partai: PBB

  • Singa Betawi jadi puncak acara HUT RI di Setu Babakan

    Singa Betawi jadi puncak acara HUT RI di Setu Babakan

    Jakarta (ANTARA) – Unit Pengelola Kawasan (UPK) Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jakarta Selatan, mengatakan drama treatikal “Singa Betawi” menjadi puncak acara perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan RI.

    “Kami menggelar tampilan pamungkas drama teatrikal sejarah dengan judul Singa Betawi Cahaya Tak Pernah Padam,” kata Kepala Satuan Pelaksana (Kasatlak) Edukasi dan Informasi UPK Setu Babakan Farah Aini Astuti saat dihubungi di Jakarta, Jumat.

    Dia menuturkan UPK PBB Setu Babakan akan menampilkan kesenian Singa Betawi sebagai puncak acara perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan RI pada Sabtu, 16 Agustus 2025 di Amphiteater atau Gedung Serbaguna Setu Babakan.

    Pertunjukan tersebut juga diwarnai dengan rangkaian kegiatan seni samrah, gambang kromong, palang pintu, tanjidor, dan bazaar kuliner.

    “Singa Betawi digelar pada 16 Agustus 2025, dan sebelumnya ada Lomba Permainan Tradisional pada 12-13 Agustus 2025,” ujar Farah.

    Pertunjukan Singa Betawi diharapkan menjadi daya tarik utama bagi pengunjung karena memadukan musik tradisional, gerakan akrobatik, dan simbol-simbol budaya Betawi yang kental.

    Perayaan HUT RI di Setu Babakan digelar setiap tahun sebagai upaya melestarikan dan memperkenalkan budaya Betawi kepada masyarakat luas sekaligus mempererat kebersamaan warga dalam suasana kemerdekaan.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 10
                    
                        Saat Jakarta Tak Pernah Siang di Kampung Tongkol…
                        Megapolitan

