partai: PBB

  • Dapat Restu Trump, Israel Gempur Jalur Gaza hingga Tewaskan 200 Jiwa Termasuk Anak-anak – Halaman all

    Dapat Restu Trump, Israel Gempur Jalur Gaza hingga Tewaskan 200 Jiwa Termasuk Anak-anak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Militer Israel kembali melakukan serangan udara ke wilayah Jalur Gaza pada Selasa dini hari (18/3/2025).

    Ini menjadi serangan brutal pertama yang dilakukan Israel sejak gencatan senjata dimulai pada Januari lalu.

    Mengutip dari Al Jazeera, serangan itu dilakukan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu usai mendapatkan restu dari Presiden AS Donald Trump untuk menggempur jalur Gaza.

    “Seperti yang telah ditegaskan Presiden Trump, Hamas, Houthi, Iran-dan semua pihak yang berupaya meneror tidak hanya Israel, tetapi juga AS-akan menghadapi konsekuensi, dan kekacauan besar akan terjadi,” kata Juru Bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt.

    Netanyahu menegaskan serangan udara yang dilakukan pasukannya, sengaja ditujukan untuk menekan milisi Hamas yang selama ini menolak membebaskan sandera Israel.

    “Ini menyusul penolakan berulang kali Hamas untuk membebaskan sandera kami, serta penolakannya terhadap semua proposal yang telah diterimanya dari Utusan Presiden AS Steve Witkoff,” kata Netanyahu

    “Israel akan, mulai sekarang, bertindak melawan Hamas dengan kekuatan militer yang meningkat,” imbuhnya.

    Hamas berdalih keputusannya untuk menunda pembebasan sandera Israel karena Netanyahu telah gagal mematuhi perjanjian gencatan senjata yang telah disepakati sebelumnya.

    Hamas saat ini diyakini masih menyandera sekitar 24 warga Israel dan menahan setidaknya 35 mayat.

    Korban Tewas Gaza Tembus 200 Jiwa

    Imbas serangan brutal Israel, Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan, lebih dari 200 orang telah tewas dalam pengeboman Israel di beberapa daerah di Jalur Gaza.

    Adapun hampir separuh korban tewas termasuk di antaranya anak-anak, wanita dan orang tua yang tinggal di Gaza selatan.

    Tak hanya melakukan serangan, Israel juga memerintahkan semua sekolah yang dekat dengan wilayah Gaza ditutup, seiring “kekuatan militer yang meningkat” terhadap Hamas.

    Israel turut menyebarkan ketakutan di kalangan masyarakat Gaza, lewat serangan udara yang tak kunjung berhenti hingga membuat langit di Gaza dipenuhi dengan pesawat tak berawak dan jet tempur yang terbang rendah.

    Hamas Kecam Serangan Israel

    Merespons tindakan yang dilakukan Israel, Hamas menegaskan, mereka mengutuk keras serangan ini.

    Hamas menyebutnya sebagai “serangan berbahaya” terhadap warga sipil yang tidak berdaya, dan mengklaim bahwa tujuan Israel adalah untuk menggagalkan kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati.

    Mencegah terjadinya eskalasi yang lebih luas, Hamas menyerukan kepada negara-negara Arab dan Muslim untuk mendukung “perlawanan Palestina” dalam upaya mematahkan blokade terhadap Gaza.

    Hamas juga mendesak Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk segera mengeluarkan resolusi yang memerintahkan Israel menghentikan “agresinya.”

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Ada Peran Donald Trump di Balik Serangan Israel Penjajah di Gaza

    Ada Peran Donald Trump di Balik Serangan Israel Penjajah di Gaza

    PIKIRAN RAKYAT – Baru-baru ini Israel kembali melancarkan serangan mematikan terhadap Gaza, penyerangan tersebut tampaknya telah mengakhiri gencatan senjata yang baru 2 bulan berjalan.

    Dilaporkan bahwa sedikitnya belasan orang meninggal dunia dan lebih banyak lagi korban yang terluka, seorang dokter asal Palestina mengungkapkan adanya kemungkinan korban tewas dari penyerangan tersebut lebih dari 100 orang.

    Menteri Pertahanan Israel, Katz, beralasan penyerangan yang dilakukan imbas penolakan Hamas untuk membebaskan lebih banyak sandera, setelah sebelumnya 33 orang telah dilepaskan.

    “Tadi malam, kami melanjutkan pertempuran di Gaza karena penolakan Hamas untuk membebaskan para sandera dan ancamannya untuk melukai tentara dan masyarakat Israel. Jika Hamas tidak membebaskan semua sandera, gerbang neraka akan terbuka di Gaza, dan para pembunuh dan pemerkosa Hamas akan menghadapi IDF dengan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ucapnya tegas.

    “Kami tidak akan berhenti bertempur sampai semua sandera kembali ke rumah dan semua tujuan perang tercapai,” kata Katz lagi dalam sebuah pernyataan.

    Peran Donald Trump dalam Penyerangan Gaza

    Di sisi lain, juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt mengatakan kepada Fox News bahwa Pemerintahan Donald Trump diajak berkonsultasi pada, Senin 17 Maret 2025 oleh Israel mengenai serangan mematikannya di Gaza.

    “Pemerintahan Trump dan Gedung Putih diajak berkonsultasi oleh Israel mengenai serangan mereka di Gaza malam ini,” kata sekretaris pers Gedung Putih itu.

    Leavitt juga kembali menyinggu pernyataan Trump terkait kedudukan AS dalam memerangi ‘teroris’.

    “Seperti yang telah dijelaskan oleh Trump sebelumnya, baik Hamas, Houthi, Iran semua pihak yang berusaha meneror, tidak hanya menghadapi Israel saja, tetapi juga Amerika Serikat, (mereka) ada harga yang harus dibayar,” tuturnya.

    Donald Trump juga mengecam tindakan Hamas yang belum membebaskan para sanderan, ia bahkan mengancam akan ada kekacauan yang terjadi.

