutan demi mencegah kasus-kasus semacam itu. Aksi protes pecah di Turki pascakematian Narin yang berusia 8 tahun.

    Dia merasa bahwa pihak berwenang tidak memiliki motivasi untuk menemukan solusi yang berkelanjutan untuk mencegah kasus-kasus semacam itu.

    Koordinator Jaringan Advokat Anak (Child advocates Network/CACAV) Sahin Antakyalioglu, memiliki pendapat yang sama. Dia mengatakan bahwa harus ada sistem peringatan yang tersedia untuk umum dengan semua data dan “kebijakan dasar yang berorientasi pada solusi” untuk perlindungan anak.

    Hal ini akan mencakup kontak bantuan yang mudah diakses, yang dapat dihubungi oleh semua anak, baik yang tinggal di kota maupun di desa, tegasnya.

    Dan, kata Antakyalioglu, juga harus ada “sistem pendidikan yang mengajarkan anak-anak tentang hak-hak yang mereka miliki.”

    “Tidak ada gunanya memberikan hak-hak kepada anak jika anak tersebut tidak menyadarinya,” papar Antakyalioglu. “Apakah kita memberi tahu anak-anak di mana mereka dapat melaporkannya jika seseorang menyentuh mereka? Kita harus mulai mengajarkan mereka hal-hal ini bahkan sebelum mereka masuk sekolah.”

    Anak-anak harus mampu mengatakan ketika seseorang memaksa mereka untuk melakukan sesuatu,” katanya. Hingga Turki berhasil mengambil semua langkah ini, masyarakat Turki akan terus dikejutkan oleh kasus-kasus seperti yang dialami Narin yang berusia 8 tahun, ujarnya.

    Artikel ini diadaptasi dari bahasa Turki.

    (ita/ita)

  • Perang Besar-besaran Bukan Cara Pulangkan Warga ke Israel Utara

    Perang Besar-besaran Bukan Cara Pulangkan Warga ke Israel Utara

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperingatkan Israel, sekutu dekatnya, bahwa mereka tidak akan bisa memulangkan warganya dengan aman ke wilayah utara negara tersebut, jika melancarkan perang besar-besaran dengan kelompok Hizbullah atau pun Iran.

    Diketahui bahwa dalam beberapa bulan terakhir, warga-warga Israel di wilayah utara negara itu, yang berbatasan dengan Lebanon bagian selatan, terpaksa mengungsi dari rumah-rumah mereka akibat semakin meningkatnya serangan lintas perbatasan dari kelompok Hizbullah.

    Eskalasi konflik terjadi sejak dua pekan terakhir, ketika militer Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap target-target Hizbullah di Lebanon bagian selatan dan di pinggiran selatan Beirut.

    Pada Jumat (27/9) waktu setempat, serangan udara Israel yang menargetkan pinggiran selatan Beirut berhasil menewaskan pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah. Tel Aviv lantas terus melanjutkan serangannya, dengan pada Minggu (29/9), menargetkan lebih banyak posisi Hizbullah di Lebanon.

    Tujuan utama dari serangan-serangan udara itu, menurut militer Israel, adalah membuat wilayah utara negara tersebut aman dari serangan roket Hizbullah dan memungkinkan kembalinya ribuan warga Israel ke rumah-rumah mereka di area tersebut usai mengungsi akibat serangan lintas perbatasan.

    “Perang besar-besaran dengan Hizbullah, tentu saja dengan Iran, bukanlah cara yang tepat untuk mewujudkan hal tersebut,” ucap juru bicara keamanan nasional Gedung Putih, John Kirby, mengingatkan Israel, seperti dilansir Reuters, Senin (30/9/2024).

    “Jika Anda ingin orang-orang kembali ke rumah-rumah mereka dengan aman dan berkelanjutan, kami meyakini bahwa jalur diplomasi adalah jalur yang tepat,” cetusnya saat berbicara kepada media terkemuka AS, CNN, pada Minggu (29/9).

    Disebutkan Kirby bahwa AS sedang mengamati apa yang dilakukan Hizbullah untuk mengisi kekosongan kepemimpinan sejak kematian Nasrallah. “Dan terus berbicara dengan Israel soal langka-langkah tepat selanjutnya,” katanya.

    Kementerian Kesehatan Lebanon, dalam pernyataannya, menyebut lebih dari 1.000 orang tewas dan sekitar 6.000 orang lainnya mengalami luka-luka akibat rentetan serangan Israel yang berlangsung selama dua pekan terakhir. Tidak disebut lebih spesifik soal berapa banyak warga sipil yang tewas.