    10 Saat Jakarta Tak Pernah Siang di Kampung Tongkol… Megapolitan

    Saat Jakarta Tak Pernah Siang di Kampung Tongkol…
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kehidupan warga di Kampung Tongkol, Kelurahan Ancol, Jakarta Utara, seolah tak “mengenal” siang.
    Cahaya matahari sulit menembus ke permukiman yang membuat siang hari terasa seperti malam yang tak berujung.
    Lorong-lorong sempit hanya selebar 1,5 meter menjadi satu-satunya jalur lalu lintas warga. Di beberapa titik, sepeda motor terparkir di depan rumah mempersempit ruang gerak.
    Di antara dinding-dinding bata yang menempel tanpa celah, terlihat jemuran pakaian yang masih basah menggantung.
    Bagi warga, getaran dan bising kereta sudah menjadi bagian hidup sehari-hari.
    “Enggak sih, (kami) beradaptasi dengan lingkungan sangat baik. Kami di sini kekeluargaan, saling membantu. Justru dengan kampung unik seperti ini kan kami saling membantu,” kata Tias (54), salah satu warga saat ditemui
    Kompas.com
    , Rabu (6/8/2025).
    Tias telah tinggal di Kampung Tongkol lebih dari dua dekade. Ia pindah dari Kampung Sumur, Klender, demi mendekatkan diri dengan tempat kerja suaminya di Taman Sari, Jakarta Barat.
    “Waktu itu kan ayahnya ini kerjanya jauh, di Taman Sari. Nah, pas itu kan ada teman nawarin kontrakan. Ini setahun cuma kena Rp 1,4 juta. Itu satu tahun. Saya senang sekali ya, saya coba-cobalah,” ujarnya.
    Lama-kelamaan, rasa betah tumbuh. Rumah kontrakan yang awalnya ia sewa akhirnya bisa ia beli.
    “Alhamdulillah rumah itu (sekarang) kebeli sama saya sendiri. Jadi sampai saat ini,” kata dia.
    Dari rumah itu, Tias membesarkan anak-anaknya. Salah satunya sempat berkuliah, namun terhenti karena keterbatasan biaya.
    “Anak saya juga tadinya kan kuliah, cuma karena saya nggak mampu, jadi dia sementara berhenti dulu. Sudah di rumah saja,” ungkapnya.
    Tias mengakui bahwa ia dan warga lainnya tak pernah membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk rumahnya.
    “Alhamdulillah kami kan nggak bayar pajak tanah. Ini dari PJKA,” katanya.
    Lahan yang ia tempati, seperti juga rumah-rumah warga lain di Kampung Tongkol, merupakan milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) atau Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
    Ia bahkan menyebut keberadaan got dan sistem serapan air membuat wilayah itu relatif aman dari banjir dan nyamuk.
    “Di sini Alhamdulillah tidak… tidak pernah, tidak pernah kami sampai kehujan atau kebanjiran gitu,” ujarnya.
    Ketua RT 07 RW 01 Kampung Tongkol, Saprudin, menceritakan bahwa kawasan ini pernah dibongkar besar-besaran pada 1989.
    Namun, pada masa reformasi 1998, warga kembali menghuni lahan tersebut.
    “Saya ingat ini kan tahun 1982, itu dulunya sudah ada pemukiman warga. Tahun 1989 pernah dibongkar. Kan kosong ya, sudah dibongkar, enggak ada pemukiman lagi. Zaman reformasi pada matok-matok, dibangun lagi,” ujarnya.
    Saprudin menuturkan bahwa praktik jual beli bangunan marak dilakukan tanpa sepengetahuan RT, bahkan tanpa surat atau sertifikat resmi, karena tanah yang ditempati merupakan aset milik negara.
    “Mereka tuh jual semua (bentuknya) bangunan, bukan tanah karena itu kan tanah PJKA. Jadi kalau mereka sudah bangun (lalu) bosan, semuanya dijual. Jadi mereka tuh jual beli pun tidak sepengetahuan kita (RT),” katanya.
    Saprudin mengakui praktik jual-beli bangunan di Kampung Tongkol berlangsung secara diam-diam.
    Transaksi terjadi hanya atas bangunan tanpa hak tanah dan sering kali tanpa pemberitahuan kepada RT.
    “Pernah tuh warga, punya bangunan di kolong tol, dia jual-beli sama orang tapi tidak melalui saya. Pas dia meninggal, jadi rebutan. Saya enggak ada urusan. Kenapa? Jual-beli tadi itu saya tidak tahu dan tidak diberitahu,” ujarnya.
    Kondisi ini kerap memicu sengketa warisan atau kepemilikan bangunan.
    Saat ini, wilayah RT 07 mencakup sekitar 30 kepala keluarga, sebagian besar pendatang tinggal di pinggir rel atau kolong jalan tol.
    Saprudin menyebut, bangunan-bangunan di Kampung Tongkol awalnya hanya berupa ruang berteduh sederhana tanpa dapur atau kamar mandi.
    Namun, seiring waktu, warga memperluas dan menambah fasilitas hingga menjadi rumah permanen.
    “Itu di atas rel ada bangunan dan dikontrakin. Awalnya di bawah, tapi lama-lama di atas rel juga dibikin kamar, dinding, dapur. Jadi berkembang begitu aja,” katanya.
    Meski begitu, ia menegaskan keterbatasan peran pengurus lingkungan, tidak bisa menindak karena urusan PJKA.
    “Itu seharusnya urusan PJKA. Tanah mereka. Kalau kita kan nggak bisa apa-apa. Pemda juga terbatas,” ucapnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Yang Naik Lebih 50% Pasti Tak Wajar

    Yang Naik Lebih 50% Pasti Tak Wajar

    Jakarta

    Wakil Ketua Komisi II DPR, Dede Yusuf, menyoroti Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Pati naik hingga 250%. Dia mengatakan kenaikan apapun di atas 50% pasti tak wajar.

    Dede awalnya mengatakan kenaikan PBB harusnya dilakukan secara berkala. Dia mengatakan PBB tak boleh melonjak tinggi mendadak.

    “Penyesuaian PBB NJOP besaran PBB harusnya secara berkala, jadi tidak boleh terjadi lonjakan ekstrem secara mendadak tanpa adanya mitigasi atau prinsip keadilan. Asas keadilan ini yang harus diperhatikan adalah kemampuan membayar, jadi masyarakat mampu nggak membayar,” kata Dede kepada wartawan, Jumat (8/8/2025).