    Menurut laporan, tiga kapal induk AS sedang menuju Iran menyusul serangan Israel terhadap Gaza.

    Pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun terjadi pada 7 Oktober 2023, ketika militan Hamas Palestina menyerang Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut sekutu Israel.

    Serangan militer Israel berikutnya di Gaza telah menewaskan lebih dari 48.000 warga Palestina, menurut kementerian kesehatan setempat, sekaligus memicu tuduhan genosida dan kejahatan perang yang dibantah Israel. Serangan tersebut telah menyebabkan hampir seluruh penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta orang mengungsi dan menyebabkan krisis kelaparan.

    Trump juga dikecam atas rencananya untuk mengusir warga Palestina dari Gaza dan rencana AS untuk mengambil alih wilayah itu. Kelompok hak asasi manusia, PBB, Palestina, dan negara-negara Arab mengatakan usulan dari Trump yang menggambarkan rencana pembangunan kembali, akan menjadi pembersihan etnis atau genosida untuk masyarakat Palestina.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Dapat Restu Trump, Israel Gempur Jalur Gaza hingga Tewaskan 200 Jiwa Termasuk Anak-anak – Halaman all

    Jet Tempur Israel Serang Lagi Gaza, IDF Sebut Pejuang Palestina Lagi Tanam Bahan Peledak – Halaman all

    Jet Tempur Israel Serang Gaza, IDF Sebut Pejuang Palestina Tengah Tanam Bahan Peledak

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel, Senin (17/3/2025) menyatakan kalau mereka melancarkan serangan udara di Gaza tengah dan selatan dengan klaim kalau serangan itu menargetkan para pejuang Palestina yang berusaha menanam bahan peledak di dekat pasukan Israel yang ditempatkan di wilayah tersebut.

    Menurut klaim IDF, satu serangan menghantam tiga pejuang Palestina di Gaza tengah saat mereka sedang menanam bahan peledak.

    “Adapun serangan lainnya dari Israel menargetkan beberapa pejuang di Rafah, di Gaza selatan,” kata pernyataan IDF dilansir RNTV, Senin.

    Militer Israel telah melancarkan serangan hampir setiap hari di Gaza, meskipun gencatan senjata yang mulai berlaku pada tanggal 19 Januari sebagian besar masih berlaku, dengan Israel dan Hamas menahan diri untuk tidak kembali berperang habis-habisan.

    Pada hari Sabtu, serangan di kota Beit Lahia di Gaza utara menewaskan sembilan orang, termasuk empat wartawan Palestina, kata badan pertahanan sipil wilayah itu, dalam serangan paling mematikan di satu lokasi sejak 19 Januari.

    Hamas mengutuk serangan hari Sabtu sebagai “pelanggaran terang-terangan terhadap gencatan senjata”.

    Militer Israel mengklaim serangan tersebut mengenai “sel teroris”, dan menambahkan bahwa para pejuang Palestina mengoperasikan pesawat tanpa awak yang dimaksudkan untuk melakukan “serangan” terhadap pasukannya.

    JALUR GAZA – Foto yang diambil dari kantor berita Wafa tanggal 7 Maret 2025 memperlihatkan situasi di Beit Lahia, Gaza. Israel merampungkan persiapan untuk memindahkan warga Gaza. (Wafa)

    Situasi Gaza Seperti Kiamat Dunia

    Organisasi-organisasi kemanusiaan yang beroperasi di wilayah Palestina meningkatkan kewaspadaan atas blokade dan pembatasan baru yang diberlakukan Israel yang mereka khawatirkan akan membuat pekerjaan mereka “hampir mustahil.”

    Seorang pejabat senior dari sebuah LSM internasional, yang berbicara secara anonim kepada AFP, menggambarkan situasi di Gaza sejak dimulainya agresi sebagai kemunduran yang cepat.

    “Kami telah meluncur menuruni lereng yang curam, dan sekarang kami telah mencapai titik terendah. LSM memahami bahwa situasi ini tidak dapat diterima.”

    Pejabat itu meminta identitasnya dirahasiakan karena potensi dampak buruk terhadap operasi organisasi mereka di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza yang diblokade.

    “Kemampuan untuk memberikan bantuan dengan tetap menghormati prinsip-prinsip kemanusiaan di Gaza, dikombinasikan dengan pembatasan akses di Tepi Barat, membuat kita merasa seperti sedang menyaksikan kiamat dunia,” tambahnya.

    “Ini seperti mencoba memadamkan bom nuklir dengan alat pemadam api.”

    BLOKIR BANTUAN – Truk pengangkut bantuan melewati Rafah di Jalur Gaza selatan. Pada Minggu (2/3/2025), Israel menyatakan memblokir semua bantuan masuk ke Gaza untuk menekan Hamas menyetujui usulan gencatan senjata sementara yang diajukan Amerika Serikat. (tangkap layar/Hussam al-Masri/Reuters)

    Perluasan Kendali Israel atas Distribusi Bantuan

    Menurut LSM, Koordinasi Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT) Israel, sebuah unit dalam Kementerian Pertahanan yang mengawasi urusan sipil di wilayah Palestina, memperkenalkan sebuah rencana pada akhir Februari untuk merestrukturisasi distribusi bantuan kemanusiaan.

    Langkah-langkah baru tersebut dilaporkan meningkatkan kontrol “Israel” atas operasi bantuan, termasuk pendirian pusat-pusat logistik yang terkait dengan militer dan pemeriksaan tambahan terhadap pekerja bantuan dan penerima bantuan.

    Seorang pekerja dari sebuah LSM medis memperingatkan bahwa pembatasan tersebut akan membuat operasi “hampir mustahil secara logistik,” mempertanyakan apakah mereka sekarang harus mengungkapkan rincian tentang pasien individu dan obat-obatan mereka.

    Israel mengklaim kebijakan baru tersebut bertujuan untuk mencegah penjarahan dan penyitaan bantuan oleh kelompok bersenjata.

    Namun, LSM berpendapat bahwa insiden semacam itu sangat minim dan solusi sebenarnya adalah meningkatkan pasokan bantuan—sesuatu yang telah diblokir Israel sejak 2 Maret.

    Seorang pejabat LSM Eropa mengkritik asumsi “Israel”, dengan menyatakan, “Klaim bahwa Hamas sedang membangun kembali kemampuannya melalui bantuan kemanusiaan sama sekali tidak benar. Bantuan tidak menyediakan roket atau senjata.” Ia menambahkan, “”Israel” hanya menginginkan lebih banyak kendali atas wilayah ini.”

    COGAT belum menentukan kapan aturan baru tersebut akan berlaku dan belum menanggapi permintaan komentar.

    Namun, arahan pemerintah yang mulai berlaku pada bulan Maret telah memperkenalkan proses pendaftaran yang lebih ketat bagi LSM yang menyediakan layanan bagi warga Palestina.

    Arahan tersebut mengharuskan pembagian data yang luas tentang karyawan dan memberikan Israel hak untuk menolak anggota staf yang dianggapnya berusaha “mendelegitimasi” Israel.

    Sejak 7 Oktober, LSM melaporkan bahwa tidak ada izin kerja yang dikeluarkan untuk staf asing mereka.

    Meningkatnya Risiko Bagi Relawan Bantuan

    LSM yang beroperasi di wilayah Palestina menghadapi tantangan yang semakin meningkat setiap harinya.

    Setidaknya 387 pekerja bantuan telah tewas di Gaza sejak 7 Oktober, menurut perkiraan PBB terkini, dan beberapa di antaranya meninggal saat bertugas.

    Dalam pernyataan kepada AFP, Philippe Lazzarini, Komisaris Jenderal UNRWA—badan PBB untuk pengungsi Palestina, yang baru-baru ini dilarang oleh Israel—mengatakan, “Ada perdebatan yang sedang berlangsung di antara organisasi-organisasi kemanusiaan tentang seberapa jauh kita dapat melangkah sambil tetap setia pada prinsip-prinsip kita tentang kemandirian dan nondiskriminasi. Ini adalah diskusi yang kritis.”

    Amjad Al-Shawa, kepala Jaringan LSM Palestina, menekankan perlunya sikap bersatu melawan pembatasan baru tersebut, yang ia lihat sebagai upaya untuk melindungi “Israel” dari akuntabilitas.

    Dengan pengalaman lebih dari 30 tahun dalam bantuan kemanusiaan, Al-Shawa menggambarkan situasi tersebut sebagai “ancaman eksistensial” terhadap sektor tersebut, dan menekankan, “Nyawa menjadi taruhannya.”

    Pimpinan sebuah LSM internasional memperingatkan, “Garis merah telah dilewati.”

    Namun, pihak lain lebih berhati-hati dalam penilaian mereka. Seorang pekerja bantuan medis mencatat, “Jika kami melawan, kami akan dituduh anti-Semitisme,” seraya menambahkan bahwa “sikap berprinsip tidak dapat bertahan terhadap kebutuhan kemanusiaan yang sangat besar.”

     

    (oln/rntv/*)

  • Semakin Lama Penghentian Bantuan ke Gaza, Semakin Buruk Konsekuensinya

    Semakin Lama Penghentian Bantuan ke Gaza, Semakin Buruk Konsekuensinya

    PIKIRAN RAKYAT – Israel terus melakukan blokade di perbatasan-perbatasan Jalur Gaza. Ulah Israel ini menyebabkan terputusnya akses bantuan yang seharusnya didapatkan warga di Jalur Gaza.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kembali menyalakan peringatan soal memburuknya situasi di Jalur Gaza. Penyeberangan kargo yang membawa bantuan tak bisa melintas.

    “Rekan-rekan kemanusiaan kami di lapangan memperingatkan bahwa penutupan terus-menerus penyeberangan Gaza untuk masuknya kargo berdampak serius pada kemampuan PBB dan mitranya untuk menyediakan dukungan penting bagi orang-orang yang membutuhkan,” kata juru bicara Stephane Dujarric dalam konferensi pers.

    Hal yang dikhawatirkan dari blokade perbatasan Gaza ini adalah akan membuat situasi di wilayah tersebut semakin memburuk.

    “Semakin lama penghentian bantuan ke Jalur Gaza berlanjut, semakin buruk konsekuensinya di lapangan,” ujarnya.

    Organisasi-organisasi yang mengirimkan bantuan terpaksa memangkas jatah makanan untuk memprioritaskan bantuan bagi sebanyak mungkin orang yang rentan.

    “Situasi ketahanan pangan dapat memburuk secara drastis kecuali aliran bantuan ke Gaza dilanjutkan,” ujarnya.

    Dujarric mengatakan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengemukakan kekhawatiran tentang risiko di Gaza.

    “WHO memperingatkan bahwa risiko kesehatan masyarakat tetap sangat tinggi, termasuk penyakit menular, akibat kepadatan penduduk dan sanitasi yang buruk,” katanya.

    Sementara itu, ia melaporkan bahwa PBB sedang menilai kebutuhan tempat berlindung di daerah paling rentan di seluruh Gaza.

    Sementara, mengenai operasi militer yang dilakukan Israel di Tepi Barat, Dujarric menyebut hal itu telah membawa dampak kerusakan yang mengkhawatirkan.

    “Telah menyebabkan kerusakan pada fasilitas kesehatan, 20 di antaranya tidak berfungsi, dan infrastruktur penting lainnya, yang menyebabkan kontaminasi air dengan limbah dan kekurangan air di beberapa daerah,” tuturnya dilaporkan Anadolu Agency.

    “Karena ketidakamanan dan kerusakan, pusat kesehatan UNRWA (Badan Pengungsi Palestina PBB) di kamp pengungsi Jenin, Tulkarm dan Nur Shams tetap ditutup sejak awal tahun ini,” katanya.

    Ketegangan meningkat di Tepi Barat yang diduduki, di mana sedikitnya 935 warga Palestina tewas dan hampir 7.000 terluka dalam serangan oleh tentara Israel dan pemukim ilegal sejak dimulainya perang Gaza pada 7 Oktober 2023.

    Mahkamah Internasional menyatakan pada bulan Juli bahwa pendudukan lama Israel atas wilayah Palestina adalah ilegal, mendesak evakuasi semua pemukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Konferensi untuk Suriah, Jerman Janjikan Bantuan 300 Juta Euro

    Konferensi untuk Suriah, Jerman Janjikan Bantuan 300 Juta Euro

    Jakarta

    Para menteri dan perwakilan dari mitra Barat, serta negara-negara tetangga Suriah, negara-negara Arab lainnya, dan badan-badan PBB ambil bagian dalam pertemuan satu hari di Brussels, Belgia. Pertemuan ini diketuai oleh kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Kaja Kallas.

    Untuk pertama kalinya, Suriah akan menghadiri konferensi kali ini. Sebelumnya ada pertemuan-pertemuan sejenis, namun tanpa kehadiran Suriah. Dalam pertemuan kali ini, Suriah diwakili oleh Menteri Luar Negeri Asaad Hassan al-Shibani.

    Pertemuan darurat

    Konferensi di Brussels diselenggarakan secara tergesa-gesa oleh Uni Eropa untuk mencoba memanfaatkan perubahan yang melanda negara tersebut.

    Pertemuan ini terjadi di saat yang genting. Para pemimpin baru Suriah tengah berupaya mengonsolidasikan kendali atas wilayah yang secara de facto terbagi menjadi negara-negara mini selama hampir 14 tahun perang saudara dan membangun kembali ekonomi dan infrastruktur negara itu.

    Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2017 memperkirakan untuk membangun kembali Suriah, dibutuhkan dana setidaknya USD250 miliar, sementara para ahli mengatakan jumlah itu dapat mencapai setidaknya USD400 miliar.

    Prospek pemulihan ekonomi telah terhambat akibat sanksi keras Barat yang diberlakukan selama pemerintahan Assad dan sebagian besar belum dicabut.

    Pemerintahan sementara kemungkinan akan mengandalkan konferensi Brussels untuk memperkuat legitimasinya di mata masyarakat internasional dengan harapan sanksi akan dicabut, sembari juga berupaya mendapatkan bantuan jangka pendek.

    Jerman janjikan bantuan

    Jerman menjanjikan bantuan tambahan sebesar 300 juta euro untuk warga Suriah melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sejumlah organisasi tertentu, kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, menjelang konferensi itu. Lebih dari separuh dana yang diberikan akan bermanfaat bagi warga Suriah, kata Baerbock.

    Pendanaan tersebut akan digunakan untuk menyediakan makanan, layanan kesehatan, dan tempat penampungan darurat, serta tindakan perlindungan bagi mereka yang sangat rentan.

    Baerbock mengulangi perlunya proses politik yang inklusif untuk memastikan masa depan yang damai bagi Suriah. “Sebagai orang Eropa, kita bersatu untuk rakyat Suriah, untuk Suriah yang bebas dan damai,” ujarnya.

    Ia juga meminta pemerintah transisi untuk menyelidiki pembunuhan ratusan warga sipil di desa-desa Alawite dan meminta pertanggungjawaban mereka yang bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

    Masih terjadi konflik

    Minggu lalu, penyergapan terhadap patroli keamanan Suriah oleh orang-orang bersenjata yang setia kepada Assad memicu bentrokan.

    Beberapa faksi yang bersekutu dengan pemerintah baru melancarkan serangan balas dendam sektarian — terutama menargetkan anggota sekte minoritas Alawite Assad — yang menurut kelompok pemantau telah menewaskan ratusan warga sipil selama beberapa hari.

    Dalam sebuah pernyataan, Uni Eropa menyerukan “penghormatan penuh terhadap kedaulatan, persatuan, dan integritas teritorial Suriah,” dengan mengatakan bahwa mereka hanya akan mendukung “transisi yang damai dan inklusif, jauh dari campur tangan asing yang jahat, yang menjamin hak-hak semua warga Suriah tanpa pembedaan dalam bentuk apa pun.”

    Pelonggaran sanksi

    Suriah juga masuk dalam agenda pertemuan menteri luar negeri Uni Eropa yang akan dipimpin secara terpisah oleh Kallas pada hari Senin (17/03). Blok yang beranggotakan 27 negara itu telah mulai melonggarkan sanksi sektor energi, transportasi, dan keuangan untuk mendorong otoritas baru, tetapi tetap waspada.

    Para penguasa sementara negara tersebut telah berjuang untuk menggunakan kekuasaan mereka di sebagian besar wilayah Suriah sejak kelompok pemberontak Islam, Hayat Tahrir al-Sham, atau HTS, memimpin pemberontakan kilat terhadap Assad.

    Mantan pemimpin HTS Ahmad al-Sharaa kini menjadi presiden sementara, dan pada hari Kamis(13/3) ia menandatangani konstitusi sementara yang membiarkan Suriah di bawah kekuasaan islamis selama lima tahun selama fase transisi.

    Sementara banyak yang senang melihat berakhirnya kekuasaan diktator keluarga Assad selama lebih dari 50 tahun, kelompok minoritas agama dan etnis bersikap skeptis terhadap para pemimpin islamis yang baru dan enggan membiarkan Damaskus di bawah kepemimpinan barunya untuk menegaskan kendali atas wilayah mereka.

    Uni Eropa dapat memberlakukan kembali sanksi jika keadaan tidak berjalan sesuai keinginan para pendukung Barat. Pada saat yang bersamaan, ekonomi, infrastruktur, dan lembaga-lembaga Suriah berada dalam kondisi yang buruk. Sebagai negara yang porak-poranda, negara ini dapat menjadi “surga” bagi para ekstremis.

    Kebutuhan ekonomi dan kemanusiaan

    Orang-orang harus bertahan hidup hanya dengan beberapa jam listrik setiap hari, pasokan air tidak dapat diandalkan dan sering kali tidak aman, pengangguran mencapai 80% atau 90%, dan kerusakan meluas.

    Banyak pegawai pemerintah dan pakar yang dibutuhkan untuk membangun kembali mengungsi setelah gerakan demokrasi Musim Semi Arab 2011 runtuh menjadi konflik dan pemerintahan otoriter di bawah Assad.

    Badan pengungsi PBB mengatakan bahwa tahun lalu sekitar 7 juta orang telah meninggalkan rumah mereka tetapi tetap tinggal di Suriah. Lebih dari 4,7 juta pengungsi terdaftar di negara-negara tetangga, sebagian besar di Turki, Lebanon, dan Yordania. Namun, sejak jatuhnya Assad, hampir 302.000 orang telah kembali.

    Meskipun ada tantangan, kepala kemanusiaan PBB Tom Fletcher, yang akan menghadiri konferensi tersebut, tetap optimistis. “Sekarang lebih mudah bagi kami untuk beroperasi di Suriah dan di seluruh Suriah daripada di bawah rezim Assad,” ujar Fletcher kepada wartawan minggu lalu.

    “Saya telah melakukan percakapan yang sangat baik dengan otoritas sementara,” katanya, seraya mencatat bahwa al-Shibani khususnya telah membantu menjaga agar penyeberangan perbatasan tetap terbuka.

    Meskipun tujuan konferensi hari Senin ini adalah untuk menghasilkan janji bantuan, konferensi ini juga difokuskan pada pemenuhan kebutuhan ekonomi Suriah, dan itu membutuhkan ketenangan. Infrastruktur, kesehatan, dan pendidikan harus ditingkatkan. Pekerjaan dan program uang tunai untuk pekerjaan diperlukan agar warga Suriah dapat mulai mencari nafkah.

    ap/hp (rtr,afp,ap)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kapal Induk AS Diserang Rudal Houthi Yaman, 18 Rudal Balistik dan Jelajah Dikerahkan – Halaman all

    Kapal Induk AS Diserang Rudal Houthi Yaman, 18 Rudal Balistik dan Jelajah Dikerahkan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Angkatan Bersenjata Yaman merespons serangan udara yang dilakukan oleh Amerika Serikat (AS) pada Minggu (16/3/2025).

    Sebanyak 47 serangan udara AS telah menghantam beberapa provinsi di Yaman dalam beberapa jam terakhir.

    Dalam sebuah laporan menyebutkan, serangan udara AS telah menargetkan beberapa wilayah di provinsi Sanaa, Saada, al-Bayda, Hajjah, Dhamar, Marib, dan al-Jawf.

    Dikutip Al Mayadeen, Juru Bicara Houthi, Yahya Saree mengatakan, serangan udara AS telah mengakibatkan banyak korban, dengan puluhan orang tewas dan terluka.

    Sebagai bentuk balasan, Houthi menyerang Kapal Induk USS Harry S. Truman dan kapal perang pendampingnya di Laut Merah.

    Serangan itu melibatkan 18 rudal balistik dan jelajah, beserta pesawat tanpa awak.

    Sementara itu, menurut seorang pejabat AS mengatakan, Houthi memang menembakkan pesawat nirawak dalam serangan yang menargetkan USS Harry S. Truman.

    Dikutip dari The Times of Israel, 10 serangan tersebut dicegat oleh jet tempur Angkatan Udara AS dan satu dicegat oleh jet tempur Angkatan Laut F/A-18.

    Rudal itu jatuh ke air jauh dari kapal, dan tidak ada yang mendekati kapal induk atau kapal perang dalam kelompok penyerangnya.

    Washington telah berjanji untuk terus menyerang Yaman sampai pemberontak berhenti menyerang pengiriman barang di Laut Merah, sementara Presiden AS Donald Trump memperingatkan bahwa ia akan menggunakan “kekuatan mematikan yang luar biasa”.

    Pada malam antara Sabtu dan Minggu, sebuah rudal diluncurkan  dari Yaman dan mendarat di Mesir. IDF mengatakan sedang menyelidiki apakah rudal itu ditujukan ke Israel.

    Angkatan Udara Israel telah meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi serangan rudal dan pesawat tak berawak Houthi terhadap negara tersebut.

    Pemimpin Houthi, Abdulmalik al-Houthi menyerukan warga Yaman untuk berbaris pada hari Senin dalam menentang AS.

    Menanggapi eskalasi terbaru di sepanjang rute perdagangan maritim, PBB telah mendesak kedua belah pihak untuk “menghentikan semua aktivitas militer”.

    Houthi yang didukung Iran telah menyerang Israel dan pengiriman Laut Merah selama perang Gaza, dengan mengklaim bertindak sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina.

    Sebelum penargetan kelompok kapal induk AS akhir pekan ini, Houthi belum pernah mengklaim serangan di Laut Merah dan Teluk Aden sejak 19 Januari, ketika gencatan senjata dimulai di Jalur Gaza.

    Kelompok itu mengatakan pihaknya meluncurkan kembali serangannya atas penghentian bantuan kemanusiaan Israel ke Gaza, dan akan “beralih ke opsi eskalasi tambahan” jika “agresi Amerika terhadap negara kami berlanjut”.

    (*)

  • Ramai Aktivis Menolak RUU TNI, Ini Sejarah dan Kontroversi Dwifungsi ABRI

    Ramai Aktivis Menolak RUU TNI, Ini Sejarah dan Kontroversi Dwifungsi ABRI

    Bisnis.com, JAKARTA — Sebanyak 34 organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam Koalisi masyarakat sipil untuk Advokasi HAM Internasional (HRWG) menolak pembahasan revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI). 

    Direktur Eksekutif Human Rights Working Group (HRWG) Daniel Awigra ada banyak substansi dalam RUU TNI yang berpotensi mengabaikan Prinsip Pemisahan Fungsi Militer-Sipil.

    Menurutnya, keterlibatan TNI dalam program pembangunan dan keamanan dalam negeri melanggar Prinsip-Prinsip Dasar PBB tentang Peran Militer, yang ditegaskan kembali dalam rekomendasi UPR 2017.  

    Termasuk akan adanya ancaman terhadap Prinsip PBB tentang bisnis dan HAM Kegagalan revisi UU TNI menghapus bisnis militer bertentangan dengan UN Guiding Principles on Business and Human Rights dan rekomendasi UPR agar Indonesia menghentikan eksploitasi sumber daya alam oleh aktor militer.  

    “Pasal-pasal revisi UU TNI yang melegalkan intervensi TNI dalam urusan sipil, misalnya program TNI Manunggal Membangun Desa dan operasi keamanan domestik, mengembalikan praktik dwifungsi yang menjadi ciri represif Orde Baru,” ujarnya.

    Padahal, dia melanjutkan UU No 34/2004 telah membatasi peran TNI hanya untuk pertahanan eksternal. Menurutnya, dwifungsi militer terbukti menjadi akar pelanggaran HAM, korupsi, dan kontrol militer atas politik sipil pada masa lalu.  

    “Revisi UU TNI ini tidak hanya merusak agenda reformasi sektor keamanan, tetapi juga menjadikan Indonesia sebagai pembangkang terhadap komitmen HAM internasional,” imbuhnya.

    Lantas Apa Itu Dwifungsi ABRI?

    Sekadar catatan, pembatasan ruang gerak militer untuk menduduki jabatan sipil sejatinya merupakan buah dari reformasi. Salah satu tuntutan reformasi pada 1998 adalah penghapusan Dwifungsi ABRI.

    Dwifungsi ABRI adalah salah satu doktrin militer yang telah hidup sejak era Bung Karno dan menjadi kekuatan mapan pada era rezim Suharto. Pelopor Dwifungsi ABRI atau militer adalah Jenderal AH Nasution.

    Harold Crouch (1999) dalam buku Militer dan Politik di Indonesia menulis bahwa hubungan militer dan politik tidak pernah dipisahkan di Indonesia. Dia mengatakan bahwa pada masa revolusi kemerdekaan yang  berlangsung dari 1945-1949, tentara terlibat aktif dalam tindakan politik maupun militer.

    “Tiadanya tradisi yang apolitis di kalangan tentara lebih memudahkan memainkan pemimpin tentara memainkan peran mereka semacam revolusi,“ tulis Crouch.

    Tentara kemudian berperan dalam banyak bidang. Di bidang ekonomi, banyak perwira militer yang berperan di sana. Tentara pada era demokrasi liberal, juga memiliki wadah politik termasuk memiliki hak suara dalam Pemilu 1955. Pada perkembangannya, terutama setelah penerapan Demokrasi Terpimpin pada 1959, tentara menjadi kekuatan penyeimbang di pemerintahan.

    Tentara menjadi lawan kubu kiri yakni komunis (PKI) dalam tarik menarik pengaruh kepentingan, khususnya di lingkaran kekuasaan Sukarno. Peristiwa G30S 1965, yang ditandai oleh tindakan pasukan pengaman presiden alias Cakrabirawa menculik dan membunuh jenderal-jenderal Angkatan Darat, membalikkan keadaan.

    Kubu komunis kemudian terpental dari lingkaran kekuasaan. Elite-elitenya dibabar habis. Pengikutnya diburu dan dibantai oleh gelombang ’serangan balasan’ milisi dan militer secara langsung. Peneliti asal Australia Robert Crib menulis bahwa, jumlah korban tewas beragam, namun angka paling optimistis ada di angka 1 juta orang.

    Orde Baru dan Dwifungsi ABRI

    Setelah 1965, militer berhasil menguasai keadaan. Mereka mengendalikan kehidupan masyarakat sipil. Wacana atau diskursus dibatasi. Suharto, jenderal AD yang pada waktu itu menjabat sebagai Pangkostrad, naik ke tampuk kekuasaan. Dia dilantik sebagai presiden menggantikan Sukarno pada 1967. Lahirlah Orde Baru.

    Dwifungsi ABRI menapaki wajah yang paling sempurna. Peran militer tidak terbatas ekonomi dan kaki tangan kekuasaan, bahkan penguasa tertinggi dari pemerintahan sipil pada waktu itu adalah seorang jenderal Angkatan Darat.

    Banyak penulis, salah satunya Max Lane dalam Unfinished Nation; Indonesia Before and After Suharto menyoroti menguatnya peran militer dalam politik Indonesia. Tokoh-tokoh militer memiliki jabatan strategis. Ali Moertopo salah satunya. Dia adalah orang yang menanamkan fondasi-fondasi penting Orde Baru.

    Salah satu strategi Ali Moertopo untuk memisahkan masyarakat dengan politik adalah dengan strategi massa mengambang. Partai-partai disederhanakan menjadi tiga. Gerakan pembangunan berlangsung massif.

    Di sisi lain jabatan-jabatan menteri hingga kepala daerah banyak diisi oleh orang-orang militer. Dwifungsi ABRI runtuh setelah munculnya gerakan demokratisasi pada 1998. Suharto tumbang. Pada tahun 2004 lahir UU TNI yang memisahkan peran TNI dalam kehidupan sipil. TNI kembali ke barak.

    Namun demikian, setelah 20 tahun berlalu, ada upaya untuk membangkitkan kembali ’dwifungsi ABRI’. Perwira-perwira TNI aktif mulai mengisi jabatan sipil. Sementara itu, di DPR kini telah bergulir amandemen UU TNI yang dikhawatirkan kembali membawa militer untuk mengurus persoalan masyarakat sipil.

    Penjelasan Mabes TNI 

    Sementara itu, Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayjen TNI Hariyanto mengatakan mekanisme dan kriteria penempatan prajurit aktif di kementerian dan lembaga (K/L) akan diatur ketat dalam Rancangan Undang-Undang tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI atau RUU TNI. 

    Menurutnya, penempatan prajurit aktif di luar institusi TNI harus sesuai dengan kebutuhan nasional dan tidak mengganggu prinsip netralitas TNI.

    “Penempatan prajurit aktif di luar institusi TNI akan diatur dengan ketat agar tetap sejalan dengan kepentingan nasional dan tidak menimbulkan tumpang tindih kewenangan,” kata Hariyanto dikutip dari Antara, Senin (17/3/2025). 

    Lebih lanjut, dia menyebut rumusan perubahan dalam RUU TNI menyangkut perpanjangan batas usia pensiun prajurit juga didasarkan atas meningkatnya usia harapan hidup masyarakat Indonesia.

    Pasalnya, kata dia, aturan mengenai batas usia pensiun dilihat dari harapan hidup orang Indonesia yang semakin panjang dan produktif sehingga masih dapat berkontribusi bagi negara, sekaligus menjaga keseimbangan regenerasi dalam tubuh TNI.

    “Kami melihat bahwa penyesuaian batas usia pensiun dapat menjadi solusi agar prajurit yang masih memiliki kemampuan optimal tetap bisa mengabdi, tanpa menghambat regenerasi kepemimpinan di TNI,” ujarnya.

    Dia menuturkan bahwa RUU TNI bertujuan menyempurnakan tugas pokok TNI agar lebih efektif tanpa tumpang tindih dengan institusi lain maupun dalam menghadapi ancaman militer dan nonmiliter.

    Untuk itu, dia menyebut RUU TNI menjadi langkah strategis untuk memperkuat pertahanan negara dan meningkatkan profesionalisme prajurit. “Revisi UU TNI adalah kebutuhan strategis agar tugas dan peran TNI lebih terstruktur serta adaptif terhadap tantangan zaman,” ucapnya.

    Dia pun menegaskan bahwa revisi UU TNI menjunjung tinggi supremasi sipil, sebagaimana pernyataan yang disampaikan Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto saat rapat bersama Komisi I DPR, Jakarta, Kamis (13/3).

    TNI berkomitmen menjaga keseimbangan peran militer dan otoritas sipil dengan tetap mempertahankan prinsip supremasi sipil, serta profesionalisme militer dalam menjalankan tugas pokoknya

    Dia mengajak pula masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh berita yang sarat kebencian dan fitnah terkait pembahasan RUU TNI. “TNI mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjaga persatuan dan tidak mudah diadu domba. Stabilitas nasional harus tetap kita jaga bersama,” kata dia.

  • Soal Houthi, Iran Ingatkan AS Tak Berhak Dikte Kebijakan Luar Negeri!

    Soal Houthi, Iran Ingatkan AS Tak Berhak Dikte Kebijakan Luar Negeri!

    Teheran

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi menegaskan Amerika Serikat (AS) tidak memiliki wewenang untuk mendikte kebijakan luar negeri negaranya, setelah Presiden Donald Trump mendesak Teheran untuk menghentikan dukungan terhadap kelompok Houthi yang bermarkas di Yaman.

    “Pemerintah Amerika Serikat tidak memiliki wewenang, atau urusan, mendikte kebijakan luar negeri Iran,” tegas Araghchi dalam pernyataan via media sosial X, seperti dilansir AFP, Senin (17/3/2025).

    Araghchi, dalam pernyataannya, menyebut masa ketika Washington dalam mendikte kebijakan luar negeri Teheran telah berakhir tahun 1979 silam, ketika Revolusi Islam Iran menggulingkan shah yang didukung Barat.

    Lebih lanjut, Araghchi balik mendesak AS untuk menghentikan “pembunuhan orang-orang Yaman”.

    Araghchi merujuk pada serangan udara AS baru-baru ini yang menargetkan Houthi di Yaman. Otoritas kesehatan Yaman, yang dikuasai Houthi, melaporkan sedikitnya 53 orang, termasuk lima anak-anak, tewas akibat serangan udara AS di wilayah Yaman.

    Ini menjadi operasi militer terbesar AS di kawasan Timur Tengah sejak Presiden Donald Trump menjabat pada Januari lalu.

    Trump dalam pernyataannya pada Sabtu (15/3) mengatakan AS telah melancarkan “tindakan militer yang tegas dan kuat” untuk mengakhiri ancaman terhadap pelayaran di Laut Merah oleh Houthi. Trump juga menuntut agar dukungan Iran terhadap Houthi “harus segera diakhiri”.

    Seorang pejabat Washington, yang enggan disebut namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa operasi militer itu mungkin berlanjut selama berminggu-minggu.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baqaei, dalam pernyataan terpisah, “mengutuk keras serangan udara brutal oleh AS” dan menyebut serangan itu sebagai “pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB”.

    Houthi yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman selama lebih dari satu dekade terakhir, merupakan bagian dari “poros perlawanan” yang pro-Iran dan melawan Israel serta AS. Houthi menyerang Israel dan jalur pelayaran internasional Laut Merah sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Sementara itu, kepala Garda Revolusi Iran Hossein Salami menegaskan: “Iran tidak akan mengobarkan perang, tetapi jika ada yang mengancam, Iran akan memberikan tanggapan yang tepat, tegas dan konklusif.”

    Dia menyebut Houthi sebagai “perwakilan rakyat Yaman” dan menyatakan bahwa kelompok itu membuat “keputusan strategis dan operasional” secara independen.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Diingatkan Trump untuk Setop Dukung Houthi, Iran Ancam Lakukan Ini!

    Diingatkan Trump untuk Setop Dukung Houthi, Iran Ancam Lakukan Ini!

    Jakarta

    Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) mengancam akan memberikan respons “tegas” terhadap serangan apa pun. Ini disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan serangkaian serangan udara terhadap Houthi dan memperingatkan Teheran agar berhenti mendukung kelompok militan yang berbasis di Yaman tersebut.

