partai: PBB

  • Bupati Pati Sudewo Melunak: Batalkan Kenaikan PBB 250 Persen, Minta Maaf Tantang Warga

    Bupati Pati Sudewo Melunak: Batalkan Kenaikan PBB 250 Persen, Minta Maaf Tantang Warga

    Terkait pernyataannya yang menimbulkan kesalahpahaman di publik, Sudewo juga memberikan klarifikasi.

    “Saya juga minta maaf atas pernyataan ‘lima ribu silakan, lima puluh ribu massa silakan’. Tidak ada niat untuk menantang rakyat, apalagi rakyat saya sendiri,” tegasnya.

    Dia berkomitmen untuk terus terbuka terhadap kritik dan masukan demi kemajuan Kabupaten Pati.

    “Saya menyadari masih banyak kekurangan. Saya masih harus banyak belajar dan berguru. Saya terbuka terhadap semua masukan yang membangun demi Pati yang lebih baik,” ucapnya.

    Sudewo kembali mengajak seluruh elemen masyarakat menjaga situasi yang kondusif agar pembangunan daerah dapat berjalan optimal.

    “Saya ingin menjadi pemimpin yang amanah. Pembangunan RSUD Soewondo, perbaikan infrastruktur jalan, pendidikan karakter, dan penguatan sektor pertanian akan terus kami lanjutkan. Mohon dukungan dari seluruh masyarakat,” imbuhnya.

    Dalam kesempatan itu, Sudewo juga mengapresiasi antusiasme warga Kabupaten Pati menyemarakkan prosesi Kirab Boyongan Kabupaten Pati.

    Kirab yang menjadi puncak rangkaian Hari Jadi ke-702 Kabupaten Pati itu, digelar meriah pada hari yang sama. Kegiatan ini diikuti oleh Bupati, Wakil Bupati, jajaran Forkopimda, DPRD, pimpinan OPD, camat, tokoh masyarakat, hingga perwakilan pelajar dan pegiat budaya.

    Prosesi dimulai dari Genuk Kemiri, diawali dengan pengambilan air suci oleh Kepala Desa Sarirejo dan juru kunci, disambut dengan tari tradisional Eka Prawira dan Bedhaya.

    Doa dan gelar bregodo pun mengawali prosesi kirab yang menyusuri jalan-jalan kota, mulai dari Gemeces, Jalan Pemuda, melintasi Alun-Alun hingga finis di Kantor Bupati.

    Sepanjang rute, masyarakat menyambut antusias rombongan peserta kirab yang mengenakan busana adat, membawa pusaka, dan melibatkan prajurit simbolik dari tiga kadipaten cikal bakal Kabupaten Pati: Mojosemi, Paranggaruda, dan Carangsoka.

    Kirab juga diramaikan oleh pawai marching band, rombongan duta budaya, Paskibra, sanggar budaya, dan prajurit simbolik dari berbagai desa.

    Setibanya di Pendopo Kabupaten, acara dilanjutkan dengan pertunjukan Gongcik, Tari Golek Mugi Rahayu, hingga peletakan pusaka, dan pembacaan suluk oleh dalang.

    Bupati Sudewo dalam pidatonya yang disampaikan dalam Bahasa Jawa menegaskan bahwa kirab ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap sejarah dan budaya leluhur.

    “Kirab ini adalah simbol perjalanan sejarah Kabupaten Pati, dan harus menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk terus menjaga identitas dan nilai-nilai budaya lokal,” ujarnya.

    Sebagai penutup, dilakukan penanaman pohon beringin dan selametan sebagai bentuk doa dan harapan untuk masa depan Pati yang lebih baik.

    Reporter : Arief Pramono

  • Kenapa Arab Saudi Giatkan Diplomasi demi Kemerdekaan Palestina?

    Kenapa Arab Saudi Giatkan Diplomasi demi Kemerdekaan Palestina?

    Riyadh

    Sebagian menyebutnya sebagai “kelas master diplomasi” yang memperbesar peluang damai di Timur Tengah. Yang lain mencibir sebagai “aksi pencitraan” untuk memoles reputasi negara yang sering tersangkut kasus dugaan pelanggaran HAM.

    Lantas, mengapa Arab Saudi giat melobi dunia demi pengakuan internasional bagi Palestina?

    Dorongan monarki Riyadh agar lebih banyak negara yang mengakui kedaulatan Palestina sebenarnya telah dimulai sekitar setahun lalu. Pada September 2024, Arab Saudi bersama Norwegia meluncurkan Aliansi Global untuk Implementasi Solusi Dua Negara, dan menggelar dua pertemuan pertama di Riyadh.

    Pada bulan Desember lalu, Majelis Umum PBB kembali melakukan pemungutan suara, untuk mengonfirmasi sebagian besar negara di dunia masih percaya bahwa Solusi Dua Negara adalah jawaban atas konflik antara Israel dan Palestina.

    Pekan lalu, Arab Saudi dan Prancis menjadi tuan rumah sebuah konferensi serupa. Selama dan setelah pertemuan, sejumlah negara seperti Prancis, Kanada, Malta, Inggris, dan Australia mengumumkan akan, atau tengah mempertimbangkan secara serius, untuk mengakui kemerdekaan Palestina.

