partai: PBB

  • Usai Perundingan di Saudi, Pejabat Rusia-AS Bakal Bertemu Lagi di Turki

    Usai Perundingan di Saudi, Pejabat Rusia-AS Bakal Bertemu Lagi di Turki

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengumumkan pertemuan antara perwakilan Rusia dan Amerika Serikat (AS) di Istanbul, Turki. Pertemuan antara pejabat Rusia dan AS di Turki ini dilakukan usai kedua negara melakukan perundingan di Arab Saudi.

    “Kami mengumumkan bahwa diplomat dan pakar tingkat tinggi kami akan bertemu dan mempertimbangkan masalah sistemik yang telah terakumulasi sebagai akibat dari kegiatan ilegal pemerintahan (AS) sebelumnya untuk menciptakan hambatan buatan bagi kegiatan Kedutaan Besar Rusia, yang tentu saja kami tanggapi dan juga menciptakan kondisi yang tidak nyaman bagi pekerjaan Kedutaan Besar Amerika di Moskow,” kata Lavrov dilansir Anadolu Agency, Rabu (26/2/2025).

    Lavrov berharap pertemuan di Istanbul menghasilkan kejelasan sejauh mana para pihak dapat bergerak cepat dan efektif. Lavrov juga bicara soal penyelesaian konflik Israel-Palestina.

    Lavrov mengatakan Moskow sangat khawatir bahwa tentara Israel terus mengambil tindakan yang melampaui perjanjian gencatan senjata, yang menciptakan ketegangan di lapangan.

    “Kami sangat prihatin bahwa setiap hari tentara Israel mengambil langkah-langkah tambahan yang tidak diatur dalam perjanjian dengan Hamas dan Lebanon, dan yang, secara umum, menciptakan fakta-fakta di lapangan yang bertentangan dengan perjanjian dan resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai urusan Palestina dan masalah Lebanon,” katanya.

    Menurut Lavrov, Rusia dan Qatar mendukung kemajuan menuju pembentukan negara Palestina, sambil melihat peluang permukiman kembali warga Palestina di wilayah tersebut.

    “Masalah pembentukan Negara Palestina adalah masalah utama,” tegasnya.

    Menurutnya, dialog yang sangat produktif sedang berlangsung antara Rusia dan Liga Arab. Dia mengatakan perlu ada diskusi harian tentang semua masalah yang memerlukan koordinasi, termasuk masa depan Palestina.

    Pihak Rusia juga menaruh harapan besar pada pertemuan puncak Liga Arab mendatang di Kairo, di mana masa depan Jalur Gaza akan dibahas dalam konteks berbagai proposal, termasuk gagasan untuk mengubahnya menjadi zona wisata.

    “Negara-negara Arab berupaya melindungi hak warga Palestina untuk tinggal di tanah mereka. Hal ini belum terwujud. Kami akan memanfaatkan pengaruh kami di panggung internasional, termasuk di dalam PBB, untuk memastikan proses ini berjalan maju secara konstruktif,” katanya.

    Pertemuan gabungan Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam pada tanggal 14 Maret di Istanbul akan membahas masalah-masalah ini dalam skala yang lebih luas, membahas hubungan Israel-Palestina, Israel-Lebanon, dan Israel-Suriah.

    “Sama seperti pasukan Israel yang memilih untuk tetap berada di Lebanon selatan, mereka kini telah bergerak lebih jauh ke selatan di Republik Arab Suriah. Hal ini telah menciptakan realitas baru yang mengharuskan pengembangan langkah-langkah konstruktif yang menyeimbangkan kepentingan keamanan dan pembangunan bagi semua negara di kawasan tersebut, tanpa kecuali,” katanya.

    Rusia berkomitmen untuk memastikan perkembangan di Suriah tidak mengarah pada pertikaian sipil. Dia juga mengecam sikap Eropa yang mengaitkan pencabutan sanksi dari Suriah dengan syarat ‘mengusir Rusia’ dari negara tersebut.

    Beralih ke konflik Rusia-Ukraina, Lavrov menyatakan bahwa Rusia menunggu para pemimpin Eropa untuk berhenti berbohong tentang Moskow yang menghalangi negosiasi. Dia berpendapat Eropa terus menjalankan kebijakan yang sangat ketinggalan zaman dan gagal terhadap Ukraina, yang secara aktif menghasut Kyiv untuk memperpanjang konflik.

    “Setiap kali keseimbangan kekuatan politik di Ukraina mulai bergeser, seperti yang terlihat selama pemungutan suara Perserikatan Bangsa-Bangsa baru-baru ini, Eropa segera mencoba untuk melawan tren ini-mengumumkan paket bantuan militer baru yang besar untuk Kyiv dan mendorongnya untuk terus berperang,” katanya.

    “Rezim Ukraina telah berupaya menghapus identitas Rusia melalui undang-undang yang memengaruhi pendidikan, media, dan budaya. Apa yang tersisa dari Ukraina harus dibebaskan dari undang-undang yang diskriminatif ini,” tambahnya.

    Lavrov mengesampingkan kemungkinan pengerahan pasukan Eropa di Ukraina, dengan menyatakan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron salah menafsirkan pernyataan Presiden AS Donald Trump.

    “Pendekatan yang didorong terutama oleh Prancis, dan juga Inggris, ditujukan untuk meningkatkan konflik daripada meredakannya. Trik seperti menempatkan pasukan penjaga perdamaian di Ukraina tidak akan berhasil. Kunci untuk menyelesaikan konflik terletak pada penanganan akar penyebabnya,” katanya.

    (rfs/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trump Bikin Video ‘Trump Gaza’, Ada Patung Emasnya-Netanyahu Berjemur

    Trump Bikin Video ‘Trump Gaza’, Ada Patung Emasnya-Netanyahu Berjemur

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengunggah video ‘Trump Gaza’. Video yang tampaknya dibuat dengan kecerdasan buatan itu menunjukkan Gaza menjadi resor tepi laut hingga keberadaan patung emas raksasa Trump.

