partai: PBB

  • VIDEO: Pembuatan Model 3-Dimensi dari Limbah Plastik

    VIDEO: Pembuatan Model 3-Dimensi dari Limbah Plastik

    Sampah plastik menyumbang 10 hingga 12 persen dari seluruh limbah padat di Kenya, menurut Program Lingkungan PBB. Sebuah perusahaan teknologi Kenya mendaur ulang limbah plastik itu untuk mencetak model 3-dimensi yang membantu pendidikan mahasiswa arsitektur sekaligus mengurangi kerusakan lingkungan.

    Ringkasan

  • Duel dengan AS, Bisakah Iran Pukul Balik?

    Duel dengan AS, Bisakah Iran Pukul Balik?

    Jakarta

    Ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat terus meningkat. Pada hari Senin (31/3), Iran mengajukan keluhan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai pernyataan “tanpa pertimbangan dan agresif” dari Presiden AS Donald Trump, yang dianggapnya sebagai “pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional.”

    Trump sehari sebelumnya mengancam Iran dengan serangan bom. Jika Teheran tidak menyetujui kesepakatan baru untuk membatasi program nuklirnya, “akan ada pemboman”. “Pemboman yang belum pernah mereka saksikan sebelumnya,” ancam Trump lewat saluran media NBC AS.

    Mendengar ancaman itu, Teheran panas. Pemimpin spiritual dan politik Iran, Ayatollah Ali Khamenei, memperingatkan bahwa jika AS menyerang, akan ada respons yang tegas. Jika ancaman Washington menjadi kenyataan, “pasti akan ada serangan balasan yang hebat.”

    Skenario perang yang penuh ledakan

    Selama 18 bulan terakhir sejak meletusnya perang regional di Timur Tengah, strategi gertakan Iran tampaknya kehilangan kredibilitas, ujar ahli pengendalian senjata dan kepala penelitian di Geneva Graduate Institute, Swiss Dr. Farzan Sabet. Namun demikian, Teheran masih memiliki kekuatan militer yang signifikan, ujar Sabet dalam wawancara dengan DW.

    Dengan roket, drone, dan operasi tidak teratur dalam kerangka “Sumbu Perlawanan”, Iran bisa menyebabkan kehancuran besar jauh di luar perbatasannya.

    Salah satu kemungkinan sasaran serangan semacam itu bisa saja adalah pangkalan militer Amerika di luar Amerika Serikat (AS).

    Komandan Angkatan Udara dan Antariksa Pasukan Pengawal Revolusi Islam, Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh juga mengatakan pada hari Senin (31/3): “Amerika Serikat memiliki setidaknya sepuluh pangkalan di sekitar Iran dengan lebih dari 50.000 tentara. Jadi, mereka berada dalam rumah kaca.”

    Diego Garcia adalah satu-satunya wilayah Inggris yang tersisa di Samudra Hindia. Tidak ada bedanya apakah pasukan Inggris atau Amerika yang terkena dampaknya. Faktor yang menentukan adalah, apakah pangkalan militer itu akan digunakan untuk operasi militer terhadap Iran.

    “Kami akan terpaksa mengembangkan senjata nuklir”

    Iran, jika terjadi serangan, “tidak akan memiliki pilihan lain” selain mengembangkan senjata nuklir, papar penasihat Ayatollah Khamenei, Ali Larijani, pada Senin (31/03) malam di televisi negara. Larijani kembali menegaskan kesiapan Iran untuk eskalasi lebih lanjut secara terbuka.

    “Kami tidak mengejar senjata nuklir. Tetapi jika kalian membuat kesalahan dalam masalah nuklir Iran, kalian akan memaksa Iran untuk melakukannya, karena negara ini harus membela diri,” ujar Larijani.

    Ia menambahkan: “Apapun perhitungan kalian, itu tidak ada dalam kepentingan kalian. Dan kami mengatakan bahwa alih-alih memerangi Iran, Amerika harus menemukan jalan lain dan mengubah perilakunya untuk selamanya.”

    Pemerintah AS dan negara-negara Barat lainnya serta Israel berusaha mencegah Republik Islam Iran, yang dipimpin oleh ulama Syiah, mengembangkan senjata nuklirnya.