    Pemerintah Beirut juga menyebut sekitar satu juta orang — atau seperlima dari total populasi Lebanon — telah mengungsi dari rumah-rumah mereka.

    “Kami tidak menyangkal fakta bahwa kami tidak melihat eksekusi taktis dengan cara yang sama yang mereka lakukan dalam hal perlindungan (warga sipil),” ujar Kirby dalam pernyataannya.

    Dia menegaskan kembali bahwa dukungan AS terhadap keamanan Israel sangatlah kuat. AS merupakan sekutu lama Israel dan pemasok senjata terbesar untuk negara tersebut.

    Pada Sabtu (28/9) waktu setempat, Iran bersumpah akan membela kepentingan nasional dan keamanan mereka, tanpa memberikan rincian lebih lanjut. Teheran juga menyerukan digelarnya pertemuan darurat Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk membahas serangan-serangan Israel.

    “Kami telah melihat retorika yang keluar dari Teheran. Kami akan melihat dan menantikan apa yang mereka lakukan,” ucap Kirby dalam pernyataannya.

    Lihat Video ‘Demo Protes Tewasnya Pemimpin Hizbullah di Pakistan Ricuh!’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Bagaimana Ledakan Pager di Lebanon Mengubah Dinamika Timur Tengah?

    Bagaimana Ledakan Pager di Lebanon Mengubah Dinamika Timur Tengah?

    Jakarta

    Perang di Gaza selama ini selalu berpotensi merembet ke mana-mana.

    Serangan roket hampir setiap hari di dan sekitar Israel utara oleh Hizbullah, sekutu Hamas di Lebanon dan serangan udara oleh Israel telah menyebabkan puluhan ribu warga sipil di kedua sisi perbatasan mengungsi.

    Meski begitu, para pakar sebelumnya meyakini Israel dan Hizbullah sama-sama menghindari eskalasi konflik yang signifikan.

    Semua berubah pekan lalu, saat ribuan anggota Hizbullah jadi target ledakan pager dan walkie-talkie.

    Israel diyakini berada di balik serangan ini.

    Namun, mengapa Israel melakukan ini, dan mengapa pekan lalu? Apa yang mereka katakan tentang operasi perang modern? Dan, apa yang bakal terjadi dalam beberapa pekan ke depan? Seberapa besar kemungkinan terjadinya perang darat besar-besaran antara Israel dan Hizbullah?

    Asal muasal Hizbullah

    Pertama-tama, penting untuk memahami apa itu Hizbullah dan asal muasalnya.

    Awalnya, Hizbullah menampilkan diri sebagai kelompok perlawanan terhadap Israel dan perwakilan suara komunitas Syiah di Lebanon, kata Lina Khatib, direktur Institut Timur Tengah di SOAS University of London.

    Namun, ketika Israel menarik diri dari Lebanon pada 2000, Hizbullah tetap mempertahankan persenjataannya, meski itu melanggar resolusi PBB yang mengharuskannya melucuti senjata.

    Hizbullah terus menampilkan diri sebagai kekuatan yang diperlukan untuk mempertahankan Lebanon hingga kemudian “menjadi aktor politik paling kuat di negara itu”, kata Khatib.

    Getty ImagesPasukan Hizbullah pada Rabu (25/09) menghadiri pemakaman Ibrahim Mohammed Kobeissi dan Hussein Ezzedine, komandan Hizbullah yang tewas sehari sebelumnya dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut.

    Meskipun terwakili dalam pemerintahan Lebanon, kekuatan Hizbullah yang sebenarnya ada di balik layar, kata Khatib.

    Apalagi, sebagai kelompok bersenjata yang menurut banyak analis lebih kuat daripada tentara Lebanon, Hizbullah memiliki kemampuan untuk mengintimidasi lawan-lawannya.

    “Mereka mampu menetapkan agenda kebijakan luar negeri Lebanon dalam skala besar, serta menyatakan perang yang pada dasarnya atas nama Lebanon,” kata Khatib.

    Hizbullah juga mendapat dukungan Iran, yang bahkan kini menjadi “pelindung utama” kelompok tersebut, kata Shashank Joshi, editor isu pertahanan The Economist.

    “Tidak ada semacam komando langsung, tetapi keduanya sangat, sangat terkait erat dalam tujuan dan praktik,” kata Joshi.

    Serangan ke rantai pasok Hizbullah

    Saat membahas ledakan pager dan walkie-talkie yang menyasar anggota Hizbullah, kata-kata yang seharusnya digunakan adalah “Israel diyakini telah melakukannya”. Itu karena Israel belum mengonfirmasi langsung bahwa mereka pelakunya.