    Pertemuan tersebut juga menghasilkan dokumen sepanjang tujuh halaman, Deklarasi New York, yang ditandatangani oleh semua negara Liga Arab, Uni Eropa, serta sekitar 17 negara lainnya.

    Deklarasi ini merumuskan jalur bertahap menuju Solusi Dua Negara. Dokumen itu menyerukan pembubaran Hamas, kelompok militan Palestina yang memimpin serangan ke Israel pada 7 Oktober 2023, pembebasan sandera Israel yang tersisa, dan penyerahan kepemimpinan di Gaza.

    Fakta bahwa seluruh 22 anggota Liga Arab ikut menandatangani deklarasi tersebut dianggap sebagai terobosan diplomatik. Deklarasi itu menjadi kali pertama bagi sebagian besar negara Timur Tengah untuk secara terbuka mengecam Hamas.

    Arab Saudi, bersama Prancis, disebut-sebut sebagai inisiator utama di balik konsensus tersebut.

    “Mengingat posisi Arab Saudi dalam dunia Arab dan Islam, serta peran kerajaan sebagai penjaga situs-situs suci di Mekkah dan Madinah, apa pun yang dilakukan Arab Saudi akan membawa bobot tersendiri,” kata Kristian Coates Ulrichsen, peneliti Timur Tengah di Baker Institute for Public Policy, Rice University.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Mengapa baru sekarang?

    Sebelum serangan Hamas pada Oktober 2023 dan perang di Gaza, Saudi dan Israel sempat diisukan sedang membahas normalisasi hubungan diplomasi. Selama ini, Riyadh bersikeras pada kemerdekaan Palestina sebagai syarat perdamaian.

    Artinya, jika Saudi dan Israel berdamai, syarat Negara Palestina yang selama ini melandasi kebijakan luar negeri negara-negara Muslim tidak lagi menjadi bahan pertimbangan.

    Wacana tersebut menempatkan Arab Saudi dalam posisi pelik. Oleh masyarakat negara-negara Arab lain, Riyadh dicap sebagai “pengkhianat” terhadap perjuangan Palestina.

    Sebab itu pula, sebagian pengkritik menilai langkah Saudi di PBB baru-baru ini adalah upaya memperbaiki citra di dunia Arab dan Islam.

    Namun sesungguhnya, seperti ditulis analis Saudi dari lembaga think tank Gulf International Forum, Aziz Alghashian, dalam Cairo Review of Global Affairs, “salah satu kesalahpahaman yang terus bertahan adalah anggapan bahwa keinginan Saudi untuk menormalisasi hubungan dengan Israel adalah hal baru, padahal prosesnya sudah berlangsung sejak akhir 1960-an.”

    Ulrichsen menambahkan, upaya Saudi mewujudkan Solusi Dua Negara pun telah dimulai sejak lama.

    Pada 2002, Raja Abdullah dari Arab Saudi mengusulkan Inisiatif Perdamaian Arab. Dalam KTT Liga Arab di Beirut pada tahun yang sama, seluruh negara anggota menyepakati proposal Saudi, yang antara lain berkomitmen hanya akan mengakui Israel jika Palestina bebas dari pendudukan.

    Namun, seiring waktu, inisiatif ini mulai goyah akibat perbedaan pendapat dan kepentingan. Antara lain tentang hak kembali bagi warga Palestina yang terusir, serta gejolak Musim Semi Arab yang meruntuhkan sejumlah pemerintahan. Terakhir, sejumlah negara menandatangani Perjanjian Abraham dan berdamai dengan Israel.

    “Tetapi selama bertahun-tahun, Inisiatif Perdamaian Arab tetap menjadi posisi dasar bagi Arab Saudi,” kata Ulrichsen, sebuah posisi yang ditegaskan kembali bahkan pada 2020.

    “Kini, situasi mendesak di Gaza dan meningkatnya kekerasan di Tepi Barat, membuat Saudi berpikir mereka tidak bisa lagi diam di tengah kehancuran dan penderitaan kemanusiaan sebesar ini,” lanjutnya.

    Deklarasi New York pekan lalu sebabnya disebut-sebut sebagai pembaruan dari Inisiatif Perdamaian Arab yang digagas Saudi pada 2002.

    Dorongan perdamaian untuk kepentingan monarki

    Para analis menilai ada keuntungan strategis bagi Saudi dengan mendorong kedaulatan Palestina. Yang paling jelas adalah stabilitas kawasan, yang krusial bagi Saudi untuk mewujudkan rencana ambisius mendiversifikasi ekonominya dari sektor minyak.

    “Kepemimpinan Riyadh dalam isu Palestina adalah bagian dari reposisi strategis Saudi yang telah diperhitungkan,” tulis media berbahasa Arab, Raseef22, dalam sebuah opini pekan lalu.

    “Arab Saudi telah mengubah Inisiatif Perdamaian Arab menjadi alat politik yang relevan secara internasional, membentuk blok suara Arab-Islam, memberinya pengaruh dalam negosiasi keamanan energi dan maritim dengan Barat, dan yang terpenting, memperkuat posisinya dalam arsitektur pascaperang di Gaza.”

    Akankah inisiatif Saudi-Prancis berhasil?

