partai: PBB

  • Menlu Iran Bertolak ke Moskow, Bujuk Rusia Lawan AS?

    Menlu Iran Bertolak ke Moskow, Bujuk Rusia Lawan AS?

    GELORA.CO – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dijadwalkan mengunjungi Rusia untuk mengadakan pembicaraan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Kunjungan ini terkait serangan Amerika Serikat (AS) ke Iran, Ahad.

    Berbicara pada konferensi pers di Istanbul pada Ahad pagi, diplomat top Iran mengumumkan bahwa dia akan mengunjungi Moskow pada Senin. Kunjungan itu untuk melakukan konsultasi serius di Rusia. 

    “Rusia adalah teman Iran dan kami menikmati kemitraan strategis,” katanya. “Kami selalu berkonsultasi satu sama lain dan mengoordinasikan posisi kami,” kata Araghchi.

    Ia menambahkan menyebutkan bahwa Rusia adalah salah satu penandatangan JCPOA. “Saya akan melakukan konsultasi serius dengan Presiden Rusia besok dan kami terus bekerja sama.” Kunjungan Araghchi ke Moskow terjadi di tengah agresi Israel dan AS di wilayah Iran.

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Iran mengatakan Israel dan AS telah “meledakkan” diplomasi dengan serangan udara mereka dalam beberapa pekan terakhir. Ia menegaskan, Iran tak bisa lagi dirayu kembali ke perundingan karena bukan mereka yang meninggalkan meja perundingan itu.

    Hal ini disampaikan Abbas Araghchi menanggapi seruan dari Inggris dan Uni Eropa agar Iran kembali ke meja perundingan. Dalam postingannya di X, dia berkata: “Pekan lalu, kami melakukan negosiasi dengan AS ketika Israel memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut.”

    “Pekan ini, kami mengadakan pembicaraan dengan E3/EU ketika AS memutuskan untuk menghentikan diplomasi tersebut. Kesimpulan apa yang akan Anda ambil?” Ia tak habis pikir, bagi Inggris dan Perwakilan Tinggi UE, Iranlah yang harus ‘kembali’ ke meja perundingan. “Tapi bagaimana Iran bisa kembali ke diplomasi yang tidak pernah ia tinggalkan, apalagi diledakkannya?”

    Ketika ditanya apakah masih ada ruang untuk diplomasi setelah serangan AS, Araghchi menekankan “tidak sekarang”. “Pintu diplomasi harus selalu terbuka, namun hal tersebut tidak terjadi saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Iran. 

    “Negara saya sedang diserang, di bawah agresi, dan kami harus merespons berdasarkan hak sah kami untuk membela diri.” Serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran, katanya, “merupakan pelanggaran hukum internasional yang tidak dapat dimaafkan”.

    Dmitry Medvedev, wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, mengatakan “mayoritas” negara menentang “tindakan Israel dan Amerika Serikat”. “Trump, yang datang sebagai presiden pembawa perdamaian, memulai perang baru untuk AS,” katanya di saluran Telegram-nya setelah serangan AS terhadap Iran. “Amerika Serikat terlibat dalam konflik baru dengan prospek operasi darat. Dengan keberhasilan seperti ini, Trump tidak akan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian.”

    Rusia sebelumnya telah memberikan peringatan kepada Amerika Serikat untuk tidak ikut menyerang Iran karena langkah itu akan secara radikal mengganggu stabilitas Timur Tengah. Hal itu diutarakan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Rabu (18/6/2025), sambil menuding serangan Israel ke Iran berisiko memicu sebuah kehancuran nuklir.

    Pada Januari 2025, Rusia dan Iran menandatangani perjanjian kerja sama strategis. Rusia diketahui juga memiliki hubungan diplomatik dengan Israel meski belakangan merenggang lantaran akibat perang Rusia-Ukraina.

    Sementara, Kepala Badan Intelijen Asing Rusia, Sergei Naryshkin, mengatakan situasi ketegangan antara Iran dan Israel saat ini berada dalam kondisi kritis. Adapun, juru bicara Kementerian Luar Negeri Maria Zakharova mengatakan, serangan Israel terhadap infrastruktur nuklir Iran berarti dunia berjarak ‘milimeter’ terhadap kehancuran.

    Sementara, menteri Luar Negeri Perancis mengatakan negaranya tidak ambil bagian dalam serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran. Jean-Noel Barrot mengatakan dalam sebuah pesan di media sosial pada hari Ahad bahwa Prancis “telah memelajari dengan penuh keprihatinan” atas tindakan militer AS terhadap tiga situs nuklir.

    “Kami tidak terlibat dalam serangan-serangan ini atau dalam perencanaan mereka,” kata Barrot, seraya menambahkan bahwa Perancis “mendesak semua pihak untuk menahan diri guna menghindari eskalasi yang dapat menyebabkan perpanjangan konflik.”

    Barrot juga menegaskan kembali penolakan Perancis terhadap Iran yang mendapatkan akses terhadap senjata nuklir. “Prancis yakin bahwa solusi jangka panjang terhadap masalah ini memerlukan solusi yang dinegosiasikan dalam kerangka Perjanjian Non-Proliferasi,” katanya. “Mereka tetap siap untuk berkontribusi dalam hal ini bersama dengan mitra-mitranya.”

    Menteri Kabinet Jonathan Reynolds mengatakan kepada Sky News bahwa Inggris telah diberitahu AS sebagai sekutu utamanya, meskipun dia tidak mengetahui waktu sebenarnya. Dia mengatakan AS tidak meminta dukungan dan Inggris tidak terlibat.