    Dede mengatakan perlindungan masyarakat diatur dalam Undang-Undang (UU) Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Kenaikan PBB yang tinggi bisa dianggap sebagai maladministrasi.

    “Perlindungan masyarakat ada diatur dalam pasal 3 dan pasal 6 UU PDRD. Pelanggaran hak asasi ini bisa dianggap maladministrasi. Jadi beberapa daerah biasanya menaikan 50% per tahun, tahun berikutnya dinaikkan lagi,” ujarnya.

    “Bayangkan, jika beban tersebut naik, maka yang terjadi adalah kemungkinan masyarakat daya beli akan menurun. Lalu kemudian juga potensi penambahan kemiskinan, belum lagi gejolak sosial, jadi harus sangat berhati-hati sekali, saran saya kepada semua kepala daerah, bukan hanya Pati Saja,” ujarnya.

    Dede mengatakan memang tidak ada larangan menaikkan pajak. Namun, katanya, apapun yang naik di atas 50% pasti tak wajar.

    Kenaikan PBB sebesar 250% diketahui menuai protes warga di Pati. Bupati Pati Sudewo membeberkan sejumlah alasan dalam kenaikan PBB itu.

    “Berusaha maksimal rumah sakit ini menjadi baik sebaiknya untuk rakyat Kabupaten Pati. Saya berusaha maksimal infrastruktur jalan yang sebelumnya kondisinya rusak berat saya perbaiki bagus,” kata Sudewo kepada detikJateng saat ditemui di sela-sela kegiatan di Pati, dilansir detikJateng, Rabu (6/8).

    Terbaru, Sudewo mengklaim hampir 50% warga yang telah membayar pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan atau PBB-P2 yang naik 250%. Meski begitu, dia siap meninjau ulang kenaikan itu jika ada yang menuntut.

    Sudewo mengatakan kenaikan pajak bumi dan bangunan ini tidak semua 250%. Dia menyebut ada yang 50% sampai 100% atau kenaikan PBB-nya tidak merata.

    “Kenaikan 250% itu tidak semuanya. Itu hanya maksimal 250% itu maksudnya,” jelas Sudewo saat konferensi pers di Pati.

    “Jadi yang di bawah 100%, 50%, jauh lebih banyak,” sambungnya.

    (dek/haf)

  • Netanyahu Pastikan Gaza akan Diserahkan ke Negara Arab, Bukan Dikuasai Israel

    Netanyahu Pastikan Gaza akan Diserahkan ke Negara Arab, Bukan Dikuasai Israel

    GELORA.CO -Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan negaranya tidak akan membentuk pemerintahan di Gaza setelah perang melawan Hamas berakhir.

    Dalam wawancara dengan Fox News pada Kamis, 7 Agustus 2025, Netanyahu mengatakan ingin negara-negara tetangga Arab yang mengurus Gaza.

    “Tujuan kami adalah menyingkirkan Hamas, membebaskan warga Gaza dari Hamas, lalu menyerahkannya ke pemerintahan sipil yang bukan Hamas dan tidak memusuhi Israel,” kata Netanyahu, dikutip dari RT.

    Ia menegaskan Israel hanya ingin membangun garis keamanan, bukan menguasai Gaza.

    Israel pernah mengendalikan Gaza sejak 1967 hingga mundur pada 2005. Awal bulan ini, media Israel melaporkan Netanyahu berencana mencari persetujuan kabinet untuk menduduki Gaza sepenuhnya, meski mendapat penolakan dari militer Israel.

    Konflik terbaru Hamas dan Israel meletus pada Oktober 2023 setelah serangan mendadak Hamas di Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang dan menyandera 250 orang. Sejak itu, perang berkepanjangan menewaskan lebih dari 60.000 warga Palestina menurut otoritas Gaza.

    PBB, organisasi kemanusiaan, dan beberapa negara Eropa menuduh Israel menyerang pemukiman sipil secara membabi buta dan menghalangi bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.

  • Bupati Pati Minta Maaf, Sebut Kenaikan PBB 250% Tidak Dipukul Rata

    Bupati Pati Minta Maaf, Sebut Kenaikan PBB 250% Tidak Dipukul Rata

    Bisnis.com, JAKARTA – Bupati Pati Sudewo meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi karena polemik kenaikan tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (PBB-P2) hingga 250% yang akan dilakukannya.

    Menurutnya, kericuhan yang terjadi antara masyarakat dan satpol PP pada Selasa (5/8) dilakukan murni untuk ketertiban.

    Ia pun mengatakan bahwa pemkab tidak berniat merampas barang-barang peserta aksi, melainkan hanya ingin memindahkan barang-barang tersebut agar tidak mengganggu kirab boyongan Hari Jadi Kabupaten Pati dan kegiatan 17 Agustus 2025.

    Kemudian terkait pernyataannya yang sempat menuai kontroversi, Sudewo juga menyampaikan klarifikasi bahwa ucapannya soal “5.000 silakan, 50.000 massa silakan” tidak bermaksud menantang rakyat.

    “Saya hanya ingin menyampaikan agar aksi tersebut berjalan tertib dan murni sebagai penyampaian aspirasi, bukan ditunggangi pihak-pihak tertentu,” jelasnya di Pati pada Kamis (7/8), dikutip dari Antaranews.

    Sudewo pun menjelaskan bahwa kenaikan PBB 250% tidak dipukul rata untuk seluruh objek pajak, angka tersebut merupakan batas maksimal.

    “Banyak yang kenaikannya 50 persen, karena kenaikan 250 persen bukan angka kenaikan rata-rata yang berlaku bagi seluruh wajib pajak,” ujarnya.

    Ia pun akan melakukan peninjauan ulang untuk mengatasi polemik kenaikan pajak yang dinilai memberatkan masyarakat tersebut.

    “Kalau memang ada yang merasa keberatan atas kenaikan hingga 250 persen, akan saya tinjau ulang,” ujarnya.

    Sudewo juga mengungkapkan bahwa hingga saat ini, realisasi pembayaran PBB di Kabupaten Pati telah mencapai hampir 50 persen.

    Ia mengakui pada awal kepemimpinannya masih banyak kekurangan, dan pihaknya juga terbuka terhadap masukan dari berbagai pihak untuk memperbaiki tata kelola pemerintahan.

    “Saya sadar banyak kekurangan dan masih perlu belajar. Saya akan mendengarkan semua masukan demi membenahi Kabupaten Pati,” ujarnya.

    Ia mengajak seluruh masyarakat untuk menahan diri dan bersama-sama menjaga suasana kondusif agar pembangunan bisa berjalan lancar.

    Sudewo menegaskan komitmennya untuk bekerja tulus demi kemajuan daerah, termasuk pembenahan fasilitas publik seperti RSUD RAA Soewondo dan perbaikan infrastruktur jalan.

    “Saya akan tetap konsisten membangun Kabupaten Pati. Mohon doa dan dukungannya,” ujarnya.

  • Ahmad Luthfi Buka Suara Soal Polemik Bupati Pati Naikkan PBB 250%

    Ahmad Luthfi Buka Suara Soal Polemik Bupati Pati Naikkan PBB 250%

    Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi akhirnya angkat suara soal polemik kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar 250% yang dilakukan oleh Bupati Pati.

    Menurutnya, kenaikan pajak boleh saja asal tidak membebani rakyat.

    “Kenaikan itu boleh-boleh saja, namun besarannya tidak boleh membebani masyarakat,” kata Ahmad Luthfi, di Purworejo, Kamis (7/8), dikutip dari Antaranews. 

    Ia pun menginstruksikan kepada Bupati Pati untuk melakukan kajian komprehensif, yang bisa melibatkan pihak ketiga seperti universitas.

    Kemudian instruksi yang ketiga, kenaikan pajak yang dilakukan harus sesuai dengan kemampuan masyarakat Pati.

    Ketiga, hasil kajian kenaikan itu tidak boleh membebani perekonomian masyarakat.

    “Prinsip, tidak boleh membebani dan sesuai dengan kemampuan masyarakat. Lakukan kajian yang komprehensif,” katanya pula.

    Ia juga meminta Bupati Pati membuka ruang-ruang publik dalam pembahasannya. Dengan komunikasi itu, maka pemerintah kabupaten akan mendapatkan masukan yang komprehensif.

    Akhirnya, keputusan yang diambil akan menjadi win-win solution dan bermanfaat bagi pemerintah daerah maupun warganya.

    “Buka ruang-ruang publik dan lakukan sosialisasi. Tangkap aspirasi publik. Sehingga pembangunan wilayah ke depannya bisa berkesinambungan,” katanya lagi.

    Ahmad Luthfi mengatakan bahwa aturan yang saat ini memberatkan masyarakat, maka bisa direvisi. Revisi pun harus segera dilakukan agar tak membuat masyarakat was-was.

    “Lakukan sosialisasi dengan tepat, agar bisa dipahami masyarakat. Prinsip, kebijakan yang diambil tidak boleh membebani masyarakat,” katanya pula.

  • Babak Baru Polemik PBB Pati: Bupati Minta Maaf dan Turunkan PBB 250 Persen
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        8 Agustus 2025

    Babak Baru Polemik PBB Pati: Bupati Minta Maaf dan Turunkan PBB 250 Persen Regional 8 Agustus 2025

    Babak Baru Polemik PBB Pati: Bupati Minta Maaf dan Turunkan PBB 250 Persen
    Editor
    PATI, KOMPAS.com –
     Polemik kenaikan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di Kabupaten Pati mencapai babak baru.
    Bupati Pati, Sudewo, akhirnya mengabulkan tuntutan utama warga dengan menegaskan akan menurunkan tarif PBB yang mencapai 250 persen, sebuah keputusan yang diambil di tengah tekanan dari berbagai arah dan rencana demonstrasi besar yang masih menanti.
    Berikut adalah rangkuman perjalanan polemik PBB Pati, dari awal mula kemarahan warga, bupati minta maaf, hingga keputusan bupati untuk mengakomodir tuntutan.
    Semua bermula dari kebijakan Pemerintah Kabupaten Pati yang menaikkan tarif PBB-P2 hingga 250 persen. Kebijakan ini memicu kemarahan publik yang dimotori oleh Aliansi Masyarakat Pati Bersatu.
    Mereka menggalang dukungan logistik secara masif di depan gerbang Kantor Bupati Pati dan berencana menggelar demonstrasi besar-besaran pada 13 Agustus 2025.
    Koordinator Lapangan, Supriyono, menyebut aksi ini sebagai respons atas kebijakan yang mencekik dan sebagai jawaban atas pernyataan bupati yang dianggap menantang.
    “Massa lebih dari 50.000 sesuai tantangan Bupati Pati Sudewo. InshaAllah baik-baik demonstrasinya, dilarang merusak fasilitas umum dan sebagainya,” kata Supriyono.

    Meski Bupati Sudewo sempat meminta maaf dan berjanji akan mengkaji ulang kebijakannya, hal itu tidak menyurutkan niat massa. Sebaliknya, tuntutan mereka justru bertambah dan meluas.
    Aliansi Masyarakat Pati Bersatu menegaskan aksi akan tetap berjalan, tidak hanya untuk membatalkan kenaikan PBB, tetapi juga untuk melengserkan Bupati Sudewo dari jabatannya.
    “Pernyataan Pak Sudewo tadi pagi (meminta maaf) tidak mengendorkan semangat kawan-kawan. Kita kita tetap berdemonstrasi. Karena selain tuntutan turunkan pajak PBB kita juga menuntut Sudewo dilengserkan, karena sudah tidak layak memimpin Pati,” tegas Supriyono.
    Kegaduhan di Pati sampai ke telinga pimpinan daerah yang lebih tinggi. Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, turun tangan dan memberikan tiga instruksi tegas kepada Bupati Pati.
    Gubernur meminta Pemkab Pati melakukan kajian komprehensif, membuka ruang dialog, dan memastikan kebijakan tidak membebani masyarakat.
    “Prinsip, tidak boleh membebani dan sesuai dengan kemampuan masyarakat. Lakukan kajian yang komprehensif,” kata Ahmad Luthfi, Kamis (7/8/2025).
    Selain gubernur, arahan untuk menurunkan PBB juga datang dari Menteri Dalam Negeri, yang kemudian menjadi salah satu dasar Bupati Sudewo dalam mengambil keputusan final.
    Di tengah tekanan yang menguat, Bupati Sudewo akhirnya menyampaikan permintaan maaf secara terbuka dan komprehensif. Ia meminta maaf atas kericuhan saat penertiban donasi oleh Satpol PP, yang ia sebut hanya bertujuan memindahkan logistik demi kelancaran acara kirab.
    Sudewo juga secara khusus meluruskan pernyataannya yang dianggap menantang rakyat.
    “Saya tidak menantang rakyat. Sama sekali tidak ada maksud menantang rakyat. Mosok rakyatku tak tantang. Saya hanya ingin menyampaikan supaya demo tersebut berjalan lancar dan betul-betul murni tuntutan aspirasi bukan karena ditumpangi pihak-pihak tertentu,” kata Sudewo.
    Puncak dari rentetan peristiwa ini terjadi pada Kamis (7/8/2025) sore. Usai mengikuti acara kirab Hari Jadi Kabupaten Pati, Bupati Sudewo secara resmi mengumumkan keputusannya.
    Ia menyatakan akan mengakomodir tuntutan warga dan menurunkan kembali tarif PBB yang mengalami kenaikan hingga 250 persen, sesuai arahan dari atasan dan desakan dari masyarakat.
    “Bapak Ibu sekalian warga Kabupaten Pati yang saya hormati dan saya banggakan. Terkait dengan kenaikan pajak yang sampai dengan 250 persen sesuai arahan Bapak Menteri Dalam Negeri dan Bapak Gubernur Jawa Tengah untuk diturunkan dan itu juga sesuai dengan tuntutan warga Kabupaten Pati,” kata Sudewo.
    “Maka pada kali ini saya memberikan satu informasi penegasan bahwa yang kenaikan PBB-nya sampai 250 persen saya nyatakan saya akomodir untuk diturunkan,” pungkasnya.
    SUMBER: KOMPAS.com
     
     
     
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Disoraki Warga Saat Kirab HUT Pati, Begini Reaksi Bupati Sudewo

    Disoraki Warga Saat Kirab HUT Pati, Begini Reaksi Bupati Sudewo

    Jakarta

    Bupati Pati, Sudewo, disoraki warga saat momen iring-iringan kirab budaya hari jadi Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Lantas bagaimana reaksi Sudewo?

    Dilansir detikJateng, Jumat (8/8/2025), berdasarkan pantauan di lokasi, Bupati Sudewo saat disoraki ‘huuu’ oleh warga tampak hanya melambaikan tangan. Sudewo kemudian bilang ‘aman’. Setelah itu rombongan melanjutkan perjalanan menuju Pendopo Kabupaten Pati.

    “Aman-aman,” jawab Sudewo sambil melambaikan tangan ke warga, Kamis (7/8).

    Kejadian ini viral di media sosial. Pada unggahan itu Bupati Pati Sudewo disoraki warga yang merasa kecewa atas kebijakan kenaikan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan atau PBB-P2 sebesar 250 persen.

    Koordinator aksi aliansi masyarakat Pati bersatu, Husein Hafid, mengatakan warga menyoraki Sudewo karena merasa kecewa. Menurutnya, kebijakan kenaikan pajak mencapai 250 persen itu menyengsarakan rakyat kecil.

    Simak selengkapnya di sini.

    (fas/fas)

  • Borok Sudewo Bupati Pati Dikuliti usai Tantang Warga Demo, Nyawer Biduan sampai Undang Trio Serigala

    Borok Sudewo Bupati Pati Dikuliti usai Tantang Warga Demo, Nyawer Biduan sampai Undang Trio Serigala

    GELORA.CO –  Borok Bupati Pati, Sudewo tengah disorot tajam usai pernyataannya memantik kemarahan warga.

    Seolah menantang warga, ia mengaku tak gentar didemo puluhan ribu orang lantaran menaikkan Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) sampai 250 persen.

    Sampai akhirnya bentrokan antar massa dan Satpol PP pecah pada Selasa (5/8/2025) lalu.

    Kini aib Sudewo mulai disorot kembali.

    Apa saja?.

    Nyawer Biduan

    Melansir warta kota, di unggahan akun X @gojekmilitan pada hari ini, Kamis (7/8/2025), menampilkan video berdurasi 33 detik.

    Di mana berisi rekaman Sudewo tengah berada di antara sejumlah biduan wanita cantik.

    Sudewo yang mengenakan kemeja putih dan celana hitam terlihat asyik bergoyang bersama sang biduan.

    Tangan kanannya memegang mik melantunkan lagu berjudul Terajana, sementara tangan kirinya menggenggam segepok uang pecahan Rp 50 ribu.

    Uang yang disodorkan kepada dua biduan langsung dtarik perlahan. Sudewo pun terlihat sumringah.

    “Kar’na asyiknya aku, Hingga tak kusadari, Pinggul bergoyang-goyang, Rasa ingin berdendang, Pinggul bergoyang-goyang, Rasa ingin berdendang,” nyanyi Sudewo sembari menyawer.

    Meski belum ada pernyataan resmi dari yang bersangkutan, namun diketahui peristiwa ini terjadi dalam acara Sedekah Laut TPI Juwana di Desa Bajomulyo, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah pada Sabtu, 19 April 2025 lalu.

    Konser Trio Serigala

    Sebelum, video nyawer biduan viral, nama Sudewo lebih dulu terseret usai dikritik masyarakat geara mengundang Trio Serigala di bulan Juni 2025 lalu.

    Trio Serigala yang berpakaian seksi itu menggelar konser di Pendopo Kabupaten Pati.

    Menurut publik, Pemerintah Kabupaten Pati dinilai tidak tepat mengundang Trio Srigala dalam acara pemerintahan. 

    Sudewo, akhirnya akhirnya meminta maaf kepada publik. 

    “Saya meminta maaf atas atraksi yang dilakukan oleh Tiga Srigala di Pendopo Kabupaten beberapa hari yang lalu, atraksi tersebut spontan,” katanya seperti dikutip dari instagram Folk Konoha pada Senin (16/6/2025). 

    Sudewo mengaku juga terkejut dengan adanya atraksi semacam itu. 

    Menurutnya, atraksi Trio Serigala tidak layak dilakukan di Pendopo Kabupaten. 

    “Itu mestinya pasnya dilakukan di luar Pendopo Kabupaten, dengan kejadian ini saya meminta maaf, tetapi ini merupakan suatu proses kita untuk instropeksi menuju sebuah kebaikan,” katanya. 

  • 99 Orang Tewas karena Malnutrisi di Gaza, Termasuk 29 Balita

    99 Orang Tewas karena Malnutrisi di Gaza, Termasuk 29 Balita

    Geneva

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut 99 orang tewas akibat malnutrisi di Jalur Gaza, Palestina, sepanjang tahun 2025. WHO menduga angka itu mungkin lebih rendah dari kondisi sebenarnya.

    “Sepanjang tahun ini, 99 orang telah meninggal dunia akibat malnutrisi, termasuk 29 anak balita. Angka yang dilaporkan ini kemungkinan besar masih di bawah angka sebenarnya,” kata Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, dilansir AFP, Kamis (7/8/2025).

    Kemarahan dunia internasional atas situasi kemanusiaan di Gaza telah meningkatkan tekanan terhadap Israel. PBB telah memperingatkan akan terjadinya kelaparan di wilayah Palestina.

    Tedros menyerukan bantuan ke Gaza ditingkatkan, berkelanjutan, dan tanpa hambatan melalui semua rute yang memungkinkan.

    “Warga Gaza memiliki akses terbatas ke layanan dasar, telah berulang kali menghadapi pengungsian, dan sekarang menderita blokade pasokan makanan,” kata Tedros kepada asosiasi koresponden PBB, ACANU.

    “Malnutrisi tersebar luas dan kematian akibat kelaparan meningkat,” tambahnya.

    Pemerintah Israel berada di bawah tekanan internasional dan domestik yang semakin meningkat untuk mengakhiri perang. Meski demikian, PM Israel Benyamin Netanyahu ogah menghentikan perang dengan dalih mau menghabisi Hamas.

    Tonton juga video “Data WHO: 47 Pasien dari Gaza Berhasil Dievakuasi ke 5 Negara Ini” di sini:

    (fas/haf)