partai: Berkarya

  • Perkuat Talenta Digital, Telkom-UMY Bikin 113 Ribu Orang Melek AI

    Perkuat Talenta Digital, Telkom-UMY Bikin 113 Ribu Orang Melek AI

    Jakarta

    Telkom Indonesia menjalin kolaborasi strategis dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) untuk memperkuat ekosistem pengembangan talenta digital nasional, khususnya di bidang kecerdasan artifisial (AI).

    Langkah ini menjadi bagian dari komitmen Telkom dalam mempercepat penguasaan teknologi AI di Indonesia – tidak hanya pada level pengguna, tetapi juga pencipta teknologi AI. Melalui kerja sama ini, Telkom menargetkan lahirnya generasi muda yang mampu membangun solusi berbasis AI secara mandiri, mengurangi ketergantungan pada produk luar, dan meningkatkan daya saing bangsa di kancah global.

    “Sebagai negara besar, Indonesia sangat membutuhkan banyak talenta digital yang mengerti teknologi AI. Kerja sama antara Telkom dan UMY ini sejalan dengan objektif pemerintah dalam mencetak talenta digital unggul, agar Indonesia tidak hanya menjadi market, tetapi juga pengembang teknologi AI,” ujar Direktur Utama Telkom, Dian Siswarini dikutip Kamis (23/10/2025).

    Kolaborasi Telkom dan UMY merupakan implementasi konkret dari pilar AI Center of Excellence (AI CoE) – inisiatif strategis Telkom yang berfungsi sebagai wadah kolaborasi riset, talenta, infrastruktur, dan inovasi AI lintas sektor.

    AI CoE berdiri di atas empat pilar utama. Pertama, AI Campus, wadah kolaborasi antara industri dan perguruan tinggi untuk memperkuat kurikulum serta kapasitas talenta AI. Kedua, AI Playground, laboratorium eksplorasi untuk menguji model AI secara aman dan etis. Ketiga, AI Connect, jembatan antara praktisi dan dunia bisnis untuk mempercepat inovasi. Dan keempat, AI Hub, pusat pembuktian nilai di mana lebih dari 50 proof of concept (PoC) telah dikembangkan untuk menjawab kebutuhan industri.

    Melalui kerja sama ini, Telkom mengimplementasikan pilar AI Campus, yang meliputi pengembangan kurikulum AI bersama universitas, riset kolaboratif, dan pelatihan talenta digital.

    “AI CoE ini sejalan dengan rencana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang ingin membuka program studi baru mengenai AI. Kolaborasi ini sangat strategis bagi pengembangan talenta digital Indonesia,” kata Dian Siswarini. “Kami berharap kerja sama Telkom dan UMY dapat mencetak hingga 113 ribu talenta digital Indonesia yang berkualitas,” tambahnya.

    UMY Siap Jadi Pusat Pengembangan AI Muhammadiyah

    Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Achmad Nurmandi, menyambut positif kolaborasi ini dan menegaskan pentingnya pengembangan AI Campus di seluruh kampus Muhammadiyah.

    “AI Campus memberikan manfaat besar bagi kampus Muhammadiyah dan perlu diimplementasikan secara nasional agar semakin banyak penelitian dan produk AI yang dikembangkan oleh mahasiswa Muhammadiyah,” kata Nurmandi.

    Ia menambahkan, inisiatif ini akan memperkuat kontribusi perguruan tinggi Muhammadiyah dalam mencetak talenta digital yang berdaya saing global dan siap menghadapi transformasi industri berbasis teknologi.

    Peluncuran AI CoE di UMY juga menjadi bagian dari program Digistar Connect, yang merupakan platform kolaboratif Telkom untuk mempertemukan industri dan akademisi dalam mempercepat pengembangan SDM digital nasional. Melalui sinergi dengan kampus, Telkom berharap dapat membangun fondasi kuat bagi ekosistem talenta AI Indonesia yang lebih luas, kolaboratif, dan berdampak nyata.

    “Kolaborasi dengan kampus seperti UMY adalah langkah nyata untuk membentuk generasi AI yang siap berkarya, berdaya saing global, dan berkontribusi pada masa depan industri digital Indonesia,” tutup Dian Siswarini.