    “Meskipun pemerintah Inggris tidak terlibat dalam serangan ini, kami telah melakukan persiapan ekstensif untuk segala kemungkinan,” kata Reynolds. Dia mengatakan pemerintah sedang berupaya untuk menjaga warga negara Inggris serta pangkalan militer, personel, dan infrastruktur di wilayah tersebut.

    Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan dia “sangat khawatir” dengan penggunaan kekuatan Amerika Serikat, dan menyebut serangan itu sebagai “eskalasi yang berbahaya.” Para pemimpin dunia mengeluarkan seruan untuk diplomasi. “Ada peningkatan risiko bahwa konflik ini dapat dengan cepat menjadi tidak terkendali – dengan konsekuensi bencana bagi warga sipil, kawasan ini, dan dunia,” kata Guterres dalam sebuah pernyataan di X. “Saya menyerukan kepada negara-negara anggota untuk melakukan deeskalasi.”

    Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, mengatakan Iran tidak boleh mengembangkan senjata nuklir, namun mendesak untuk menahan diri. “Saya mendesak semua pihak untuk mundur, kembali ke meja perundingan dan mencegah eskalasi lebih lanjut,” katanya dalam postingan media sosial. Kallas akan memimpin pertemuan para menteri luar negeri blok 27 negara tersebut di Brussels pada hari Senin, dengan agenda utama perang Israel-Iran.

    Serangan AS terjadi setelah seminggu konflik terbuka antara Israel dan Iran, yang dipicu oleh rentetan serangan mendadak Israel terhadap struktur nuklir dan militer Iran.

    Serangan Israel dimulai pada 13 Juni. Menargetkan situs militer dan nuklir Iran, mereka membunuh beberapa pejabat tinggi militer dan ilmuwan nuklir. Iran membalas dengan menembakkan ratusan rudal dan drone ke Israel, beberapa di antaranya menembus sistem pertahanan udara multi-tingkat yang dibanggakan negara itu. Perang sejauh ini telah menewaskan ratusan orang dan melukai lebih dari 1.000 orang di Iran, serta menewaskan puluhan  orang dan melukai ratusan lainnya di Israel.

    Iran menegaskan program nuklirnya hanya untuk tujuan damai. Namun Israel memandang program nuklir Iran sebagai ancaman nyata dan mengatakan kampanye militernya diperlukan untuk mencegah Iran membuat senjata atom.

    Meskipun badan-badan intelijen AS telah menilai bahwa Teheran tidak secara aktif membuat bom, Trump dan para pemimpin Israel berpendapat bahwa Teheran dapat dengan cepat membuat senjata nuklir, sehingga menjadikannya ancaman yang segera terjadi.

    Wilayah ini berada dalam ketegangan selama dua tahun terakhir ketika Israel berupaya memusnahkan kelompok militan Hamas, sekutu Iran, di Jalur Gaza, di mana perang masih berkecamuk setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.

    Presiden Donald Trump mengumumkan “serangan presisi besar-besaran” semalam terhadap situs nuklir Fordo, Isfahan dan Natanz Iran dalam pidato yang disiarkan televisi dari Gedung Putih.

    Menggambarkan hal tersebut sebagai “keberhasilan militer yang spektakuler,” ia mengatakan bahwa mereka telah “sepenuhnya melenyapkan” situs-situs nuklir. Iran, katanya, sekarang harus berdamai.

    Organisasi Energi Atom Iran membenarkan serangan tersebut, namun menegaskan program nuklirnya tidak akan dihentikan. Iran dan badan pengawas nuklir PBB mengatakan tidak ada tanda-tanda kontaminasi radioaktif di tiga lokasi setelah serangan tersebut.

    Situs pengayaan bahan bakar nuklir di Fordo terkubur jauh di bawah gunung, dan serangan terhadap situs tersebut menggunakan bom penghancur bunker yang dirancang untuk menembus tanah sebelum meledak, kata seorang pejabat AS, yang berbicara tanpa menyebut nama saat membahas operasi militer. Hanya Amerika Serikat yang memiliki amunisi seberat 30.000 pon dan pesawat pengebom siluman yang digunakan untuk mengirimkannya.

    Trump memperingatkan akan ada serangan tambahan jika Teheran membalas terhadap pasukan AS, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memuji keputusan Trump untuk menyerang.

  • Guru Besar UGM: Indonesia konsisten terapkan politik bebas aktif

    Guru Besar UGM: Indonesia konsisten terapkan politik bebas aktif

    Prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif terbukti menjadi pedoman untuk tidak terjebak dalam arus geopolitik internasional ….

    Yogyakarta (ANTARA) – Guru Besar Bidang Geopolitik Timur Tengah Universitas Gadjah Mada (UGM) Siti Mutiah Setiawati menilai Indonesia konsisten menerapkan politik luar negeri bebas aktif dalam menyikapi konflik di kawasan Timur Tengah, terutama dalam mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina.

    “Indonesia tetap pada sikap mendukung perjuangan Palestina, baik secara politik maupun kemanusiaan, meskipun dihadapkan pada dilema geopolitik dan tekanan kepentingan global,” ujar Prof. Siti Mutiah Setiawati dalam keterangannya di Yogyakarta, Minggu.