    Pada masa jabatan pertamanya, Presiden AS Donald Trump pada 2018 secara sepihak menarik diri dari “Perjanjian Nuklir Wina” yang bertujuan membatasi program nuklir Iran dan secara bertahap menghapus sanksi sebagai imbalannya. Akibatnya, Teheran juga tidak lagi mematuhi ketentuan perjanjian tersebut.

    Secara resmi, Iran tetap menegaskan bahwa penelitian nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pernyataan yang kontradiktif dari pejabat-pejabat Iran muncul.

    Sementara beberapa orang menyerukan penyesuaian kebijakan nuklir, yang lain secara terbuka mengisyaratkan kemungkinan pengembangan senjata nuklir.

    Semua sanksi terhadap Teheran dapat diberlakukan kembali

    “Dalam konflik militer dengan Iran, AS pasti akan menang,” ucap Farzan Sabet.

    “Namun, kemenangan semacam itu akan memerlukan tindakan militer yang luas dan berkepanjangan, dengan kerugian besar bagi AS dan kemungkinan serangan terhadap sekutu-sekutu AS serta aset strategis mereka. Dengan demikian, perang ini akan sangat mempengaruhi perekonomian dunia. Saya rasa Presiden Trump tidak menginginkan konflik semacam itu. Ia kemungkinan besar akan terlebih dahulu memilih semua opsi lain seperti sanksi baru di Dewan Keamanan PBB sebelum memicu konflik bersenjata yang lebih serius,” paparnya lebih lanjut.

    Meski retorika tajam terdengar di ruang publik, tampaknya ada pergerakan diplomatik di balik layar. Presiden AS Trump telah menulis surat kepada Khamenei pada awal Maret, yang menandakan kesiapan untuk negosiasi.

    Pimpinan Iran mengonfirmasi pada 27 Maret bahwa mereka telah merespons surat tersebut. Meskipun mereka tetap menolak percakapan langsung dengan Washington. Presiden Massud Peseschkian mengungkapkan kesiapan untuk negosiasi tidak langsung. Namun, percakapan semacam itu akan memakan waktu, rumit, dan melelahkan.

    Waktu untuk deeskalasi tidak banyak tersisa bagi Iran. Hingga Oktober 2025, setiap penandatangan Perjanjian Nuklir dengan Iran dapat mengaktifkan klausul snapback dan secara otomatis memberlakukan kembali semua sanksi terhadap Teheran.

    Klausul snapback merujuk pada sebuah ketentuan dalam suatu perjanjian internasional yang memungkinkan pihak-pihak yang terlibat untuk secara otomatis mengembalikan kondisi atau sanksi yang berlaku sebelumnya jika salah satu pihak melanggar perjanjian tersebut.

    *Diadaptasi dari artikel berbahasa Jerman

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Akui Keliru Bunuh Belasan Tenaga Kesehatan di Gaza, Video Bantah Klaim Israel – Halaman all

    Israel Akui Keliru Bunuh Belasan Tenaga Kesehatan di Gaza, Video Bantah Klaim Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengakui bahwa mereka telah melakukan kesalahan karena membunuh 15 tenaga kesehatan (nakes) di Jalur Gaza pada 23 Maret lalu.

    Meskipun demikian, IDF mengklaim bahwa beberapa nakes tersebut memiliki hubungan dengan kelompok Hamas.

    Peristiwa tragis ini terjadi di dekat Kota Rafah, Gaza selatan.

    Awalnya konvoi ambulans dari Bulan Sabit Palestina (PRCS), sebuah mobil PBB, dan truk pemadam kebakaran dari Pertahanan Sipil Gaza ditembaki oleh IDF.

    Menurut laporan BBC, Israel mengklaim bahwa IDF melepaskan tembakan karena konvoi tersebut mendekat dengan mencurigakan dan tidak menyalakan lampu depan.

    Namun, klaim tersebut terbantahkan oleh rekaman ponsel salah satu nakes yang tewas.

    Video yang dibagikan oleh The New York Times menunjukkan kendaraan tersebut memiliki lampu dan sedang dalam perjalanan untuk membantu korban luka.

    Pernyataan IDF dan Bukti Rekaman

    Pada hari Sabtu, IDF menyampaikan pernyataan kepada wartawan yang bahwa mereka sebelumnya menembaki sebuah mobil yang diduga berisi tiga anggota Hamas.

    Ketika ambulans mendekati lokasi, pemantau udara melaporkan bahwa konvoi kendaraan tersebut tampak mencurigakan.