    “Terlalu dini untuk sebuah kesimpulan,” kata Coates Ulrichsen. “Namun kenyataan bahwa Inggris dan Kanada telah mengeluarkan pernyataan pengakuan bersyarat terhadap Palestina menunjukkan pendekatan Saudi-Prancis mulai membuahkan hasil.”

    Setelah pertemuan pekan lalu di New York, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan menyerukan, agar lebih banyak negara anggota PBB mendukung Deklarasi New York sebelum Sidang Umum PBB berikutnya pada awal September.

    Peluangnya cukup besar. “Bagi Washington, inisiatif diplomatik Saudi-Prancis sesuai dengan kepentingan strategis AS dan menawarkan jalan keluar dari konflik berkepanjangan,” tulis Faisal J. Abbas, pengamat Saudi dan pemimpin redaksi Arab News dalam situs Semafor pekan lalu.

    “Inisiatif ini sebenarnya bisa membantu menstabilkan kawasan dan mengurangi keterlibatan militer AS, sekaligus menawarkan jaminan keamanan jangka panjang bagi Israel — jika Israel bersedia meninggalkan tuntutan kelompok sayap kanan untuk mencaplok Tepi Barat serta posisi maksimalis lain,” lanjut Abbas.

    Namun, inisiatif Saudi-Prancis ini tetap menghadapi penolakan keras dari Israel dan sekutu utamanya, Amerika Serikat.

    Baik Israel maupun AS tidak hadir dalam pertemuan tersebut dan sama-sama melayangkan kritik. Pemerintahan Trump menyebutnya sebagai “aksi panggung”, dan duta besar Israel untuk PBB mengeluhkan bahwa “penyelenggara konferensi membahas hal-hal yang terputus dari realitas.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha
    Editor: Agus Setiawan

    Tonton juga video “Arab Saudi Kecam Serangan AS ke Iran!” di sini:

    (nvc/nvc)

  • Eks Ibu Negara Korsel Minta Maaf Saat Diperiksa Terkait Korupsi

    Eks Ibu Negara Korsel Minta Maaf Saat Diperiksa Terkait Korupsi

    Rangkuman Dunia Hari Ini edisi Kamis, 7 Agustus 2025, kami awali dengan perkembangan soal tarif Amerika Serikat.

    Permohonan maaf mantan ibu negara Korea Selatan

    Mantan Ibu Negara Korea Selatan, Kim Keon Hee, meminta maaf dan menyebut dirinya “bukan siapa-siapa” saat hadir untuk diperiksa oleh penyidik atas serangkaian tuduhan korupsi terhadap masa jabatan suaminya.

    Kim dan suaminya, mantan Presiden Yoon Suk Yeol, sedang menjalani penyelidikan terpisah oleh jaksa khusus.

    Kim sudah menjadi subjek berbagai skandal besar, beberapa di antaranya terjadi lebih dari 15 tahun yang lalu, yang membayangi masa kepresidenan Yoon yang bergejolak dan menimbulkan kerugian politik baginya dan partai konservatifnya.

    “Saya sungguh menyesal orang seperti saya telah menimbulkan kekhawatiran bagi semua orang di negara ini,” kata Kim saat memasuki kantor jaksa penuntut khusus.

    Tarif tambahan Trump untuk India

    Presiden Donald Trump mengenakan tarif tambahan sebesar 25 persen untuk impor India sebagai “hukuman” karena mereka mengimpor minyak Rusia.

    Tarif ini akan berlaku dalam tiga pekan dan akan ditambahkan di atas tarif terpisah sebesar 25 persen, sehingga tarif India menjadi 50 persen.

    Dalam sebuah pernyataan, pemerintah India mengatakan “sangat disayangkan bahwa Amerika Serikat memilih untuk mengenakan tarif tambahan pada India atas tindakan yang juga dilakukan beberapa negara lain demi kepentingan nasional mereka sendiri”.

    India menjadi pembeli utama minyak Rusia, sehingga menjadi pasar ekspor yang sangat dibutuhkan bagi Rusia setelah terputus dari pembeli tradisional di Eropa karena perang.

    Pengungsi Afghanistan dideportasi dari Pakistan

    Pihak berwenang di Pakistan terus mendeportasi para pengungsi Afghanistan secara paksa, setelah pemerintahan Pakistan menolak memperpanjang waktu tinggal mereka.

    Keputusan ini berdampak pada sekitar 1,4 juta warga Afghanistan yang memegang kartu khusus, dengan status hukum yang akan berakhir akhir Juni.

    Banyak yang mengharapkan perpanjangan satu tahun untuk menyelesaikan urusan pribadi, seperti menjual properti atau menyelesaikan urusan bisnis, sebelum kembali ke Afghanistan.

    Keputusan tersebut menuai kritik dari Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi, badan pengungsi PBB.

    Penembakan di pangkalan militer AS

    Seorang sersan dari angkatan udara Amerika Serikat melepaskan tembakan di sebuah pangkalan militer di Georgia, hingga melukai lima tentara.

    Angkatan Darat AS mengidentifikasi tersangka penembak di balik penembakan di Fort Stewart sebagai Sersan Quornelius Radford, seorang prajurit berusia 28 tahun.

    Brigadir Jenderal John Lubas, komandan Divisi Infanteri ke-3, mengatakan kepada wartawan jika Sersan Radford tampaknya menggunakan pistol pribadi di tempat kerjanya, dan menggambarkan para prajurit yang terluka sebagai rekan kerja Sersan Radford.