    Menurut dia, sikap tersebut berpijak pada tiga prinsip utama politik luar negeri Indonesia. Prinsip pertama adalah bebas aktif, yakni tidak memihak blok mana pun, tetapi tetap aktif dalam penyelesaian persoalan internasional.

    “Prinsip ini mencerminkan pemikiran tentang bagaimana Indonesia harus bersikap dalam menghadapi situasi persaingan internasional antara Blok Barat dan Blok Timur,” ujarnya.

    Prinsip kedua, termuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) NRI Tahun 1945 yang menegaskan bahwa penjajahan harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan keadilan.

    Prinsip ketiga, lanjut Prof. Siti, adalah kebijakan bertetangga baik atau good neighbour policy.

    Prof. Siti menilai konsistensi Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina telah membentuk identitas Indonesia sebagai negara yang menolak penjajahan dan mendorong perdamaian dunia. Namun, Indonesia menghadapi sejumlah tantangan.

    “Perpecahan tajam antara kelompok Hamas dan Fatah menjadi hambatan utama,” katanya.

    Sementara itu, dominasi Israel yang mendapat dukungan kuat dari Amerika Serikat membuat penyelesaian konflik bergantung pada kemauan politik negara-negara besar.

    Dikatakan pula bahwa Indonesia dituntut memahami posisi geografis serta dinamika kedua kekuatan ini agar dukungan yang diberikan tidak salah arah. Bahkan, Indonesia juga mengalami kesulitan dalam upaya mendamaikan kedua kelompok tersebut demi menghadapi tantangan bersama dari Israel.

    Ia juga menyoroti lemahnya solidaritas negara-negara Arab yang tergabung dalam Liga Arab.

    Sejumlah negara seperti Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, dan Bahrain, menurut Prof. Siti, justru menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, terutama setelah penandatanganan Abraham Accord pada tahun 2020.

    Siti menambahkan bahwa perundingan antara pihak Arab-Palestina dan Israel selama ini pun tidak secara eksplisit membahas kemerdekaan Palestina, padahal kemerdekaan seharusnya menjadi syarat utama dalam penyelesaian konflik.

    Meski begitu, Indonesia tetap menunjukkan komitmen melalui bantuan kemanusiaan dan diplomasi, termasuk aktif menggalang dukungan dari negara-negara yang memiliki hak veto di Dewan Keamanan PBB agar mendorong penghentian perang dan memberlakukan gencatan senjata secara permanen.

    Langkah diplomasi itu, kata dia, menjadi bagian penting dari upaya Indonesia mewujudkan perdamaian dan penghapusan penjajahan, sesuai dengan amanat konstitusi.

    “Prinsip politik luar negeri Indonesia yang bebas dan aktif terbukti menjadi pedoman untuk tidak terjebak dalam arus geopolitik internasional yang tidak menentu arah dan tujuannya,” ujar Prof. Siti.

    Pewarta: Luqman Hakim
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • "Arogansi AS dengan Double Standard-nya, Israel Boleh Punya Nuklir dan Iran Tidak"
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        22 Juni 2025

    "Arogansi AS dengan Double Standard-nya, Israel Boleh Punya Nuklir dan Iran Tidak" Nasional 22 Juni 2025

    “Arogansi AS dengan Double Standard-nya, Israel Boleh Punya Nuklir dan Iran Tidak”
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pendiri Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis (Lesperssi), Beni Sukadis menyebut bahwa langkah
    Amerika
    Serikat (
    AS
    ) menyerang fasilitas
    nuklir
    Iran menunjukkan arogansi negeri Paman Sam tersebut.
    Beni mengatakan, AS melihat Iran yang menjalankan program nuklirnya menjadi ancaman nasional mereka meskipun proyek senjata nuklir Iran belum terbukti kuat.
    “Sedangkan, di lain pihak, Iran adalah penandatangan NPT (
    Non Proliferation Treaty
    ) nuklir. Namun, Israel tidak pernah akui mempunyai senjata nuklir (bukan penandatangan NPT),” kata Beni saat dihubungi
    Kompas.com
    , Minggu (22/6/2025).
    Adapun NPT merupakan perjanjian internasional yang bertujuan untuk menekan penyebaran senjata nuklir.
    Kondisi tersebut, menurut Beni, menunjukkan standar ganda pemerintah Amerika dalam memperlakukan negara yang mengembangkan program nuklir.
    “Makin menunjukkan arogansi AS dengan
    double standard
    -nya, bahwa Israel boleh punya nuklir dan Iran tidak boleh,” ujar Beni.
    Dia mengatakan, standar ganda itu membuat dunia paham bahwa Amerika bukan negara yang bisa menjadi mitra dan dipercaya dalam diplomasi internasional.
    Selain itu, menurut Beni, serangan AS ke Iran juga menunjukkan Perserikatan bangsa-Bangsa (PBB) tidak berkutik. Organisasi itu hanya bungkam dan hanya menjadi tameng kepentingan AS dan negara sekutunya.
    Fenomena ini dikatakan Beni semakin menjadi menunjukkan bahwa AS di bawah kepemimpinan Donald Trump menggunakan pendekatan realisme dalam melakukan hubungan internasional.
    Dalam realisme pada hubungan internasional, kekuatan menjadi pusat dari semua perilaku negara-bangsa.
    “Sehingga di masa depan konflik akan semakin meruncing, apalagi ketika China dan Rusia merasa perlu membantu Iran dalam konteks serangan AS baru-baru ini,” kata Beni.
    Sebelumnya, Presiden AS, Donald Trump mengumumkan pihaknya berhasil menggempur situs nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Esfahan.
    Ketiga lokasi itu diketahui menjadi pusat pengayaan uranium Iran.
    “Fordow sudah lenyap,” tulis Trump di media sosialnya hari ini.
    Namun, Pemerintah Iran menyatakan kerusakan tersebut tidak fatal.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pengamat: Serangan AS ke Iran Buat Ketegangan Internasional Semakin Berbahaya
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        22 Juni 2025