    IDF berasumsi bahwa mereka sedang terancam dan melepaskan tembakan.

    Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa nakes tersebut memegang senjata.

    Akan tetapi, pernyataan Israel itu terbantahkan oleh rekaman dari ponsel salah satu nakes yang tewas. Rekaman tersebut memperlihatkan kendaraan-kendaraan itu memliki lampu. Para nakes menjawab panggilan untuk membantu korban luka.

    Awalnya video tersebut dibagikan oleh The New York Times. Video itu memperlihatkan kendaraan melaju. Lalu, tanpa ada peringatan, kendaraan itu mulai ditembaki.

    Video itu berdurasi sekitar 5 menit. Seorang nakes yang bernama Refat Radwan terdengar mengucapkan doa terakhirnya sebelum para tentara Israel mendekati kendaraan.

    Pejabat Israel juga mengakui bahwa laporan mengenai kendaraan yang mendekat tanpa lampu adalah tidak akurat.

    Penemuan Jenazah dan Tanggapan Internasional

    Jenazah 15 nakes tersebut ditemukan seminggu setelah peristiwa tersebut, setelah badan internasional mengalami kesulitan untuk membuat perlintasan aman ke area tersebut.

    Tim bantuan menemukan ponsel Radwan yang berisi rekaman kejadian.

    Beberapa laporan menyebutkan bahwa nakes sempat diborgol sebelum tewas, namun pejabat militer Israel membantahnya.

    IDF berjanji untuk melakukan penyelidikan menyeluruh terkait insiden ini.

    Bulan Sabit Merah dan organisasi internasional lainnya juga meminta adanya penyelidikan independen.

    Menurut laporan The Times of Israel, PBB mencatat bahwa setidaknya 1.060 nakes telah tewas di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Penembakan terhadap nakes ini terjadi lima hari setelah Israel melanjutkan serangan di Gaza, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk melanjutkan gencatan senjata ke tahap kedua.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Iran Tolak Negosiasi Langsung dengan AS Soal Program Nuklir

    Iran Tolak Negosiasi Langsung dengan AS Soal Program Nuklir

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menolak negosiasi langsung dengan Amerika Serikat dan menyebutnya sebagai “tidak berarti”. Hal ini disampaikan setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan ia lebih suka pembicaraan langsung dengan republik Islam tersebut.

    Bulan lalu, Trump meminta Teheran untuk mengadakan negosiasi mengenai program nuklirnya dengan Washington, tetapi mengancam akan mengebom Iran jika diplomasi gagal.

    Pada hari Kamis lalu, presiden AS tersebut mengatakan ia lebih suka mengadakan “pembicaraan langsung” dengan Iran.

    “Saya pikir itu berjalan lebih cepat dan Anda memahami pihak lain jauh lebih baik daripada jika Anda menggunakan perantara,” katanya.

    Namun pada hari Minggu (6/4), Araghchi mengatakan “negosiasi langsung tidak akan berarti apa-apa dengan pihak yang terus-menerus mengancam akan menggunakan kekerasan yang melanggar Piagam PBB dan yang menyatakan posisi yang bertentangan dari berbagai pejabatnya”.

    “Kami tetap berkomitmen pada diplomasi dan siap untuk mencoba jalur negosiasi tidak langsung,” tambahnya, menurut pernyataan kementerian luar negeri Iran.

    Sebelumnya pada hari Sabtu lalu, Presiden Iran Masoud Pezeshkian mengatakan negaranya bersedia untuk terlibat dalam dialog dengan AS “dengan kedudukan yang setara”.

    Ia juga mempertanyakan ketulusan Washington dalam menyerukan negosiasi, dengan mengatakan “jika Anda menginginkan negosiasi, lalu apa gunanya mengancam?”

    Diketahui bahwa negara-negara Barat, yang dipimpin oleh Amerika Serikat, selama beberapa dekade menuduh Teheran berusaha memperoleh senjata nuklir.

    Iran menolak tuduhan tersebut dan menegaskan bahwa aktivitas nuklirnya semata-mata ditujukan untuk tujuan sipil.

    Pada hari Sabtu, Hossein Salami, kepala Korps Garda Revolusi Islam, mengatakan negaranya “siap” untuk perang.

