partai: Berkarya

  • Netflix dan Revolusi Konsumsi Hiburan

    Netflix dan Revolusi Konsumsi Hiburan

    Jakarta – Ketika Netflix pertama kali diluncurkan sebagai layanan penyewaan DVD, hanya sedikit yang membayangkan bahwa platform ini akan menjadi pelopor revolusi hiburan digital global. Dari awalnya sekadar penyewaan DVD sederhana hingga pengembangan platform besar dengan jutaan pelanggan di seluruh dunia, Netflix tidak hanya mengubah cara kita mengonsumsi konten, tetapi juga mengubah banyak aspek perilaku manusia modern. Tetapi, apakah perubahan ini sepenuhnya positif?

    Budaya Binge Watching

    Salah satu kenyataan yang paling menarik perhatian adalah budaya binge watching, di mana seseorang dapat menonton beberapa episode bahkan satu musim serial sekaligus. Di satu sisi, kemudahan ini memberikan penonton akses penuh terhadap hiburan mereka. Namun, di sisi lain, kebiasaan ini sering mengorbankan waktu tidur, produktivitas, dan interaksi sosial.

    Menurut survei Nielsen, sekitar 61% pengguna Netflix mengaku sering menghabiskan waktu untuk menuntaskan sebuah serial dalam sekali duduk. Perubahan ini bahkan mempengaruhi cara kita menilai waktu luang. Aktivitas yang sebelumnya dihabiskan untuk membaca buku, berolahraga atau bersosialisasi sekarang sering tergantikan oleh peralatan elektronik. Pertanyaannya, apakah kita lebih bahagia menggunakan pola ini, atau justru merasa lebih terisolasi?


    Algoritma Cerdas

    Netflix menggunakan algoritma cerdas yang dapat menyesuaikan rekomendasi berdasarkan preferensi pengguna. Meskipun ini terdengar seperti inovasi luar biasa, dampaknya tidak selalu positif. Algoritma ini sering menciptakan echo chamber, di mana kita hanya dipaparkan konten yang sesuai dengan minat kita, yang dapat mengurangi kesempatan untuk mengeksplorasi hal-hal baru.

    Selain itu, algoritma ini mendorong pada konsumsi yang berlebihan. Setelah menonton satu episode, kita langsung ditawari episode berikutnya tanpa henti, dengan fitur autoplay tersebut membuat kita semakin sulit untuk memutuskan berhenti.


    Dampak Sosial-Ekonomi

    Dari sudut pandang sosial, Netflix berdampak pada pola interaksi keluarga. Menonton televisi yang dulunya merupakan aktivitas kolektif, kini sering dilakukan secara individu. Sekarang, setiap orang tenggelam dalam perangkat mereka dan menonton sesuai preferensi pribadi. Ritual kolektif ini perlahan mulai menghilang dan digantikan oleh individualisme digital.

    Dari sisi ekonomi, Netflix menciptakan peluang dan risiko baru. Industri kreatif seperti penulis skenario, sutradara, dan aktor akan diberikan platform untuk berkarya tanpa bergantung pada studio besar. Namun, industri lokal seperti bioskop dan televisi tradisional harus berjuang keras agar tetap eksis di tengah dominasi streaming.


    Mengembalikan Keseimbangan

    Tidak diragukan lagi, Netflix telah memberikan perubahan besar. Bagaimanapun kita sebagai konsumen harus lebih berhati-hati dalam memanfaatkan teknologi ini. Langkah-langkah kecil yang dapat kita ambil untuk menikmati hiburan tanpa kehilangan keseimbangan hidup adalah dengan mengatur waktu menonton film, memprioritaskan aktivitas lain yang mendukung kesehatan fisik dan mental, serta tetap menjalin interaksi dengan orang lain secara langsung.

    Pada akhirnya, teknologi hanyalah alat. Bagaimana cara kita menggunakannya adalah kunci untuk menentukan apakah perubahan ini membawa manfaat atau justru merugikan. Jadi, kapan terakhir kali Anda menonton Netflix dengan bijak?Amara Khayyirah Muthiah mahasiswa Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    (mmu/mmu)

  • Sekolah Lansia Nirmala di Jakut Terima Bantuan Pendidikan

    Sekolah Lansia Nirmala di Jakut Terima Bantuan Pendidikan

    loading…

    Komitmen terhadap pemberdayaan lansia, PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) memberikan bantuan pendidikan kepada Sekolah Lansia Nirmala, Jakarta Utara. Foto: Ist

    JAKARTA – Komitmen terhadap pemberdayaan lansia , PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) memberikan bantuan pendidikan kepada Sekolah Lansia Nirmala, Jakarta Utara.

    Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), SPSL memberikan bantuan berupa satu set alat musik hadroh, satu set sound system, dan dua unit mesin jahit untuk menunjang kegiatan belajar mengajar.

    Penyerahan bantuan dilakukan secara simbolis oleh VP Komunikasi Korporasi SPSL Retno Satiti kepada Ketua Pengurus Sekolah Lansia Nirmala Sri Sintawati, Senin (30/12/2024).

    Senior VP Sekretariat Perusahaan SPSL Kiki M Hikmat mengatakan, program ini merupakan bagian dari upaya perusahaan dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, khususnya lansia.

    “Bantuan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk mendukung kualitas hidup lansia agar para lansia tetap dapat beraktivitas secara sosial dan produktif dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Kiki.

    Diharapkan bantuan sarana yang disalurkan kepada Sekolah Lansia Nirmala ini, lansia tidak hanya bisa memperkaya keterampilan, tetapi juga semakin termotivasi untuk belajar, berkreasi, dan berkarya sehingga bersama-sama dapat mewujudkan lansia yang sehat secara lahir dan batin.

    Sri mengapresiasi bantuan ini sebagai langkah konkret dalam memberdayakan lansia. Terlebih bantuan dapat meningkatkan keterampilan di berbagai bidang baik seni musik maupun keterampilan praktis seperti menjahit. “Ini sangat mendukung peningkatan kualitas hidup mereka,” ucapnya.

    Pemberdayaan lansia masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023, jumlah lansia di Indonesia mencapai 22,6 juta jiwa atau 11,75 persen dari total penduduk. Banyak dari mereka yang masih kesulitan mengakses sarana dan fasilitas sosial yang memadai.

    Melalui program ini, SPSL turut mendukung pencapaian beberapa Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di antaranya kesehatan dan kesejahteraan, pendidikan berkualitas, pengurangan kesenjangan, serta pekerjaan layak. SPSL berharap langkah ini mampu mendorong lebih banyak lansia untuk terus belajar dan berkontribusi aktif di masyarakat.

    (jon)

  • SPSL Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia Melalui Sekolah Nirmala

    SPSL Tingkatkan Kualitas Hidup Lansia Melalui Sekolah Nirmala

    Jakarta: PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) menyalurkan satu set alat musik hadroh, satu set sound system, dan dua unit mesin jahit untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di Sekolah Lansia Nirmala Jakarta Utara.

    Bantuan diserahkan secara simbolis oleh VP Komunikasi Korporasi, Protokoler dan TJS SPSL, Retno Satiti, kepada Ketua Pengurus Sekolah Lansia Nirmala Jakarta Utara, Sri Sintawati.

    “Bantuan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk mendukung kualitas hidup lansia, agar para lansia tetap dapat beraktivitas secara sosial dan produktif dalam kehidupan sehari-hari,” kata Senior Vice President Sekretariat Perusahaan SPSL, Kiki M. Hikmat, di Jakarta, Selasa, 31 Desember 2024.
     

    Kiki berharap dengan adanya bantuan sarana yang disalurkan kepada Sekolah Lansia Nirmala Jakarta Utara ini, para lansia tidak hanya bisa memperkaya keterampilan, tetapi juga semakin termotivasi untuk belajar, berkreasi dan berkarya.

    Kasi Kesejahteraan Kelurahan Sunter Jaya Jakarta Utara, Arief Agung, mengapresiasi langkah SPSL dalam memberikan perhatian lebih kepada kelompok lansia.

    “Kami sangat mendukung inisiatif PT Pelindo Solusi Logistik yang tidak hanya memberikan bantuan sarana, tetapi juga menciptakan ruang yang mendukung para lansia untuk terus berkembang. Ini akan menjadi dorongan besar bagi para lansia untuk berpartisipasi lebih aktif dalam kehidupan sosial dan memanfaatkan potensi untuk dapat memberikan dampak positif dalam jangka Panjang,” jelas Arief.

    Sementara Ketua Pengurus Sekolah Lansia Nirmala Jakarta Utara, Sri Sintawati, juga mengungkapkan rasa terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh SPSL.

    “Program ini sangat berarti bagi kami. Dengan adanya sarana yang memadai, para lansia bisa meningkatkan keterampilan di berbagai bidang, mulai dari keterampilan seni musik hadroh, hingga keterampilan praktis seperti menjahit dan membatik. Semua ini sangat penting dalam mendukung peningkatkan kualitas hidup para lansia,” ujarnya.

    SPSL berharap melalui bantuan yang diberikan dapat mendukung pengembangan pendidikan Sekolah Lansia Nirmala Jakarta Utara, sehingga nantinya semakin banyak lansia yang memperoleh kesempatan untuk terus belajar, berkembang, dan meningkatkan kualitas hidupnya, serta berperan aktif dalam masyarakat

    Jakarta: PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL) melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) menyalurkan satu set alat musik hadroh, satu set sound system, dan dua unit mesin jahit untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di Sekolah Lansia Nirmala Jakarta Utara.
     