    Pengamat: Serangan AS ke Iran Buat Ketegangan Internasional Semakin Berbahaya Nasional 22 Juni 2025

    Pengamat: Serangan AS ke Iran Buat Ketegangan Internasional Semakin Berbahaya
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menyebut, serangan
    Amerika Serikat
    (AS) ke fasilitas nuklir
    Iran
    semakin membuat ketegangan internasional.
    Fahmi mengatakan, tindakan AS itu bukan sekadar operasi militer melainkan bentuk sinyal bahwa dunia tengah memasuki babak baru yang lebih berbahaya.
    “Dunia sedang bergerak menuju babak baru ketegangan internasional yang jauh lebih kompleks dan berbahaya,” ujar Fahmi saat dihubungi
    Kompas.com
    , Minggu (22/6/2025).
    Menurut dia, tindakan AS menyerang Iran bisa membuat kekuatan mereka untuk menekan negara lain agar mematuhi hukum internasional melemah.
    Apalagi, Fahmi mengatakan, serangan ke tiga fasilitas nuklir Iran ini dilakukan tanpa persetujuan kongres dan mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
    “Menimbulkan pertanyaan serius soal legalitas dan akuntabilitas keputusan militer mereka,” kata Fahmi.
    Menurut dia, serangan tersebut berdampak pada eskalasi di tingkat kawasan hingga global.
    Di tingkat kawasan, tindakan AS mendorong Iran membangunkan seluruh jaringan proksi mereka untuk menyerang basis militer negeri Paman Sam di Timur Tengah. Artinya, peperangan bisa meluas dari sekadar titik Iran dengan Israel.
    Selain itu, Iran juga bisa memblokir Selat Hormuz, jalur utama perdagangan minyak mentah dunia. Dampaknya, harga minyak dunia melonjak dan ekonomi global terdampak.
    Selain itu, tindakan AS bisa membuat Iran justru mempercepat pengembangan senjata nuklir dan keluar dari perjanjian pembatasan senjata nuklir.
    “Artinya, dunia justru masuk dalam siklus baru perlombaan senjata nuklir yang lebih berbahaya,” ujar Fahmi.
    Sebelumnya, Presiden
    Amerika
    Donald Trump mengumumkan pihaknya berhasil menggempur situs nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Esfahan.
    Ketiga lokasi itu diketahui menjadi pusat pengayaan uranium Iran.
    “Fordow sudah lenyap,” tulis Trump di media sosialnya hari ini.
    Namun, Pemerintah Iran menyatakan kerusakan tersebut tidak fatal.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PBB Kasih Peringatan RI Dalam Bahaya, Ada Apa?

    PBB Kasih Peringatan RI Dalam Bahaya, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia masuk daftar waspada dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memberi peringatan serius soal dampak perubahan iklim yang kian mengancam kawasan Asia, termasuk Indonesia.

    Dalam laporan bertajuk State of the Climate in Asia 2023, Badan Meteorologi Dunia (WMO) menyoroti percepatan perubahan iklim yang terjadi di Asia. Ini mulai dari peningkatan suhu permukaan, pencairan gletser, hingga kenaikan permukaan laut yang terus mengkhawatirkan.

    WMO menyebut Asia sebagai kawasan paling terdampak bencana alam akibat perubahan iklim. Bahkan, tingkat pemanasan kawasan ini nyaris dua kali lebih cepat dari rata-rata global sejak periode 1961-1990. Tak heran, 2023 tercatat sebagai tahun terpanas sepanjang sejarah di banyak negara Asia.

    Bencana pun tak terhindarkan mulai dari gelombang panas, kekeringan, badai, hingga banjir melanda silih berganti. Pada 2023, Asia mencatat 79 bencana hidrometeorologi, lebih dari 80% di antaranya merupakan banjir dan badai. Akibatnya, lebih dari 2.000 orang meninggal dunia dan sembilan juta lainnya terdampak langsung.

    Meski belum ada laporan kematian akibat panas ekstrem, risiko kesehatannya meningkat signifikan. Topan tropis Mocha, misalnya, menjadi salah satu topan terkuat yang melanda Teluk Benggala dalam satu dekade terakhir dan menghantam Bangladesh serta Myanmar.

    “Sekali lagi, negara-negara rentan mengalami dampak yang tidak proporsional,” kata Sekretaris Eksekutif ESCAP Armida Salsiah Alisjahbana. “Namun peringatan dini dan kesiapsiagaan yang lebih baik telah menyelamatkan ribuan nyawa,” imbuhnya.

    Indonesia Dapat Sinyal Kuning

    Laporan WMO juga menyoroti kenaikan permukaan laut sejak Januari 1993 hingga Mei 2023. Indonesia termasuk negara dengan potensi ancaman tinggi. Wilayah pesisir Tanah Air masuk dalam zona kuning dalam peta, yang berarti tingkat kenaikannya berada di atas rata-rata global, yakni 3,4 mm per tahun.