    (agt/agt)

  • Pameran Studi Arsip Mia Bustam dari Karya, Kehidupan hingga Pemikiran

    Pameran Studi Arsip Mia Bustam dari Karya, Kehidupan hingga Pemikiran

    Yogyakarta: Dalam sejarah seni rupa di Indonesia, nama Mia Bustam selama ini seringkali hanya dilihat sebagai mantan istri seorang maestro. 

    Kiprah Mia yang meliputi kerja-kerja perawatan dalam berbagai interaksi kerja kolektif seni rupa (Seniman Indonesia Muda/SIM, Lembaga Kebudayaan Rakyat/LEKRA, dan Sanggar Pelukis Rakyat) sekaligus proses keseniannya sebagai seorang ibu tunggal dari delapan anak seolah dilupakan begitu saja. 
     

    Lahir dengan nama Sasmiyati Sri Mojoretno, Mia Bustam (1920–2011) adalah seorang seniman, penyulam, penulis, dan penerjemah. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Van Deventer Surakarta dan lulus pada 1937. 

    Lalu Mia bergabung dengan Seniman Indonesia Muda (SIM) dan Lembaga Kebudajaan Rakjat (LEKRA), bahkan sempat memimpin LEKRA Yogyakarta (1963-1965).  Ia sempat belajar di Universitas Rakyat (UNRA) dan menjadi siswa terbaik pada 1963. Karyanya, Potret Diri (1959), pernah dipamerkan keliling Eropa Timur sebelum lenyap dalam prahara politik 1965.

    Studi arsip dari majalah Api Kartini Edisi 10 Tahun 1960 mengungkapkan cita-cita Mia Bustam mengadakan pameran tunggal. 

    Sayangnya, impian ini tak pernah terwujud selama ia hidup. Ia diciduk pada 23 November 1965 di hadapan anak-anaknya, kemudian ditahan tanpa proses peradilan selama tiga belas setengah tahun berikutnya hingga akhirnya dibebaskan pada 27 Juli 1978. 

    Temuan dalam Api Kartini tentang impian Mia Bustam mengadakan pameran tunggal inilah yang memantik tim riset dan pameran yang terdiri dari Astrid Reza, Dyah Soemarno, Sylvie Tanaga, Alfian Widi, dan Balqis Nabila menginisiasi pameran tunggal Mia Bustam di bawah payung Biennale Jogja 18 “KAWRUH: Tanah Lelaku” yang dikuratori oleh Alia Swastika. 

    Meski sebagian besar karya seni lenyap dan impian pameran tunggal tak pernah terwujud, sosok Mia Bustam tetap dikenang sebagai perupa dan penulis yang gigih berkarya di tengah represi dan stigma rezim Soeharto. 

    Mengingat sebagian besar karya visual Mia telah musnah, tim riset memilih pendekatan rekonstruksi dan interpretasi dari arsip-arsip yang ada, reproduksi dokumentasi karya yang tersisa, serta penggalian narasi biografis dan sejarah personal Mia Bustam. 

    Berangkat dari tesis Astrid Reza di jenjang Magister Kajian Budaya Universitas Sanata Dharma dengan topik Memoar Mia Bustam: Melampaui Melankolia Kaum Kiri (2025), tim riset menggodok pameran ini sebagai inisiatif solidaritas kebersamaan antar generasi lintas disiplin untuk menghadirkan narasi seniman masa lalu dan menemukan konteksnya pada generasi hari ini.

    Proses kesenian Mia Bustam sempat terhenti karena tragedi 1965 walaupun ia masih melukis dalam penjara sekalipun itu pesanan sipir. Ia menuangkan banyak energi kesenian dan proses meditatif yang sarat kerinduan pada anak-anaknya. 

    “Hari ini, Mia Bustam mengajarkan kita bahwa melankolia harus dilampaui. Keteguhan Mia menjadi pelajaran tentang daya tahan sekaligus semangat menggerakkan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan pembodohan,” papar Astrid Reza dalam pembukaan pameran yang berlangsung 6 Oktober 2025 petang di pelataran Benteng Vredeburg.

    Astrid pun menegaskan pameran ini mengimajinasikan kemungkinan utopis tentang sejarah seni rupa jika tragedi 1965 tidak terjadi, sekaligus menghadirkan ruang reflektif-interaktif untuk merenungkan kembali makna kehilangan, pelarangan, dan keterputusan dalam sejarah seni perempuan.