    “Kami sama sekali tidak khawatir tentang perang. Kami tidak akan menjadi pemrakarsa perang, tetapi kami siap untuk perang apa pun,” demikian kantor berita resmi Iran, IRNA melaporkan pernyataannya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Serangan dan Pemindahan Paksa: Warga Palestina Terjepit di Tanah Sendiri – Halaman all

    Serangan dan Pemindahan Paksa: Warga Palestina Terjepit di Tanah Sendiri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel telah membatasi akses warga Palestina ke sekitar dua pertiga wilayah Gaza dengan menetapkan sebagian besar kawasan tersebut sebagai zona terlarang, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

    Menurut laporan Al Jazeera, salah satu daerah yang terdampak adalah Rafah, di mana Israel mengeluarkan perintah pemindahan baru pada 31 Maret 2025, dengan peringatan akan adanya serangan militer yang lebih besar.

    Pembatasan ini juga mencakup bagian dari Kota Gaza.

    Pada Jumat pagi, 4 April 2025, pasukan Israel melancarkan serangan darat baru di Kota Gaza untuk memperluas apa yang mereka sebut sebagai zona keamanan.

    Kejadian ini memicu gelombang pengungsian massal terbesar selama konflik ini, yang memaksa ratusan ribu warga Palestina yang sebelumnya sudah mengungsi untuk kembali meninggalkan tempat tinggal mereka.

    Perjuangan terbesar yang dihadapi warga Palestina saat ini adalah pengungsian.

    Abu Hazem Khalef, seorang pria lanjut usia yang mengungsi dari wilayah timur Kota Gaza, menyatakan, “Kami dipaksa pergi dan kami bahkan tidak tahu harus ke mana.”

    JALUR GAZA – Peta Jalur Gaza yang dirilis OCHA PBB pada 4 April 2025, memperlihatkan zona terlarang. OCHA menyebut dua pertiga wilayah Jalur Gaza berada di bawah perintah pengungsian Israel atau di zona terlarang, semua penyeberangan ditutup. (X OCHA OPT (Palestine)/@ochaopt)

    Sementara itu, Mahmoud al-Gharabli, warga Palestina lainnya, menambahkan, “Kami kelelahan dan benar-benar hancur.” Banyak yang mencari tempat yang aman untuk mendirikan tenda, tetapi tidak jelas kemana mereka harus pergi.

    Serangan militer tersebut dilakukan setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengancam akan meningkatkan tekanan militer terhadap Hamas.

    Kembali pada Jumat, pasukan Israel melancarkan serangan udara besar-besaran yang menewaskan sedikitnya 38 orang, sementara serangan sehari sebelumnya menyebabkan 112 kematian, mayoritas diantaranya perempuan dan anak-anak.

    Kondisi di Rumah Sakit al-Ahli di Kota Gaza sangat memprihatinkan, dengan laporan dari Al Jazeera menyebutkan bahwa banyak mayat tergeletak di lantai, dan dokter merasa tak berdaya dalam menyelamatkan nyawa.

    Gencatan Senjata Runtuh

    Israel melanjutkan serangannya ke Gaza sejak 18 Maret 2025, mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua bulan.

    Upaya perundingan dengan Hamas untuk mencapai kesepakatan lebih lanjut mengalami kebuntuan.

    Netanyahu menuntut agar Hamas membebaskan 59 sandera Israel yang tersisa sebagai imbalan untuk tahanan Palestina dan bantuan kemanusiaan.

    Namun, Israel menolak untuk berkomitmen mengakhiri perang atau menarik pasukannya dari Gaza.

    Netanyahu juga menuntut agar Hamas melucuti senjatanya, sebuah syarat yang disebut oleh Hamas sebagai garis merah.

    Sementara itu, Hamas mengusulkan untuk kembali ke kerangka gencatan senjata tiga tahap yang telah disepakati sebelumnya dan menawarkan pembebasan seluruh sandera secara bersamaan sebagai imbalan untuk gencatan senjata permanen.

    Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, lebih dari 50.523 warga Palestina telah tewas dan sekitar 114.638 orang mengalami luka-luka.

    Di sisi lain, sebanyak 1.139 orang tewas di Israel akibat serangan Hamas, dengan lebih dari 200 orang masih disandera.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Gunakan 12 Bahasa, Mantan Wapres Amerika Serikat Al Gore Latih Generasi Tanggap Iklim Indonesia – Halaman all

    Gunakan 12 Bahasa, Mantan Wapres Amerika Serikat Al Gore Latih Generasi Tanggap Iklim Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – The Climate Reality Project Indonesia bersama Al Gore menjadi tuan rumah Climate Reality Leadership Corps Training di Studio Produksi Film Negara, Jakarta. 

    Program ini diikuti oleh 200 peserta lintas generasi terpilih dari 18 kota di Indonesia. 
     
    “Pelatihan offline Climate Reality merupakan yang kedua kalinya dilaksanakan di Jakarta, setelah sebelumnya pada 2011. Acara yang diadakan sepanjang hari mencakup diskusi bersama para pegiat, dan mengikuti rekaman siaran presentasi utama Al Gore dari Paris,” ujar Direktur The Climate Reality Project Indonesia, Amanda Katili Niode, Ph.D., melalui keterangan tertulis, Sabtu (5 /4/2025).

    “Juga refleksi 10 tahun Persetujuan Paris tentang Perubahan Iklim yang dimoderatori Al Gore, bersama Christiana Figueres dan Laurence Tubiana, dua tokoh kunci di balik keberhasilan tercapainya Persetujuan Paris 2015,” tambahnya. 

    Pelatihan di Studio Produksi Film Negara ini membahas konten yang berfokus pada tantangan dan peluang lokal, dan dihadiri oleh Jamiah Adams, Senior Vice President Diversity & Justice The Climate Reality Project dari Amerika Serikat, serta Dr. Kartini Sjahrir, patron Climate Reality Indonesia. 

    Narasumber termasuk Andhyta Firselly Utami, Founder & CEO Think Policy; Jerhemy Owen Wijaya, environmental content creator; dan Marrysa Tunjung Sari, fotografer dan penulis.

    “Untuk pertama kalinya, Al Gore menyampaikan presentasi ikoniknya dalam 12 bahasa sekaligus dengan menggunakan teknologi kecerdasan buatan (AI) mutakhir, sehingga memungkinkan lebih banyak orang dari seluruh dunia memahami krisis iklim dan solusinya,” katanya. 

    Acara berdurasi satu hari ini merupakan bagian dari The Reality Tour 2025 yaitu serangkaian pelatihan dan kampanye global selama satu tahun untuk membangun kemauan politik, momentum publik, dan ambisi komitmen iklim menjelang Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim, COP30 UNFCCC, bulan November di Brasil.
     
    Sejak didirikan pada 2006, The Climate Reality Project telah melatih lebih dari 50.000 pemimpin iklim di 190 negara, termasuk lebih dari 1.050 di Indonesia. 

    Jaringan globalnya kini mencakup hampir 4 juta orang. Pelatihan ini dirancang untuk membekali peserta dengan pengetahuan, keterampilan, dan jejaring untuk mendorong aksi kolektif menghadapi krisis iklim.

    “Ini saatnya kita menghidupkan kembali kepemimpinan global untuk mengatasi krisis iklim. The Reality Tour 2025 bertujuan membangun kekuatan kolektif masyarakat agar berani menyuarakan kebenaran dan mendorong aksi iklim yang lebih ambisius,” kaya Al Gore.

    Riefian Fajarsyah (Ifan), Direktur Utama Produksi Film Negara (PFN) yang turut mendukung agenda ini. 

    “PFN Heritage merupakan ruang yang dapat digunakan untuk acara-acara seperti ini. Kami senang dapat menjadi bagian dari upaya peningkatan kesadaran iklim melalui pelatihan di PFN,” kata Ifan. 

    Setelah pelatihan, peserta menjadi bagian dari Climate Reality Leadership Corps, jaringan global yang mendorong peralihan menuju masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan. 

    Para alumni memperoleh akses pendampingan, jejaring, serta sumber daya untuk upaya advokasi mereka.

  • PBB: Israel Ubah Dua Pertiga Wilayah Gaza Menjadi Zona Terlarang – Halaman all

    PBB: Israel Ubah Dua Pertiga Wilayah Gaza Menjadi Zona Terlarang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel membatasi akses warga Palestina ke sekitar dua pertiga wilayah Gaza dengan menetapkan sebagian besar wilayah sebagai zona terlarang atau melalui perintah pemindahan paksa.

    Hal itu disampaikan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

    Mengutip Al Jazeera, salah satu wilayah yang termasuk dalam zona terlarang tersebut adalah Rafah.

    Di Rafah, militer Israel mengeluarkan perintah pemindahan baru pada 31 Maret lalu, dengan peringatan bahwa mereka akan kembali “bertempur dengan kekuatan besar”.

    Pembatasan ini juga mencakup sebagian Kota Gaza.

    Pada Jumat (4/4/2025) pagi, pasukan Israel melancarkan serangan darat baru di Kota Gaza untuk memperluas apa yang mereka sebut sebagai “zona keamanan”.

    Eskalasi ini memicu salah satu gelombang pengungsian massal terbesar selama perang, memaksa ratusan ribu warga Palestina, banyak di antaranya sudah mengungsi berkali-kali, untuk kembali meninggalkan tempat tinggal mereka.

    “Perjuangan terbesar kami sekarang adalah pengungsian,” ujar Abu Hazem Khalef, seorang pria lanjut usia yang mengungsi dari wilayah timur Kota Gaza, kepada Al Jazeera.

    “Saya menuju ke wilayah barat Kota Gaza, mencari tempat di mana saya bisa mendirikan tenda.”

    “Kami dipaksa pergi, dan kami bahkan tidak tahu harus ke mana,” tambah Mahmoud al-Gharabli, warga Palestina lainnya yang juga mengungsi.

    “Kami kelelahan dan benar-benar hancur.”

    Ancaman Netanyahu

    Serangan militer tersebut dilakukan setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan meningkatkan tekanan militer untuk memaksa Hamas menyetujui tuntutan Israel.

    “Kami sekarang membagi Jalur Gaza dan meningkatkan tekanan, selangkah demi selangkah, agar mereka menyerahkan sandera kami,” kata Netanyahu dalam pesan video pada Rabu (2/4/2025).

    Pada Jumat, pasukan Israel kembali melancarkan serangan udara besar-besaran yang menewaskan sedikitnya 38 orang, menurut sumber medis kepada Al Jazeera.

    Sehari sebelumnya, Kamis, serangan serupa dilaporkan menewaskan 112 orang, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

    Kondisi di Rumah Sakit al-Ahli di Kota Gaza, yang juga dikenal sebagai Rumah Sakit Baptis, sangat memprihatinkan.

    Banyak korban dari wilayah utara dibawa ke fasilitas ini.

    “Kami melihat mayat-mayat tergeletak di lantai, jumlahnya mencapai puluhan,” kata kontributor Al Jazeera, Hani Mahmoud.

    “Para dokter tampak tak berdaya. Mereka tidak tahu harus berbuat apa.”

    “Dalam kondisi seburuk ini, mereka tidak bisa menyelamatkan nyawa siapa pun.”

    Kebuntuan Gencatan Senjata

    Israel kembali melanjutkan serangannya ke Gaza sejak 18 Maret 2025, mengakhiri gencatan senjata yang telah berlangsung selama dua bulan.

    Upaya perundingan dengan Hamas gagal mencapai kesepakatan lanjutan.

    Netanyahu menginginkan agar Hamas membebaskan 59 sandera Israel yang tersisa dengan imbalan tahanan Palestina dan bantuan kemanusiaan, namun Israel menolak berkomitmen untuk mengakhiri perang atau menarik pasukan dari Gaza.

    Untuk kesepakatan gencatan senjata berikutnya, Netanyahu bersikeras agar Hamas melucuti senjatanya, tuntutan yang disebut Hamas sebagai “garis merah”.

    Netanyahu juga menginginkan kendali penuh atas keamanan di Gaza dan berencana mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut.

    Sementara itu, Hamas menyerukan kembalinya pada kerangka gencatan senjata tiga tahap yang pernah disepakati sebelumnya.

    Mereka juga menawarkan pembebasan seluruh sandera secara bersamaan sebagai imbalan atas gencatan senjata permanen.

    Sejak 7 Oktober 2023, perang Israel di Gaza telah menewaskan 50.523 warga Palestina dan melukai 114.638 orang.

    Di sisi lain, sebanyak 1.139 orang tewas di Israel akibat serangan Hamas pada 7 Oktober, dan lebih dari 200 orang disandera.