    Kondisi ini menguatkan proyeksi sebelumnya dari USAID (2016), yang memperkirakan 2.000 pulau kecil Indonesia akan tenggelam pada 2050 jika tidak ada mitigasi. Sebanyak 42 juta orang berpotensi kehilangan tempat tinggalnya.

    Berdasarkan laporan ini, terbukti petaka perubahan iklim dan pemanasan global memiliki dampak nyata bagi kehidupan manusia. Untuk itu, perlu dilakukan upaya kolektif untuk meredam laju perubahan iklim.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kami Tak Akan Berhenti Serang Iran!

    Kami Tak Akan Berhenti Serang Iran!

    New York

    Di hadapan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Duta Besar Israel Danny Danon bersumpah negaranya tidak akan menghentikan serangannya terhadap Iran sampai ancaman nuklir Teheran dihilangkan. Iran pun menegaskan akan terus membela diri terhadap serangan-serangan Tel Aviv.

    Penegasan Israel dan Iran itu, seperti dilansir Reuters dan AFP, Sabtu (21/6/2025), disampaikan dalam sesi Dewan Keamanan PBB yang digelar pada Jumat (20/6) waktu setempat.

    “Kami tidak akan berhenti,” tegas Danon saat berbicara di hadapan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB.

    “Tidak sampai ancaman nuklir Iran dimusnahkan, tidak sampai mesin perangnya dilucuti, tidak sampai rakyat kami dan rakyat Anda aman,” ujarnya.

    Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeeid Iravani, dalam pernyataannya dalam forum yang sama menyerukan Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan.

    “Israel tampaknya menyatakan bahwa mereka akan melanjutkan serangan ini sebanyak mungkin hari yang diperlukan. Kami khawatir dengan laporan kredibel soal Amerika Serikat… mungkin akan bergabung dalam perang ini,” kata Iravani.

    Pada Jumat (20/6), Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa Iran memiliki “waktu maksimum” dua minggu untuk menghindari kemungkinan serangan udara AS. Pernyataan ini mengindikasikan Trump dapat mengambil keputusan sebelum batas waktu dua minggu, yang dia tetapkan sebelumnya, berakhir.

    “Kita telah memulai operasi yang paling rumit dalam sejarah kita untuk menyingkirkan ancaman sebesar itu, terhadap musuh semacam itu. Kita harus siap untuk operasi yang berkepanjangan,” ucap Zamir dalam pernyataan video yang ditujukan kepada warga Israel.

    Lihat juga Video Netanyahu Murka RS Dirudal Iran Tapi Lupa soal Gaza, Standar Ganda?

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Zamir mengatakan militer Israel telah mempersiapkan diri selama “bertahun-tahun” untuk operasi melawan Iran, bahkan ketika pasukan Israel melanjutkan operasi militer terhadap kelompok Hamas di Jalur Gaza.

    Konflik terbaru antara Israel dan Iran pecah pada 13 Juni, atau sepekan lalu, ketika Tel Aviv melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran yang diklaim bertujuan mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.

    Iran membalas dengan rentetan serangan rudal dan drone terhadap wilayah Israel. Teheran juga kembali menegaskan bahwa program nuklirnya bersifat damai.

    Iran Sebut Serangan Israel Khianati Upaya Diplomatik dengan AS

    Menlu Iran Abbas Araghchi Foto: AFP/YASSER AL-ZAYYAT

    Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, menyebut serangan Israel terhadap Iran sebagai “pengkhianatan” terhadap upaya diplomatik antara Teheran dan Amerika Serikat (AS). Araghchi mengatakan Iran dan AS seharusnya menyusun “perjanjian yang menjanjikan” mengenai program nuklir Teheran.

    “Kami diserang di tengah proses diplomatik yang sedang berlangsung,” ucap Araghchi saat berbicara di hadapan Dewan Hak Asasi Manusia PBB di Jenewa.

    Araghchi seharusnya bertemu Utusan Khusus AS Steve Witkoff pada 15 Juni lalu, namun pertemuan itu dibatalkan setelah Israel menyerang Iran beberapa hari sebelumnya.

    “Kami seharusnya bertemu dengan Amerika pada 15 Juni untuk menyusun perjanjian yang sangat menjanjikan untuk penyelesaian damai atas masalah yang dibuat-buat mengenai program nuklir damai kami,” kata Araghchi.

    “Itu merupakan pengkhianatan terhadap diplomasi dan pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap dasar-dasar hukum internasional,” sebutnya.

    Lihat juga Video Netanyahu Murka RS Dirudal Iran Tapi Lupa soal Gaza, Standar Ganda?

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Bela Iran, Sebut Tak Ada Bukti Iran Inginkan Senjata Nuklir

    Putin Bela Iran, Sebut Tak Ada Bukti Iran Inginkan Senjata Nuklir

    Moskow

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan negaranya telah berulang kali memberi tahu Israel bahwa tidak ada bukti jika Iran berniat mengembangkan senjata nuklir. Pernyataan bernada membela Teheran ini disampaikan Putin saat perang udara antara Iran dan Israel semakin meningkat beberapa hari terakhir.

    Putin, dalam wawancara dengan Sky News Arabia, seperti dilansir Reuters dan Anadolu Agency, Sabtu (21/6/2025), menekankan bahwa badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Badan Energi Atom Internasional (IAEA), “tidak menemukan bukti” yang menunjukkan Iran berupaya membuat senjata nuklir.