    Dilansir AFP, Rabu (26/2/2025), video tersebut ditonton lebih dari 15 juta kali di Instagram dan dibagikan ribuan kali di jejaring sosial milik Trump. Beberapa pengguna media sosial mempertanyakan apakah akun Trump telah diretas.

    Klip berdurasi 33 detik itu tetap ada di akun Trump tanpa penyangkalan atau pencabutan beberapa jam setelah unggahan awal pada Selasa (25/2) malam. Video itu diawali dengan kalimat ‘Gaza 2025 What’s Next?’.

    Awal video menunjukkan orang-orang di jalan yang dipenuhi puing-puing yang keluar dari terowongan ke pantai dengan pohon palem dan kapal pesiar. Trump sebelumnya telah melontarkan gagasan pengambilalihan Gaza oleh AS yang akan merelokasi penduduk Palestina–sebuah usulan yang mendapat kecaman global.

    Dia kemudian tampak melunakkan rencananya, dengan mengatakan bahwa dia hanya merekomendasikan ide tersebut, dan mengakui bahwa para pemimpin Yordania dan Mesir–tujuan yang diusulkan untuk warga Gaza yang direlokasi–telah menolak segala upaya untuk memindahkan warga Palestina yang bertentangan dengan keinginan mereka.

    Dalam klip di media sosial tersebut, Trump menyertakan musik dengan lirik seperti ‘Donald datang untuk membebaskanmu, membawa cahaya untuk dilihat semua orang’ dan ‘Berpesta dan berdansa, kesepakatan telah selesai, Trump Gaza nomor satu’.

    Ada juga gambaran yang tampaknya dibuat oleh AI dari Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyeruput koktail dalam balutan pakaian renang di tepi kolam renang. Sementara, gambar lainnya menunjukkan Elon Musk yang tampak menari di bawah guyuran uang tunai di pantai. Patung emas Trump yang lebih besar dari ukuran aslinya juga ditampilkan.

    Satu adegan sangat mirip dengan gambar buatan AI yang memperlihatkan Trump dan Netanyahu minum koktail yang mulai beredar pada awal Februari. Adegan lain memperlihatkan penari perut bergoyang-goyang di pantai, dengan jenggot tebal dan panjang.

    Israel telah melakukan serangan mengerikan di Gaza selama lebih dari 15 bulan dengan alasan membalas serangan Hamas yang terjadi pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas di Israel itu menyebabkan sekitar 1.200 orang tewas dan ratusan orang disandera.

    Sementara, serangan militer Israel telah menewaskan lebih dari 48 ribu orang. Serangan itu juga melukai ratusan ribu orang dan memaksa jutaan orang mengungsi.

    Sebagian besar Jalur Gaza juga hancur. Kini, warga di Gaza bisa bernapas sedikit lega karena gencatan senjata sudah tercapai.

    Namun, mereka tetap tak habis pikir setelah melihat video Trump. Warga Gaza menganggap Trump tidak sadar dengan kekeliruan yang dibuatnya.

    “Video Trump ini penuh dengan kekeliruan dan memperlihatkan kurangnya kesadaran budaya. Gaza tidak akan menjadi tempat wisata seperti Italia atau Spanyol,” kata warga Gaza, Nasser Abu Hadaid (60).

    “Yang saya ketahui tentang Trump adalah bahwa dia adalah Presiden yang aneh tetapi berani yang melakukan apa yang dia katakan akan dia lakukan. Yang penting baginya adalah uang dan investasi, tidak ada kemanusiaan. Gaza membutuhkan kebebasan, penyeberangan perbatasan terbuka, dan pekerjaan bagi kaum muda, dan bukan taman bermain untuk pariwisata dan investasi,” kata warga Gaza lain, Manal Abu Seif (23).

    Perkiraan PBB menyebutkan biaya rekonstruksi lebih dari USD 53 miliar. Gencatan senjata rentan, yang berlaku sejak 19 Januari, telah memungkinkan peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza, meskipun Hamas menuduh Israel menghalangi masuknya beberapa pasokan penting.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • AS dan Rusia akan Bertemu Lagi di Istanbul, Bahas Apa? – Halaman all

    AS dan Rusia akan Bertemu Lagi di Istanbul, Bahas Apa? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov telah mengonfirmasi bahwa diplomat Rusia dan Amerika Serikat akan mengadakan pembicaraan tingkat tinggi di Istanbul pada hari Kamis (27/2/2025), besok.

    Pertemuan ini bertujuan untuk meningkatkan hubungan diplomatik antara kedua negara, khususnya terkait dengan cara kerja kedutaan besar mereka.

    Sejak menjabat bulan lalu, Presiden AS Donald Trump telah mengubah arah kebijakan luar negeri AS.

    Ia telah menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin dan memulai kembali pembicaraan tingkat tinggi dengan Moskow, yang merupakan yang pertama dalam lebih dari tiga tahun.

    Fokus Pertemuan Diplomatik

    Lavrov mengatakan pembicaraan akan difokuskan pada penciptaan kondisi yang lebih baik bagi diplomat Rusia di AS dan mitranya di Rusia, setelah serangkaian pertikaian mengenai tingkat staf dan properti kedutaan. 

    Ia menyalahkan situasi ini pada pemerintahan mantan Presiden AS Joe Biden.

    “Para diplomat tingkat tinggi dan pakar kami akan bertemu dan mempertimbangkan masalah sistemik yang telah terakumulasi sebagai akibat dari aktivitas ilegal pemerintahan sebelumnya yang menciptakan hambatan buatan bagi aktivitas kedutaan Rusia.”

    “Tentu saja, kami membalasnya dan juga menciptakan kondisi yang tidak nyaman bagi aktivitas kedutaan Amerika di Moskow,” kata Lavrov, dikutip dari The Guardian.

    Pertemuan ini juga akan membahas penyelesaian masalah diplomatik yang telah berlangsung lama, termasuk pengusiran staf kedutaan dari masing-masing negara selama pemerintahan Biden. 

    Langkah ini diharapkan Lavrov dapat menjadi titik balik dalam hubungan bilateral yang lebih baik antara kedua negara.

    Pendekatan Baru dalam Hubungan Rusia-AS

    Sebelumnya, Lavrov dan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio telah bertemu pada 18 Februari di Riyadh, ibu kota Arab Saudi. 