    Senada Astrid, St. Sunardi, dosen dari Universitas Sanata Dharma yang juga pembicara dalam acara pembukaan pameran menyerukan pentingnya menggarisbawahi daya hidup Mia yang jauh lebih besar daripada karya seninya itu sendiri. 

    “Daya hidup jauh lebih penting daripada ambisi diakui sebagai seniman sukses. Kehidupan Mia Bustam yang tercermin dalam memoarnya-lah yang seharusnya merevitalisasi dunia seni rupa di Indonesia, bukan sebaliknya,” ucap Sunardi. 

    Alia Swastika, kurator pameran arsip Mia Bustam, menjabarkan peran krusial Mia sebagai pendukung kiprah para seniman muda dalam gerakan internasionalisme. 

    “Merujuk pada majalah Api Kartini yang ditemukan oleh tim riset pameran, Mia terdaftar sebagai anggota Badan Hubungan Kebudayaan Indonesia dengan Uni Soviet. Ini menunjukkan  perempuan daerah seperti Mia pun bisa punya visi yang sangat besar dan sangat kosmopolitan,” kata Alia.  

    Enam anak Mia Bustam turut menghadiri pembukaan pameran tunggal ibundanya yang sangat bersejarah. 

    “Ini pertama kalinya dalam sejarah karya-karya ibu ditampilkan dalam pameran tunggal. Dari diskusi-diskusi terkait pameran ini, kami anak-anaknya baru sadar betapa istimewanya sosok ibu. Selama ini kami tak pernah berpikir sejauh itu. Kami hanya melihatnya sebagai seorang ibu,” terang Sri Nasti Rukmawati, anak kedua Mia Bustam yang juga didapuk sebagai pembicara. 

    Pameran Studi Arsip Mia Bustam berlangsung 6 Oktober hingga 20 November 2025 mendatang di Ruang Sultan Agung, Benteng Vredeburg, Yogyakarta. 
    Pameran masa perjalanan hidup Mia Bustam 
    Pameran antara lain menampilkan lini masa perjalanan hidup Mia Bustam, arsip, foto, tulisan tangan, dan karya-karya visual yang masih tersisa seperti lukisan, sketsa, dan sulaman. Tim juga berkolaborasi dengan lima seniman kontemporer Yogyakarta yakni Awanda B. Destia, Kemala Hayati, Nadya Hatta, Nessa Theo, dan Chandra Rossellini yang merespons jejak artistik Mia Bustam. 

    “Saya ‘menyelesaikan’ lukisan Mia yang tak selesai karena beliau keburu masuk penjara. Di sini, saya mencoba memahami bagaimana karya seni sebetulnya lekat sekali dengan kehilangan, tetapi kita juga tidak bisa mereduksi hidup sebagai kesedihan belaka. Saya bereksperimen dengan bentuk-bentuk tiga dimensi untuk merayakan perjuangan dan cita-cita mereka yang tak gentar berjuang bagi kita yang hidup hari ini,” jelas Nessa Theo yang menjuduli lukisannya The Other Side of Melancholia (2025).

    Pimpinan Produksi Pameran Mia Bustam, Dyah Soemarno, memaknai pameran ini sebagai pintu masuk mengenalkan Mia Bustam pada publik yang selama ini tidak pernah mendengar sosok Mia sebelumnya mengingat banyaknya babak sejarah yang luput dari narasi arus utama. 

    Bagi Dyah, pameran ini permulaan dari sebuah perjalanan panjang yang bahkan berkontribusi membantu keluarga penyintas seperti dirinya mengetahui apa yang sesungguhnya menimpa nenek-moyangnya. 

    “Mia Bustam meninggalkan catatan-catatan yang seolah mewakili suara hati kakek-nenek lainnya yang juga mengalami hal serupa. Keluarga tercerai-berai karena pilihan politik dan anak-cucunya tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kalau korban langsungnya saja bingung, apalagi kita. Saya rasa pameran ini menjadi semacam jalan menuju rekonsiliasi. Catatan Mia yang sangat detail setidaknya bisa membantu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada masa lalu, yang selama ini tidak pernah bisa dijelaskan dengan baik dalam narasi sejarah mana pun,” tutur Dyah.