    (Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

  • Korban Tewas Gempa M 7,7 di Myanmar Tembus 3.354 Orang, 220 Masih Hilang

    Korban Tewas Gempa M 7,7 di Myanmar Tembus 3.354 Orang, 220 Masih Hilang

    Naypyidaw

    Jumlah korban tewas akibat gempa bumi bermagnitudo (M) 7,7 di Myanmar terus meningkat. Media pemerintah Myanmar melaporkan korban tewas yang ditemukan telah lebih dari 3.300 orang.

    Dilansir AFP, Sabtu (5/4/2025), gempa bumi pada 28 Maret tersebut telah meratakan bangunan dan menghancurkan infrastruktur di seluruh negeri. Kerusakan bangunan telah mengakibatkan 3.354 orang dan menyebabkan 4.508 orang terluka.

    Selain itu, ada 220 orang lain yang masih hilang. Selain itu, banyak korban selamat yang belum punya tempat berlindung karena kondisi bangunan di Myanmar yang mengkhawatirkan.

    Perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa lebih dari 3 juta orang mungkin telah terkena dampak gempa berkekuatan M 7,7 tersebut. Kerusakan akibat gempa telah memperburuk kondisi Myanmar yang dilanda perang saudara selama 4 tahun.

    Pejabat bantuan utama PBB, Tom Fletcher, telah bertemu dengan para korban di kota Mandalay yang terletak dekat dengan episentrum. Petugas dan masyarakat sekarang bergulat dengan kerusakan parah di seluruh kota.

    “Kehancurannya sangat mengejutkan. Dunia harus bersatu di belakang rakyat Myanmar,” tulis Tom Fletcher dalam sebuah posting di X.

    Jumlah korban baru diumumkan setelah kepala junta militer negara itu Min Aung Hlaing kembali dari perjalanan luar negeri yang jarang terjadi ke sebuah pertemuan puncak regional di Bangkok pada Jumat (4/4). Dia bertemu dengan para pemimpin negara lain dalam pertemuan itu, termasuk perdana menteri Thailand dan India.

    Lihat juga Video: Korban Tewas Gempa Myanmar Bertambah, Tembus 2.886 Orang

    (haf/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hampir 1.250 Sipil Dibunuh di Gaza Sejak Israel Langgar Gencatan Senjata

    Hampir 1.250 Sipil Dibunuh di Gaza Sejak Israel Langgar Gencatan Senjata

    PIKIRAN RAKYAT – 1.249 orang telah tewas di Gaza sejak Israel Penjajah melanjutkan serangan besar-besaran, setelah mereka melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025.

    Jumlah sipil Palestina yang terluka sejak serangan dimulai kembali kini tercatat sebanyak 3.022, demikian menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

    Dilaporkan, angka tersebut mencakup 86 orang yang tewas dan 287 yang terluka dalam 24 jam terakhir.

    Dilaporkan juga bahwa jumlah korban tewas secara keseluruhan di Gaza telah mencapai 50.609 jiwa sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

    Jumlah orang yang terluka di Gaza sejak tanggal itu tercatat sebanyak 115.063.

    9 Kelompok Palestina Desak Kepala HAM PBB Turun Tangan

    Kelompok-kelompok Palestina mendesak Kepala Hak Asasi Manusia PBB, Volker Turk, untuk mengambil Tindakan segera.

    ????PHROC address the Office of the High Commissioner for Human Rights (OHCHR), @volker_turk to demand an appropriate response to Israel’s manifestly unlawful actions across the OPT, especially in the northern West Bank and #Gaza Strip! https://t.co/JtMx8PK38Q— Al-Haq الحق (@alhaq_org) April 4, 2025

    Dewan Organisasi Hak Asasi Manusia Palestina (PHROC), yang terdiri dari sembilan kelompok, telah menulis surat kepada Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk, mendesaknya turun tangan hadapi Israel.

    “Pasukan Israel terus membunuh warga Palestina dalam skala genosida di Gaza dan telah menciptakan kondisi hidup yang tidak layak untuk kelangsungan hidup manusia,” kata dewan PHROC kepada Turk.

    “Intensi Israel untuk menghilangkan dan akhirnya menghancurkan Palestina di seluruh Palestina yang diduduki secara ilegal juga terlihat di Tepi Barat yang diduduki,” katanya melanjutkan.

