partai: PBB

  • Israel Bantah Picu Kelaparan Massal di Gaza, Salahkan Hamas

    Israel Bantah Picu Kelaparan Massal di Gaza, Salahkan Hamas

    Tel Aviv

    Israel menolak kritikan internasional yang semakin meningkat, yang menuduh Tel Aviv berada di balik kekurangan pangan kronis yang memicu kelaparan massal yang kini menyelimuti berbagai wilayah Jalur Gaza. Israel membantah sebagai penyebab kelaparan massal di daerah kantong Palestina tersebut.

    Tel Aviv, seperti dilansir AFP, Kamis (24/7/2025), justru menyalahkan kelompok Hamas yang dituding secara sengaja menciptakan krisis kemanusiaan di wilayah Jalur Gaza.

    Sebanyak 111 organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM), dalam pernyataan bersama pada Rabu (23/7), menyatakan bahwa “kelaparan massal” sedang menyebar di Jalur Gaza.

    Prancis, secara terpisah, memperingatkan tentang meningkatnya “risiko kelaparan” yang disebabkan oleh “blokade yang diberlakukan oleh Israel” terhadap wilayah yang dilanda perang selama 21 bulan terakhir.

    Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga turut berkomentar mengatakan bahwa “sebagian besar penduduk Gaza mengalami kelaparan”. Dia bahkan menyebut kelaparan massal itu merupakan “buatan manusia”, namun tanpa menyebut nama Israel..

    “Saya tidak tahu sebagai apa Anda menyebutnya selain kelaparan massal — dan itu buatan manusia,” cetusnya saat berbicara kepada wartawan.

    Reaksi keras diberikan Israel atas pernyataan-pernyataan itu, dengan juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, menegaskan Israel tidak memicu kelaparan massal di Jalur Gaza.

    “Tidak ada kelaparan yang disebabkan oleh Israel. Ada kekurangan (pasokan) buatan manusia yang diatur oleh Hamas,” tegas Mencer dalam pernyataannya.

    Lihat juga Video WHO: 1.026 Orang Tewas Saat Berusaha Cari Makan di Gaza

    Mencer menuduh Hamas, yang serangan mengejutkan pada 7 Oktober 2023 memicu perang berkepanjangan di Jalur Gaza, telah mencegah distribusi pasokan bantuan kemanusiaan dan menjarah bantuan untuk diri mereka sendiri, atau menjualnya dengan harga yang melambung.

    “Bantuan telah mengalir ke Gaza,” ucapnya.

    Dia juga menyalahkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan rekan-rekannya karena gagal mengangkut truk-truk berisi bahan makanan dan kebutuhan pokok lainnya yang telah mendapatkan izin dan menunggu di seberang perbatasan Gaza.

    Namun, pernyataan 111 organisasi kemanusiaan dan HAM menyebut bahwa izin yang diberikan Israel masih terbatas, dan koordinasi untuk memindahkan truk-truk dengan aman ke lokasi yang dibutuhkan menjadi tantangan besar di zona perang yang aktif.

    Menurut organisasi-organisasi kemanusiaan itu, dalam pernyataan bersama, banyak gudang berisi berton-ton pasokan terbengkalai, dengan orang-orang “terjebak dalam siklus harapan dan putus asa, menunggu bantuan dan gencatan senjata”.

    Sebanyak 111 organisasi kemanusiaan dan HAM, termasuk Dokter Lintas Batas (MSF), Save the Children, dan Oxfam, yang menandatangani pernyataan bersama itu menyerukan gencatan senjata yang dinegosiasikan segera, pembukaan semua perlintasan perbatasan darat, dan aliran bantuan bebas melalui mekanisme PBB.

    Lihat juga Video WHO: 1.026 Orang Tewas Saat Berusaha Cari Makan di Gaza

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/zap)

  • 294 Warga Gaza Tewas Saat Cari Bantuan Sejak 30 Juni

    294 Warga Gaza Tewas Saat Cari Bantuan Sejak 30 Juni

    Jakarta

    Asisten Sekjen PBB untuk Timur Tengah dan Asia Pasifik, Khaled Khiari, mengatakan terdapat ratusan warga Palestina yang tewas saat sedang mencari bantuan di Gaza. Angka itu dihitung sejak akhir Juni tahun ini.

    “Saya memberi pengarahan kepada Anda hari ini di tengah berlanjutnya perundingan intensif mengenai potensi perjanjian gencatan senjata Gaza dan pembebasan sandera,” kata Khairi saat memberikan keterangan di Dewan Keamanan PBB dilansir Anadolu Agency, Kamis (24/7/2025).

    Khairi mengatakan situasi di Gaza terus memburuk. Operasi militer Israel terus menambah jatuhnya korban jiwa tiap jamnya.

    “Mimpi buruk bersejarah ini harus segera diakhiri,” ujarnya.

    Khiari mengatakan setidaknya 1.891 warga Palestina telah tewas sejak pengarahan terakhirnya pada 30 Juni. Ia mengatakan 294 orang tewas saat berupaya mengumpulkan bantuan, termasuk di sekitar lokasi distribusi bantuan yang dimiliterisasi.