    Yogyakarta: Dalam sejarah seni rupa di Indonesia, nama Mia Bustam selama ini seringkali hanya dilihat sebagai mantan istri seorang maestro. 
     
    Kiprah Mia yang meliputi kerja-kerja perawatan dalam berbagai interaksi kerja kolektif seni rupa (Seniman Indonesia Muda/SIM, Lembaga Kebudayaan Rakyat/LEKRA, dan Sanggar Pelukis Rakyat) sekaligus proses keseniannya sebagai seorang ibu tunggal dari delapan anak seolah dilupakan begitu saja. 
     

    Lahir dengan nama Sasmiyati Sri Mojoretno, Mia Bustam (1920–2011) adalah seorang seniman, penyulam, penulis, dan penerjemah. Ia menempuh pendidikan di Sekolah Van Deventer Surakarta dan lulus pada 1937. 
     
    Lalu Mia bergabung dengan Seniman Indonesia Muda (SIM) dan Lembaga Kebudajaan Rakjat (LEKRA), bahkan sempat memimpin LEKRA Yogyakarta (1963-1965).  Ia sempat belajar di Universitas Rakyat (UNRA) dan menjadi siswa terbaik pada 1963. Karyanya, Potret Diri (1959), pernah dipamerkan keliling Eropa Timur sebelum lenyap dalam prahara politik 1965.

    Studi arsip dari majalah Api Kartini Edisi 10 Tahun 1960 mengungkapkan cita-cita Mia Bustam mengadakan pameran tunggal. 
     
    Sayangnya, impian ini tak pernah terwujud selama ia hidup. Ia diciduk pada 23 November 1965 di hadapan anak-anaknya, kemudian ditahan tanpa proses peradilan selama tiga belas setengah tahun berikutnya hingga akhirnya dibebaskan pada 27 Juli 1978. 
     
    Temuan dalam Api Kartini tentang impian Mia Bustam mengadakan pameran tunggal inilah yang memantik tim riset dan pameran yang terdiri dari Astrid Reza, Dyah Soemarno, Sylvie Tanaga, Alfian Widi, dan Balqis Nabila menginisiasi pameran tunggal Mia Bustam di bawah payung Biennale Jogja 18 “KAWRUH: Tanah Lelaku” yang dikuratori oleh Alia Swastika. 
     
    Meski sebagian besar karya seni lenyap dan impian pameran tunggal tak pernah terwujud, sosok Mia Bustam tetap dikenang sebagai perupa dan penulis yang gigih berkarya di tengah represi dan stigma rezim Soeharto. 
     
    Mengingat sebagian besar karya visual Mia telah musnah, tim riset memilih pendekatan rekonstruksi dan interpretasi dari arsip-arsip yang ada, reproduksi dokumentasi karya yang tersisa, serta penggalian narasi biografis dan sejarah personal Mia Bustam. 
     
    Berangkat dari tesis Astrid Reza di jenjang Magister Kajian Budaya Universitas Sanata Dharma dengan topik Memoar Mia Bustam: Melampaui Melankolia Kaum Kiri (2025), tim riset menggodok pameran ini sebagai inisiatif solidaritas kebersamaan antar generasi lintas disiplin untuk menghadirkan narasi seniman masa lalu dan menemukan konteksnya pada generasi hari ini.
     
    Proses kesenian Mia Bustam sempat terhenti karena tragedi 1965 walaupun ia masih melukis dalam penjara sekalipun itu pesanan sipir. Ia menuangkan banyak energi kesenian dan proses meditatif yang sarat kerinduan pada anak-anaknya. 
     
    “Hari ini, Mia Bustam mengajarkan kita bahwa melankolia harus dilampaui. Keteguhan Mia menjadi pelajaran tentang daya tahan sekaligus semangat menggerakkan perlawanan terhadap segala bentuk penindasan dan pembodohan,” papar Astrid Reza dalam pembukaan pameran yang berlangsung 6 Oktober 2025 petang di pelataran Benteng Vredeburg.
     
    Astrid pun menegaskan pameran ini mengimajinasikan kemungkinan utopis tentang sejarah seni rupa jika tragedi 1965 tidak terjadi, sekaligus menghadirkan ruang reflektif-interaktif untuk merenungkan kembali makna kehilangan, pelarangan, dan keterputusan dalam sejarah seni perempuan.
     