    Pria bersenjata itu kini telah ditahan, sementara para prajurit di daerah tersebut yang menyaksikan penembakan “segera dan tanpa ragu-ragu” menangani si penembak, kata Brigadir Jenderal Lubas.

    Tonton juga video “Momen Eks Ibu Negara Korsel Menunduk-Minta Maaf” di sini:

  • Jerman Bimbang untuk Mengakui Negara Palestina

    Jerman Bimbang untuk Mengakui Negara Palestina

    Berlin

    Akhir pekan lalu, muncul video-video dari Hamas dan kaum jihadis yang memperlihatkan sandera-sandera yang tampak kelaparan di Jalur Gaza. Kelompok-kelompok militan Islamis dan para simpatisannya menculik para sandera dalam serangan berdarah ke Israel pada 7 Oktober 2023. Dalang dari serangan tersebut adalah Hamas, yang oleh AS, Uni Eropa, Jerman, dan beberapa negara lain diklasifikasikan sebagai organisasi teroris.

    Kini diberitakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kemungkinan ingin menduduki seluruh Jalur Gaza. Perdana Menteri yang kontroversial itu mengklaim bahwa ia akan melakukan segalanya untuk membebaskan sandera-sandera. Sementara itu, kelaparan dan kematian di kalangan warga sipil Palestina di Gaza terus berlanjut.

    Kanselir Jerman Friedrich Merz menyatakan keterkejutannya atas gambar-gambar tersebut. “Hamas menyiksa para sandera, meneror Israel, dan menggunakan penduduknya sendiri di Jalur Gaza sebagai tameng manusia,” ujar Merz kepada surat kabar Bild.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron menulis di platform X bahwa Hamas telah menunjukkan “ketidakmanusiawian yang tak berbatas.” Ia menegaskan bahwa pembebasan segera seluruh sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza merupakan “prioritas mutlak” bagi pemerintahannya.

    Merz juga menekankan kepada media Bild bahwa Hamas “tidak boleh memainkan peran apa pun di masa depan Gaza.” Macron menyuarakan hal serupa.

    Prancis dan Jerman tidak sepakat soal pengakuan Palestina sebagai negara

    Namun dalam hal pengakuan Palestina sebagai sebuah negara, Prancis dan Jerman saling bertolak belakang.

    Macron baru-baru ini mengumumkan bahwa ia berniat mengakui Palestina sebagai negara dalam Sidang Umum PBB bulan September mendatang. Israel segera mengutuk langkah tersebut setelah diumumkan oleh Prancis. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengkritik, bahwa ini sama saja dengan “memberi penghargaan pada terorisme.”

    Sebaliknya, pemerintah Jerman untuk saat ini tidak merencanakan langkah tersebut, dan menganggap pengakuan negara Palestina hanya masuk akal apabila sebagai hasil dari proses negosiasi.

    Apakah Palestina sudah menjadi sebuah negara?

    Ada tiga kriteria utama yang harus dipenuhi agar suatu wilayah dapat disebut sebagai negara, jelas pakar hukum internasional Aaron Dumont dari Institut Hukum Perlindungan Perdamaian dan Hukum Kemanusiaan Universitas Bochum dalam wawancara dengan DW.

    Kriteria tersebut adalah:

    Wilayah negara yang jelasPenduduk negaraPemerintahan yang menjalankan kekuasaan negara.

    “Dua dari tiga kriteria dasar tersebut sudah pasti terpenuhi. Yang sulit adalah soal kekuasaan negara. Bisa dikatakan bahwa hal itu belum dimiliki oleh Palestina. Karena itu, negara tersebut belum benar-benar ada.”

    Di kalangan pakar hukum internasional sendiri, definisi pengakuan negara masih diperdebatkan — dan dengan demikian juga pertanyaan apakah Palestina sudah menjadi sebuah negara.

    Pakar Timur Tengah, Muriel Asseburg dari Lembaga Ilmu dan Politik, mengatakan dalam wawancara dengan DW bahwa pengakuan Palestina oleh negara-negara lain tidak akan langsung berdampak pada kehidupan nyata warga di wilayah tersebut. Beberapa negara saat ini pun sudah memiliki hubungan diplomatik langsung dengan Palestina, yang diwakili oleh Otoritas Palestina.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Otoritas Palestina mengelola Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Pemimpin Palestina Mahmoud Abbas sejak 2013 menyatakan akan berhenti menggunakan istilah “Otoritas Palestina” dan mulai menyebutnya sebagai “Negara Palestina”. Namun, pemimpin berusia 89 tahun ini sendiri tidak populer di kalangan rakyatnya. Pemilu terakhir berlangsung hampir dua dekade lalu. Pemerintah Fatah yang dipimpinnya mengakui eksistensi negara Israel.

    Di Jalur Gaza, Hamas memegang kendali dan menciptakan rasa ketakutan serta teror, serta tidak mengakui negara Israel. Bagi sebagian besar negara yang telah mengakui Palestina sebagai negara, Hamas dianggap sebagai mitra negosiasi yang sama sekali tidak bisa diterima.