    Dalam pertemuan tersebut, kedua belah pihak sepakat untuk memulai pembicaraan terkait perang Ukraina, meskipun tanpa melibatkan Kyiv, dikutip dari Al-Arabiya.

    Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio setelah pertemuan tersebut mengatakan kepada The Associated Press bahwa kedua pihak telah menetapkan tiga tujuan utama.

    Salah satunya adalah membentuk tim tingkat tinggi untuk mendukung perundingan damai Ukraina.

    Kedua tujuan lainnya adalah staf di kedutaan masing-masing dipulihkan kembali, kerja sama ekonomi akan berjalan lagi.

    Meski telah ada kesepakatan tersebut, Rubio menjelaskan bahwa ini barulah awal proses yang panjang dari upaya perdamaian mereka.

    Rubio menekankan bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk dapat mencapai tiga tujuan utama di atas.

    Setelah Rubio, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov memberikan tanggapannya terkait pertemuan Washington-Moskow ini.

    Menurut Lavrov, pertemuan AS-Rusia ini merupakan pertemuan penting yang membicarakan banyak hal bermanfaat.

    “Kami tidak hanya mendengarkan, tetapi juga mendengar satu sama lain,” kata Lavrov kepada wartawan.

    Kesepakatan ini menandai pergeseran signifikan dari kebijakan pemerintahan Biden yang sebelumnya berupaya mengisolasi Moskow. 

    Sejak saat itu, hubungan antara Rusia dan AS terlihat semakin dekat, dengan menyingkirkan peran Ukraina dalam diskusi mereka.

    Di sisi lain, Amerika Serikat mengambil langkah mengejutkan pada Senin lalu dengan berpihak pada Rusia dalam dua pemungutan suara di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). 

    Langkah ini dipandang sebagai upaya Washington untuk menghindari kecaman lebih lanjut terhadap invasi Rusia ke Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun.

    Lavrov mengatakan kemajuan dalam hubungan diplomatik sejak Donald Trump kembali ke Gedung Putih menunjukkan “seberapa cepat dan efektifnya kita dapat bergerak.

    Ia berharap dengan adanya pertemuan di Istanbul ini, hubungan antara Rusia dan AS dapat semakin membaik, serta memberikan dampak positif bagi stabilitas geopolitik global.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Amerika Serikat dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Target Galang Dana Rp 3,2 Triliun untuk Palestina, Wamenlu Harap Tak Ada Eskalasi Lagi

    Target Galang Dana Rp 3,2 Triliun untuk Palestina, Wamenlu Harap Tak Ada Eskalasi Lagi

    Target Galang Dana Rp 3,2 Triliun untuk Palestina, Wamenlu Harap Tak Ada Eskalasi Lagi
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu)
    Anis Matta
    berharap tidak terjadi eskalasi dalam proses penyaluran dana
    bantuan kemanusiaan
    dari Indonesia ke
    Palestina
    dengan target Rp 3,2 triliun.
    Anis Matta mengatakan, dana yang berhasil dikumpulkan nanti akan digunakan juga untuk penyelesaian konflik atau proses rekonstruksi di Gaza.
    “(Rp 3,2 triliun) termasuk untuk rekonstruksi, karena ini bareng-bareng prosesnya. Kami berharap tidak ada eskalasi lagi ya,” ujar Anis Matta dalam peluncuran kampanye bersama penggalangan dana untuk Palestina di Kantor Kemlu RI, Jakarta Pusat, Rabu (26/2/2025).
    Anis mengakui bahwa penyaluran bantuan untuk warga Palestina terkendala akses perbatasan antarnegara yang perlu pengamanan ketat.
    “Kendala lapangan terutama disebabkan oleh
    security
    , itu keamanan, baik dari pihak Mesir, Yordania, maupun pihak Israel sendiri,” kata dia.
    Untuk itu, Kemlu siap menggunakan seluruh jalur diplomasi dan politik untuk membantu penyaluran bantuan kemanusiaan dari Indonesia untuk warga Palestina.
    Kemlu bersama Baznas, Majelis Ulama Indonesia, Baznas, dan berbagai lembaga zakat serta bantuan kemanusiaan memastikan bantuan diterima oleh warga Palestina dan tepat sasaran.
    “Nanti melalui koordinasi ini, kami akan bekerja sama dengan lembaga kemanusiaan yang ada di sana (Palestina), baik yang di bawah PBB maupun lembaga kemanusiaan lokal yang ada di sana,” jelasnya.
    Sebagai informasi, Kemlu menargetkan penggalangan dana hingga 200 juta USD atau sekitar Rp 3,2 triliun.
    “Kita memulai hari ini gerakan dengan target awal sekitar 200 juta USD atau sekitar Rp 3,2 triliun kira-kira ya,” ujar Anis Matta.
    Kemlu tidak menetapkan target penutupan bantuan untuk disalurkan kepada warga Palestina.
    Masyarakat dapat menyumbang melalui Baznas.
    “Kita tidak menetapkan target tetapi kita memulainya selama bulan Ramadhan, untuk menjalankan dua target program di sana nanti,” ucapnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Perang Eropa Masih Panas, Rusia Tembak Jatuh 128 Drone Ukraina

    Perang Eropa Masih Panas, Rusia Tembak Jatuh 128 Drone Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan pihaknya telah menembak jatuh 128 pesawat nirawak Ukraina di atas wilayah Rusia dan Krimea, wilayah Kyiv yang dianeksasi Moskow, Selasa malam waktu setempat.

    “Pasukan pertahanan udara mencegat dan menghancurkan 128 pesawat nirawak udara Ukraina termasuk 30 di atas semenanjung Krimea yang dianeksasi pada tahun 2014,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan pada Rabu (26/2/2025), seperti dikutip AFP.

    Selain wilayah Krasnodar, yang dikenal dengan resor Laut Hitamnya, kementerian tersebut mengatakan serangan pesawat nirawak juga menargetkan wilayah Rusia Bryansk dan Kursk, yang berbatasan dengan Ukraina.

    Tidak ada kerusakan besar yang segera dilaporkan oleh media atau otoritas Rusia.