    Khiari mengatakan “sudah lama berlalu bagi pertempuran untuk berakhir, bagi bantuan kemanusiaan yang memadai untuk memasuki Jalur Gaza, dan bagi pemulihan serta rekonstruksi untuk dimulai dalam konteks kembali ke jalur politik menuju solusi dua negara.”

    Dia mengecam tindakan Israel yang membatasi akses bantuan ke Gaza. Khairi mengatakan Israel telah banyak melanggar hukum internasional.

    Ia menggambarkan situasi yang sangat memprihatinkan di Tepi Barat yang diduduki Israel. Hal itu ditandai dengan meningkatnya serangan pemukim ilegal Israel dan serangan militer Israel.

    (ygs/zap)

  • Badan Pengawas Nuklir PBB Kunjungi Iran Bulan Depan, Bahas Apa?

    Badan Pengawas Nuklir PBB Kunjungi Iran Bulan Depan, Bahas Apa?

    Jakarta

    Delegasi dari Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) akan mengunjungi Iran dalam dua hingga tiga pekan ke depan. Kunjungan tersebut menjadi penanda baru dari keputusan Iran yang sempat menangguhkan kerja sama dengan badan pengawas nuklir PBB tersebut.

    “Kami telah sepakat untuk menerima delegasi IAEA, sebuah delegasi teknis, untuk berkunjung ke Iran segera, dalam dua hingga tiga minggu,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran Kazem Gharibabadi dilansir AFP, Kamis (24/7/2025).

    Gharibabadi mengatakan kunjungan tersebut akan berfokus pada pembentukan hubungan baru dengan badan pengawas nuklir PBB. Dia menyebut delegasi IAEA tidak akan mengunjungi situs-situs nuklir Iran.

    “Delegasi tersebut akan datang ke Iran untuk membahas modalitasnya, bukan untuk mengunjungi situs-situs tersebut,” katanya.

    Ia berbicara di Perserikatan Bangsa-Bangsa menjelang negosiasi pada hari Jumat (25/7) di Istanbul dengan Prancis, Inggris, dan Jerman, yang mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada Iran atas dugaan kegagalannya dalam mematuhi komitmen nuklirnya.

    “Jika negara-negara Eropa menjatuhkan sanksi, “kami akan merespons, kami akan bereaksi,” kata Gharibabadi.

    Pada awal Juli, tim inspektur IAEA meninggalkan Iran untuk kembali ke kantor pusat organisasi tersebut di Wina setelah Teheran menangguhkan kerja sama dengan badan tersebut.

    Amerika Serikat melancarkan serangannya sendiri pada 22 Juni. Serangan itu menargetkan fasilitas nuklir Iran di Fordo, Isfahan, dan Natanz.

    Presiden AS Donald Trump telah berulang kali menyebut serangan itu sukses karena “menghancurkan sepenuhnya” situs-situs tersebut, tetapi beberapa media telah melaporkan kebocoran intelijen yang menunjukkan gambaran yang lebih kabur.

    Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan minggu ini bahwa Teheran tidak berencana untuk menghentikan program nuklirnya, termasuk pengayaan uranium, meskipun fasilitasnya mengalami kerusakan “parah”.

    Berbicara pada hari Rabu (23/7) tentang dimulainya kembali perundingan nuklir AS-Iran, yang dibatalkan pada pertengahan Juni, Gharibabadi mengatakan ‘semakin cepat, semakin baik’ meskipun ia menekankan bahwa Amerika Serikat harus mengesampingkan tindakan militer lebih lanjut.

    (ygs/ygs)

  • Agresi Militer Belanda I Dimulai lewat Operasi Product

    Agresi Militer Belanda I Dimulai lewat Operasi Product

    Konvoi militer Belanda bergerak di jalanan Jawa selama Agresi Militer Belanda I, 20 Juli 1947. Kendaraan lapis baja dan truk pengangkut pasukan digunakan untuk menguasai jalur strategis di tengah konflik mempertahankan kemerdekaan Indonesia. (https://tinyurl.com/mf87y7ms)

    20 Juli 1947: Agresi Militer Belanda I Dimulai lewat Operasi Product
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 20 Juli 2025 – 06:00 WIB

    Elshinta.com – Pada 20 Juli 1947, Belanda secara resmi melancarkan Agresi Militer Belanda I melalui operasi militer bernama Operatie Product atau Operasi Product. Serangan ini dilakukan sebagai upaya Belanda untuk merebut kembali wilayah-wilayah penting di Indonesia yang dianggap vital secara ekonomi, seperti perkebunan di Sumatra dan pelabuhan strategis di Jawa. Serangan ini menandai titik eskalasi besar dalam konflik antara Republik Indonesia dan pemerintah kolonial Belanda setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

    Operasi ini dilaksanakan dengan pengerahan ribuan pasukan Belanda dan didukung persenjataan berat, baik dari darat, laut, maupun udara. Meski perjanjian Linggarjati telah ditandatangani pada tahun sebelumnya, Belanda menuduh Indonesia telah melanggar kesepakatan, dan menjadikan hal tersebut sebagai alasan untuk melancarkan serangan. Serangan dimulai pada dini hari dengan sasaran berbagai kota penting yang masih berada di bawah kendali Republik Indonesia.

    Dampak langsung dari Operasi Product adalah dikuasainya beberapa wilayah Republik, serta terganggunya jalur komunikasi dan logistik. Pemerintah Republik Indonesia pun memindahkan pusat pemerintahan ke Yogyakarta dan mulai mencari dukungan diplomatik dari dunia internasional. Agresi militer ini menuai kecaman dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan India, yang akhirnya mendorong Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) untuk menjadi mediator konflik.

    Operasi Product menjadi momen krusial dalam sejarah revolusi kemerdekaan Indonesia, yang menunjukkan bagaimana perjuangan militer dan diplomatik berjalan beriringan untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah diproklamasikan.

    Sumber : Sumber Lain

  • Israel Tembaki Warga Gaza Tewas Saat Antre Bantuan, Hamas Kena Tuduh

    Israel Tembaki Warga Gaza Tewas Saat Antre Bantuan, Hamas Kena Tuduh

    Jakarta, CNBC Indonesia – Setidaknya 20 warga Palestina tewas pada hari Rabu di lokasi distribusi bantuan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) alias Yayasan Kemanusiaan Gaza. Yayasan yang didukung AS tersebut mengatakan bahwa aksi massa tersebut dipicu oleh agitator bersenjata.

    GHF, yang juga didukung oleh Israel, mengatakan 19 orang terinjak-injak dan 1 orang ditikam hingga tewas dalam insiden desak-desakan di salah satu pusat bantuannya di Khan Younis, Gaza selatan.

    “Kami memiliki alasan yang kredibel untuk meyakini bahwa elemen-elemen di dalam kerumunan – yang bersenjata dan berafiliasi dengan Hamas – sengaja mengobarkan kerusuhan,” kata GHF dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Jumat (19/7/2025).

    Hamas menolak tuduhan GHF sebagai “salah dan menyesatkan”, dengan mengatakan bahwa penjaga GHF dan tentara Israel menyemprot orang-orang dengan gas merica dan melepaskan tembakan. GHF menanggapi pernyataan Hamas tersebut dengan mengatakan bahwa pernyataan Hamas “jelas-jelas salah”.

    “Gas air mata tidak dikerahkan sama sekali, begitu pula tembakan ke arah kerumunan. Semprotan merica digunakan secara terbatas, hanya untuk mencegah jatuhnya korban jiwa tambahan,” kata GHF dalam tanggapan tertulis kepada Reuters melalui surel.

    GHF menyebut insiden tersebut merupakan bagian dari pola yang lebih luas yang dilakukan Hamas untuk melemahkan dan pada akhirnya mengakhiri GHF. Menurut yayasan itu, bukanlah suatu kebetulan bahwa insiden ini terjadi selama negosiasi gencatan senjata, “di mana Hamas terus menuntut agar GHF menghentikan operasinya.”

    Para saksi mata mengatakan kepada Reuters bahwa para penjaga di lokasi menyemprotkan gas merica ke arah mereka setelah mereka mengunci gerbang pusat, menjebak mereka di antara gerbang dan pagar kawat luar.

    “Orang-orang terus berkumpul dan saling menekan; ketika orang-orang saling dorong… mereka yang tidak tahan jatuh menimpa orang-orang dan terhimpit,” kata saksi mata Mahmoud Fojo, 21 tahun, yang terluka dalam penyerbuan tersebut.

    “Beberapa orang mulai melompati pagar jaring dan terluka. Kami terluka, dan Tuhan menyelamatkan kami. Kami berada di bawah orang-orang dan kami mengucapkan Syahadat (doa kematian). Kami pikir kami akan mati, tamat,” tambahnya.

    Belum ada komentar langsung dari tentara Israel mengenai Hamas dan keterangan saksi mata.

    Pejabat kesehatan Palestina mengatakan kepada Reuters bahwa 21 orang meninggal karena sesak napas di lokasi kejadian. Seorang petugas medis mengatakan banyak orang berdesakan di ruang sempit dan terhimpit.

    Pada hari Selasa, kantor hak asasi manusia PBB di Jenewa mengatakan telah mencatat setidaknya 875 pembunuhan, dalam enam minggu terakhir di sekitar lokasi bantuan dan konvoi makanan di Gaza, yang mana mayoritas di dekat titik distribusi GHF.

    Sebagian besar kematian tersebut disebabkan oleh tembakan yang menurut penduduk setempat berasal dari militer Israel. Militer telah mengakui bahwa warga sipil Palestina terluka di dekat pusat distribusi bantuan, dengan mengatakan bahwa pasukan Israel telah diberi instruksi baru dengan “pelajaran yang dipetik”.

    Untuk diketahui, GHF menggunakan perusahaan keamanan dan logistik swasta AS untuk mengirimkan pasokan ke Gaza. Pengiriman pasokan sebagian besar melewati sistem yang dipimpin PBB, yang dituduh Israel telah membiarkan militan yang dipimpin Hamas menjarah kiriman bantuan yang ditujukan untuk warga sipil. Hamas telah membantah tuduhan tersebut.

    PBB menyebut model GHF tidak aman dan melanggar standar imparsialitas kemanusiaan, sebuah tuduhan yang dibantah oleh GHF. Amjad Al-Shawa, direktur Jaringan LSM Palestina, menuduh GHF melakukan salah urus yang parah pada hari Rabu.

    “Ribuan orang yang berbondong-bondong (ke lokasi GHF) kelaparan dan kelelahan, dan mereka terjepit di tempat-tempat sempit, di tengah kekurangan bantuan dan kurangnya organisasi serta disiplin dari GHF,” ujarnya kepada Reuters.

    Perang di Gaza, yang dipicu pada Oktober 2023 oleh serangan mematikan Hamas terhadap Israel, telah menggusur hampir seluruh penduduk wilayah tersebut dan menyebabkan kelaparan dan kekurangan yang meluas.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tingkat Kelahiran Korsel Terendah di Dunia, Tapi Klinik Fertilitas Laku Keras

    Tingkat Kelahiran Korsel Terendah di Dunia, Tapi Klinik Fertilitas Laku Keras

    Seoul

    Meskipun menghadapi tekanan finansial dan budaya selama menjalani program IVF di Korea Selatan, Jang Sae-ryeon tetap bermimpi untuk memiliki anak (Jang Sae-ryeon)

    Ketika Kim Mi-ae memulai program bayi tabung (IVF) pada November lalu, dia tahu itu akan menjadi ujian kesabaran yang berat sesuatu yang sudah dia alami saat hamil anak pertamanya tiga tahun lalu.

    Namun, yang mengejutkannya kali ini adalah antrean yang “gila” di klinik fertilitas.

    “Ketika saya datang pada Januari, rasanya seolah-olah semua orang telah membuat resolusi tahun baru untuk punya bayi! Bahkan dengan reservasi, saya menunggu lebih dari tiga jam,” kata warga Seoul berusia 36 tahun itu.

    Ketika Korea Selatan terus berjuang dengan tingkat kelahiran terendah di dunia, klinik kesuburan semakin diminati — titik terang dalam krisis demografis negara tersebut.

    Antara 2018 dan 2022, jumlah perawatan kesuburan yang dilakukan di negara tersebut meningkat hampir 50% menjadi 200.000. Tahun lalu, satu dari enam bayi di Seoul lahir dengan bantuan perawatan kesuburan.

    “Kita memiliki generasi muda yang terbiasa mengendalikan hidupnya,” kata Sarah Harper CBE, profesor Gerontologi di Universitas Oxford.

    Kontrol tersebut, tambahnya, dapat berupa perempuan lajang yang membekukan telurnya atau mencoba program bayi tabung ketika tidak dapat hamil.

    “Pada generasi sebelumnya, ada sikap menerima bahwa hamil atau tidak hamil adalah sesuatu yang kurang direncanakan. Kini perempuan Korea mengatakan, ‘Saya ingin merencanakan hidup saya.’”

    Ini adalah kabar baik bagi pemerintah Korea Selatan, yang berusaha mengangkat negara tersebut dari krisis demografis.

    Satu dari lima orang di Korea Selatan kini berusia 65 tahun atau lebih. Sebagai proporsi dari total populasi negara, belum pernah ada jumlah bayi sesedikit ini.

    Pada 2024, tingkat kelahiran di Korea Selatan naik untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun (Getty Images)

    Negara ini telah berulang kali memecahkan rekornya sendiri sebagai negara dengan tingkat kelahiran terendah di dunia:

    0,98 bayi per perempuan pada 2018;

    Jika tren ini berlanjut, para ahli memperingatkan bahwa populasi 50 juta orang dapat berkurang setengahnya dalam 60 tahun.

    Namun, baru-baru ini ada alasan untuk bersikap optimis dengan hati-hati: alih-alih mencapai rekor terendah lagi, tingkat kelahiran Korea Selatan naik sedikit menjadi 0,75 pada tahun 2024kenaikan pertama dalam sembilan tahun.

    “Ini adalah kenaikan kecil, tetapi tetap berarti,” kata Seulki Choi, seorang profesor di Sekolah Kebijakan Publik dan Manajemen Institut Pengembangan Korea.

    Masih terlalu dini untuk menentukan apakah ini awal dari pembalikan yang sangat dibutuhkan atau hanya fluktuasi sementara.

    Angka kelahiran Korea Selatan tetap jauh di bawah rata-rata global sebesar 2,2. Namun, banyak pihak seperti Choi tetap optimis dengan waspada.

    “Jika tren ini berlanjut, ini bisa menandakan pergeseran jangka panjang,” kata Choi. “Kita perlu memantau bagaimana sikap generasi muda terhadap pernikahan dan memiliki anak berubah.”

    Selama bertahun-tahun, memiliki anak bukanlah hal yang ada di pikiran Park Soo-in. Dia sibuk bekerja, sering kali baru pulang dari pekerjaannya di bidang periklanan pada pukul 04:00.

    “Saya bekerja di perusahaan dengan jam lembur yang tak ada habisnya, jadi itu bahkan bukan sesuatu yang bisa saya pertimbangkan secara realistis,” kata perempuan berusia 35 tahun itu.

    Segalanya mulai berubah setelah dia menikah dua tahun lalu. Dia mendapatkan pekerjaan baru dengan jam kerja yang lebih baikdan teman-temannya mulai memiliki keturunan.

    “Melihat dan berinteraksi dengan anak-anak mereka bikin saya merasa tidak terlalu tertekan, ” katanya. “Dan melihat suami saya mengambil inisiatif, melakukan riset tentang kehamilan dan persalinan, serta menunjukkan usaha yang nyata, bikin saya yakin bahwa kita bisa melakukannya.”

    Angka kelahiran di Korea Selatan mengalami peningkatan tipis pada 2024 (Getty Images)

    Ketika Park dan suaminya mengalami kesulitan untuk memiliki anak, mereka memutuskan untuk mencoba pengobatan kesuburan. Banyak orang lain juga melakukan hal yang sama, yang memperkuat proyeksi bahwa industri yang sedang berkembang ini dapat bernilai lebih dari US$2 miliar pada 2030.

    “Ini sebenarnya merupakan sinyal penting bagi pembuat kebijakan bahwa masih ada perempuan yang ingin memulai keluarga tetapi menghadapi hambatan untuk melakukannya,” kata Jennifer Sciubba, Presiden dan CEO Population Reference Bureau, sebuah organisasi nirlaba di Washington, DC.

    “Lebih dari segalanya, ini adalah tanda bahwa orang-orang tidak mampu memenuhi keinginan mereka untuk memiliki anak.”

    Sulitnya hamil hanyalah salah satu hambatan. Di balik krisis populasi Korea Selatan terdapat berbagai tekanan sosial dan finansial mulai dari norma patriarki yang menempatkan sebagian besar tanggung jawab pengasuhan anak pada perempuan hingga jam kerja yang panjang dan biaya pendidikan yang tinggi yang membuat banyak orang muda enggan memiliki anak.

    Bagi sebagian orang, impian tersebut hanya tertunda. Lebih dari setengah penduduk Korea Selatan mengatakan mereka ingin memiliki anak tetapi tidak mampu membiayainya, menurut laporan PBB. Saat perempuan Korea Selatan melahirkan anak pertama, usia rata-rata mereka adalah 33,6 tahun salah satu yang tertinggi di dunia.

    “Jika melihat ke belakang, mungkin lebih baik memulai lebih awal,” kata Park. “Tapi secara realistis sekarang terasa seperti waktu yang tepat. Di akhir usia 20-an, saya tidak memiliki kemampuan finansial untuk memikirkan pernikahan atau anak.”

    Hal yang sama berlaku bagi Kim, yang menghabiskan tiga tahun menabung untuk pernikahan dan empat tahun lagi untuk memiliki anak.

    “Orang-orang menghabiskan masa mudanya untuk belajar, mencari pekerjaan, dan menghabiskan uang untuk mempersiapkan hidup. Dan saat mereka siap untuk menetap, seringkali sudah terlambat,” katanya. “Tapi semakin lama menunda, semakin sulit [untuk hamil], baik secara fisik maupun emosional.”

    Bagi mereka yang memilih bayi tabung, proses mencoba hamil juga menjadi jauh lebih mahal.

    “Sulit untuk mengatakan berapa tepatnya biaya IVF karena sangat bervariasi tergantung pada orang dan siklusnya,” kata Kim. “Ini adalah pengeluaran besar dan tidak terduga yang benar-benar dapat mempengaruhi keuangan Anda.”

    Sebagai bagian dari upaya terkoordinasi untuk meningkatkan tingkat kelahiran, pemerintah Korea Selatan telah memperluas dukungan untuk perawatan kesuburan. Seoul kini memberikan subsidi hingga 2 juta won Korea ($1.460; Pound 1.100) untuk pembekuan sel telur dan 1,1 juta won untuk setiap perawatan bayi tabung

    Namun, meskipun ada subsidi pemerintah, Kim mengatakan dia menghabiskan lebih dari 2 juta won pada Januari untuk bayi tabung sebagian besar untuk biaya tambahan yang tidak ditanggung subsidi, seperti suplemen dan tes tambahan.

    Dan dengan kurang dari setengah siklus bayi tabung yang berhasil, biaya dapat menumpuk dengan cepat.

    Hal ini juga dialami oleh Jang Sae-ryeon di Provinsi Jeolla bagian barat daya. Perempuan berusia 37 tahun ini memulai pengobatan kesuburan dua tahun lalu dan telah menjalani lima siklus IVF, masing-masing menghabiskan sekitar 1,5 juta won.

    “Saya berharap semuanya berhasil setelah satu atau dua kali mencoba, tapi bagi kebanyakan orang, itu tidak terjadi,” katanya. “Tanpa uang, Anda tidak bisa melanjutkan. Itu kenyataannya. Dan menurut saya, itulah bagian yang paling membuat frustrasi.”

    Tantangan yang sama beratnya, kata mereka, adalah tekanan di tempat kerja saat berkomitmen pada jadwal bayi tabung yang padat.

    Meskipun perusahaan di Korea Selatan menawarkan beberapa hari cuti untuk perawatan kesuburan, mereka mengatakan bahwa dalam praktiknya sulit untuk memanfaatkannya. Kim mengatakan dia menjalani IVF untuk anak pertamanya tanpa mengambil cuti sama sekali. Jang, sementara itu, mengatakan rekan kerjanya meminta dia menunda perawatannya.

    “Hal itu membuat saya merasa bahwa IVF dan pekerjaan penuh waktu tidak bisa dipadukan,” kata Jang. “Jadi saya resign. Tapi setelah keluar, saya mengalami kesulitan finansial. Hal itu membuat saya harus resign lagi dan mencari pekerjaan baru.”

    Tekanan finansial dan budaya seperti itu mungkin telah meredam impian banyak orang Korea Selatan untuk memiliki anak, tetapi tidak bagi Jang.

    Dia masih menangis saat mengingat dua kehamilan di awal pernikahannya keduanya berakhir dengan keguguran.

    “Anda tahu, kan, orang bilang saat punya anak, Anda merasa cinta yang tak terbatas?” katanya. “Saya pikir memiliki anak yang mirip dengan kami berdua dan membangun keluarga bersama adalah salah satu bentuk kebahagiaan terbesar yang bisa dirasakan seseorang.”

    Lihat juga Video: 23 Ribu Bayi Lahir di Korea Selatan, Naik 11 Persen dari Tahun Lalu

    (nvc/nvc)

  • Dalih Israel Peluru Nyasar Usai Bikin Gereja Katolik di Gaza Hancur

    Dalih Israel Peluru Nyasar Usai Bikin Gereja Katolik di Gaza Hancur

    Jakarta

    Militer Israel menghancurkan satu-satunya gereja di Gaza. Bisa-bisanya Israel menyalahkan peluru nyasar atas serangan yang menewaskan tiga orang itu.

    Dirangkum detikcom, Sabtu (19/7/2025), militer Israel menyerang satu-satunya gereja Katolik di Gaza hingga melukai beberapa orang. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Israel menyampaikan permintaan maaf.

    “Israel menyampaikan duka cita yang mendalam atas kerusakan yang terjadi pada Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza dan atas jatuhnya korban sipil,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah unggahan media sosial, dilansir Aljazeera, Kamis (17/7).

    Kemlu Israel mengklaim “Israel tidak pernah menargetkan gereja atau tempat ibadah”. Meski pada kenyataannya, Israel telah menyerang puluhan masjid dan gereja sejak perang di Gaza berkecamuk.

    Bulan lalu, sebuah laporan komisi independen Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa Israel telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa “pemusnahan” dengan menyerang warga sipil Palestina yang berlindung di tempat-tempat ibadah dan sekolah-sekolah di Gaza.

    Laporan Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB tentang wilayah Palestina yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur dan Israel, menyatakan bahwa Israel telah menghancurkan lebih dari separuh situs keagamaan dan budaya di wilayah tersebut, serta lebih dari 90 persen gedung sekolah dan universitas di Gaza.

    Netanyahu Berdalih Peluru Nyasar

    Foto: Benjamin Netanyahu (BBC World).

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan penyesalannya setelah pihaknya menyerang satu-satunya gereja di Gaza. Ia menyesali tembakan nyasar dari tank Israel hingga menewaskan tiga orang tersebut.

    Dilansir AFP, Netanyahu menyalahkan peluru nyasar atas kematian tiga orang tersebut. Ia buka suara ke publik setelah melakukan panggilan telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

    Sebagai informasi, selain 3 orang tewas, sebanyak 10 orang lainnya juga dilaporkan terluka dalam serangan di Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza, satu-satunya rumah ibadah Katolik di wilayah itu. Salah satu korban termasuk pastor paroki Pastor Gabriel Romanelli.

    Para saksi mata dan Patriark Latin mengatakan sebuah granat tank menghantam gereja sekitar pukul 10.30 pagi waktu setempat (07.30 GMT), tetapi militer Israel kemudian mengatakan penyelidikan awal menunjukkan bahwa pecahan granat mengenai gereja secara tidak sengaja.

    Paus Leo XIV pun buka suara atas serangan itu. Ia mengaku sangat berduka atas hilangnya nyawa di Gereja Keluarga Kudus, yang selalu dihubungi oleh mendiang Paus Fransiskus selama perang antara Israel dan militan Hamas.

    Sementara itu, pihak militer Israel menegaskan telah melakukan segala upaya yang memungkinkan untuk mengurangi kerugian bagi warga sipil dan bangunan keagamaan. Netanyahu juga berjanji akan melakukan penyelidikan.

    “Israel sangat menyesalkan sebuah amunisi nyasar yang mengenai Gereja Keluarga Kudus di Gaza. Setiap nyawa tak berdosa yang hilang adalah sebuah tragedi,” kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.

    Kemudian, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengatakan Trump telah menghubungi Netanyahu setelah tidak ada reaksi positif terhadap berita serangan tersebut.

    “Israel telah membuat kesalahan dengan menyerang gereja Katolik itu, itulah yang disampaikan perdana menteri kepada presiden,” katanya.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/wnv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • RI tekankan urgensi sistem perpajakan internasional yang adil di G20

    RI tekankan urgensi sistem perpajakan internasional yang adil di G20

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia, melalui Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati, menekankan pentingnya menciptakan sistem perpajakan internasional yang adil di Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral, Forum G20.

    “Saya menekankan pentingnya menciptakan sistem perpajakan internasional yang adil, efektif, dan stabil,” kata Sri Mulyani dalam Instagram @smindrawati dikutip di Jakarta, Jumat.

    Dia menegaskan sistem perpajakan internasional bukan hanya menyoal fiskal, melainkan soal keadilan global agar seluruh negara bisa tumbuh bersama.

    Negara berkembang, kata dia, mempunyai hak yang setara dalam aktivitas ekonomi lintas batas yang terjadi di wilayah masing-masing.

    “Indonesia mendukung Two-Pillar Solution, dan kita sudah mulai melaksanakannya. Namun, pekerjaan kita belum selesai,” ujar Sri Mulyani.

    Menkeu RI pun menyatakan G20 harus menjadi forum yang memastikan bahwa tidak ada negara yang tertinggal dalam sistem perpajakan global yang makin kompleks.

    Tak hanya G20, Sri Mulyani juga menyoroti pentingnya peran Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk membantu negara-negara berkembang membangun kapasitas dan menjaga kedaulatan fiskalnya.

    “Pajak bukan hanya tentang pendapatan masing-masing negara. Ini tentang membangun masa depan dunia yang setara dan berkelanjutan,” tegas Sri Mulyani.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Langka, Israel Minta Maaf Usai Serang Satu-satunya Gereja Katolik di Gaza

    Langka, Israel Minta Maaf Usai Serang Satu-satunya Gereja Katolik di Gaza

    Jakarta

    Militer Israel menyerang satu-satunya gereja Katolik di Gaza hingga melukai beberapa orang. Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Israel menyampaikan permintaan maaf.

    “Israel menyampaikan duka cita yang mendalam atas kerusakan yang terjadi pada Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza dan atas jatuhnya korban sipil,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah unggahan media sosial, dilansir Aljazeera, Kamis (17/7/2025).

    Kemlu Israel mengklaim “Israel tidak pernah menargetkan gereja atau tempat ibadah”. Meski pada kenyataannya, Israel telah menyerang puluhan masjid dan gereja sejak perang di Gaza berkecamuk.

    Bulan lalu, sebuah laporan komisi independen Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan bahwa Israel telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan berupa “pemusnahan” dengan menyerang warga sipil Palestina yang berlindung di tempat-tempat ibadah dan sekolah-sekolah di Gaza.

    Laporan Komisi Penyelidikan Internasional Independen PBB tentang wilayah Palestina yang diduduki, termasuk Yerusalem Timur dan Israel, menyatakan bahwa Israel telah menghancurkan lebih dari separuh situs keagamaan dan budaya di wilayah tersebut, serta lebih dari 90 persen gedung sekolah dan universitas di Gaza.

    Sebelumnya diberitakan, serangan ke gereja Holy Family Church itu terjadi ketika badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan Israel menewaskan 18 orang di seluruh wilayah Palestina itu pada hari Kamis ini.

    “Holy Family Church di Gaza telah diserang pagi ini. Ada beberapa orang yang terluka di tempat itu, termasuk Pastor Paroki, Romo Gabriel Romanelli,” kata Patriarkat Latin Yerusalem dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Kamis (17/7/2025).

    (isa/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Bukan Beras, Ketahanan Pangan Takkan Bisa Terwujud Tanpa Ini

    Bukan Beras, Ketahanan Pangan Takkan Bisa Terwujud Tanpa Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mantan Menteri Luar Negeri (Menlu) RI yang kini menjabat sebagai Utusan Khusus Sekretaris Jenderal PBB, Retno Marsudi, menyoroti persoalan air dalam kaitannya dengan ketahanan pangan dunia. Dia menekankan bahwa air memegang peran penting dalam sistem pangan dan pertanian.

    “Pada saat kita berbicara mengenai ketahanan pangan, maka tidak dapat dihindari bahwa kita harus berbicara terlebih dahulu mengenai ketahanan air. Karena nexusnya (hubungannya) sangat dekat,” kata Retno dalam KAGAMA Leaders Forum di Kantor Berita RRI, Jakarta, Kamis (17/7/2025).

    Retno memaparkan data, 72% air tawar dunia digunakan untuk pertanian. Ia juga mencontohkan besarnya konsumsi air untuk produksi pangan.

    “Pada saat kita makan nasi, 1 kilo gram (kg) beras memerlukan 2.500 liter air dalam setahun, dan untuk 1 kg jagung diperlukan 900 liter air. Dengan kata lain, diperlukan air yang sangat banyak untuk memproduksi pangan,” jelasnya.

    Dengan kebutuhan yang begitu besar, ia pun mempertanyakan kesiapan dunia dalam menyediakan air.

    “Nah, pada saat kita tahu bahwa ketergantungan pangan terhadap air begitu besar, pertanyaannya adalah bagaimana kondisi air dunia saat ini? sehingga dapat memberikan dukungan terhadap upaya para pemerintah dunia mengenai ketahanan pangan,” ucap dia.

    Retno menyayangkan, dunia saat ini tengah menghadapi krisis air.

    “It is very unfortunate bahwa dunia saat ini sedang menghadapi krisis air. Tantangan terbesar ada tiga, kebanyakan air jadi banjir, terlalu sedikit jadi kekeringan, dan terlalu politik. Ini adalah tiga tantangan terbesar air yang dihadapi oleh dunia,” terang Retno.

    Ia mengungkapkan, satu dari empat orang di dunia sudah menghadapi kekeringan atau kekurangan air.

    “Pada 2050 nanti, perkiraan para saintis mengatakan bahwa kekeringan diperkirakan akan berdampak terhadap 3/4 penduduk dunia. Itu sangat banyak,” sambungnya.

    Selain itu, penduduk dunia juga diperkirakan akan melonjak menjadi 10 miliar pada tahun 2050.

    “Dan di tahun 2050 juga, penduduk dunia diperkirakan akan menjadi 10 miliar, kebutuhan pangan akan meningkat 50%, kebutuhan fresh water akan meningkat 30%. Perubahan iklim memperburuk semua tantangan yang dihadapi oleh air saat ini,” tuturnya.

    Di sisi lain, Retno juga menyoroti tantangan dalam pembangunan infrastruktur air. Katanya, menurut data Bank Dunia, kantong pemerintah untuk mendanai infrastruktur air hanya 1,2% dari total belanja publik. Sementara dari sumber pendanaan yang selama ini terjadi untuk infrastruktur air, 90% masih dikeluarkan dari dana pemerintah, dan partisipasi swasta untuk membangun infrastruktur air baru 2%.

    Ia menyebut perlunya kolaborasi dan kemitraan untuk menjawab tantangan ini.

    “Jadi dengan gambaran ini kita juga tahu bahwa ada tantangan dari sisi financing, supporting financing karena begitu dominannya uang pemerintah, padahal uang pemerintah juga terbatas. Oleh karena itu, selanjutnya yang kita bahas antara lain di dalam konferensi PBB mengenai air adalah bagaimana sebuah kemitraan ini bisa dapat terwujud untuk mendukung ketahanan air,” jelasnya.

    Retno pun mengajak semua pihak untuk bertindak tegas.

    “Pertanyaannya adalah, apa yang dapat kita lakukan saat ini? Pertama, business as usual sudah tidak mungkin kita lakukan lagi. Kita harus bertindak tegas. Karena produksi pangan tergantung air, maka pendekatan yang seimbang antara air dan pangan harus diambil,” kata dia.

    Ia mendorong transformasi sistem pangan. Di mana percepatan transformasi sistem agri-food diperlukan, sehingga menjadi lebih efisien, lebih inklusif, lebih resilient, dan lebih sustainable.

    Poin yang kedua, Retno menilai perlu penerapan prinsip produce more with less, yaitu menghasilkan lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit. Dalam konteks pertanian, hal ini berarti mendorong peningkatan hasil panen atau yield dengan penggunaan air yang lebih efisien. Tujuannya agar produktivitas tetap tinggi tanpa membebani ketersediaan air yang semakin terbatas.

    Dia menegaskan, pendekatan berbasis air harus jadi inti sistem pangan.

    “Karena tadi, 72% fresh water dunia terserap untuk agriculture. Artinya kita harus menerapkan integrated water resources management approaches dan juga solusi inovatif lainnya,” ujarnya.

    “Maka pendekatan responsif air memang mau tidak mau harus diletakkan di jantung sistem pertanian dan pangan. Itu memang tidak bisa diingkari dan sebuah political will sangat diperlukan, koordinasi lintas sektoral, koherensi kebijakan di semua tingkatan dan sebagainya,” imbuh dia.

    Retno juga menekankan pentingnya data yang akurat. Sehingga keputusan yang diambil baik di sektor air maupun di sektor pertanian dapat diambil dengan tepat.

    “Karena kita tidak dapat merespon dengan baik kalau data yang kita miliki tidak benar. Disitulah teknologi diperlukan, AI diperlukan, dan sebagainya,” pungkasnya.

    (wia)

    [Gambas:Video CNBC]