    “Rusia, dan juga IAEA, tidak pernah memiliki bukti bahwa Iran sedang mempersiapkan diri untuk memperoleh senjata nuklir, seperti yang telah berulang kali kami sampaikan kepada pimpinan Israel,” ucap Putin dalam wawancara yang dipublikasikan pada Sabtu (21/6).

    Putin mendesak dialog untuk mengurangi kekhawatiran regional semacam itu dan meningkatkan keamanan kolektif.

    Dalam wawancara tersebut, Putin menegaskan kembali penolakan tegas Rusia terhadap proliferasi senjata pemusnah massal, dan menggambarkan fatwa Iran yang melarang senjata nuklir sebagai langkah serius dan “penting” yang harus ditanggapi secara serius.

    Putin juga menegaskan bahwa Rusia siap mendukung hak Iran untuk mengembangkan program nuklir untuk tujuan damai.

    “Kami meyakini Iran memiliki hak untuk menggunakan energi nuklir secara damai, dan kami siap membantu,” tegas Putin.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Israel dan Iran terus saling melancarkan serangan udara selama sepekan terakhir, atau sejak 13 Juni lalu, ketika Tel Aviv melancarkan serangan besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran yang diklaim bertujuan mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.

    Iran membalas dengan rentetan serangan rudal dan drone terhadap wilayah Israel. Teheran juga kembali menegaskan bahwa program nuklirnya bersifat damai.

    Menurut laporan Human Rights Activists News Agency, sedikitnya 639 orang tewas di berbagai wilayah Iran akibat serangkaian serangan udara Israel. Mereka yang tewas termasuk pejabat eselon atas militer dan para ilmuwan nuklir Iran, serta para warga sipil.

    Sementara otoritas Tel Aviv melaporkan sedikitnya 25 orang tewas akibat serangan-serangan rudal Iran.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • PHRI Jabar Harap Insentif dari Pemkot Diarahkan ke Karyawan Hotel

    PHRI Jabar Harap Insentif dari Pemkot Diarahkan ke Karyawan Hotel

    JAKARTA – Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat berharap rencana pemberian insentif Pemerintah Kota Bandung kepada hotel bintang tiga ke bawah, akan lebih baik diarahkan langsung ke karyawan.

    Ketua Perkumpulan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar, Dodi Ahmad Sofiandi, di Bandung, menilai langkah tersebut bisa menjadi angin segar bagi industri perhotelan yang saat ini tengah terpuruk, namun perlu juga dijelaskan mekanisme dan detail penyaluran insentif yang akan diberikan tersebut.

    “Kalau memang ada kebijakan seperti itu dan langsung untuk karyawan, tentu akan sangat bermanfaat bagi mereka, karena banyak karyawan hotel yang kini terpaksa dirumahkan, mengalami pengurangan jam kerja, atau kontraknya tak diperpanjang. Tapi saat ini kami masih menunggu kejelasan dari Pemkot Bandung,” kata Dodi, dikutip Antara, Sabtu, 21 Juni.

    Akan tetapi, lanjut dia, jika insentif tersebut ternyata lebih ditujukan untuk mendukung operasional hotel, Dodi menyarankan agar pemerintah fokus pada pengurangan beban pajak, seperti pajak penjualan, pajak bangunan, maupun pajak pembangunan.

    “Kalau bukan untuk karyawan secara langsung, menurut saya lebih baik ada pemotongan pajak, seperti PBB atau pajak penjualan. Itu akan membantu hotel bertahan di situasi sulit seperti sekarang,” ujarnya.

    Meski demikian, Dodi mendukung langkah Pemkot yang memprioritaskan bantuan untuk hotel-hotel kecil, seperti bintang tiga ke bawah sampai hotel melati mengingat kategori hotel ini lah yang paling banyak terdampak, dengan gelombang pengurangan karyawan dan efisiensi operasional.

    “Banyak hotel yang terpaksa menggilir karyawan, ada yang satu minggu kerja satu minggu libur, supaya tidak ada PHK. Ini langkah berat yang harus diambil demi menjaga keberlangsungan usaha,” ucapnya.

    Selain insentif fiskal, Dodi berharap pemerintah daerah juga bisa mendorong peningkatan okupansi hotel dengan menggelar berbagai kegiatan yang menarik wisatawan untuk menginap, seperti musik, olahraga, dan beragam festival, minimal dua pekan sekali.

    “Pak Farhan pernah menyampaikan, akan ada event rutin sebulan sekali atau dua minggu sekali. Ini juga penting untuk mendongkrak okupansi hotel yang sekarang rata-rata masih rendah,” kata Dodi.

    Sebelumnya, Wali Kota Bandung Muhammad Farhan menyebut akan memberikan insentif pada hotel bintang tiga ke bawah, sebagai bagian dari dukungan pemerintah kepada industri perhotelan.

    Langkah tersebut juga, sejalan dengan kebijakan Kementerian Dalam Negeri yang kini memperbolehkan pemerintah daerah menggelar rapat di hotel bintang tiga ke bawah, guna memutar kembali roda ekonomi sektor pariwisata.

  • Fasilitas Nuklir Diserang, Tel Aviv Terbakar, 639 Tewas di Iran

    Fasilitas Nuklir Diserang, Tel Aviv Terbakar, 639 Tewas di Iran

    PIKIRAN RAKYAT – Ketegangan di Timur Tengah meledak menjadi konfrontasi militer langsung antara Iran dan Israel penjajah, dengan serangkaian serangan udara, rudal, dan drone yang mengguncang dua negara bersenjata lengkap itu dalam salah satu babak paling mematikan dalam sejarah konflik mereka.