    PHROC mendesak Turk untuk dengan jelas menyebut perilaku Israel sebagai genosida, memberi tekanan pada pemerintah Israel untuk mengakhiri genosida ini, memastikan pertanggungjawaban bagi pelaku Israel, dan menggerakkan PBB untuk melaksanakan rencana untuk mengakhiri genosida terhadap Palestina di seluruh wilayah yang diduduki.

    Berikut adalah daftar organisasi yang tergabung dalam Dewan Organisasi Hak Asasi Manusia Palestina (PHROC):

    Addameer Prisoners’ Support and Human Rights Association Al-Haq – Defending Human Rights Hurryyat-Centre for Defence of Liberties and Civil Rights Jerusalem Center for Legal Aid and Human Rights Ramallah Center for Human Rights Studies Al-Mezan Center for Human Rights Aldameer Association for Human Rights Defense for Children International – Palestine The Palestinian Centre for Human Rights Independent Commission for Human Rights (Observer) Muwatin Institute for Democracy and Human Rights (Observer). ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Israel Bombardir Sekolah, Klinik, dan Infrastruktur Gaza, Jumlah Korban Tewas Tembus 50 Ribu Orang – Halaman all

    Israel Bombardir Sekolah, Klinik, dan Infrastruktur Gaza, Jumlah Korban Tewas Tembus 50 Ribu Orang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Serangan udara terbaru Israel di Gaza kembali memicu kemarahan internasional.

    Jet-jet tempur Israel mengebom tiga sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian warga sipil Palestina.

    Dilaporkan Al Jazeera, sedikitnya 33 orang tewas dalam serangan itu, termasuk 18 anak-anak.

    Sekolah-sekolah tersebut menjadi tempat berlindung bagi ratusan keluarga yang mengungsi dari wilayah konflik.

    Pada saat yang sama, pasukan Israel juga menargetkan sebuah rumah di tenggara Khan Yunis, menewaskan sedikitnya 10 orang.

    Jet tempur Israel turut menghancurkan pabrik desalinasi air di sebelah timur Kota Gaza, merusak infrastruktur penting bagi penduduk yang telah terkepung selama berbulan-bulan.

    Sementara itu, dua warga Palestina ditembak mati dalam serangan terpisah di Kota Jenin dan Desa Husan, Tepi Barat yang diduduki.

    Agresi Israel juga menjalar ke wilayah Lebanon.

    Pesawat nirawak mereka membom sebuah apartemen di pelabuhan Sidon dan menewaskan tiga orang.

    Dalam dua minggu terakhir, Israel telah membunuh lebih dari 1.000 warga sipil di Gaza.

    Tentara Israel mengumumkan perluasan serangan darat, dengan tujuan merebut wilayah baru untuk dijadikan “zona penyangga”.

    Menurut laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza, jumlah korban tewas akibat agresi Israel sejak Oktober 2023 telah mencapai 50.609 orang.

    Sebanyak 287 orang terluka hanya dalam 24 jam terakhir, menjadikan total korban luka menjadi 115.063.

    Banyak korban diyakini masih terkubur di bawah reruntuhan karena tim penyelamat kesulitan menjangkau lokasi serangan.

    Klinik milik UNRWA di Jabalia juga hancur total setelah menjadi target serangan udara Israel, padahal klinik tersebut merupakan tempat pengungsian warga sipil, Reuters melaporkan.

    Sejak Israel melanjutkan operasi besar-besaran pada 18 Maret, tercatat 1.249 warga Palestina tewas dan 3.022 lainnya terluka.

    Krisis Anak Yatim Terbesar dalam Sejarah Modern

    Biro Statistik Pusat Palestina mengungkapkan bahwa lebih dari 39.000 anak di Gaza kini menjadi yatim, dengan sekitar 17.000 anak kehilangan kedua orang tua mereka.

    Krisis ini disebut sebagai bencana anak yatim terbesar dalam sejarah modern.

    Kondisi semakin buruk akibat penggusuran paksa terhadap lebih dari dua juta penduduk Gaza oleh militer Israel.

    Pada November lalu, Pengadilan Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Jerman menyerukan kembalinya gencatan senjata dan pembukaan akses bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Namun, sikap ini dinilai kontradiktif.

    Jerman sebelumnya memberikan suara menolak resolusi Dewan HAM PBB yang menyerukan gencatan senjata, pembebasan tahanan, dan pencabutan blokade.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)