    Namun, ini adalah jurus lama para pejabat Israel.

    Terkasi operasi Israel di Tepi Barat dan Gaza, “mereka cenderung angkat tangan, tetapi tidak saat itu terkait Lebanon atau Iran”, kata Ronen Bergman, jurnalis investigasi asal Israel yang bekerja untuk The New York Times.

    Banyak pihak menyebut serangan itu dilakukan oleh Mossad, dinas intelijen luar negeri Israel.

    Tidak seperti badan-badan serupa lainnya di seluruh dunia, peran Mossad tidak hanya terbatas pada pengumpulan informasi intelijen, menurut Bergman.

    Mossad juga menganggap sudah menjadi tugasnya untuk menggunakan informasi intelijen yang dikumpulkannya untuk menjalankan apa yang disebut “operasi kinetik atau agresif atau fisik”, termasuk yang melibatkan “bahan peledak, sabotase, pembunuhan yang ditargetkan”, kata Bergman.

    Jadi, apa yang kita ketahui sejauh ini soal ledakan pager dan walkie-talkie tersebut?

    Menurut Joshi, tampaknya itu adalah serangan terhadap rantai pasok. Mossad diduga mendirikan perusahaan-perusahaan yang tampaknya telah memproduksi pager asli selama beberapa waktu.

    Dan, di pager-pager yang bakal dikirim untuk Hizbullah, tampaknya Mossad menempatkan bahan peledak yang dapat mereka picu dari jarak jauh.

    Pada 2018, kata Bergman, seorang perwira intelijen muda Mossad mendapat informasi bahwa Hizbullah mulai menggunakan pager dalam operasinya. Dari sana, ia melontarkan ide agar Mossad menyusup ke rantai pasok mereka.

    Sekitar 4.500 perangkat jebakan lantas dipasok ke Hizbullah, imbuh Bergman.

    Bahkan, beberapa laporan mengatakan Mossad tahu keberadaan dan pemilik pager tersebut sebelum meledakkannya. Namun, Joshi skeptis dengan klaim ini.

    Ia juga mengatakan, “Ini bukan serangan siber ajaib, yang bisa membuat baterainya terbakar secara spontan oleh kode pintar seperti yang mungkin orang-orang awalnya pikirkan atau duga.”

    Rekaman CCTV yang menunjukkan ledakan pager-pager itu kemudian tersebar dan disiarkan di berbagai belahan dunia.

    AFP Ledakan pager dan walkie-talkie dilaporkan terjadi di Lebanon selatan, termasuk kota Sidon, serta pinggiran selatan Beirut, dan Lembah Bekaa.

    Selain mengejutkan, video-video itu memberi kita gambaran besar soal organisasi dan struktur Hizbullah, kata Khatib.

    Biasanya, kelompok itu beroperasi dengan tingkat kerahasiaan yang tinggi.

    “Tidak semua anggotanya dikenal, terkadang bahkan keluarga mereka sendiri tidak tahu,” ujar Khatib.

    Jadi, serangan itu mengungkap siapa saja sebenarnya anggota Hizbullah yang dibayar. Informasi itu, katanya, terbukti berguna bagi Israel.

    “Salah satu [korban ledakan] yang berakhir di rumah sakit sempat dikunjungi oleh seseorang, dan pengunjung itu kemudian dilacak oleh Israel,” kata Khatib.

    “Ini membuat mereka mampu mencari tahu lokasi pertemuan para pemimpin Hizbullah pada hari Jumat setelah serangan tersebut.”

    Para komandan Hizbullah tersebut kemudian menjadi sasaran serangan Israel, imbuhnya.

    Bagi sebagian orang, serangan itu tampak seperti jenis peperangan baru. Namun, Joshi tidak begitu yakin.

    “Mungkin saja jika Anda ingin menaruh bahan peledak di dalam telepon, pager, pisang. [Itu bisa saja] jika Anda mau melakukannya. Intinya adalah untuk tujuan apa?” kata Joshi.

    Getty Images Ledakan pager dan walkie-talkie menyebabkan kerusakan di rumah-rumah dan melukai ribuan orang di Lebanon pada 17-18 September 2024.

    Ia mengatakan AS sebelumnya sempat mempertimbangkan untuk melakukan serangan serupa, tapi batal karena memikirkan implikasi yang dapat terjadi.

    Sekarang, semua orang tahu Israel mampu melakukan operasi semacam itu dan, karenanya, dapat mengambil langkah-langkah pencegahan di masa mendatang, termasuk dengan membongkar perangkat dan memeriksa apakah ada bahan peledak di sana.