    Senada Astrid, St. Sunardi, dosen dari Universitas Sanata Dharma yang juga pembicara dalam acara pembukaan pameran menyerukan pentingnya menggarisbawahi daya hidup Mia yang jauh lebih besar daripada karya seninya itu sendiri. 
     
    “Daya hidup jauh lebih penting daripada ambisi diakui sebagai seniman sukses. Kehidupan Mia Bustam yang tercermin dalam memoarnya-lah yang seharusnya merevitalisasi dunia seni rupa di Indonesia, bukan sebaliknya,” ucap Sunardi. 
     
    Alia Swastika, kurator pameran arsip Mia Bustam, menjabarkan peran krusial Mia sebagai pendukung kiprah para seniman muda dalam gerakan internasionalisme. 
     
    “Merujuk pada majalah Api Kartini yang ditemukan oleh tim riset pameran, Mia terdaftar sebagai anggota Badan Hubungan Kebudayaan Indonesia dengan Uni Soviet. Ini menunjukkan  perempuan daerah seperti Mia pun bisa punya visi yang sangat besar dan sangat kosmopolitan,” kata Alia.  
     
    Enam anak Mia Bustam turut menghadiri pembukaan pameran tunggal ibundanya yang sangat bersejarah. 
     
    “Ini pertama kalinya dalam sejarah karya-karya ibu ditampilkan dalam pameran tunggal. Dari diskusi-diskusi terkait pameran ini, kami anak-anaknya baru sadar betapa istimewanya sosok ibu. Selama ini kami tak pernah berpikir sejauh itu. Kami hanya melihatnya sebagai seorang ibu,” terang Sri Nasti Rukmawati, anak kedua Mia Bustam yang juga didapuk sebagai pembicara. 
     
    Pameran Studi Arsip Mia Bustam berlangsung 6 Oktober hingga 20 November 2025 mendatang di Ruang Sultan Agung, Benteng Vredeburg, Yogyakarta. 

    Pameran masa perjalanan hidup Mia Bustam 
    Pameran antara lain menampilkan lini masa perjalanan hidup Mia Bustam, arsip, foto, tulisan tangan, dan karya-karya visual yang masih tersisa seperti lukisan, sketsa, dan sulaman. Tim juga berkolaborasi dengan lima seniman kontemporer Yogyakarta yakni Awanda B. Destia, Kemala Hayati, Nadya Hatta, Nessa Theo, dan Chandra Rossellini yang merespons jejak artistik Mia Bustam. 
     
    “Saya ‘menyelesaikan’ lukisan Mia yang tak selesai karena beliau keburu masuk penjara. Di sini, saya mencoba memahami bagaimana karya seni sebetulnya lekat sekali dengan kehilangan, tetapi kita juga tidak bisa mereduksi hidup sebagai kesedihan belaka. Saya bereksperimen dengan bentuk-bentuk tiga dimensi untuk merayakan perjuangan dan cita-cita mereka yang tak gentar berjuang bagi kita yang hidup hari ini,” jelas Nessa Theo yang menjuduli lukisannya The Other Side of Melancholia (2025).
     
    Pimpinan Produksi Pameran Mia Bustam, Dyah Soemarno, memaknai pameran ini sebagai pintu masuk mengenalkan Mia Bustam pada publik yang selama ini tidak pernah mendengar sosok Mia sebelumnya mengingat banyaknya babak sejarah yang luput dari narasi arus utama. 
     
    Bagi Dyah, pameran ini permulaan dari sebuah perjalanan panjang yang bahkan berkontribusi membantu keluarga penyintas seperti dirinya mengetahui apa yang sesungguhnya menimpa nenek-moyangnya. 
     
    “Mia Bustam meninggalkan catatan-catatan yang seolah mewakili suara hati kakek-nenek lainnya yang juga mengalami hal serupa. Keluarga tercerai-berai karena pilihan politik dan anak-cucunya tidak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kalau korban langsungnya saja bingung, apalagi kita. Saya rasa pameran ini menjadi semacam jalan menuju rekonsiliasi. Catatan Mia yang sangat detail setidaknya bisa membantu menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada masa lalu, yang selama ini tidak pernah bisa dijelaskan dengan baik dalam narasi sejarah mana pun,” tutur Dyah.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (SAW)

  • FAA PPMI Gelar Reuni Nasional di Malang, Angkat Tema “Oase Gelap Terang Indonesia”

    FAA PPMI Gelar Reuni Nasional di Malang, Angkat Tema “Oase Gelap Terang Indonesia”

    Malang (beritajatim.com) – Forum Alumni Aktivis Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (FAA PPMI) bersama Universitas Brawijaya akan menggelar reuni nasional di Malang, Jawa Timur, pada Sabtu, 25 Oktober 2025. Kegiatan yang berlangsung di Auditorium Universitas Brawijaya ini diikuti para alumni pers mahasiswa dari seluruh Indonesia.