    Kyiv telah meningkatkan serangan udaranya terhadap fasilitas energi dan militer di wilayah Rusia dalam beberapa bulan terakhir. Ini merupakan sebuah kampanye sebagai tanggapan atas pemboman gencar Moskow terhadap kota-kota dan infrastruktur energinya.

    Perang antara Rusia dan Ukraina sendiri telah memasuki tahun ketiga. Dalam update lainnya, perdamaian antara kedua negara tetangga tersebut tengah bermasalah akibat Amerika Serikat (AS), yang sekarang dipimpin oleh Presiden Donald Trump, berubah haluan dengan mendukung Rusia di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Namun PBB menolak upaya AS untuk melemahkan sikap Majelis Umum terkait perang Rusia di Ukraina. Hal ini memberikan kemenangan diplomatik bagi Kyiv dan sekutu Eropa.

    Mengutip Reuters, AS terpaksa abstain dalam pemungutan suara atas resolusinya sendiri. Ini setelah negara-negara Eropa berhasil mengubah rancangan Washington dengan menambahkan dukungan eksplisit terhadap kedaulatan, kemerdekaan, persatuan, dan integritas wilayah Ukraina.

    Dalam pemungutan suara atas rancangan resolusi AS yang telah diamendemen, 93 negara mendukung, 73 abstain, dan 8 negara menolak, termasuk Rusia. Upaya Rusia untuk mengubah teks resolusi AS dengan memasukkan “akar penyebab” konflik juga gagal.

    Keputusan ini muncul di tengah upaya Presiden Donald Trump untuk menengahi perdamaian, yang justru menimbulkan ketegangan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky karena cenderung membela Presiden Rusia Vladimir Putin. Trump juga memicu kekhawatiran di antara negara-negara Eropa bahwa mereka akan disingkirkan dari proses perundingan damai.

    (sef/sef)

  • Tanda-Tanda Nyata Israel Akan Bangun Negara Khusus Yahudi di 100 Persen Wilayah Palestina – Halaman all

    Tanda-Tanda Nyata Israel Akan Bangun Negara Khusus Yahudi di 100 Persen Wilayah Palestina – Halaman all

    Tanda-Tanda Nyata Israel Akan Bangun Negara Khusus Yahudi di 100 Persen Wilayah Palestina

     

    TRIBUNNEWS.COM – Kekhawatiran akan hilangnya peluang mewujudkan ‘Solusi Dua Negara’ meningkat seiring makin intensifnya serangan pasukan Israel ke Tepi Barat.

    Pengerahan peralatan berat tempur, macam tank dan lapis baja, khususnya di bagian Tepi Barat utara, dianggap sebagai tanda-tanda nyata Israel mewujudkan rencana besar mereka mendirikan negara khusus Yahudi di wilayah Palestina.

    “Operasi militer besar-besaran ini meningkatkan kekhawatiran atas tujuan Israel yang lebih luas dari agresi tersebut, yaitu perluasan wilayah lebih lanjut (pembangunan pemukiman baru Yahudi), pemindahan paksa warga Palestina , dan aneksasi bertahap wilayah Palestina yang diduduki,” tulis Anews, dikutip Rabu (26/2/2025).

    Pasukan Israel telah menewaskan lebih dari 60 warga Palestina, menangkap sedikitnya 365 orang, menggusur lebih dari 40.000 orang, dan menghancurkan sejumlah rumah dan properti di Tepi Barat yang diduduki sejak melancarkan operasi, yang disebut “Tembok Besi,” pada 21 Januari, beberapa hari setelah gencatan senjata berlaku di Jalur Gaza.

    Pada Minggu (23/2/2025) kemarin, Israel mengerahkan tank di Tepi Barat untuk pertama kalinya dalam lebih dari 20 tahun, sementara Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan tentara akan tetap berada di beberapa kamp pengungsi “selama tahun depan.”

    IDF KERAHKAN BULDOSER – Buldoser militer dan kendaraan tempur Israel mengobrak-obrik kawasan Tepi Barat bagian Utara dalam agresi militer terbesar sejak 2002 silam per Rabu (28/8/2024). (rntv/tangkap layar)

    Rencana Israel Caplok Tepi Barat Kini Jelas Terlihat

    Ketika operasi militer IDF, yang dimulai di kota Jenin dan kamp pengungsi Jenin yang berdekatan, menyebar ke beberapa kota Tepi Barat, para analis mengatakan tujuan lama Israel untuk mencaplok wilayah Palestina yang diduduki kini lebih jelas dari sebelumnya.

    “Israel punya rencana untuk mencaplok Tepi Barat dan menjepit warga Palestina ke wilayah sekecil mungkin, khususnya untuk mengusir mereka dari Area C,” kata akademisi Palestina asal Inggris Kamel Hawwash kepada Anadolu, merujuk pada pembagian Tepi Barat yang mencakup sekitar 60 persen wilayah Palestina.

    “Israel juga mempersenjatai para pemukim sehingga mereka dapat meneror, membakar, dan menghancurkan rumah dan mobil (warga Palestina),” kata penjelasan tersebut.

    Hawwash juga mengungkapkan kekhawatirannya kalau Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mungkin mengakui aneksasi Israel atas Tepi Barat, seperti yang dilakukannya sebelumnya terhadap Yerusalem dan Dataran Tinggi Golan.

    Abdaljawad Omar, seorang dosen di Universitas Birzeit, mengemukakan kalau pencaplokan akan menjadi langkah simbolis yang ditujukan untuk mengamankan pengakuan Amerika atas kendali de facto Israel atas Tepi Barat, tempat Israel telah menjalankan kekuasaan atas 62 persen wilayah tersebut.

    Aneksasi, katanya, akan menandakan berakhirnya solusi dua negara, sekaligus menunjukkan bahwa AS “sepenuhnya berada di pihak Israel dalam hal perluasan koloni ilegal di Tepi Barat.”

    “Dalam konteks aneksasi, dalam jangka panjang, apa yang benar-benar dimasukkan dalam agenda – khususnya melalui Trump – adalah gagasan pembersihan etnis Palestina dan mengusir mereka dari tanah Palestina,” kata Omar.