    Serangan paling parah dilaporkan terjadi Sabtu 21 Juni 2025 dini hari, ketika Israel penjajah melancarkan serangan udara terhadap fasilitas nuklir Isfahan, salah satu instalasi nuklir terbesar Iran, dan beberapa titik strategis lainnya.

    Media pemerintah Iran Fars News mengonfirmasi serangan itu, namun menyebutkan bahwa “tidak ada kebocoran bahan berbahaya” dari situs nuklir tersebut.

    Di waktu hampir bersamaan, Israel penjajah juga meluncurkan serangan ke kota suci Qom. Sumber medis Iran menyatakan seorang remaja berusia 16 tahun tewas dan dua lainnya terluka dalam serangan tersebut.

    “Israel menyerang jantung infrastruktur nuklir kami. Ini adalah agresi terbuka yang melanggar hukum internasional dan akan direspons,” ucap Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, dalam konferensi pers darurat di Teheran.

    Sementara itu, Israel penjajah mengatakan telah menghantam puluhan target militer di Iran, termasuk lokasi produksi rudal dan pusat riset senjata nuklir di Teheran. Militer Israel penjajah menyebut ini sebagai tindakan pre-emptive untuk mencegah “ancaman eksistensial dari pengembangan nuklir Iran.”

    Langit Tel Aviv Dikepung Rudal Balistik

    Tidak tinggal diam, Iran membalas dengan meluncurkan lima rudal balistik yang menyasar wilayah tengah Israel penjajah. Sirene peringatan menggema di seluruh Tel Aviv dan wilayah sekitar, memicu kepanikan luas.

    “Kami menyaksikan kilatan di langit, diikuti suara ledakan dahsyat. Anak-anak menangis. Semua orang lari ke tempat perlindungan,” kata Miriam Levi, seorang warga Tel Aviv yang rumahnya rusak akibat serpihan rudal.

    Otoritas Israel penjajah mengatakan sebagian besar rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Iron Dome. Namun, kebakaran dilaporkan terjadi di sebuah gedung hunian bertingkat akibat puing-puing dari intersepsi rudal.

    Militer Israel penjajah menegaskan tidak ada korban jiwa dalam serangan balasan Iran. Namun, 24 warga sipil Israel penjajah telah tewas dalam serangan-serangan rudal sejak konflik meningkat pada pertengahan Juni, menurut data resmi pemerintah.

    Korban Massal di Iran, Termasuk Ilmuwan Nuklir

    Dampak paling mengerikan terjadi di Iran. Menurut Human Rights Activists News Agency yang berbasis di AS, serangan udara Israel penjajah telah menewaskan 639 orang sejak 13 Juni. Di antara korban, termasuk ilmuwan nuklir dan petinggi militer Iran.

    “Serangan ini bukan hanya terhadap fasilitas militer, tapi juga warga sipil. Mereka mencoba melemahkan bangsa kami dengan cara paling biadab,” ujar seorang pejabat senior di Kementerian Pertahanan Iran yang tidak ingin disebutkan namanya.

    Jalan Diplomasi Tertutup, Guncangan Global Menguat

    Sementara Eropa berusaha menjaga dialog tetap terbuka di Jenewa, Iran menolak kemungkinan negosiasi dengan Amerika Serikat selama “agresi Israel penjajah masih berlangsung.” Dalam pembicaraan dengan diplomat Eropa, Abbas Araqchi menyatakan bahwa “tidak ada ruang untuk kompromi di bawah ancaman.”

    Presiden AS Donald Trump, yang saat ini berada dalam masa transisi pemerintahan, menyatakan bahwa “Iran sangat dekat memiliki senjata nuklir, mungkin dalam hitungan minggu.” Ia juga menolak permintaan agar menekan Israel penjajah untuk menghentikan serangan udara.

    “Kami siap, bersedia, dan mampu. Tetapi saya akan beri waktu dua minggu lagi. Jika akal sehat tidak kembali, maka… kita tahu apa yang harus dilakukan,” kata Trump saat berbicara di Morristown, New Jersey.

    Kecemasan Internasional: De-Eskalasi atau Perang Terbuka

    Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menyerukan kepada Dewan Keamanan PBB agar mengambil tindakan tegas terhadap “agresi sistematis Israel penjajah yang mengancam perdamaian dunia.” Sebaliknya, Duta Besar Israel penjajah, Danny Danon, menyatakan bahwa “serangan kami akan terus berlanjut hingga ancaman nuklir Iran benar-benar dihancurkan.”

    Rusia dan China mengeluarkan pernyataan bersama menyerukan de-eskalasi segera. Namun, sebagian besar negara anggota Dewan Keamanan belum mengambil tindakan konkret. Sementara itu, ratusan warga AS telah meninggalkan Iran dalam beberapa hari terakhir, menurut kabel diplomatik yang bocor ke Reuters.

    Konflik Memasuki Titik Tidak Bisa Kembali?

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan peringatan keras dari Istanbul.

    “Genosida di Gaza dan perang udara melawan Iran membawa dunia ke ambang kehancuran. Ini kegilaan yang harus dihentikan,” katanya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Reuters.