    Sebelumnya pada hari Sabtu (15/3) lalu, Trump mengatakan Amerika Serikat telah meluncurkan “tindakan militer yang tegas dan kuat” untuk mengakhiri ancaman Houthi terhadap kapal-kapal pengiriman di Laut Merah. Trump juga memperingatkan agar dukungan Iran terhadap Houthi “harus segera diakhiri.” Seorang pejabat kesehatan Houthi mengatakan serangan AS tersebut telah menewaskan 31 orang.

    Dilansir Al Arabiya dan AFP, Senin (17/3/2025), dalam pidato yang disiarkan televisi pada hari Minggu (16/3), Kepala IRGC, Hossein Salami mengecam ancaman Trump tersebut, dengan menambahkan bahwa “Iran tidak akan berperang, tetapi jika ada yang mengancam, Iran akan memberikan respons yang tepat, tegas, dan konklusif.”

    Komandan tersebut menyebut Houthi sebagai “perwakilan Yaman,” dan menambahkan bahwa kelompok tersebut membuat “keputusan strategis dan operasional” secara independen.

    Sebelumnya pada bulan Januari 2020, selama masa jabatan pertama Trump sebagai presiden, militer AS menewaskan komandan pasukan operasi luar negeri IRGC, Qassem Soleimani, dalam serangan drone di Baghdad, ibu kota Irak.

    Beberapa hari kemudian, Iran membalas dengan menembakkan rudal ke pangkalan-pangkalan di Irak yang menampung pasukan Amerika dan pasukan koalisi lainnya. Tidak ada personel AS yang tewas, tetapi Washington mengatakan puluhan orang menderita cedera otak traumatis.

    Sebelumnya pada hari Minggu (16/3) lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baqaei “mengutuk keras serangan udara brutal oleh AS” dalam sebuah pernyataan, mengecamnya sebagai “pelanggaran berat terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB.”

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi kemudian mengatakan bahwa Washington “tidak memiliki wewenang” untuk mendikte kebijakan luar negeri Republik Islam tersebut.

    “Pemerintah Amerika Serikat tidak memiliki wewenang, atau urusan, untuk mendikte kebijakan luar negeri Iran,” kata Menlu Iran tersebut dalam postingan di media sosial X, sambil mendesak Amerika Serikat untuk menghentikan “pembunuhan orang-orang Yaman.”

    Araghchi mengatakan masa ketika Washington dapat mendikte kebijakan luar negeri Teheran berakhir pada tahun 1979, ketika revolusi Islam menggulingkan Shah yang didukung Barat.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Semakin Lama Penghentian Bantuan ke Gaza, Semakin Buruk Konsekuensinya

    Gaza Hadapi Krisis Kemanusiaan Parah di Tengah Blokade Total oleh Israel

    PIKIRAN RAKYAT – Selama 15 hari berturut-turut, pasukan Israel menutup dua penyeberangan yaitu Karm Abu Salem dan Beit Hanoun di Jalur Gaza. Penutupan yang dilakukan Israel telah menyebabkan blokade total.

    Bantuan-bantuan kemanusiaan yang seharusnya bisa masuk ke Jalur Gaza harus tertahan. Hal ini membuat warga di Jalur Gaza dalam situasi yang sulit di tengah gencatan senjata.

    Keputusan Israel dalam menutup titik penyeberangan dan menghentikan arus bantuan kemanusiaan telah menuai reaksi keras dari dunia internasional. Pemerintah dan organisasi internasional mengeluarkan peringatan mendesak.

    Pasalnya, blokade yang terus berlanjut ini berpotensi menimbulkan bencana kelaparan yang semakin meluas di Jalur Gaza.

    Selain itu, kesewenang-wenangan Israel juga semakin memperburuk situasi kemanusiaan di Jalur Gaza. Harga barang-barang pokok serta komoditas naik secara drastis dan banyak produk yang telah lenyap dari pasaran.

    Pada Minggu lalu, tiga puluh pakar independen dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan Israel melanjutkan “militerisasi kelaparan” di Jalur Gaza. Juga, mereka menyebut Israel “Mengambil keputusan untuk melanggar perjanjian gencatan senjata dan menangguhkan masuknya bantuan kemanusiaan”.

    Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Wilayah Palestina, Francesca Albanese, menyatakan Israel tetap berkewajiban untuk memastikan kebutuhan dasar warga di Jalur Gaza terpenuhi.

    “Israel tetap berkewajiban untuk memastikan penyediaan makanan yang memadai, pasokan medis, dan layanan bantuan lainnya,” katanya dilaporkan WAFA.

    Sementara itu, para ahli PBB menilai bahwa Israel dengan sengaja menghentikan pasokan vital, termasuk alat bantu bagi penyandang disabilitas, Israel sekali lagi menggunakan bantuan sebagai senjata.

    Update jumlah korban tewas

    Otoritas kesehatan setempat menyatakan lebih dari 48.543 warga di Jalur Gaza yang tewas. Mayoritas adalah wanita dan anak-anak, sejak genosida Israel dimulai pada Oktober 2023.

    Korban tewas terus bertambah sampai saat ini meski Palestina dan Israel tengah dalam kondisi gencatan senjata. Israel masih melakukan serangan yang melanggar perjanjian gencatan senjata.

    Selama 48 jam terakhir, rumah sakit di Gaza telah menerima jenazah atau sisa-sisa 12 korban setelah ditarik keluar dari reruntuhan, selain enam kematian yang baru dilaporkan.

    Jumlah korban luka juga meningkat menjadi 111.981. Sementara itu, banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan, sementara tim tanggap darurat tidak dapat menjangkau mereka.

    Meskipun gencatan senjata di Gaza mulai berlaku pada tanggal 19 Januari, korban terus dilaporkan di berbagai bagian wilayah tersebut sejak gencatan senjata tersebut diberlakukan, karena Israel terus melanggar perjanjian tersebut.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News