    PERLUASAN PEMUKIMAN YAHUDI DI TEPI BARAT – Dua pasukan pendudukan Israel terlihat dengan latar belakangan pemukiman Yahudi Israel di kawasan Tepi Barat. Israel dilaporkan menyetujui perluasan pemukiman di Tepi Barat, termasuk Yerusalem dan Betlehem, dalam serangkaian pembangunan besar-besaran yang belum pernah terjadi sebelumnya. (File Photo/JN)

    Memperluas Permukiman Ilegal

    Saat operasi Israel meningkat, akademisi Palestina Muhannad Ayyash memperingatkan kalau pemukim ilegal juga diperkirakan akan terus merangsek ke wilayah Palestina.

    Sebagai catatan, PBB menyatakan aksi pembangunan pemukiman apa pun di Tepi Barat di luar batas yang sudah ditetapkan, sebagai sebuah langkah ilegal.

    “Area C pada dasarnya adalah apa yang dilihat oleh gerakan pemukim Israel dan negara Israel sebagai milik mereka. Itu lebih dari 60 persen wilayah Tepi Barat. Mereka juga merayap ke Area B, yang merupakan sekitar 22% wilayah Tepi Barat,” kata Ayyash, seorang profesor sosiologi di Universitas Mount Royal di Calgary.

    Para pemukim ilegal Yahudi, jelasnya, tidak bertindak secara independen tetapi didukung oleh negara Israel, yang memberi mereka dukungan militer, ekonomi, dan politik di seluruh spektrum politik—bukan hanya dari faksi sayap kanan.

    “Mereka adalah orang-orang dari seluruh dunia, dari Rusia, dari AS, yang datang ke Palestina dan mengklaim bahwa tanah itu milik mereka. Klaim mereka semata-mata didasarkan pada kekuatan dan kemampuan mereka untuk mencuri tanah dari Palestina dengan kekerasan,” katanya kepada Anadolu.

    Pada bulan Januari, kelompok anti-permukiman Israel Peace Now memperingatkan bahwa otoritas Israel berencana untuk menyetujui pembangunan 2.749 unit permukiman baru di Tepi Barat yang diduduki.

    Kelompok itu mengatakan tahun 2025 dapat menyaksikan “jumlah rekor” perluasan pemukiman—rata-rata 1.800 unit per bulan.

    Para pemukim yang didukung oleh negara Israel percaya bahwa seluruh wilayah Tepi Barat harus menjadi milik mereka, dan bahwa mereka adalah pemilik “sah” atas tanah tersebut, jelas Ayyash.

    Situasi di Desa Jit, Kota Qalqilya, Tepi Barat saat seratus pemukim Yahudi Israel, 50 di antaranya bertopeng, menyerbu kota Palestina tersebut. (khaberni)

    Menghapus Entitas Palestina

    Hawwash menyoroti bahwa serangan agresif Israel terhadap kamp-kamp pengungsi, khususnya di Jenin dan Tulkarm, sejalan dengan tujuan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu “untuk mengakhiri konsep pengungsi Palestina.”

    “Itulah sebabnya serangan saat ini benar-benar terfokus pada kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat, tetapi juga pada UNRWA,” katanya, merujuk pada badan PBB yang bertanggung jawab atas pengungsi Palestina.

    “Mereka ingin menghapus anggapan bahwa ada, pertama-tama, pengungsi yang tinggal di wilayah Palestina yang bersejarah, tetapi bahkan istilah ‘Palestina’ … Mereka terus menggunakan kata-kata seperti ‘Arab’. Mereka tidak ingin mengakui kelompok etnis yang disebut Palestina,” katanya.

    Artinya, Israel berupaya secara sistematis untuk menghilangkan apa pun yang terkait entitas Palestina.

    Ketika muncul laporan bahwa Israel sedang mempersiapkan diri untuk mendirikan pangkalan militer di kamp Jenin, Hawwash yakin bahwa ini adalah bagian dari strategi Israel untuk menghilangkan identitas pengungsi.

    “Di Jenin, mereka telah menginstruksikan walikota Palestina untuk mengganti nama kamp tersebut menjadi bagian dari kota dan bukan sebagai kamp pengungsi,” katanya.

    “Saya pikir mereka akan melakukan hal yang sama di semua wilayah lain tempat terdapat kamp pengungsian, mulai dari Ramallah, Bethlehem, dan Nablus.”

    ISRAEL KERAHKAN TANK – Foto yang diambil Tribunnews.com melalui Telegram Quds News Agency pada Selasa (25/2/2025) memperlihatkan tentara Israel melanjutkan agresinya terhadap Jenin dengan mengerahkan tank. Warga Palestina takut Tepi Barat akan menjadi Gaza kedua setelah Israel mengerahkan tank untuk pertama kalinya di sana. (Telegram Quds News Agency)

    ‘Kebijakan yang Disengaja untuk Memiskinkan Warga Palestina’

    Di tengah serangan Israel yang terus berlanjut, warga sipil Palestina menghadapi situasi kemanusiaan yang semakin mengerikan.

    “Lebih banyak warga Palestina akan terbunuh, dipenjara, dan lebih banyak lagi yang akan kehilangan seluruh tabungan, mata pencaharian, dan rumah mereka. Infrastruktur di kota dan lingkungan mereka akan hancur total, dan Israel tidak dimintai pertanggungjawaban atas kejahatannya,” kata Ayyash.

    Omar, yang berbasis di Ramallah, berpendapat bahwa tindakan Israel merupakan bagian dari strategi yang lebih luas yang ditetapkan oleh pemerintah sayap kanan, yang bertujuan untuk mengisolasi warga Palestina secara ekonomi dan sosial.

    Tujuan mereka adalah “memisahkan Israel dari wilayah Palestina di Tepi Barat dengan mencegah masuknya tenaga kerja Palestina ke Israel – sebuah kebijakan yang disengaja untuk memiskinkan warga Palestina yang dimaksudkan untuk menciptakan kondisi yang lebih keras di Tepi Barat,” katanya.