    Pengakuan negara juga menjadi rumit karena batas-batas antara Israel dan wilayah Palestina belum jelas, begitu pula status Yerusalem Timur. Israel secara de facto menguasai sebagian besar wilayah yang sebenarnya berada di bawah kendali Otoritas Palestina. Mahkamah Internasional dalam opini terakhirnya menyatakan bahwa pendudukan wilayah Palestina — Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Gaza — adalah ilegal.

    Pakar politik Asseburg menjelaskan dalam wawancara dengan DW: “Pengakuan negara Palestina akan memberikan sinyal bahwa: Kita tidak hanya sekadar menuntut solusi dua negara secara abstrak, tetapi kita ingin berkontribusi agar negara Palestina benar-benar ada berdampingan dengan Israel. Untuk itu, harus ada langkah konkret untuk mengakhiri pendudukan Israel.”

    149 dari 193 negara anggota PBB sudah mengakui Palestina

    Saat ini, 149 dari total 193 negara anggota PBB telah mengakui Palestina sebagai negara yang berdaulat. Pakar hukum internasional Dumont menegaskan: “Tidak bisa dikatakan bahwa kalau sejumlah negara mengakui Palestina, maka otomatis menjadi sebuah negara.”

    Namun, keanggotaan penuh Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York masih dianggap tidak mungkin untuk saat ini. Pakar Timur Tengah Asseburg menjelaskan lebih lanjut:

    “Keanggotaan penuh Palestina di PBB tidak akan terjadi dalam waktu dekat, karena hal itu membutuhkan keputusan dari Dewan Keamanan PBB. Dan untuk itu dibutuhkan persetujuan Amerika Serikat — yang saat ini tampaknya tidak akan diberikan.”

    Sejak 2012, Palestina memiliki status pengamat di Sidang Umum PBB, jelas Asseburg. “Sejak memperoleh status pengamat, Palestina dapat bergabung dengan berbagai organisasi internasional lainnya — termasuk Mahkamah Pidana Internasional.”

    Status pengamat ini dianggap sebagai langkah awal menuju keanggotaan penuh di PBB.

    Komitmen Jerman terhadap Israel

    Tekanan terhadap pemerintah Jerman meningkat agar bersikap lebih kritis terhadap Israel. Setelah laporan mengenai niat Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk menduduki seluruh Gaza, juru bicara partai kiri yang merupakan oposisi – Die Linke, Lea Reisner, menuntut:

    “Harus ada tekanan politik, termasuk terhadap sekutu.” Ia menyebut sikap pemerintah koalisi Jerman sejauh ini sebagai “kebangkrutan total dalam kebijakan luar negeri Jerman.”

    Permintaan agar Palestina diakui sebagai negara terus bermunculan. Namun, Jerman masih jauh dari langkah tersebut. Salah satu alasan utama yang dikemukakan pemerintah Jerman adalah komitmen khusus terhadap Israel karena holokaus, yakni pembunuhan jutaan orang Yahudi selama masa rezim Nazi. Dari situ lahirlah apa yang disebut “raison d’etat” Jerman — komitmen nasional untuk menjamin keamanan Israel.

    Meskipun begitu, Kanselir Jerman Friedrich Merz telah memperkeras nada terhadap Israel. Ia menuntut gencatan senjata permanen di Gaza dan lebih banyak bantuan kemanusiaan dari Israel bagi warga di sana. Namun, di saat yang bersamaan, ia tidak ingin membuat Israel, tersinggung.

    Menurut Merz, pengakuan Palestina hanya bisa dilakukan di akhir dari proses menuju solusi dua negara antara Israel dan Palestina. Saat ini, ia tidak menganggap pengakuan itu sebagai “langkah yang tepat.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga video “Jerman Desak Israel Beri Bantuan ke Gaza” di sini:

    (nvc/nvc)

  • Wabah Kolera Kembali Ancam Pengungsi di Sudan

    Wabah Kolera Kembali Ancam Pengungsi di Sudan

    Foto Health

    Chelsea Olivia Daffa – detikHealth

    Kamis, 07 Agu 2025 08:00 WIB

    Sudan – Seorang pasien kolera di Darfur Utara, Sudan, terbaring lemah di klinik darurat PBB. Wabah kolera kembali menghantui wilayah konflik ini.

  • Israel Mau Caplok Gaza, Komisi I DPR: Perburuk Derita Rakyat Palestina

    Israel Mau Caplok Gaza, Komisi I DPR: Perburuk Derita Rakyat Palestina

    Jakarta

    Wakil Ketua Komisi I DPR RI Dave Laksono mengaku khawatir terhadap rencana Israel dalam menguasai seluruh jalur Gaza. Dave meyakini langkah Israel itu hanya akan memperburuk penderitaan rakyat Palestina.

    “Komisi I DPR RI memandang bahwa langkah tersebut tidak hanya bertentangan dengan prinsip-prinsip hukum internasional, khususnya Konvensi Jenewa dan resolusi-resolusi PBB, tetapi juga mengancam stabilitas kawasan dan memperburuk penderitaan rakyat Palestina,” kata Dave saat dihubungi, Kamis (7/8/2025).

    Dave mengatakan pemerintah Indonesia harus bersuara lantang dalam menolak rencana Israel tersebut. Menurutnya, Kementerian Luar Negeri (Kemlu) bisa kembali aktif menggunakan jalur diplomasi untuk mengajak komunitas internasional menentang dan menggagalkan niat Israel menguasai Gaza.