    Reuni tahun ini mengusung tema “Oase Gelap Terang Indonesia” sebagai bentuk kepedulian terhadap kondisi bangsa saat ini. Ketua FAA PPMI, Agung Sedayu, mengatakan kegiatan ini bertujuan mengajak alumni pers mahasiswa membaca ulang arah perjalanan republik serta menggali peran alumni dalam menjawab berbagai persoalan kebangsaan. “Serta menggali peran para alumni pers mahasiswa dalam menjawab berbagai persoalan kebangsaan hari ini,” ujar Agung pada Jumat, 24 Oktober 2025.

    Acara akan dibuka dengan seminar nasional bertajuk sama, menghadirkan sejumlah tokoh penting. Sambutan pembuka disampaikan Rektor Universitas Brawijaya, Prof. Widodo. Sementara pembicara seminar antara lain Wakil Menteri Komunikasi dan Digital sekaligus Alumni Pers Mahasiswa Nezar Patria; Sekretaris Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral sekaligus Alumni Pers Mahasiswa Ahmad Erani Yustika; Aktivis Sosial Inayah Wahid; dan Pakar Hukum Tata Negara Bivitri Susanti. Seminar bersifat terbuka untuk alumni pers mahasiswa, akademisi, mahasiswa, hingga publik. Setelah seminar, agenda dilanjutkan dengan diskusi perumusan rekomendasi dan malam kebersamaan.

    Agung menambahkan, “Dari seminar nasional diharapkan bisa diperoleh gambaran lebih terang mengenai persoalan kebangsaan sekaligus peluang kita untuk berkontribusi dalam gerakan memperbaiki republik ini.”

    FAA PPMI merupakan wadah bagi alumni pers mahasiswa seluruh Indonesia yang berdiri sejak 24 Januari 2015 di Jakarta. Organisasi ini beranggotakan ribuan alumni PPMI dari berbagai kampus, dari Aceh hingga Papua, yang berkarya di sektor akademik, media, politik, bisnis, seni, dan pendidikan. FAA PPMI berfungsi sebagai ruang konsolidasi gagasan, semangat, dan jejaring antar mantan aktivis pers mahasiswa untuk menjaga komitmen terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Selama 10 tahun perjalanan, FAA PPMI telah menjadi ruang temu antara idealisme dan profesionalisme. Forum ini rutin menggelar diskusi publik membahas isu strategis nasional. Gagasan yang lahir dari FAA PPMI telah memberi warna dalam pemberitaan media, membangun opini publik, dan memberi kontribusi pemikiran bagi para pemangku kebijakan.

    Reuni di Malang ini menjadi pertemuan keempat sejak berdirinya FAA PPMI. Sebelumnya, reuni digelar di Kudus (2016), Semarang (2019), dan Yogyakarta (2023). Agung menekankan pentingnya reuni tahun ini karena Malang merupakan kota tempat deklarasi berdirinya PPMI pada 1992.

    “Sekarang kami para alumni PPMI kembali berkumpul di Malang, kembali ke akar,” ujarnya. [beq]

  • Pro-Kontra Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        24 Oktober 2025

    Pro-Kontra Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional Nasional 24 Oktober 2025