    “Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk menciptakan kondisi ekonomi yang lebih sulit dalam kehidupan sehari-hari, membatasi perjalanan di Tepi Barat untuk mencekik penduduk Palestina dan, perlahan tapi pasti, membersihkan warga Palestina dari tanah Palestina,” tambahnya.

    Hawwash mencatat kalau Israel telah meningkatkan pembatasan terhadap pergerakan warga Palestina dengan memasang gerbang baru di pintu masuk desa dan memperluas jumlah pos pemeriksaan militer.

    “Jumlah pos pemeriksaan telah meningkat hingga lebih dari 900. Orang-orang dapat menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mencoba berpindah dari satu lokasi ke lokasi lain … Hal ini juga berdampak pada bisnis dan ekonomi,” katanya.

    “Pendapatan yang dapat dibelanjakan oleh masyarakat menyusut dan mereka tidak dapat membeli barang dan jasa. Harga barang juga meningkat, yang berarti bahwa barang-barang tersebut tidak terjangkau oleh masyarakat.”

    Selain itu, Israel juga menahan pendapatan pajak dari Otoritas Palestina, yang melumpuhkan kemampuannya untuk membayar gaji dan menyediakan layanan dasar.

    Hawwash menunjukkan bahwa tidak seperti Gaza, di mana lembaga-lembaga bantuan masih diizinkan beroperasi, Tepi Barat sebagian besar telah terputus dari bantuan kemanusiaan.

    “UNRWA merupakan badan utama yang menyediakan kebutuhan bagi warga Palestina di kamp-kamp pengungsi, tetapi Israel telah melarangnya beroperasi di Yerusalem Timur dan membuatnya hampir mustahil untuk beroperasi di Tepi Barat,” katanya.

    “Hal ini berdampak besar pada kesejahteraan masyarakat, tetapi juga pada situasi ekonomi.”

    Wujudkan Greater Israel di 100 Persen Wilayah Palestina

    Operasi Tembok Besi IDF di Tepi Barat yang sedang berlangsung juga dipandang sebagai bagian dari rencana Israel untuk mendirikan negara khusus Yahudi.

    “Kita telah melihat hal ini di seluruh spektrum politik di Israel selama beberapa dekade,” kata Ayyash, yang merupakan analis kebijakan di lembaga pemikir Palestina Al-Shabaka.

    “Tujuan utama mereka adalah untuk menjadikan Israel sebagai otoritas kedaulatan eksklusif dari sungai hingga laut. Itu akan menjadi kedaulatan eksklusif Israel-Yahudi … atas 100 persen wilayah Palestina yang bersejarah.”

    Hal ini akan menyebabkan pengurangan jumlah warga Palestina menjadi minoritas dari total populasi, yang pada akhirnya akan berada di bawah kekuasaan Israel, ungkapnya.

    “Saat ini, jumlahnya sekitar 50%. Mereka tidak menginginkan itu. Mereka ingin mengurangi jumlah warga Palestina menjadi sekitar 15% atau 20%, sehingga mereka menjadi minoritas di tanah mereka sendiri dan kehilangan semua klaim kedaulatan,” kata Ayyash.

    “Pada akhirnya, semua tindakan dan kebijakan Israel selama beberapa dekade terakhir telah diarahkan menuju tujuan akhir untuk menciptakan Israel Raya di seluruh wilayah Palestina yang bersejarah.”

     

    (oln/anews/*)

     

     

  • Irlandia Mendesak Negara-negara di Dunia untuk Fokus pada Situasi Tepi Barat yang Memburuk – Halaman all

    Irlandia Mendesak Negara-negara di Dunia untuk Fokus pada Situasi Tepi Barat yang Memburuk – Halaman all

    Irlandia Mendesak Negara-negara di Dunia untuk Fokus pada Situasi Tepi Barat yang Memburuk

    TRIBUNNEWS.COM- Irlandia meminta negara-negara untuk tetap fokus pada eskalasi terkini di Tepi Barat, Anadolu Agency melaporkan.

    Berbicara di segmen tingkat tinggi sesi ke-58 Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa, Neale Richmond, menteri negara untuk pembangunan internasional dan diaspora, mengatakan: “Kita harus tetap fokus pada situasi yang memburuk di Tepi Barat.”

    Pernyataan Richmond disampaikan saat Israel mengusir penduduk dari tiga kamp pengungsi di Tepi Barat yang diduduki – Jenin, Tulkarm, dan Nur Shams – sebagai bagian dari operasi militer selama sebulan. 

    Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan bahwa kamp-kamp tersebut kini “kosong” dan akan diduduki oleh pasukan Israel selama tahun mendatang.

    Terkait konflik Israel-Gaza yang lebih luas, ia berkata: “Kita perlu melihat perjanjian gencatan senjata dilaksanakan sepenuhnya dalam semua tahapannya, termasuk pembebasan semua sandera. Bantuan kemanusiaan dalam skala besar juga harus terus disalurkan, penyediaan layanan dasar, dan kerangka kerja untuk pemulangan mereka yang mengungsi dari rumah mereka di Gaza.”

    Ia menekankan bahwa hanya solusi dua negara yang dapat membawa perdamaian abadi bagi Israel dan Palestina.

    Terkait Ukraina, Richmond mengecam “perang agresi yang brutal dan ilegal” yang dilakukan Rusia dan menegaskan kembali dukungan Irlandia terhadap kedaulatan Ukraina. Ia menyerukan akuntabilitas atas pelanggaran hak asasi manusia.

    Menteri juga menyoroti masalah hak asasi manusia di Sudan, Yaman, dan Afghanistan.

    Richmond mengakhiri dengan mengumumkan tawaran Irlandia untuk mendapatkan kursi di Dewan Hak Asasi Manusia untuk periode 2027-2029, berjanji untuk memperjuangkan akuntabilitas, multilateralisme, dan hak asasi manusia untuk semua.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR 

  • Cuaca Dingin Ekstrem di Gaza: 6 Bayi Meninggal akibat Hipotermia, Anak-anak Idap Penyakit Kronis – Halaman all

    Cuaca Dingin Ekstrem di Gaza: 6 Bayi Meninggal akibat Hipotermia, Anak-anak Idap Penyakit Kronis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Suhu dingin memperburuk kondisi kehidupan yang buruk di daerah Jalur Gaza, Palestina.