    Karena itu, menurutnya, “Kita tidak akan melihat banyak serangan seperti ini lagi [ke depannya].”

    Bisa dikatakan, ini adalah operasi yang hanya dapat dijalankan sekali. Sekali melakukannya, Anda tidak bisa mengulangnya.

    Atas alasan ini, Bergman mengatakan sempat ada perpecahan dalam hierarki Israel tentang apakah ini saat yang tepat untuk melakukannya.

    “Pemilihan waktu serangan itu menarik,” kata Bergman.

    “Banyak orang di lembaga pertahanan yang marah karena mereka mengatakan tombol ini tidak seharusnya ditekan di sini dan di saat ini.”

    Apa tujuan Israel sebenarnya?

    Semua ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang dipikirkan Israel.

    Sebelumnya, banyak yang mengira bahwa Israel menghindari konflik besar-besaran dengan Hizbullah, bahwa mereka tidak ingin ada dua medan pertempuran berbeda saat masih berperang di Gaza.

    Ledakan pager dan walkie-talkie itu mungkin menunjukkan bahwa perhitungan ini telah berubah.

    Namun, Bergman mengatakan sebagian besar jenderal Pasukan Pertahanan Israel (IDF), termasuk kepala stafnya, menentang invasi darat ke Lebanon.

    Apalagi, mempertimbangkan pengalaman mereka selama pendudukan pada 1980-an dan 1990-an, ini bisa menjadi “jebakan maut”, kata Bergman.

    Baca juga:

    Tujuannya, kata Bergman, bisa jadi adalah untuk memaksa sekretaris jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah, agar menyetujui gencatan senjata tanpa Israel harus mengakhiri perang di Gaza.

    Nasrallah telah berjanji ia tidak akan berhenti menunjukkan solidaritasnya terhadap Hamas hingga Israel mengakhiri perangnya di Gaza, kata Bergman.

    Dalam perkembangan terbaru, militer Israel mengeklaim telah membunuh Nasrallah dalam sebuah serangan di Beirut, Lebanon, pada Sabtu, (28/09). Hizbullah telah mengonfirmasi kematian pemimpinnya.

    Sementara itu, imbuhnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak ingin mengakhiri perang dengan Hamas “demi integritas koalisinya”.

    Getty ImagesPerdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak ingin mengakhiri perang dengan Hamas “demi integritas koalisinya”.

    Perhitungannya, serangan pager dan walkie-talkie tersebut akan mengubah keseimbangan yang ada dan memungkinkan IDF untuk fokus pada Gaza.

    “Tentu saja, risikonya adalah ini akan memicu hal-hal lain. Alih-alih gencatan senjata dan solusi politik, hal ini akan mengarah pada perang habis-habisan,” kata Bergman.

    Khatib mengatakan akan “sangat bodoh” bagi Israel untuk mencoba invasi darat ke Lebanon selatan. Itu karena Hizbullah dinilai penuh persiapan, dengan pengalaman panjang dalam peperangan darat.

    Namun Joshi bilang risiko itu terjadi tetap ada.

    Serangan udara baru-baru ini terhadap depot senjata Hizbullah serta serangan terhadap pimpinan kelompok tersebut disebutnya sebagai “semua hal yang perlu Anda lakukan sebelum kampanye darat besar-besaran di Lebanon”.

    Hal itu membawa kita pada pertanyaan: apakah kapasitas Hizbullah telah begitu berkurang dalam beberapa minggu terakhir dan kepercayaan dirinya begitu terkikis sehingga ia kini tidak mampu berperang habis-habisan?

    Reuters Ledakan pager dan walkie-talkie pekan lalu ikut menewaskan anggota Hizbullah, Mohammed Ammar.

    Joshi mengatakan Hizbullah mengalami “pukulan telak” setelah melihat banyak pemimpinnya jadi korban.

    “Namun, saya pikir akan menjadi kesalahan besar untuk berpikir bahwa mereka tidak memiliki kekuatan rudal yang cukup besar,” ujarnya.

    Ribuan roket Hizbullah yang diarahkan ke Tel Aviv dan Haifa serta kota-kota Israel lainnya disebut sebagai alasan utama yang bisa jadi membuat Israel tidak ingin terlibat dalam perang habis-habisan.

    Selain itu, ribuan penduduk Israel utara pun telah dievakuasi dari rumah mereka karena perang lintas perbatasan.

    “Orang-orang yang bertahan adalah orang-orang yang mungkin tidak memiliki sarana untuk melarikan diri,” kata Khatib.

    “Tetapi yang pasti keadaan tampaknya tidak akan jadi tenang dalam waktu dekat.”