    Dengan serangan terhadap fasilitas nuklir dan balasan rudal ke jantung ekonomi Israel penjajah, konflik ini telah melewati batas peringatan. Ketegangan bukan lagi retorika, tapi menjadi kenyataan dengan nyawa sebagai taruhannya.***

  • 82 Warga Gaza Tewas Dibantai Israel, 34 Orang Gugur saat Mencari Bantuan

    82 Warga Gaza Tewas Dibantai Israel, 34 Orang Gugur saat Mencari Bantuan

    PIKIRAN RAKYAT – Tragedi kemanusiaan kembali mengguncang dunia. Sebanyak 82 warga Palestina dilaporkan tewas dalam satu hari akibat serangan militer Israel penjajah di Jalur Gaza, Jumat 20 Juni 2025.

    Di antara para korban, 34 di antaranya meregang nyawa saat sedang mengantre bantuan kemanusiaan, menambah panjang daftar pembantaian terhadap rakyat sipil yang tengah putus asa mencari makanan dan keselamatan.

    Pencari Bantuan Menjadi Sasaran Peluru dan Bom

    Menurut laporan tim medis yang diterima Al Jazeera, serangan brutal terjadi di berbagai wilayah Gaza, termasuk di kota tengah Deir el-Balah dan Gaza selatan.

    Di wilayah Gaza tengah saja, 37 orang tewas—termasuk 23 yang menjadi korban saat menunggu bantuan makanan. Di Kota Gaza, tercatat 23 korban jiwa lainnya. Di selatan, 22 orang gugur, 11 di antaranya juga pencari bantuan.

    “Warga ditembak saat menunggu bantuan. Banyak dari mereka tidak bersenjata, hanya membawa wadah kosong untuk mengisi air atau makanan. Ini adalah tindakan tidak manusiawi,” tutur salah satu petugas medis di Rumah Sakit Al-Aqsa, yang enggan disebutkan namanya karena alasan keamanan.

    Serangan paling mematikan terjadi saat jet tempur Israel penjajah menghantam sebuah rumah di barat Deir el-Balah, menyebabkan puluhan warga sipil tewas, termasuk perempuan dan anak-anak.

    GHF Digugat, Distribusi Bantuan Dinilai Gagal Lindungi Warga

    Sejak 27 Mei, distribusi bantuan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—sebuah entitas yang didukung oleh Israel penjajah dan Amerika Serikat—menuai kritik tajam dari lembaga internasional karena dianggap gagal memastikan sistem distribusi yang aman dan layak.

    Ismail al-Thawabta, Direktur Jenderal Kantor Media Pemerintah Gaza, menyebut bahwa sejauh ini setidaknya 409 warga Gaza tewas saat mencoba mengakses bantuan, dan lebih dari 3.200 lainnya terluka.

    “Setiap hari, rakyat kami yang kelaparan dipaksa memilih antara mati karena bom atau mati karena lapar. Dan dunia masih bungkam,” ucap al-Thawabta.

    Krisis Air dan Makanan Memburuk, Anak-anak di Ambang Kematian

    Kondisi kemanusiaan di Gaza terus memburuk, tak hanya karena kekurangan makanan, tapi juga air bersih. Juru bicara UNICEF, James Elder, memperingatkan bahwa Jalur Gaza tengah menghadapi kekeringan buatan manusia karena sistem air telah hancur total.

    “Anak-anak akan mulai mati karena haus. Hanya 40 persen fasilitas air yang masih berfungsi. Ini bukan bencana alam, ini adalah bencana yang disengaja,” ujar Elder dari Jenewa, Jumat 20 Juni 2025.

    Menurut Elder, kurangnya transparansi tentang kapan dan di mana bantuan disalurkan juga memicu kekacauan. Situs bantuan kerap berada di zona pertempuran aktif, dan informasi distribusi sering kali tidak dapat diakses warga karena pemadaman internet.

    “Ada anak laki-laki yang terluka oleh proyektil tank saat mengambil bantuan, dan akhirnya meninggal karena lukanya. Berapa banyak anak lagi yang harus dikorbankan untuk disebut genosida?” katanya.

    Israel dan Iran Memanas, Erdogan: Dunia Mendekati Titik Tanpa Kembali

    Ketegangan regional semakin meningkat setelah Israel penjajah juga meluncurkan serangan terhadap sasaran di Iran dalam pekan yang sama. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan bahwa eskalasi konflik Israel penjajah–Iran dan genosida di Gaza kini berada di ambang kehancuran total.

    “Kegilaan ini harus berakhir secepat mungkin. Israel mengeluhkan serangan terhadap rumah sakitnya hari ini, tetapi hingga saat ini mereka telah menyerang lebih dari 700 fasilitas kesehatan di Gaza,” tutur Erdogan dalam forum pemuda Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Istanbul.

    PBB dan Dunia Masih Bungkam, Gaza Kehilangan Harapan

    Meski seruan gencatan senjata terus menggema, hingga kini belum ada tindakan tegas dari Perserikatan Bangsa-Bangsa ataupun negara-negara besar. Sistem distribusi bantuan yang seharusnya menjadi penyelamat, kini justru memperparah penderitaan rakyat Palestina.

    Sementara itu, GHF menyatakan bahwa mereka telah mendistribusikan lebih dari 3 juta makanan “tanpa insiden”, sebuah klaim yang dibantah langsung oleh laporan korban dan saksi lapangan.

    “Pusat bantuan mereka bukan lagi tempat harapan, tapi kuburan massal,” ucap seorang warga Deir el-Balah yang selamat dari ledakan namun kehilangan dua anaknya, dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Al Jazeera.***