    Sebanyak enam bayi meninggal akibat hipotermia di Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir akibat hujan terus-menerus.

    Keluarga di Gaza yang mengungsi mengatakan, cuaca dingin yang parah dan gizi yang tidak memadai, menyebabkan timbulnya penyakit kronis di kalangan anak-anak.

    “Air hujan dan limbah telah masuk ke tenda kami, yang berdampak buruk pada kehidupan kami.”

    “Dengan rusaknya sistem drainase, cuaca dingin, dan kurangnya air minum bersih, virus menyebar dengan cepat,” kata Musli Tamraz, seorang warga Gaza, kepada Reuters.

    “Saya bawa anak saya ke rumah sakit, kata dokter, penyebab utama sakitnya itu air minumnya yang tidak bersih, suhu tubuhnya yang tiba-tiba turun,” jelasnya.

    Warga Berlindung di Tenda-tenda dan Reruntuhan

    Diberitakan AP News, ratusan ribu orang tinggal di kamp tenda dan bangunan yang rusak akibat perang selama gencatan senjata yang rapuh.

    Kondisi ini diungkapkan oleh petugas medis Palestina pada Selasa (25/2/2025).

    Wilayah pesisir mengalami musim dingin yang dingin dan basah, dengan suhu turun di bawah 10 derajat Celsius (50 F) pada malam hari dan badai bertiup dari Laut Mediterania.

    Beberapa hari terakhir ini suhu di Jalur Gaza sangat dingin.

    Warga bernama Yusuf al-Shinbari terbangun di tenda keluarganya tepat setelah tengah malam pada hari Selasa dan mendapati putrinya yang berusia 2 bulan, Sham, kedinginan saat disentuh.

    Ia tidak bisa merasakan detak jantungnya.

    “Kemarin, saya bermain dengannya,” katanya.

    “Saya senang bersamanya. Dia anak yang cantik, seperti bulan,” ungkap Yusuf.

    Saeed Salah, dari Rumah Sakit Sahabat Pasien di Kota Gaza, mengatakan lima bayi berusia satu bulan atau lebih muda telah meninggal karena kedinginan selama dua minggu terakhir, termasuk bayi berusia 1 bulan yang meninggal pada hari Senin.

    Ia mengatakan anak lainnya telah dipasangi ventilator.

    Zaher al-Wahedi, kepala departemen catatan Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan telah mencatat 15 kematian akibat hipotermia musim dingin ini, semuanya anak-anak.

    Sebagai informasi, gencatan senjata yang menghentikan perang selama 16 bulan antara Israel dan militan Hamas telah memungkinkan lonjakan bantuan kemanusiaan, terutama makanan.

    Tetapi penduduk mengatakan masih ada kekurangan selimut dan pakaian hangat, dan sedikit kayu yang tersedia untuk api.

    Tidak ada listrik pusat di Gaza sejak beberapa hari pertama perang, dan bahan bakar untuk generator langka.

    Banyak keluarga berdesakan di atas pasir basah atau beton.

    Serangan militer Israel, yang dilancarkan sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, merupakan salah satu serangan paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah terkini.

    Serangan ini menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza hingga menjadi puing-puing.

    Ratusan ribu orang yang berhasil kembali ke Gaza utara berdasarkan gencatan senjata telah menetap di mana pun mereka bisa di tengah reruntuhan.

    Tahap pertama gencatan senjata akan berakhir pada Sabtu (1/3/2025) dan mungkin tidak diperpanjang.

    Jika pertempuran kembali terjadi, aliran bantuan kemanusiaan saat ini diperkirakan akan menurun drastis.

    Bahkan jika gencatan senjata berlanjut, tidak jelas kapan Gaza akan dibangun kembali.

    JALUR GAZA – Bendera Palestina berkibar di tengah puing reruntuhan di Kota Gaza, dalam foto tangkapan layar dari Khaberni, Kamis (6/2/2025). (khaberni/tangkap layar)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dilansir Al Jazeera, Hamas mengatakan telah mencapai kesepakatan dengan mediator mengenai pembebasan 620 tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan oleh Israel minggu lalu.

    Militer Israel mengebom sejumlah lokasi di selatan ibu kota Suriah, Damaskus, menewaskan sedikitnya dua orang, dengan mengatakan bahwa “kehadiran sarana dan pasukan militer di bagian selatan Suriah merupakan ancaman” bagi negara tersebut.

    Juru bicara PBB Stephane Dujarric mendesak Israel untuk mengizinkan lebih banyak tenda dan tempat berlindung masuk ke Jalur Gaza setelah enam bayi Palestina meninggal karena hipotermia selama musim dingin yang parah.

    Israel dan Hamas dapat menukar sisa tahanan Palestina dan jenazah tawanan yang dijadwalkan dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan Gaza paling cepat malam ini, media Israel melaporkan, setelah mediator membantu menyelesaikan penundaan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.

    UNICEF mengatakan petugas kesehatan telah memvaksinasi lebih dari 586.000 anak di Gaza terhadap polio, mencapai 99 persen dari target, hanya dalam empat hari.

    Pasukan Israel melanjutkan ofensif Tepi Barat mereka, menyerang dan melukai lebih banyak warga Palestina dan mengancam akan menghancurkan lebih banyak rumah di kamp pengungsi Nur Shams.

    Steve Witkoff, utusan Trump untuk Timur Tengah, memuji kemajuan dalam perundingan gencatan senjata Gaza dan mengatakan ia mungkin akan bergabung dalam negosiasi pada hari Minggu “jika berjalan dengan baik”.

    Para pemimpin Afrika Selatan, Malaysia, dan Kolombia menulis artikel bersama yang menyerukan diakhirinya impunitas atas pelanggaran hukum internasional oleh Israel.

    Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi sebanyak 61.709, dengan mengatakan ribuan warga Palestina yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Pesawat Tempur Israel Gempur Suriah, Targetnya Lokasi Militer

    Pesawat Tempur Israel Gempur Suriah, Targetnya Lokasi Militer

    Damaskus

    Pesawat-pesawat tempur Israel menggempur sejumlah kota di wilayah Suriah. Militer Israel mengklaim serangannya itu menargetkan lokasi-lokasi militer, yang digunakan untuk menyimpan senjata.