    Eskalasi konflik

    Israel mengatakan telah menyerang “puluhan” target Hizbullah lainnya dalam semalam, sehari setelah mengumumkan tewasnya pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah pada Sabtu (28/09).

    Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Telegram pada Minggu (29/09), IDF mengatakan bahwa target tersebut termasuk peluncur proyektil yang ditujukan ke Israel.

    Serangan tersebut menargetkan “gedung tempat senjata dan struktur militer organisasi tersebut disimpan,” menurut pernyataan Israel.

    Israel telah menyerang “ratusan” target Hizbullah dalam sehari terakhir, tambahnya.

    Media setempat melaporkan bahwa sedikitnya enam orang tewas di wilayah selatan negara itu dan sembilan lainnya di Lembah Bekaa, basis Hezbollah di Lebanon timur laut.

    Surat kabar berbahasa Arab An-Nahar mengatakan bahwa tiga orang tewas di kota Anquon di Lebanon selatan dan tiga lainnya tewas di lokasi lain di wilayah selatan Nabatieh.

    Getty ImagesKementerian Kesehatan Lebanon mengatakan ratusan orang telah tewas sejak terjadi eskalasi serangan Israel pada Senin (23/09).

    Lebih dari 50.000 orang yang tinggal di Lebanon telah mengungsi ke Suriah untuk melarikan diri dari serangan Israel, menurut Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi.

    “Lebih dari 200.000 orang kini mengungsi di Lebanon,” kata Filippo Grandi dalam sebuah unggahan di X, seraya menambahkan bahwa “operasi bantuan” PBB sedang berlangsung dalam “koordinasi dengan kedua pemerintah”.

    Sejak 8 Oktober, telah terjadi baku tembak lintas batas hampir setiap hari antara Israel dan Hizbullah dan sekitar 70.000 orang mengungsi dari Israel utara.

    Perdana Menteri Netanyahu telah memerintahkan IDF untuk terus bertempur dengan “kekuatan penuh” melawan Hizbullah, meskipun ada seruan dari AS dan sekutu lainnya untuk melakukan gencatan senjata.

    Pada Rabu (25/09), Panglima IDF Herzi Halevi pun mengatakan serangan udara Israel di Lebanon dapat membuka jalan bagi IDF untuk “memasuki wilayah musuh”.

    Wartawan Tom Bennett berkontribusi dalam laporan ini.

    (ita/ita)

  • Menlu Prancis Tiba di Lebanon Meski Israel Terus Lakukan Serangan Udara

    Menlu Prancis Tiba di Lebanon Meski Israel Terus Lakukan Serangan Udara

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Prancis, Jean-Noel Barrot tiba di Lebanon pada Minggu malam. Menjadikannya diplomat asing tingkat tinggi pertama yang berkunjung sejak serangan udara Israel meningkat seminggu lalu.

    Seperti dilansir AFP, Senin (30/9/2024), kedatangan Barrot, yang sebelumnya menyerukan penghentian segera serangan, terjadi saat kementerian luar negeri mengumumkan bahwa warga negara Prancis kedua telah tewas di Lebanon, meskipun rinciannya belum jelas.

    Barrot mengawasi pengiriman 11,5 ton bantuan kemanusiaan Prancis, kata Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad. Setelah pertemuan tentang status warga negara Prancis, Barrot pada Senin (30/9) akan bertemu dengan pejabat termasuk Perdana Menteri Najib Mikati.

    Dia juga akan bertemu dengan Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon dan anggota pasukan penjaga perdamaian PBB di selatan. “Kami mengonfirmasi kematian warga negara Prancis kedua,” kata kementeriannya pada Minggu (29/9), menambahkan bahwa rincian lebih lanjut akan diberikan kemudian.

    Kematian itu terjadi setelah seorang wanita Prancis berusia 87 tahun meninggal pada Senin (23/9) setelah ledakan di sebuah desa di Lebanon selatan.

    Militer Israel pada hari Minggu (29/9) mengatakan pihaknya menyerang lebih banyak target kelompok Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, setelah pemimpinnya Hassan Nasrallah tewas dalam serangan udara di Beirut pada Jumat (27/9). Kekerasan tersebut telah menimbulkan kekhawatiran yang kuat akan eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron juga telah menunjuk mantan menteri luar negeri dan pertahanan, Jean-Yves Le Drian, sebagai utusan khusus untuk Lebanon. Le Drian telah mengunjungi negara itu enam kali, yang terakhir pada awal minggu ini.

    Lihat Video ‘Israel-Hizbullah Memanas, Lebanon Desak Diplomasi’:

    (rfs/rfs)