    Bantuan diserahkan secara simbolis oleh VP Komunikasi Korporasi, Protokoler dan TJS SPSL, Retno Satiti, kepada Ketua Pengurus Sekolah Lansia Nirmala Jakarta Utara, Sri Sintawati.
     
    “Bantuan ini merupakan bagian dari upaya kami untuk mendukung kualitas hidup lansia, agar para lansia tetap dapat beraktivitas secara sosial dan produktif dalam kehidupan sehari-hari,” kata Senior Vice President Sekretariat Perusahaan SPSL, Kiki M. Hikmat, di Jakarta, Selasa, 31 Desember 2024.
     

    Kiki berharap dengan adanya bantuan sarana yang disalurkan kepada Sekolah Lansia Nirmala Jakarta Utara ini, para lansia tidak hanya bisa memperkaya keterampilan, tetapi juga semakin termotivasi untuk belajar, berkreasi dan berkarya.
    Kasi Kesejahteraan Kelurahan Sunter Jaya Jakarta Utara, Arief Agung, mengapresiasi langkah SPSL dalam memberikan perhatian lebih kepada kelompok lansia.
     
    “Kami sangat mendukung inisiatif PT Pelindo Solusi Logistik yang tidak hanya memberikan bantuan sarana, tetapi juga menciptakan ruang yang mendukung para lansia untuk terus berkembang. Ini akan menjadi dorongan besar bagi para lansia untuk berpartisipasi lebih aktif dalam kehidupan sosial dan memanfaatkan potensi untuk dapat memberikan dampak positif dalam jangka Panjang,” jelas Arief.
     
    Sementara Ketua Pengurus Sekolah Lansia Nirmala Jakarta Utara, Sri Sintawati, juga mengungkapkan rasa terima kasih atas dukungan yang diberikan oleh SPSL.
     
    “Program ini sangat berarti bagi kami. Dengan adanya sarana yang memadai, para lansia bisa meningkatkan keterampilan di berbagai bidang, mulai dari keterampilan seni musik hadroh, hingga keterampilan praktis seperti menjahit dan membatik. Semua ini sangat penting dalam mendukung peningkatkan kualitas hidup para lansia,” ujarnya.
     
    SPSL berharap melalui bantuan yang diberikan dapat mendukung pengembangan pendidikan Sekolah Lansia Nirmala Jakarta Utara, sehingga nantinya semakin banyak lansia yang memperoleh kesempatan untuk terus belajar, berkembang, dan meningkatkan kualitas hidupnya, serta berperan aktif dalam masyarakat
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (DEN)

  • Ditjen Bimas Buddha Kemenag Raih Penghargaan Humas Award 2024

    Ditjen Bimas Buddha Kemenag Raih Penghargaan Humas Award 2024

    loading…

    Wamenag Romo Muhammad Syafi’i menyerahkan penghargaan kepada Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi di Jakarta, Senin (30/12/2024). Foto/Ist

    JAKARTA – Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama (Kemenag) meraih penghargaan Humas Award 2024 kategori Inovasi Konten Digital Layanan Keagamaan.

    Penghargaan tersebut diserahkan oleh Wakil Menteri Agama (Wamenag) Romo Muhammad Syafi’i kepada Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Supriyadi di Auditorium Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta, Senin (30/12/2024).

    Supriyadi menyampaikan rasa syukur atas dan berharap penghargaan tersebut menjadi penyemangat dan motivasi Ditjen Bimas Buddha dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat.

    Dia menjelaskan, inovasi layanan keagamaan melalui Virtual Reality 360 Candi Borobudur merupakan upaya Ditjen Bimas Buddha dalam memaksimalkan pelayanan keagamaan kepada umat Buddha. Hal itu setelah Candi Borobudur dicanangkan oleh pemerintah sebagai wisata religi umat Buddha Indonesia dan dunia.

    Humas Award 2024 memberikan penghargaan kepada Humas dan Media dengan berbagai macam kategori kepada Unit Eselon I, Kantor Wilayah Kementerian Agama, Perguruan Tinggi Keagamaan, Media dan Jurnalis.

    Sementara itu, Wamenag Romo Muhammad Syafi’i menilai humas memiliki peran strategis di era digital. Tidak hanya sebagai penyebar informasi, tetapi juga sebagai penghubung yang memperkuat hubungan antara Kemenag dengan masyarakat.

    Wamenag juga mengapresiasi kinerja humas yang dinilai sukses memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan informasi secara efektif.

    “Kalau hari ini dengan segala pertimbangan, Kementerian Agama memberikan award terkait dengan media ini, saya kira ini adalah sesuatu yang sangat-sangat bermakna,” sebut sosok yang akrab disapa Romo.

    Dia berpesan kepada para penerima penghargaan untuk terus meningkatkan semangat dan dedikasi.

    “Prestasi ini harus menjadi cambuk agar Bapak-Ibu semakin semangat dalam berkarya. Jangan berhenti sampai di sini saja, karena masih banyak tugas dan tantangan yang menanti,” pesannya.

    (shf)

  • Profil Park Sung Hoon Pemeran Transgender di Squid Game 2

    Profil Park Sung Hoon Pemeran Transgender di Squid Game 2

    Jakarta, Beritasatu.com – Squid Game 2 menjadi serial original Netflix yang telah ditunggu-tunggu oleh para penikmatnya, terutama keberhasilan para pemain dalam memainkan perannya. Salah satu yang menarik perhatian, yakni Park Sung Hoon yang berperan sebagai sosok transgender.

    Park Sung Hoon semakin disorot sejak kehadirannya pada drama korea The Glory sebagai peran antagonis. Kehadirannya pada serial Squid Game 2 tentu sangat dinantikan.

    Penampilan Park Sung Hoon pada serial tersebut menimbulkan kehebohan di kalangan penggemar, pasalnya ia tampil sebagai transgender dengan akting yang memukau. Lalu, bagaimana profil Park Sung Hoon yang jadi transgender di Squid Game 2? Berikut lengkapnya!

    Profil Park Sung Hoon

    Park Sung Hoon lahir di Gwacheon, Korea Selatan pada 18 Februari 1985. Akting yang memukau bukan tanpa alasan, pasalnya Park Sung Hoon merupakan lulusan Dong Ah Institute of Media and Arts.

    Adapun perjalanan karier Park Sung Hoon dimulai sejak 2008 dan terus aktif berkarya hingga kini. Aktor dibawah naungan BH Entertainment ini mulai akrab dan menjadi sorotan sejak memainkan peran antagonis pada beberapa drakor.

    Sejak berkarier sebagai aktor, Park Sung Hoon membintangi banyak film sebagai peran pendukung. Pada 2011, ia mulai mengambil projek film dan drama.

    Beberapa daftar drama yang diperankan Park Sung Hoon, yakni Queen of Tears (2024), The Glory (2023), Joseon Exorcist (2021), Psychopath Diary (2019), My Only One (2018), Rich Man (2018), dan masih banyak lagi.

    Selain itu, Park Sung Hoon tidak jarang bermain peran dengan aktor dan aktris ternama lainnya, mulai dari Song Hye Kyo, Kim Ji Won, Nana After School, hingga Choi Jin Hyuk.

    Berkat kerja kerasnya selama berkarier sebagai aktor, Park Sung Hoon memperoleh banyak penghargaan. Berikut daftar penghargaan Park Sung Hoon.

    Special Short Drama Actor – KBS Drama Awards 2021Excellent Actor – KBS Drama Awards 2020Best Couple Award – KBS Drama Awards 2020Best New Actor – KBS Drama Awards 2018

    Keberhasilannya dalam memainkan karakter transgender di Squid Game 2 semakin menegaskan kualitas aktingnya yang luar biasa. Dengan dedikasi dan kerja keras, Park Sung Hoon terus menunjukkan bahwa ia adalah salah satu aktor yang patut diperhitungkan di industri hiburan Korea Selatan.

  • Jurnalis SINDOnews.com Terima Penghargaan Humas Kemenag Award 2024

    Jurnalis SINDOnews.com Terima Penghargaan Humas Kemenag Award 2024

    loading…

    JurnalisSINDOnews.com, Andryanto Wisnu Widodo meraih penghargaan dari Kementerian Agama (Kemenag). Ajang apresiasi yang ditujukan bagi insan humas dan media ini digelar secara luring. Penghargaan tersebut diberikan atas kontribusinya dalam pemberitaan kinerja Kemenag di sepanjang tahun 2024.

    Penghargaan yang diberikan langsung Wakil Menteri Agama (Wamenag) KH Romo Muhammad Syafi’i dalam acara Humas Kemenag Award 2024 ini diselenggarakan Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Senin 30 Desember 2024.

    Wamenag mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas pemberitaan dan dukungan media atas kinerja Kemenag selama ini termasuk penyelenggaraan ibadah haji 2024. Wamenag memberikan pesan kepada para penerima penghargaan untuk terus meningkatkan semangat dan dedikasi. ”Prestasi ini harus menjadi cambuk agar Bapak-Ibu semakin semangat dalam berkarya. Jangan berhenti sampai di sini saja, karena masih banyak tugas dan tantangan yang menanti,” kata Wamenag Romo Muhammad Syafi’i kepada para pemenang.

    Dalam kesempatan itu, Wamenag juga menegaskan pentingnya peran humas sebagai jembatan antara pemerintah dan masyarakat. ”Humas memiliki peran strategis di era digital, tidak hanya sebagai penyebar informasi, tetapi juga sebagai penghubung yang memperkuat hubungan antara Kementerian Agama dengan masyarakat,” kata Romo Muhammad Syafi’i.

    Wamenag juga mengapresiasi kinerja humas yang dinilai sukses memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan informasi secara efektif. “Kalau hari ini dengan segala pertimbangan, Kementerian Agama memberikan award terkait dengan media ini, saya kira ini adalah sesuatu yang sangat-sangat bermakna,” ujar sosok yang akrab disapa Romo.

    Dikatakan Romo, humas juga berperan dalam meluruskan hoaks dan menyampaikan pesan-pesan keberagamaan yang menekankan toleransi dan harmoni sosial. “Program pemerintah di bawah kepemimpinan Bapak Presiden Haji Prabowo Subianto, khususnya yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan, dan keberagaman harus disampaikan kepada masyarakat,” tegasnya.

    (aww)

  • Tetap Berkarya Meski Terkurung, Ini 7 Penjara yang Pernah Ditempati Pramoedya Ananta Toer

    Tetap Berkarya Meski Terkurung, Ini 7 Penjara yang Pernah Ditempati Pramoedya Ananta Toer

    Liputan6.com, Yogyakarta – Pramoedya Ananta Toer, atau yang lebih dikenal dengan nama Pram, adalah salah satu sastrawan legendaris Indonesia yang lahir di Blora pada tanggal 6 Februari 1925. la telah menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa asing.

    Pramoedya Ananta Toer juga seorang sastrawan yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui karyanya. Ia juga dikenal sebagai penulis yang produktif dan aktif menulis kolom dan artikel pendek yang mengkritik pemerintahan Indonesia.

    Pram menempuh pendidikan di berbagai sekolah, termasuk Instituut Boedi Oetomo di Blora, Sekolah Teknik Radio Surabaya, Taman Siswa, Sekolah Stenografi, dan Sekolah Tinggi Islam Jakarta. Kariernya sebagai penulis dimulai pada masa penjajahan Jepang, di mana ia bekerja sebagai wartawan di Kantor Berita Domei.

    Pada 1958, Pram bergabung dengan Lekra, organisasi kesenian yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Keputusan ini menjadi awal polemiknya dengan pemerintah dan seniman lain.

    Pada masa Orde Baru, Pram ditangkap dan dipenjara selama 10 tahun di Pulau Buru. Pramoedya Ananta Toer tak lepas dari kisah kelam masa penahanannya.

    Sejak masa pergerakan kemerdekaan hingga era Orde Baru, Pram harus mendekam di balik jeruji besi di berbagai penjara. Mengutip dari berbagai sumber, berikut tujuh penjara Pramoedya Ananta Toer:

    1. Penjara Pertama: Salemba (1947-1949)

    Pramoedya Ananta Toer, salah satu sastrawan besar Indonesia, memang pernah dipenjara di Penjara Salemba pada periode 1948-1949. Penahanannya terkait dengan tuduhan keterlibatannya dalam perlawanan terhadap Belanda selama masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia.

    Menariknya, masa tahanan ini justru menjadi periode yang produktif bagi Pramoedya dalam berkarya. Ia menulis beberapa karya penting selama di penjara, termasuk novel pertamanya yang berjudul Perburuan (1950). Novel ini bahkan memenangkan hadiah pertama dari Balai Pustaka. Selain itu, ia juga menulis kumpulan cerpen Percikan Revolusi selama masa penahanannya.

    2. Penjara Kedua: Bukittinggi (1949-1951)

    Perjalanan hidup Pramoedya memang penuh dengan berbagai penahanan dan pemenjaraan. Setelah dibebaskan dari Penjara Salemba, ia kemudian ditangkap lagi dan ditahan di Bukittinggi oleh pasukan Belanda. Ini menunjukkan bagaimana situasi politik yang tidak stabil pada masa itu sangat mempengaruhi kehidupan para aktivis dan intelektual Indonesia.

    Penahanan di Bukittinggi ini terjadi karena wilayah Sumatera Barat masih berada di bawah kendali Belanda pada waktu itu, meskipun di tempat lain perlawanan terhadap Agresi Militer Belanda II telah berhasil ditumpas. Belanda masih berupaya mempertahankan kekuasaannya di beberapa wilayah strategis, termasuk Bukittinggi yang merupakan salah satu pusat pemerintahan darurat Republik Indonesia.

    Meskipun mengalami penahanan berulang kali, semangat Pramoedya untuk menulis dan berjuang melalui karya-karyanya tidak pernah padam. Pengalaman-pengalaman penahanan ini justru memperkaya perspektifnya dan tercermin dalam karya-karya yang ditulisnya kemudian

    3. Penjara Ketiga: Glodok (1951-1952)

    Pemindahan Pramoedya dari Bukittinggi ke Penjara Glodok di Jakarta terjadi setelah Konferensi Meja Bundar dan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda. Meski Indonesia telah merdeka secara de jure, Pramoedya tetap harus menjalani sisa masa tahanannya di Penjara Glodok sampai akhirnya dibebaskan pada tahun 1952.

    Penjara Glodok menjadi penjara ketiga yang ditempati Pramoedya dalam rentang waktu yang relatif singkat (Salemba – Bukittinggi – Glodok). Pengalaman dipindah-pindahkan dari satu penjara ke penjara lain ini tentunya memberikan perspektif yang unik bagi Pramoedya tentang sistem penahanan di masa transisi kemerdekaan Indonesia.

    Masa antara 1948-1952 ini bisa dibilang menjadi periode yang sangat menentukan dalam membentuk cara pandang Pramoedya terhadap perjuangan kemerdekaan dan kondisi sosial-politik Indonesia. Meski berada dalam tahanan, semangatnya untuk menulis tetap terjaga, dan pengalaman-pengalaman ini kemudian banyak tercermin dalam karya-karya sastranya. Setelah dibebaskan pada 1952, Pramoedya kemudian aktif dalam kegiatan kepenulisan dan jurnalistik, meski perjalanan hidupnya masih akan diwarnai berbagai penahanan di masa-masa selanjutnya.

     

  • Bangkitkan Ekonomi, DPR Minta Pemerintah Berdayakan Pengusaha Muda

    Bangkitkan Ekonomi, DPR Minta Pemerintah Berdayakan Pengusaha Muda

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, meminta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) untuk mengambil langkah koordinatif dalam memberdayakan pengusaha muda Indonesia guna mendorong kebangkitan ekonomi nasional.

    Dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin, Saleh menyampaikan bahwa persaingan ekonomi global saat ini semakin ketat. Ia menegaskan bahwa negara yang mampu bertahan adalah yang mampu memanfaatkan potensi rakyatnya untuk berkarya dan berinovasi.

    “Indonesia memiliki bonus demografi yang besar. Potensi ini harus dimanfaatkan dengan baik agar ekonomi nasional bangkit, salah satunya melalui pengembangan ekonomi kreatif generasi muda,” ujar Saleh.

    Ia menilai bahwa generasi muda Indonesia perlu dilatih dan didorong untuk mengembangkan sektor ekonomi kreatif sejak dini agar produk-produk mereka mampu bersaing di pasar global.

    “Karya-karya anak muda harus bisa bersaing dengan produk negara lain. Kita tidak boleh hanya menjadi pasar bagi produk asing. Sebaliknya, Indonesia harus memperluas pasar ekspor untuk produk-produk lokal,” tambahnya.

    Saleh mendesak Kemenparekraf dan Kementerian UMKM untuk berkoordinasi dan menciptakan langkah-langkah yang mendorong produktivitas dan inovasi di kalangan pengusaha muda.

    Menurutnya, banyak pengusaha muda Indonesia yang telah mencapai kesuksesan, meski sebagian besar pencapaian tersebut merupakan hasil kerja keras mereka sendiri. Saleh menegaskan, pemerintah harus berperan aktif dalam mendampingi dan membantu pengusaha muda agar mereka semakin berkembang.

  • Resensi Film Ratu Ilmu Hitam

    Resensi Film Ratu Ilmu Hitam

    JAKARTA – Kimo Stamboel masih gila darah. Barangkali tak ada yang lebih tepat untuk menggambarkan eksekusi yang Kimo lakukan pada Ratu Ilmu Hitam. Jika sutradara lain membangun universe alias dunia latar di dalam film, Kimo justru ambil jalan beda. Peduli angin dengan segala teori penciptaan universe. Sebab, Ratu Ilmu Hitam adalah neraka ciptaan Kimo.

    Kisah Ratu Ilmu Hitam berlangsung di sebuah panti asuhan yang menyimpan berbagai misteri kelam masa lampau. Suatu hari, tiga anak-anak asli panti asuhan itu, Hanif (Ario Bayu), Anton (Tanta Ginting), dan Jefri (Miller Khan) kembali bersama istri dan keluarga mereka untuk menjenguk Pak Bandi, pengasuh panti asuhan yang sakit keras, diperankan Yayu Unru.

    Segala petaka terjadi dalam kunjungan itu. Satu per satu dari mereka diserang ilmu-ilmu sihir mengerikan. Seorang perempuan penganut ilmu hitam berupaya membalaskan dendam masa lalu kepada Hanif, Anton, dan Jefri. Dendam tak hanya menyasar ketiganya, tapi juga keluarga mereka.

    Hingga pekan lalu –sebelum dipertontonkan Ratu Ilmu Hitam– setidaknya, Rumah Dara (2009) boleh jadi film jagal (slasher) terbaik milik Kimo. Di bawah nama Mo Brothers, Kimo bersama Timo Tjahjanto berhasil menciptakan rangkaian adegan penuh darah dan kematian teramat brutal.

    Namun, Ratu Ilmu Hitam menawarkan keistimewaan lain. Ia jauh lebih magis. Dalam proyek remake film berjudul sama yang dibintangi ratu film horor, Suzzanna tahun 1891 itu, Kimo lebih bebas memainkan fantasi nan brutal. Seluruh film Ratu Ilmu Hitam terasa amat fantasiah. Kimo tak membawa penonton ke dunia mana pun yang ingin ia tuju.

    Tapi, segala pengabaian tentang teori penciptaan universe sungguh termaafkan. Bahkan, tak akan ada yang peduli soal di mana segala peristiwa pembantaian itu terjadi. Tak ada nama desa yang disebut, tak ada nama kota yang tercantum, bahkan tak ada latar tempat lain selain bangunan panti asuhan dan sebuah jalan misterius yang diperlihatkan.

    Namun, film jagal memang tak sepenuhnya membutuhkan itu semua. Selama darah bermuncratan dan kematian demi kematian mampu menggolakkan isi perut, itu cukup. Kimo tahu betul apa yang dilakukannya. Ia membayar apa yang harus dibayar sebuah film jagal untuk memuaskan dahaga penontonnya.

    Kematian penuh sihir yang ditawarkan Ratu Ilmu Hitam memunculkan konsekuensi tersendiri bagi tim produksi. Jika dalam film lain macam Rumah Dara dan Headshot (2016) Kimo lebih banyak menggunakan special effect (SFX), dalam Ratu Ilmu Hitam Kimo banyak bermain dengan Computer-Generated Imagery (CGI). Tantangan ini dijawab dengan baik oleh tim. CGI Ratu Ilmu Hitam boleh dibilang berkualitas baik.

    Dari sisi cerita, Ratu Ilmu Hitam mengusung plot yang rapi dan kuat. Di luar pengabaian atas konstruksi universe, Ratu Ilmu Hitam berhasil dijahit sebagai kisah yang penuh misteri. Jawaban-jawaban dari pertanyaan yang dibangun Joko Anwar –yang berperan sebagai penulis naskah– sejak awal film berhasil dijawab lewat rangkaian adegan yang dicicil perlahan di 3/4 film.

    Caranya pun cukup asyik. Sejak awal, penonton dibuat terbiasa dengan pemaparan latar belakang konflik –dengan metode flashback– lewat dokumentasi pribadi panti asuhan, baik foto atau pun video. Rangkaian dokumentasi itu lah yang sejatinya membawa penonton pada alasan-alasan paling masuk akal kenapa segala petaka terjadi, bagaimana dosa-dosa karakter utama membawa mereka pada ‘siksa neraka’ ciptaan Sang Ratu Sihir.

    “Aku tak percaya ada neraka setelah kematian. Maka, aku menciptakan neraka untuk kalian. Aku akan memastikan kalian mendapatkannya!”

    Orgasme kebebasan berkarya Kimo

    Ini bukan film pertama Kimo tanpa Timo (Mo Brothers). Januari lalu, Kimo sempat menyutradarai sebuah film horor berjudul DreadOut. Film hasil kerja sama GoodHouse Production, CJ Entertainment, Sky Media, dan Nimpuna Sinema & Lyto ini gagal memberi kesan.

    DreadOut tak terasa seperti Kimo. Ia mengakui sejumlah kendala dalam penulisan naskah. Dalam DreadOut, Kimo berupaya minggir dari ciri khasnya sebagai pembuat film jagal. Konon, produser dan studio film menginginkan DreadOut menjadi film yang dapat dinikmati lebih luas.

    “Gue enggak ambil penonton gue yang pencinta gore. Kali ini, mencoba ambil penonton yang lebih lebar. Insyaallah kena 17 tahun. Sensor masih proses,” kata Kimo ditulis CNN Indonesia.

    Ratu Ilmu Hitam adalah kembalinya Kimo ke jati diri sebagai seorang sineas yang gila darah. Kolaborasinya dengan Joko Anwar amat berhasil. Khusus Joko, Ratu Ilmu Hitam bahkan terasa melampaui penulisan naskah Perempuan Tanah Jahanam.

    Mudah saja. Ratu Ilmu Hitam menghadirkan plot twist yang lebih bertanggung jawab ketimbang Perempuan Tanah Jahanam. Jika Perempuan Tanah Jahanam yang mengantar pendalaman latar belakang konflik lewat tayangan flashback panjang yang seluruhnya digelontorkan di akhir film, jalan menuju plot twist dalam Ratu Ilmu Hitam justru dirangkai perlahan dan lebih rapi.

    Akhir kata, selamat datang di neraka ciptaan Kimo. Jangan ketinggalan. Sebab, “tidak tahu pun adalah dosa, sayangku.”

  • Menbud Dorong Pemerintah Pusat & Daerah Sejahterakan Pelaku Kebudayaan

    Menbud Dorong Pemerintah Pusat & Daerah Sejahterakan Pelaku Kebudayaan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menteri Kebudayaan (Menbud) RI Fadli Zon mengajak berbagai pihak untuk peduli terhadap kesejahteraan pelaku seni budaya, terutama para maestro di bidang tersebut. Sebab, kehadiran mereka memegang peranan penting dalam membangun peradaban bangsa Indonesia.

    Fadli menegaskan, pegiat atau pelaku seni budaya memiliki kedudukan yang setara dengan profesi-profesi lainnya. Mereka juga berhak untuk mendapatkan perlindungan jaminan sosial dari negara.

    “Baik provinsi maupun kabupaten kota perlu ada perhatian juga pada pelaku-pelaku budaya lokal agar kita ada sharing. Jadi ada sama-sama kita gotong royong dalam memperhatikan para pelaku-pelaku Kebudayaan sebagai aset, sebagai bagian dari kekayaan budaya kita,”ujar Fadli dikutip Minggu (29/12).

    Hal tersebut disampaikan Fadli ketika menyerahkan manfaat BPJS Ketenagakerjaan kepada ahli waris dari dua maestro yang tutup usia beberapa waktu lalu.

    “Jaminan sosial ini juga bentuk pengakuan negara atas profesi bidang kebudayaan yang memiliki hak setara dengan profesi di bidang lain,” ujarnya.

    Adapun dua keluarga yang menerima manfaat adalah keluarga Almujazi Mulku, seorang maestro seni tradisi yang mewarisi naskah kuno kesultanan Buton, dan keluarga Jariah, maestro yang menguasai naskah syair “Dideng” asal Desa Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.

    Total manfaat yang diberikan sejumlah 86,3 juta, terdiri dari manfaat Jaminan Kematian dan Jaminan Hari Tua.

    Perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan tersebut didapatkan sebab keduanya telah dinobatkan sebagai pelaku budaya berprestasi yang memperoleh Anugerah Kebudayaan dari Pemerintah.

    Fadli menyampaikan, saat ini Kementerian Kebudayaan sedang menjalin kerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan dalam rangka memenuhi hak jaminan sosial bagi para pelaku budaya.

    “Kerja sama ini meliputi penanggungan biaya jaminan sosial bagi para Maestro penerima anugerah kebudayaan Indonesia,” kata Fadli.

    Pihaknya menyebut sejalan dengan amanah Perpres nomor 108/2024 Kementerian Kebudayaan memberikan perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan kepada pelaku budaya berprestasi penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia (AKI), Anugerah Musik Indonesia (AMI), dan Festival Film Indonesia (FFI) yang saat ini jumlahnya sebanyak 90 orang maestro.

    Seluruhnya mendapatkan mendapatkan perlindungan tiga program melingkupi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kematian, dan juga Jaminan Hari Tua.

    “Jaminan sosial memegang peran penting bagi para maestro untuk meningkatkan kesejahteraan, kenyamanan bekerja dan membentuk ekosistem kebudayaan yang lebih baik untuk proses alih pengetahuan,” ujarnya.

    Kementerian Kebudayaan berkomitmen untuk memberikan apresiasi yang lebih baik, terutama kepada para Maestro budaya, baik tradisi maupun dari sektor-sektor lain. Terutama bagi maestro yang membutuhkan bantuan dari pemerintah.

    Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengapresiasi langkah Kementerian Kebudayaan dalam memberikan perlindungan dan kesejahteraan bagi para maestro budaya.

    Pihaknya berharap hal ini juga dapat menginspirasi Kementerian lain sebagai upaya untuk membentuk SDM yang berkualitas yang Kerja Keras Bebas Cemas guna mewujudkan Indonesia Emas 2024 melalui optimalisasi jaminan sosial ketenagakerjaan.

    “Dengan semakin banyak maestro yang terlindungi diharapkan mereka bisa berkarya tanpa rasa cemas, sehingga dapat terus melestarikan budaya leluhur sekaligus mewariskannya kepada para generasi muda,” kata Anggoro.

    (inh/inh)