    Laporan penduduk Suriah, sumber-sumber keamanan dan televisi lokal Suriah, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (26/2/2025), menyebut sejumlah pesawat militer Israel menyerang kota Kisweh yang berjarak 19 kilometer di sebelah selatan Damaskus, ibu kota Suriah, pada Selasa (25/2) tengah malam.

    Sumber keamanan Suriah mengatakan sebuah situs militer di kota Kisweh menjadi target serangan udara Israel. Namun tidak disebutkan lebih lanjut soal korban jiwa atau kerusakan akibat serangan itu.

    Serangan udara Israel juga menghantam sebuah kota di Provinsi Daraa, Suriah bagian selatan, pada waktu yang sama.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, mengklaim pasukannya menyerang sejumlah target militer di wilayah Suriah bagian selatan, termasuk markas besar dan situs-situs yang disebut berisi senjata-senjata.

    “Angkatan Udara menyerang secara kuat wilayah Suriah selatan sebagai bagian dari kebijakan baru yang kami tetapkan untuk menenangkan wilayah Suriah selatan — dan pesannya jelas: Kami tidak akan membiarkan Suriah selatan menjadi Lebanon selatan,” ucap juru bicara untuk Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, dalam pernyataannya.

    “Setiap upaya yang dilakukan oleh pasukan rezim Suriah dan organisasi teroris di negara tersebut untuk menempatkan diri mereka di zona keamanan di Suriah selatan — akan ditanggapi dengan api,” tegas pernyataan itu.

    Para penduduk Damaskus dan wartawan Reuters yang ada di kota-kota yang dihantam serangan udara Israel melaporkan mereka mendengar suara pesawat terbang beberapa kali melintasi wilayah udara ibu kota Damaskus dan rentetan ledakan.

    Pengeboman oleh pesawat-pesawat tempur Israel itu terjadi beberapa jam setelah otoritas Suriah mengecam serangan Tel Aviv ke wilayah selatan negara itu dan mendesak mereka untuk mundur.

    Israel memindahkan pasukannya ke zona demiliterisasi yang diawasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Suriah, setelah kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS), mantan afiliasi Al-Qaeda, menggulingkan mantan Presiden Bashar al-Assad pada Desember lalu.

    Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengatakan pada Minggu (23/2) waktu setempat bahwa Israel tidak akan mentolerir kehadiran HTS di Suriah selatan, atau kekuatan lainnya yang berafiliasi dengan penguasa baru negara tersebut, dan menuntut demiliterisasi wilayah tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Rusia Bantah Trump, Putin Tolak Pasukan Perdamaian Eropa terutama Anggota NATO di Ukraina – Halaman all

    Rusia Bantah Trump, Putin Tolak Pasukan Perdamaian Eropa terutama Anggota NATO di Ukraina – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintahan Rusia di Kremlin menolak klaim Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin mengizinkan penempatan pasukan perdamaian Eropa di Ukraina jika Rusia dan Ukraina sepakat mengakhiri perang.

    “Ada posisi mengenai masalah ini yang diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Lavrov. Saya tidak perlu menambahkan apa pun mengenai hal ini dan tidak perlu mengomentarinya. Saya tidak akan mengomentarinya,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan pada Selasa (25/2/2025).

    Ia menegaskan Rusia dengan tegas menolak pasukan perdamaian dari negara-negara Eropa, terutama anggota NATO untuk ditempatkan di Ukraina.

    Pada awal bulan ini, utusan Moskow untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan Rusia hanya akan menerima pengerahan pasukan asing ke Ukraina sebagai bagian dari mandat PBB.

    “‘Pasukan penjaga perdamaian’ tidak dapat beroperasi tanpa mandat dari Dewan Keamanan PBB,” kata Vassily Nebenzia saat itu kepada RIA Novosti.

    Ia menegaskan bahwa kontingen militer lainnya di lapangan akan diperlakukan sebagai kombatan reguler.

    “Kehadiran pasukan bersenjata dari negara-negara NATO, bahkan di bawah bendera Uni Eropa atau sebagai bagian dari kontingen nasional sama sekali tidak dapat diterima oleh Moskow,” tegasnya.

    Sebelumnya, Donald Trump mengatakan ia telah menghubungi Putin dan Rusia menerima penempatan pasukan perdamaian di Ukraina.

    “Dia akan menerimanya. Saya telah menanyakan pertanyaan itu kepadanya,” kata Trump kepada wartawan dalam konferensi pers bersama Presiden Prancis Emmanuel Macron di Washington pada hari Senin (24/2/2025).

    Donald Trump dan Putin berbicara melalui telepon selama lebih dari satu jam pada 12 Februari 2025. 

    Menurut keduanya, pembicaraan tersebut mencakup berbagai topik, termasuk perang Ukraina.

    Panggilan telepon tersebut terjadi setelah Donald Trump mengatakan ia akan menjadi penengah dalam perundingan antara Rusia dan Ukraina yang bertujuan untuk mengakhiri perang yang berlangsung sejak tahun 2022.

    Beberapa pemimpin negara Eropa, terutama Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, telah mengungkapkan gagasan untuk mengirim personel militer ke Ukraina.

    Menurut laporan Wall Street Journal, kedua negara mempertimbangkan untuk mengerahkan hingga 30.000 “pasukan penjaga perdamaian” ke Ukraina, jika Rusia dan Ukraina mencapai kesepakatan damai.

    Rencana tersebut juga bergantung pada apakah AS akan setuju untuk berkontribusi pada upaya tersebut dalam kapasitas militer yang terbatas.

    Pemerintahan Trump telah berulang kali menyatakan bahwa anggota NATO Eropa harus menanggung beban jaminan keamanan bagi Ukraina.

    Sementara AS mengesampingkan pengerahan pasukannya ke Ukraina sebagai bagian dari perjanjian apa pun mengenai jaminan keamanan, menurut pernyataan Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth pada awal bulan ini.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina