partai: Gelora

  • Sosok Usman Ali Salman, Tokoh yang Tertawa Paling Keras saat Gus Miftah Hina Penjual Es Teh

    Sosok Usman Ali Salman, Tokoh yang Tertawa Paling Keras saat Gus Miftah Hina Penjual Es Teh

    GELORA.CO – Menjadi orang yang tertawa paling keras saat Gus Miftah menghina penjual es teh, Sunhaji. Sosok pria berjas hitam ini mendapat kecaman dari pengguna media sosial.

    Momen Miftah menghina Sunhaji terjadi saat acara pengajian di lapangan drh Soepardi, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu 20 November 2024.

    Dalam video yang beredar di media sosial, Miftah tampak melontarkan kata-kata kasar kepada Sunhaji yang sedang berjualan es teh.

    Ucapan Miftah tersebut diikuti gelak tawa para tokoh agama yang duduk di atas panggung. Salah satu tokoh agama yang tertawa paling keras adalah Usman Ali Salman.

    Usman Ali saat itu duduk di kanan Miftah. Saking kerasnya, suara tawa Usman Ali sampai terdengar di pengeras suara yang dipegang utusan presiden itu.

    Informasi dihimpun dari berbagai sumber Kamis, 5 Desember 2024, Usman Ali Salman merupakan pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) API Al-Huda, Dusun Nepak, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

    Pria kelahiran Dusun Gedongan, Gondosari, 5 Juli 1975 itu merupakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) di wilayah Magelang, Jawa Tengah.

    Usman tercatat pernah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang selama 13 tahun.

    Dalam pantauan VIVA, ulasan Google Maps Ponpes API Al-Huda milik Usman Ali dibanjiri rating bintang satu. Bahkan, tidak sedikit orangtua santri yang mengaku memiliki pengalaman buruk saat menitipkan anak-anaknya di ponpes tersebut.

    “Anak saya gak betah. tpi rapot sekolah gak mau di serahin. jadi di sekolah yg baru harus ulang lagi. gak profosional,” tulis salah satu wali santri.

    “Orang tua yg mau mondokin di sini. Tolong tanya dulu sama yg pernah. Dari pada kecewa. Dan kasihan pada anak mu. Cari pondok lain aja sih,” ungkap wali santri yang lain.

    “Untuk guru dan tata usahanya sangat kurang dalam melayani orangtua yg sedang memerlukan berkas penting jam 11 sudah tutup. ada ibu guru atau tu yg di sapa dengan mengucap salam tidak.menjawab dan judes,” ucap wali santri.

  • Sunhaji Pedagang Es Membalas Kunjungan Gus Miftah, Giliran Dia yang Datang ke Jogjakarta

    Sunhaji Pedagang Es Membalas Kunjungan Gus Miftah, Giliran Dia yang Datang ke Jogjakarta

    GELORA.CO – Sunhaji, pedagang es teh, viral di media sosial setelah diolok-olok oleh Gus Miftah di sebuah acara pengajian di daerah Magelang, Jawa Tengah, beberapa Waktu lalu. Gus Miftah pun sempat datang secara langsung ke rumah Sunhaji yang terletak di Dusun Gesari, Desa Banyusari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, untuk tujuan meminta maaf.

    Gus Miftah sengaja mendatangi rumah Sunhaji untuk meminta maaf secara langsung. Dia pun menyadari candaannya telah kelewat batas dengan mengungkapkan kata kasar.

    Sunhaji tersentuh dengan kedatangan Gus Miftah ke rumahnya. Alhasil, dia pun membalas kunjungan tersebut dengan mendatangi kediaman Gus Miftah di Jogjakarta.

    Dalam video yang beredar, Gus Miftah langsung menyambut Sunhaji saat baru tiba di rumahnya. “Sunhaji,” kata Gus Miftah dengan lantang saat menyambutnya.

    Keduanya pun berpelukan dan kemudian dibawa ke ruang tamu. Gus Miftah sangat senang didatangi Sunhaji.

    “Saya siang ini kedatangan tamu istimewa. Tadi pagi saya sowan ke rumahnya di Grabag, siang ini gantian beliau yang datang ke sini,” ujarnya.

    Gus Miftah rupanya sudah tahu ada beberapa pihak yang ingin memberangkatkan Sunhaji ke Tanah Suci. Dia pun bertanya apakah Sunhaji akan berangkat umrah bersama dirinya atau dengan orang lain yang sudah menawarkannya paket umrah.

    Sunhaji secara tegas menyatakan ingin berangkat umrah dengan Gus Miftah. Dia pun ingin anak-anaknya juga diajak untuk melaksanakan haji kecil di Tanah Suci.

  • Hotman Paris Persoalkan Status Hukum Crazy Rich Surabaya Budi Said yang Tersandung Dugaan Korupsi PT Antam

    Hotman Paris Persoalkan Status Hukum Crazy Rich Surabaya Budi Said yang Tersandung Dugaan Korupsi PT Antam

    GELORA.CO – Tim kuasa hukum crazy rich Surabaya Budi Said, Hotman Paris merasa bingung dengan status hukum yang menjerat kliennya dalam kasus dugaan korupsi jual beli emas di PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. Padahal, kliennya telah memenangkan gugatan pidana dan perdata. 

     

    Menurut Hotman, ada 21 hakim di pengadilan negeri (PN), pengadilan tinggi (PT), dan pengadilan tingkat kasasi yang menyatakan bahwa Budi Said merupakan korban penipuan oleh pegawai Antam. 

     

    “Inilah kasus teraneh di dunia. 12 hakim pidana dan 9 hakim perdata sebelumnya menyatakan bahwa Budi Said adalah korban penipuan. Putusan itu semua sudah inkrah, sudah final,” kata Hotman kepada wartawan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Rabu (5/12).

     

    Ia mempertanyakan, justru kini kliennya dipermasalahkan, bukan sebagai korban. Tetapi terjerat kasus dugaan korupsi di PT Antam.

     

    “Tiba-tiba, sekarang ini, dalam kasus yang sama, Budi Said malah dianggap bukan korban, tetapi pelaku,” ucap Hotman.

     

    Hotman juga mempersoalkan fakta bahwa emas diskon 1,1 ton yang dijanjikan belum pernah diterima pihak Budi Said. Ia menyebut, putusan Mahkamah Agung (MA) melalui pengadilan negeri juga menyatakan bahwa PT Antam Tbk belum pernah menyerahkan emas yang dijanjikan kepada crazy rich Surabaya itu.

     

    “Karena emas itu belum pernah dikasih, berarti belum ada kerugian negara, berarti tidak ada korupsi dong?” ujar Hotman. 

     

    Lebih lanjut, Hotman menduga adanya upaya kriminalisasi terhadap kliennya. 

     

    “Sepertinya kasus ini memang sengaja dilontarkan untuk mencegah agar jangan sampai Budi Said ini berhasil memenangkan eksekusi putusan perdata di mana dia menang,” cetus Hotman. 

     

    Dalam kasus ini, Budi Said didakwa merugikan keuangan negara Rp 1 triliun. Selain itu, Budi Said juga didakwa melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU) pada Butik Emas Logam Mulia (BELM) Surabaya 01 PT Antam Tbk.

     

    Budi diduga melakukan tindakan koruptif bersama dengan broker Eksi Anggraeni, Kepala BELM 01 Surabaya Endang Kumoro, bagian administrasi BELM 01 Surabaya Misdianto, mantan General Trading and Manufacturing Service PT Antam Pulo Gadung Ahmad Purwanto, dan General Manager pada Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (UBPPLM) Pulogadung PT Antam Abdul Hadi Aviciena.

     

    Tindakan koruptif dalam kasus ini berjudi dari 2018 sampai 2022. Transaksi jual beli ini dipermasalahkan, karena tidak sesuai dengan penetapan harga emas Antam.

     

    Transaksi yang dipermasalahkan yakni saat Budi dan Eksi menerima emas seratus kilogram dari Endang, Ahmad, dan Misdianto melalui pengiriman dari UBPPLM Pulo Gadung Antam. Penerimaan itu diyakini tidak sesuai dengan spesifikasi jumlah berat yang seharusnya.

     

    Penuntut umum menyebut pengiriman seharusnya yakni 41,8 kilogram emas dengan pembayaran Rp 25,2 miliar. Ada selisih 58,1 kilogram yang tidak masuk dalam pembayaran resmi.

  • Mengurai Kekalahan Tipis Petahana Cak Thoriq di Pilkada Lumajang 2024

    Mengurai Kekalahan Tipis Petahana Cak Thoriq di Pilkada Lumajang 2024

    Lumajang (beritajatim.com) – Pilkada Lumajang 2024 menyisakan catatan penting dalam dunia politik lokal. Tumbangnya petahana Thoriqul Haq (Cak Thoriq) dan Lucita Izza Rafika menjadi sorotan utama, terutama karena mereka kalah dengan selisih 14.204 suara dari pasangan Indah Amperawati Masdar dan Yudha Adji Kusuma.

    Kekalahan Tipis Cak Thoriq

    Seperti diketahui pasangan calon nomor urut 2, Indah Amperawati Masdar dan Yudha Adji Kusuma memperoleh 320.942 suara.

    Pasangan Indah – Yudha mengalahkan pasangan nomor urut 1, Thoriqul Haq dan Lucitta Izza Rafika, yang memperoleh 306.738 suara.

    Indah Amperawati dan Yudha Adji Kusuma diusung Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Golongan Karya, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Demokrat, Partai Perindo, Partai Buruh, Partai Garda Republik Indonesia, Partai Bulan Bintang, dan Partai Gelombang Rakyat Indonesia.

    Sementara Thoriqul Haq dan Lucita Izza Rafika diusung Partai Amanat Nasional, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan, Partai Kebangkitan Nusantara, dan Partai Solidaritas Indonesia.

    “Alhamdulillah, rekapitulasi suara telah ditetapkan. Proses berjalan dengan lancar dan situasi tetap kondusif,” kata Ketua KPU Lumajang Henariza Febriadmaja, Kamis (5/12/2024)

    Kekalahan ini memunculkan sejumlah analisis mendalam tentang faktor penyebabnya dan implikasinya bagi pemimpin di masa depan.

    Termasuk menguatnya kembali trah  Sjahrazad Masdar bupati Lumajang 2 periode (2005-2015). Seperti diketahui Indah Amperawati Masdar merupakan adik dari Sjahrazad Masdar.

    Faktor Kekalahan Cak Thoriq: Dari Korupsi hingga Dinamika Politik Lokal

    1. Dugaan Korupsi dan Krisis Kepercayaan Publik
    Isu dugaan korupsi terkait pengelolaan dana erupsi Gunung Semeru menjadi salah satu titik krusial yang meruntuhkan citra Cak Thoriq.

    Pengaduan masyarakat yang tergabung dalam LSM GMPK Lumajang, disusul pemeriksaan oleh Subdit III Tipidkor Ditreskrimsus Polda Jatim, memperkuat persepsi negatif di kalangan pemilih.

    Menurut pengamat politik Universitas Brawijaya (UB) Malang, Andhyka Muttaqin, tuduhan korupsi atau maladministrasi memiliki dampak besar terhadap citra petahana.

    “Kebijakan yang tidak pro-rakyat atau terjerat isu korupsi akan sangat merusak kepercayaan masyarakat, terutama jika manfaat kinerja mereka tidak dirasakan langsung oleh publik,” jelasnya.

    2. Ekspektasi Tinggi terhadap Petahana
    Masyarakat memiliki ekspektasi besar terhadap pemimpin incumbent. Namun, ketidakpuasan terhadap kebijakan yang dianggap kurang berpihak pada rakyat sering kali menjadi faktor krusial.

    “Ketika janji kampanye tidak sesuai dengan realisasinya, pemilih cenderung beralih ke kandidat baru yang menawarkan harapan,” tambah Andhyka.

    3. Konflik Internal Partai Pendukung
    Perpecahan di antara partai pengusung juga memperlemah posisi Cak Thoriq. Pasangan Indah-Yudha, yang didukung koalisi besar dari 11 partai, berhasil memanfaatkan celah ini untuk menarik simpati pemilih.

    4. Pengaruh Media Sosial
    Strategi penggunaan media sosial yang efektif oleh pasangan penantang turut menggoyahkan dominasi Cak Thoriq, terutama di kalangan pemilih muda. Kampanye berbasis digital tidak hanya memperluas jangkauan, tetapi juga membangun narasi negatif yang berpengaruh besar.

    “Media sosial menjadi alat yang sangat ampuh untuk membangun persepsi publik. Kandidat yang cerdas memanfaatkannya dapat dengan mudah mengungguli petahana,” ujar Andhyka.

    Kekalahan Cak Thoriq memberikan pelajaran penting bagi para petahana di masa mendatang. Beberapa hal yang harus menjadi perhatian adalah:

    Responsif terhadap Kebutuhan Rakyat: Pemimpin harus memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

    Transparansi dan Integritas: Menghindari isu korupsi atau penyalahgunaan wewenang adalah kunci utama untuk mempertahankan kepercayaan publik.

    Koordinasi Partai Pendukung: Soliditas di antara partai pengusung sangat menentukan kekuatan kampanye dan mobilisasi suara.

    Strategi Komunikasi Digital: Pemanfaatan media sosial dengan narasi positif dan pendekatan kreatif menjadi kebutuhan di era politik modern.

    Pilkada Lumajang 2024 mengingatkan kita bahwa politik adalah arena dinamis yang dipengaruhi oleh banyak faktor, mulai dari kinerja nyata hingga strategi komunikasi.

    Kekalahan Cak Thoriq bukan hanya soal angka, tetapi juga cerminan dari ekspektasi masyarakat yang semakin kritis terhadap pemimpin mereka.

    Bagi petahana lainnya, ini menjadi momentum untuk introspeksi dan memperbaiki strategi, baik dalam bekerja maupun berkampanye, demi menjaga kepercayaan rakyat. (ted)

  • 5
                    
                        Perang Anak Abah-Ahokers Diakhiri Tanpa Jabat Tangan Sang Panglima…
                        Megapolitan

    5 Perang Anak Abah-Ahokers Diakhiri Tanpa Jabat Tangan Sang Panglima… Megapolitan

    Perang Anak Abah-Ahokers Diakhiri Tanpa Jabat Tangan Sang Panglima…
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Panasnya perseteruan Pilkada Jakarta 2017 masih teringat jelas di benak sebagian besar publik, terutama warga Jakarta. Hawanya bahkan sampai ke pelosok negeri.
    Pada saat itu, persaingan antara dua calon gubernur Jakarta, yakni Basuki Tjahaja Purnama alias
    Ahok
    dan
    Anies Baswedan
    berlangsung dengan tensi yang tinggi.
    Kompetisi bahkan seolah sudah dimulai sebelum pilkada berlangsung.
    Ketika itu, Ahok menjabat sebagai Gubernur Jakarta menggantikan Joko Widodo yang terpilih sebagai Presiden ke-7 RI. Anies sering melontarkan kritik. Ini memicu reaksi keras pendukung Ahok.
    Demikian pula sebaliknya ketika Anies terpilih sebagai Gubernur Jakarta, Ahok juga tak segan untuk mengkritik kebijakan-kebijakan yang dijalankan. Kritikan Ahok membuat pendukung Anies meradang.
    Saking panasnya, perebutan kursi Jakarta satu kala itu tidak hanya terjadi pada kamar politik saja, tetapi menyentuh ke isu-isu sensitif.
    Hal ini semakin membentangkan jurang yang dalam antara pendukung kedua tokoh itu dan merembet pada kompetisi politik berikutnya.
    Namun, itu semua adalah cerita masa lalu. Pada
    Pilkada Jakarta 2024
    , tidak ada lagi perseteruan seperti itu.
    Kini, pendukung Ahok yang disebut
    Ahokers
    diklaim telah bersatu dengan pendukung Anies yang disebut
    Anak Abah
    .
    Kedua kelompok itu bersatu setelah sama-sama mendukung
    Pramono Anung-Rano Karno
    pada Pilkada Jakarta 2024.
    Ahok mengaku bersyukur karena Ahokers dan Anak Abah bersatu untuk mendukung Pramono Anung-Rano Karno.
    “Ya kita bersyukur kayaknya mereka bisa memahami, negara ini lebih penting di atas primordialisme dan RAS serta agama,” kata Ahok kepada wartawan di Stadion Madya Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (23/11/2024) dilansir dari
    Antara
    .
    Ahok menegaskan, seorang pemimpin tidak boleh menggunakan SARA untuk memenangkan apa pun.
    Menurutnya, kepentingan bangsa dan negara jauh lebih penting di atas kepentingan SARA.
    Anies sedikit banyak senada dengan Ahok. Ia menyebut, Anak Abah dan Ahokers bersatu karena mereka menyadari persoalan yang dihadapi masyarakat Jakarta, di antaranya masalah kemanusiaan, keadilan, hingga kesetaraan.
    Berangkat dari hal itu, Anak Abah dan Ahokers bersatu dengan meninggalkan latar belakang mereka.
    “Saya rasa latar belakang apa pun akan ketemu bersamaan, agama apa pun, pilihan politik apa pun ketika sampai pada persoalan-persoalan seperti itu,” kata Anies dalam program Rosi di
    Kompas TV
    , dikutip Jumat (29/11/2024).
    Menurut Anies, negara selama ini sengaja menelantarkan rakyat Jakarta agar tidak bisa mendapatkan hak-haknya.
    Sinyal perdamaian dari para panglima perang itu pun turun sampai ke akar rumput.
    Relawan “Anak Abah Plus” bernama Nova menyampaikan, pihaknya telah bersepakat dengan Ahokers untuk tidak lagi terpecah belah setelah sama-sama mendukung pasangan Pramono Anung-Rano Karno.
    “Kami (Anak Abah dan Ahokers) sudah sepakat untuk tidak mau lagi dipecah belah. Kami sudah merasakan bagaimana sulitnya membangun Jakarta ketika kami dipecah belah,” ujar Nova dalam jumpa pers di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (4/12/2024).
    Nova berpendapat, Ahokers dan Anak Abah merupakan relawan yang berisi oleh orang-orang progresif serta memperjuangkan nasib kaum marjinal.
    Karena itu, ia merasa sangat bersyukur karena Anak Abah dan Ahokers saat ini sudah bersatu.
    “Dan itu yang mau ditutupi oleh oligarki. Sehingga dengan adanya kejadian ini, bagi kami, ini adalah sebuah karunia Tuhan untuk Indonesia bahwa ternyata kami disatukan kembali dengan niat untuk membangun Jakarta,” kata Nova.
    Analisis politik sekaligus Direktur Eksekutif Skala Data Indonesia Arif Nurul Imam menilai, bersatunya Anak Abah dan Ahokers merupakan hal yang positif bagi iklim politik Indonesia.
    Namun, Arif masih meragukan deklarasi perdamaian itu merupakan perdamaian yang sejati.
    “Ahokers dan Anak Abah merupakan kelompok pendukung yang selama ini berseberangan secara politik. Mereka selama ini selalu berhadap-hadapan dalam banyak pertarungan politik, Karena itu, perdamaian ini saya kira masih bersifat semu karena berbasis kepentingan elektoral di Pilkada Jakarta,” jelas Arif kepada
    Kompas.com
    , Kamis (5/12/2024).
    Menurut Arif, perdamaian sejati antara Anak Abah dan Ahokers seyogianya juga perlu melibatkan sosok para panglimanya. Siapa lagi kalau bukan Anies dan Ahok sendiri.
    Ia berpandangan, Anies dan Ahok perlu bertemu bersama di hadapan pendukungnya masing-masing dan mengajak mereka untuk bersatu demi membangun bangsa.
    “Kalau kemudian ini (perdamaian antara Anak Abah dan Ahokers) ditindaklanjuti dalam perdamaian yang lebih serius, tentu Anies dan Ahok akan bertemu dan kemudian bercakap-cakap, kemudian para pendukung di kedua kubu bisa berinteraksi secara intens dan cair dalam berelasi sosial,” kata Arif.
    Lebih lanjut, Arif menilai perdamaian antara Anak Abah dan Ahokers perlu diuji sampai sejauh mana akan berlangsung.
    “Kalau sekadar karena persamaan kepentingan Pilkada Jakarta, tentu ini hanya perdamaian semu. Karena perdamaian ini terkait momentum kepentingan elektoral. Tentu masih perlu diuji ini perdamaian semu atau perdamaian sejati,” imbuhnya.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Rakyat Tidak Rela Uangnya untuk Bayar Gaji Penghina!

    Rakyat Tidak Rela Uangnya untuk Bayar Gaji Penghina!

    GELORA.CO – Nama Presiden Prabowo Subianto kini justru ikut terseret dalam kasus viral Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah.

    Seperti diketahui, Gus Miftah tengah viral karena melontarkan kata-kata kasar pada seorang penjual es teh pada saat acara Magelang Bersholawat.

    Ucapan Gus Miftah menuai banyak Kritikan tajam tidak hanya dari masyarakat tetapi juga ulama dan politisi senior.

    Buntut kejadian tersebut kini banyak pihak yang meminta Presiden Prabowo untuk mencopot Gus Miftah dari jabatannya sebagai staf khusus presiden.

    Di Kabinet Presiden Prabowo, Gus Miftah menjabat sebagai Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.

    Gaji yang didapatkan Gus Miftah dari jabatannya tersebut selevel Menteri.

    Disebutkan bahwa gaji pokok Menteri sebesar Rp5.040.000 per bulan.

    Sementara untuk tunjangan jabatan Rp13.608.00 per bulan.

    Jika dihitung Gus Miftah bisa mendapatkan Rp18.648.000 per bulan dari jabatannya tersebut.

    Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan adalah jabatan yang mentereng dan strategis.

    Dengan adanya kasus tersebut, banyak pihak yang menilai bahwa sosok Gus Miftah tidak pantas untuk mengemban jabatan tersebut.

    Hal ini pun ternyata juga disetujui oleh eks Sekretaris Kementerian BUMN, Said Didu.

    Said Didu mengatakan bahwa rakyat Indonesia tidak akan rela uang mereka digunakan untuk menggaji Gus Miftah yang disebut sebagai seorang penghina.

    “Rakyat tdk rela uangnya digunakan bayat gaji PENGHINA,” tulis Said Didu lewat cuitan di akun X nya.

  • Viral Sopir Truk Sobek Gambar Gus Miftah di Kendaraannya, Netizen: Takut Gak Dapat Muatan

    Viral Sopir Truk Sobek Gambar Gus Miftah di Kendaraannya, Netizen: Takut Gak Dapat Muatan

    GELORA.CO – Tak sanggup membendung rasa kecewa, seorang sopir truk mempreteli sebuah stiker bergambar wajah Gus Miftah. 

    Ia mencabut stiker wajah Gus Miftah yang sedang tertawa sembari memegang mic. 

    Bukan tanpa alasan si sopir itu mencabut stiker Gus Miftah.

    Pasalnya, kabar tak sedap sedang menerpa sosok Gus Miftah. 

    Diketahui, Gus Miftah belakangan ini membetot perhatian publik karena ucapannya yang dinilai kasar dan merendahkan terhadap orang kecil. 

    Terlihat seorang pria yang mengenakan kaus kuning sedang mengupas stiker Gus Miftah. 

    Sambil mengupas stiker itu, ia sembari mengumpat meluapkan kekesalannya. 

    “Sobek pas mukanya, sobek,” ujar temannya yang merekam aksi pria itu.

    “Kalau tulisannya biar lah (enggak usah dicabut) Tapi mukanya buang jauh-jauh,” katanya lagi.

    Si pria itu kemudian berhasil mengupas stiker bergambar wajah Miftah. 

    “Aku suka gayamu, tapi aku enggak suka bicaramu,” kata si sopir itu usai berhasil mengelupas wajah Gus Miftah. 

    “Betul, betul, betul. Adab lebih tinggi daripada ilmu,” tambah teman si sopir itu.  

    Kejadian ini pun viral dan mengundang berbagai komentar dari netizen

    “Asse iki eo takut,gara2 truk e ad stiker gus miftah,gx dpat muatan,..????????????,” ujar @Suwardi***.

    “Ganti foto bapak penjual es teh????,” ujar @alfat***.

    “Hilang gus miftha ganti dngan gus baha kawan…????,” kata @Fazrul***.

  • Kronologi Oknum Brimob Setubuhi Siswi SMP di Lampung

    Kronologi Oknum Brimob Setubuhi Siswi SMP di Lampung

    GELORA.CO – Kepolisian Daerah (Polda) Lampung akan menindak tegas oknum Brimob berinisial RM yang dilaporkan atas dugaan persetubuhan terhadap siswi SMP. Peristiwa persetubuhan itu terjadi pada akhir Agustus 2024 lalu di sebuah indekos milik terlapor di Kota Bandarlampung. 

    Polisi menyebut, terduga pelaku melakukan hubungan badan layaknya suami istri dengan korban atas dasar suka sama suka.

    Keluarga korban melaporkan peristiwa persetubuhan yang dilakukan oleh anggota Brimob Polda Lampung berpangkat Brigadir Polisi (Brigpol) itu ke Mapolda Lampung pada September 2024. 

    “Jadi memang benar kami mendapatkan laporan tersebut. Tapi bisa kami sampaikan itu bukan kasus TPPO melainkan kasus tindak pidana persetubuhan terhadap anak dibawah umur, keduanya ini memiliki hubungan, bisa dikatakan berpacaran,” ujar Kabid Humas Polda Lampung Kombes Pol Umi Fadillah Astutik, Rabu (4/12/2024).

    Umi menuturkan, hubungan keduanya berawal dari perkenalan antara oknum Brimob dengan remaja tersebut melalui aplikasi kencan (Tantan).

    “Mereka ini berkenalan lewat aplikasi Tantan kemudian berlanjut dengan tukaran nomor WhatsApp. Singkat cerita pada tanggal 31 Agustus lalu, korban meminta dijemput di kediamannya di Tanggamus untuk pergi ke Bandarlampung karena katanya lagi ribut dengan orang rumah,” kata Umi. 

    Setibanya di Bandarlampung, lanjut Umi, korban meminta untuk diantarkan ke rumah temannya. Masih di hari yang sama, korban kembali menghubungi terlapor meminta untuk dijemput dan dibawa ke indekos milik oknum tersebut.

    “Malam harinya, pukul 00.30 WIB. Korban minta dijemput, lalu kemudian dibawa ke kostan milik terlapor hingga akhirnya melakukan hubungan layaknya suami istri di kosan milik terlapor,” bebernya.

    Umi melanjutkan, saat ini oknum anggota Brimob tersebut tengah diperiksa di Bidang Profesi dan Pengamanan (Bidpropam) Polda Lampung. “Tentu akan diproses sesuai dengan kode etik Polri yang berlaku,” pungkasnya.

    Sebelumnya, oknum anggota Brimob Polda Lampung berinisial RM dilaporkan ke polisi lantaran diduga menyetubuhi anak di bawah umur yang masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). 

    Peristiwa persetubuhan itu terjadi di sebuah indekos milik oknum berpangkat Brigadir Polisi (Brigpol) tersebut, pada akhir Agustus 2024 lalu. 

    Saat dikonfirmasi, Direktur Direktorat Reserse Kriminal Umum (Dirkrimum) Polda Lampung Kombes Pol Pahala Simanjuntak mengatakan, kasus tersebut sedang ditangani oleh jajarannya.

  • Setuju aja kalo Bener mah

    Setuju aja kalo Bener mah

    GELORA.CO – Dedi Mulyadi bikin kejutan setelah memenangi Pilgub Jawa Barat 2024.

    Berdasarkan ulasan Kompas.com, Dedi Mulyadi mengunjungi orangtua artis Ayu Ting Ting, yakni Ayah Rozak dan Umi Kalsum.

    Ini adalah kunjungan Dedi Mulyadi untuk kedua kali ke restoran milik Ayah Rozak yang berlokasi di Jatiwaringin, Kota Bekasi.

    Pertemuan tersebut diwarnai suasana hangat dan canda, Ayah Rozak pun menyebut Dedi Mulyadi sebagai calon mantu.

    Meski terkesan penuh guyonan, publik memberi penilaian berbeda.

    Saat Dedi Mulyadi tiba, Ayah Rozak langsung melontarkan candaan yang mengarah pada status calon mantu.

    “Ini langsung datang di Bekasi, kedatangan calon mantu lagi kayaknya nih,” ujar Ayah Rozak dengan nada bercanda seperti dikutip dari akun TikTok resmi Dedi Mulyadi, Selasa (3/12/2024).

    Dedi Mulyadi yang dikenal dengan gaya bicara santainya, merespons dengan meminta pendapat dari Umi Kalsum selaku ibunda Ayu Ting Ting.

    “Sebentar dulu, calon mantu jangan hanya versi ayah. Karena ridhonya ada di ibu, ya. Tanya dulu dong ibunya,” kata Dedi.

    Umi Kalsum pun menyambut pertanyaan tersebut dengan tersenyum dan memberikan jawaban yang menggugah.

    “Eh, setuju aja. Kalau bener mah ya,” ujar Umi Kalsum.

    “Tuh ibunya setuju tuh, ayahnya setuju, apalagi,” sahut Ayah Rozak menimpali.

    Meskipun berseloroh, Umi Kalsum menyampaikan sejumlah kriteria yang harus dipenuhi calon pasangan anaknya.

    “Maksudnya bener-bener serius gitu loh. Yang seiman, sayang, mapan, bisa menghidupi Ayu sama anaknya,” ungkap Umi Kalsum melengkapi pernyataannya.

    Dedi Mulyadi menanggapi dengan gaya humor khasnya, menekankan pentingnya kesetiaan dibandingkan kekayaan materi.

    “Kalau menghidupi makan sama garam biasa tiap hari, pergi kemana-mana naik angkot, bisa lah,” canda Dedi Mulyadi disambut tawa Ayah Rozak dan Umi Kalsum.

    Dedi Mulyadi lantas menambahkan pesan bijak.

    “Rezeki itu bisa dicari. Kesetiaan tidak pernah ada di jalanan, tapi adanya di hati. Buktinya juga ayah dulu dari hidup susah kan? Tapi dengan kesetiaan bisa jadi mapan kan?” ucap Dedi Mulyadi yang diamini Ayah Rozak dan Umi Kalsum.

    Di akhir percakapan, Dedi bertanya dengan nada bercanda kepada Ayah Rozak dan Umi Kalsum mengenai harapannya jika suatu saat Ayu Ting Ting dilamar.

    “Emang kalau dilamar, pengin hiburannya apa sih? Tanjidor?” tanya Dedi Mulyadi, membuat suasana semakin akrab.

    Momen pertemuan ini kembali memicu perhatian publik, mengingat kedekatan Dedi Mulyadi dengan keluarga Ayu Ting Ting kerap menjadi bahan pembicaraan.

    Walaupun banyak yang menganggap ini sebagai canda belaka, dialog hangat antara mereka mencerminkan hubungan baik yang terjalin.

    Sebelumnya, Dedi Mulyadi juga telah berkunjung menemui Ayah Rozak, dalam pertemuan tersebut, Ayah Rozak sudah berguyon soal Dedi Mulyadi sebagai calon mantu.

    Dalam pertemuan pertama itu, Ayah Rozak bahkan menggoda Dedi Mulyadi untuk segera melamar Ayu Ting Ting.

  • Juru Dakwah Perlu Disertifikasi, Jangan Ada Lagi Penceramah tak Beradab seperti Gus Miftah

    Juru Dakwah Perlu Disertifikasi, Jangan Ada Lagi Penceramah tak Beradab seperti Gus Miftah

    GELORA.CO – Anggota Komisi VIII DPR RI Maman Imanulhaq menyoroti kasus Miftah Maulana Habiburrahman (Gus Miftah) yang merendahkan penjual es teh. Menurutnya, Kementerian Agama (Kemenag) harus melakukan sertifikasi bagi seluruh juru dakwah di Indonesia agar materi dakwah tidak keluar dari nilai keagamaan.

    “Kasus penghinaan yang terjadi kepada tukang es oleh juru dakwah itu harus menjadi pembelajaran bagi kita. Kementerian Agama perlu melakukan sertifikasi juru dakwah,” kata Maman, Jakarta, Rabu (4/12/2024).

    Lebih lanjut, Maman menilai perlu adanya pelatihan bagi juru dakwah sebelum mendapatkan sertifikasi dari Kemenag. Hal itu dilakukan agar mereka memiliki kapasitas yang memadai untuk menyampaikan nilai-nilai keagamaan.

    “Kita berharap agama yang luhur tidak dinodai oleh cara dakwah yang bertolak belakang dari nilai ajaran agama itu,” ujarnya.

    Maman menilai tindakan Gus Miftah dianggap bukanlah cerminan dari seorang juru dakwah. Di matanya, juru dakwah adalah orang, yang paling tidak, menguasai sumber-sumber nilai keagamaan baik itu Quran, Hadist dan juga sumber-sumber klasik.

    Sementara Gus Miftah tidak mencerminak ciri-ciri itu, lantaran saat berdakwan ada bahasa kotor maupun candaan yang mengolok-olok pihak lain saat berdakwah.

    “Tema yang dibawakan juga harus merujuk sumber agama, misalnya soal kesederhanaan atau lainnya. Itu semua harus bersumber atas referensi keagamaan seperti di poin pertama,” ucapnya.

    Sebelumnya, insiden yang melibatkan pedagang es teh bernama Sunhaji sempat menjadi viral. Dalam acara Magelang Bersholawat akhir November lalu, Gus Miftah menuai kritik karena dianggap melecehkan Sunhaji.

    Dalam video yang beredar di media sosial, Gus Miftah awalnya memanggil pedagang es tersebut dan bertanya, “Es tehmu isih akeh nggak? (Es tehmu masih banyak nggak?)”

    Namun, tanpa menunggu jawaban, ia langsung melontarkan ucapan yang dianggap kasar.

    “Ya sana jual, goblok,” katanya sambil tertawa. Kamera kemudian menyorot pedagang es itu yang tampak menghela napas panjang.

    “Jual dulu, nanti kalau belum laku ya sudah. Takdir,” imbuh Gus Miftah sembari tertawa.