    “Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Luar Negeri, perlu memperkuat diplomasi aktif di berbagai forum internasional, termasuk PBB dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), untuk mendorong gencatan senjata permanen dan penyelesaian damai yang adil,” ujar Dave.

    Selain upaya diplomasi, Dave mengatakan pemerintah Indonesia juga harus tetap memperhatikan kondisi warga Gaza yang saat ini dilanda kelaparan. Pengiriman bantuan dan obat-obatan harus tetap dilakukan.

    AS Tak Cegah Israel Caplok Gaza

    Israel telah menggunakan perintah pemindahan paksa untuk memaksa warga Palestina masuk ke kantong-kantong yang semakin mengecil di Gaza, mengubah 86 persen wilayah tersebut menjadi zona militerisasi.

    Ketika ditanya tentang laporan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memutuskan untuk menduduki seluruh wilayah Palestina tersebut, Trump mengatakan ia hanya fokus untuk “memberi makan orang-orang” di Gaza.

    “Selebihnya, saya benar-benar tidak bisa mengatakannya. Itu akan sangat tergantung pada Israel,” kata Trump kepada para wartawan pada Selasa (5/8) waktu setempat, dilansir Al-Jazeera, Rabu (6/8).

    (ygs/jbr)

  • PBNU Kecam Israel Ingin Caplok Seluruh Gaza: Langgar Hukum Internasional!

    PBNU Kecam Israel Ingin Caplok Seluruh Gaza: Langgar Hukum Internasional!

    Jakarta

    Israel telah mengambil ancang-ancang untuk menguasai seluruh wilayah jalur Gaza, Palestina. Ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi atau Gus Fahrur mengecam langkah tersebut dan menyebutnya sebagai rencana jahat.

    “Rencana jahat itu jelas akan merusak semua upaya regional dan internasional yang bertujuan untuk mencapai perdamaian yang adil dan menyeluruh bagi rakyat Palestina,” kata Gus Fahrur saat dihubungi, Kamis (7/8/2025).

    Gus Fahrur menegaskan PBNU menolak sikap Israel yang berniat menguasai jalur Gaza. Dia menyebut tindakan itu telah melanggar hukum internasional.

    “Kita jelas menolak dan itu tidak boleh dilakukan karena melanggar hukum internasional. Penerapan rencana semacam itu oleh Israel hanya akan menimbulkan eskalasi dan destabilisasi lebih lanjut di Palestina,” jelas Gus Fahrur.

    PBNU mendesak komunitas internasional bersatu menolak rencana jahat Israel tersebut. Dewan Keamanan PBB, kata Gus Fahrur, harus berani mengambil peran dalam mencegah Israel menguasai Gaza.

    “Kita menyerukan komunitas internasional, Dewan Keamanan PBB, organisasi HAM dan semua masyarakat dunia untuk menolak tegas dan mengambil sikap serius menghentikan kekejian Israel dan memberikan perlindungan internasional bagi rakyat Palestina serta mengizinkan akses masuk tanpa syarat bagi bantuan kemanusiaan,” ujarnya.

    Rencana Israel Caplok Gaza

    Israel telah menggunakan perintah pemindahan paksa warga Palestina masuk ke kantong-kantong yang semakin mengecil di Gaza, mengubah 86 persen wilayah tersebut menjadi zona militerisasi.

    Namun, peningkatan operasi militer di sisa wilayah tersebut akan semakin membahayakan nyawa warga Palestina, yang sudah menanggung gempuran harian dan kelaparan.

    Rencana Netanyahu untuk menaklukkan Gaza juga menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan warga Israel yang masih disandera kelompok Hamas dan kelompok Palestina lainnya.

    Pejabat tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Miroslav Jenca mengatakan bahwa pendudukan penuh atas Gaza akan “berisiko menimbulkan konsekuensi parah”.

    “Hukum internasional jelas dalam hal ini. Gaza adalah dan harus tetap menjadi bagian integral dari negara Palestina di masa depan,” ujar Jenca kepada Dewan Keamanan PBB.

    Pada Rabu (6/8), Netanyahu menggelar pertemuan dengan para pejabat keamanan senior Israel untuk menyelesaikan strategi baru perang. Dilansir Reuters, Rabu (6/8/2025), kantor Netanyahu menyatakan bahwa Netanyahu telah mengadakan ‘diskusi terbatas’ dengan para pejabat keamanan. Diskusi itu berlangsung sekitar tiga jam, di mana Kepala Staf Militer Eyal Zamir “mempresentasikan opsi untuk melanjutkan operasi di Gaza”.

    Seorang pejabat Israel sebelumnya mengatakan kepada Reuters bahwa Menteri Pertahanan Israel Katz dan Menteri Urusan Strategis Ron Dermer, orang kepercayaan Netanyahu, juga menghadiri pertemuan tersebut untuk memutuskan strategi yang akan dibawa ke kabinet minggu ini.

    Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga telah mengisyaratkan bahwa ia tidak akan menghalangi kemungkinan rencana Israel untuk mengambil alih seluruh wilayah Jalur Gaza.

    Ketika ditanya tentang laporan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memutuskan untuk menduduki seluruh wilayah Palestina tersebut, Trump mengatakan ia hanya fokus untuk “memberi makan orang-orang” di Gaza.

    “Selebihnya, saya benar-benar tidak bisa mengatakannya. Itu akan sangat tergantung pada Israel,” kata Trump kepada para wartawan pada Selasa (5/8) waktu setempat, dilansir Al-Jazeera, Rabu (6/8).

    Halaman 2 dari 2

    (ygs/dhn)

  • Malapetaka di China Menggila, Kota Lumpuh-Bandara Tumbang

    Malapetaka di China Menggila, Kota Lumpuh-Bandara Tumbang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Hujan ekstrem yang mengguyur kawasan selatan China selama beberapa hari terakhir telah melumpuhkan sebagian wilayah dan memicu kekhawatiran serius akan penyebaran penyakit, kerugian ekonomi, dan bencana alam susulan.

    Pada Rabu (6/8/2025), pemerintah dan tim penyelamat kini berlomba melawan waktu untuk mengatasi kerusakan, memulihkan infrastruktur, dan mencegah wabah semakin luas.

    Guangzhou, ibu kota provinsi Guangdong, menjadi salah satu kota yang paling parah terdampak dengan curah hujan terberat kedua abad ini pada bulan Agustus. Bandara Baiyun, yang termasuk salah satu bandara tersibuk di dunia, terpaksa membatalkan 363 penerbangan dan menunda 311 lainnya akibat badai yang menggila.

    Kondisi serupa juga terjadi di Hong Kong dan kota-kota teknologi tinggi di kawasan Delta Sungai Mutiara. Pada hari sebelumnya, hujan tercatat sebagai yang terlebat untuk Agustus sejak 1884.

    Langit berwarna kelam mengguyur kota-kota besar dengan derasnya air, menyebabkan tanah longsor, tumbangnya pepohonan, dan jalan-jalan berubah menjadi sungai berlumpur.

    Tim penyelamat di Guangdong berupaya membuka saluran air dan memompa genangan dari wilayah-wilayah perkotaan. Media pemerintah menyebutkan, kerusakan parah juga terlihat pada jalan-jalan raya yang terkikis hingga memperlihatkan kabel dan infrastruktur bawah tanah.

    Wabah Chikungunya

    Salah satu ancaman terbesar yang kini menghantui adalah potensi penyebaran wabah chikungunya. Hujan deras yang menyebabkan genangan air di berbagai wilayah menciptakan lingkungan ideal bagi nyamuk penyebar virus.

    Foshan, kota yang terletak di sebelah barat Guangzhou, menjadi pusat penyebaran utama, dengan lebih dari 7.000 kasus telah dilaporkan sebelumnya di seluruh Guangdong.

    Gambar dan video dari lapangan menunjukkan betapa parahnya situasi di mana jalanan tergenang lumpur, sementara warga dan petugas berusaha mengevakuasi dan menyelamatkan warga yang terjebak.

    “Upaya pencarian dan penyelamatan masih berlangsung, dengan seluruh sumber daya yang tersedia dikerahkan untuk menemukan dan mengevakuasi warga yang terjebak,” kata juru bicara militer Suneel Bartwal, dilansir Reuters.

    Pemerintah provinsi mengakui bahwa beberapa minggu ke depan akan menjadi masa yang sangat menantang dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit.

    “Musim banjir yang diperparah oleh topan dan hujan lebat meningkatkan aktivitas nyamuk secara drastis,” ungkap otoritas setempat.

    Menurut Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) di bawah PBB, fenomena banjir dan kekeringan yang lebih intens merupakan sinyal bahaya dari krisis iklim yang sedang memperburuk siklus air global.

    Adapun sebanyak 16 sungai di provinsi Guangdong berada dalam status siaga tinggi karena berpotensi meluap. Di dua lokasi, tinggi muka air telah melampaui rekor sejak 2017 dan 2018.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Wanti-wanti PBB soal Rencana Israel Caplok Gaza

    Wanti-wanti PBB soal Rencana Israel Caplok Gaza

    Jakarta

    Israel berencana mengambil Gaza, Palestina. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan keras Israel atas rencana itu.

    Dirangkum detikcom, Rabu (6/8/2025), PBB memperingatkan perluasan operasi militer Israel di Jalur Gaza akan berisiko memicu konsekuensi bencana. Pernyataan itu dilontarkan saat Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dilaporkan mempertimbangkan untuk melakukan pendudukan total atas daerah kantong Palestina tersebut.

    Peringatan itu, seperti dilansir AFP, disampaikan oleh Asisten Sekretaris Jenderal PBB untuk Eropa, Asia Tengah, dan Amerika, Miroslav Jenca, saat berbicara di hadapan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB dalam rapat membahas para sandera yang ditahan di Jalur Gaza.

    Jenca mengatakan bahwa perluasan perang “akan berisiko menimbulkan konsekuensi bencana bagi jutaan warga Palestina dan dapat semakin membahayakan nyawa para sandera yang tersisa di Gaza”.

    “Tidak ada solusi militer untuk konflik di Gaza atau konflik Israel-Palestina yang lebih luas,” tegas Jenca dalam rapat terbaru Dewan Keamanan PBB yang digelar pada Selasa (5/8) waktu setempat.

    Tonton juga video “Respons Trump Saat Ditanya soal Rencana Israel Caplok Gaza” di sini:

    Dalam kunjungan ke fasilitas pelatihan militer Israel pada Selasa (5/8), Netanyahu mengatakan bahwa: “Penting untuk menuntaskan kekalahan musuh di Gaza, untuk membebaskan semua sandera kita, dan untuk memastikan bahwa Gaza tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.”

    Dalam perang yang berkecamuk selama 22 bulan terakhir, pasukan Israel telah menghancurkan sebagian besar wilayah Jalur Gaza, dengan peringatan berulang kali soal kelaparan massal telah meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Netanyahu untuk menghentikan pertempuran melawan Hamas.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Gideon Saar, saat berbicara menjelang rapat Dewan Keamanan PBB mengatakan bahwa dirinya datang ke markas besar PBB untuk “menempatkan isu sandera di garis depan dan pusat perhatian dunia”.

    “Saya datang untuk menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat para sandera kami,” ucapnya.

    Sementara Jenca, dalam rapat Dewan Keamanan PBB, menyerukan agar “semua sandera yang ditahan di Gaza segera dibebaskan tanpa syarat”. Namun dia juga menyoroti minimnya bantuan kemanusiaan yang saat ini masuk ke Jalur Gaza.

    “Israel terus membatasi bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza, dan bantuan yang diizinkan masuk sangat tidak memadai,” ujarnya.

    “Kelaparan terjadi di mana-mana di Gaza, terlihat dari wajah anak-anak dan keputusasaan orang tua yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk mendapatkan pasokan paling dasar,” imbuh Jenca.

    Halaman 2 dari 3

    (whn/azh)

  • Dukungan Demo Tolak Kenaikan PBB di Pati Terus Mengalir, Posko Kebanjiran Donasi Air Mineral

    Dukungan Demo Tolak Kenaikan PBB di Pati Terus Mengalir, Posko Kebanjiran Donasi Air Mineral

    Liputan6.com, Jakarta Rencana unjuk rasa besar-besaran warga Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menolak kebijakan kenaikan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sebesar 250 persen, ternyata terus mendapat dukungan banyak pihak.

    Dukungan ini muncul usai insiden penyitaan Satpol PP terhadap puluhan dos air mineral sumbangan donasi. Dari pantauan Liputan6.com di Posko Aksi 13 Agustus yang berdiri di dekat Kantor Bupati Pati, warga makin antusias menyumbang bantuan logisitik.

    Tumpukan kardus berisikan air mineral ditumpuk rapi berjajar di depan Kantor Bupati Pati. Diperkirakan panjangnya mencapai sekitar 35 meter dan tinggi 1 meter.

    Salah seorang warga yang berdonasi, Ageng Wahyudi mengaku, dia tergugah untuk berdonasi air mineral untuk persiapan unjuk rasa pada 13 Agustus nanti, karena keberatan dengan kebijakan Bupati Pati.

    Apalagi setelah mengetahui kericuhan antara warga penggalang donasi dengan aparat Satpol-PP dan PLT Sekda Pati, Selasa (5/8) kemarin. Ageng semakin simpati dengan rencana menolak kebijakan kenaikan tariff PBB P2 itu.

    “Kemarin Aqua-nya diambil (Satpol PP), kita perbanyak lagi. Kita donasi pribadi dan menginginkan pajaknya diturunkan, jadi masyarakat Kajen ingin bergerak untuk Pati yang lebih baik,” ucap Ageng di lokasi posko.

    Donatur lainnya, Oky juga tergerak berdonasi sebagai rasa solidaritas terhadap sesama. Dia menyebut bahwa kenaikan PBB-P2 sebesar 250 persen berseberangan dengan kondisi ekonomi masyarakat saat ini yang tidak menentu.

    “Memberatkan sekali dalam kondisi ekonomi kayak gini,” ucap Oky.

    Sedangkan warga lainnya yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, Kardi menandaskan, penggalangan donasi persiapan aksi bakal terus dilakukan meskipun di lokasi tersebut digunakan rangkaian Kirab Boyongan Hari Jadi Kabupaten Pati.

    Kardi mengakui sejak adanya insiden penyitaan air mineral oleh Satpol PP, masyarakat Kabupaten Pati semakin antusias memberikan dukungan kepada posko Aksi 13 Agustus.

    “Sampai sekarang masyarakat sudah banyak yang tahu (posko di donasi), terlebih sejak adanya kejadian dirampas Satpol PP. Karena mereka (Satpol PP) tidak memberikan surat peringatan terlebih dahulu dan langsung datang mengambil dan merampas,” tukasnya.

    Dikonfirmasi terpisah, Kapolresta Pati AKBP Jaka Wahyudi, mengaku sudah mempersiapkan dengan matang untuk pengamanan aksi unjuk rasa besar-besaran yang dilakukan warga Pati pada 13 Agustus mendatang.

    “Kami mengimbau aksi-aksi yang dilakukan warga berdampak positif dan kondusif. Selain itu, unjuk rasa berjalan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan,” ujar Jaka Wahyudi.

    Terkait jumlah personel pengamanan yang bakal diturunkan, Jaka mengaku sudah mempersiapkannya.

    “Kita masih lihat perkembangan dari keterangan panitia penyelenggara unjuk rasa berapa jumlah massa yang akan dilibatkan,” tukas Jaka.

    Reporter: Arief Pramono