    Pro-Kontra Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Meski pro dan kontra mengemuka, Kementerian Sosial RI resmi turut mengusulkan nama Presiden Kedua RI, Soeharto, sebagai salah satu pahlawan nasional pada 21 Oktober 2025.
    Usulan tersebut diserahkan kepada Kementerian Kebudayaan yang kini memegang mandat untuk menetapkan gelar pahlawan nasional atas usulan yang diberikan.
    Menteri Sosial RI, Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengatakan, usulan Soeharto jadi ”
    National Hero
    ” sudah melalui proses panjang.
    Dia mengatakan, usulan Soeharto sebagai pahlawan nasional sudah dia terima sejak menjabat sebagai Menteri Sosial.
    “Jadi ini juga sudah dibahas oleh tim secara sungguh-sungguh. Berulang-ulang mereka melakukan sidang, telah melalui proses itu,” kata Gus Ipul di Kantor Kemensos, Jakarta, Kamis (23/10/2025).
    Usulan Soeharto menjadi pahlawan nasional sebenarnya bukan kali pertama mencuat.
    Catatan
    Kompas.com
    , usulan ini juga pernah digaungkan oleh elit politik partai Golkar yang saat itu menjabat sebagai Ketua DPR-RI, Ade Komarudin pada 2016 silam.
    Ade mengatakan, Soeharto banyak berbakti pada bangsa, terllepas dari kekurangan yang ada.
    Wacana ini kemudian terus bergulir dari tahun ke tahun, bahkan sempat menjadi dagangan politik untuk Partai Berkarya jelang pemilihan umum 2019.
    DPP Partai Berkarya Badarudin Andi Picunang mengikrar janji, jika partai pecahan Golkar itu masuk Senayan, maka usulan Soeharto jadi pahlawan nasional bisa diperjuangkan lebih kuat lagi.
    Kini usulan Soeharto sebagai pahlawan nasional kembali mencuat. Partai Golkar konsisten mendukung usulan tersebut.
    Golkar yang besar dan dibesarkan Soeharto itu mendorong agar Soeharto bisa menjadi nama yang bersanding dengan pahlawan-pahlawan nasional lainnya karena memiliki jasa yang besar.
    “Perdebatan soal pemberian gelar pahlawan kepada Pak Harto tentu wajar. Setiap tokoh besar pasti memiliki sisi yang menuai pro dan kontra. Namun, perbedaan pandangan itu tidak bisa menghapus kenyataan bahwa Pak Harto memiliki jasa besar bagi bangsa ini,” kata Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Sarmuji, Selasa (21/10/2025).
    Sarmuji menilai, generasi muda saat ini mungkin tidak dapat membayangkan kondisi ekonomi Indonesia sebelum Soeharto memimpin.
    Dia menyebut, dulu, kondisi rakyat sebenarnya kesulitan pangan.
    “Dari kisah orangtua kami dan catatan sejarah, kondisi saat itu sangat berat, banyak rakyat yang kesulitan memperoleh pangan,” ucap dia.
    Setelah Soeharto memimpin, ada perubahan besar dalam waktu relatif singkat, terutama di bidang ketahanan pangan dan pembangunan ekonomi.
    “Di bawah kepemimpinan Pak Harto, situasi itu berubah drastis. Indonesia bukan hanya keluar dari krisis pangan, tetapi juga sempat mencapai swasembada yang membanggakan,” kata Sarmuji.
    Namun suara lantang penolakan Soeharto sebagai
    National Hero
    tak kalah konsisten, datang dari para pegiat HAM, aktivis, dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P).
    Politikus PDI-P, Guntur Romli mengatakan, gelar “hero” untuk Soeharto akan menimbulkan stigma gerakan reformasi sebagai ”
    villain
    “, penjahat, atau musuh dari pahlawan.
    Para korban khususnya mahasiswa yang memperjuangkan demokrasi pada 1998 akan dianggap sebagai penjahat dan pengkhianat.
    “Kalau Soeharto mau diangkat pahlawan, maka otomatis mahasiswa ’98 yang menggerakkan reformasi dan menggulingkan Soeharto akan disebut penjahat dan pengkhianat. Ini tidak bisa dibenarkan,” ujar Guntur saat dihubungi, Kamis (23/10/2025).
    Dia menilai pemberian gelar itu juga akan mengaburkan sejumlah catatan kelam pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi sepanjang masa Orde Baru.
    Guntur menyebut negara telah mengakui sejumlah peristiwa pelanggaran HAM di masa pemerintahan Soeharto, mulai dari peristiwa 1965–1966 hingga penghilangan paksa aktivis menjelang kejatuhan rezim pada 1998.
    “Kalau Soeharto diangkat pahlawan, maka peristiwa-peristiwa yang disebut pelanggaran HAM seperti peristiwa 1965-1966, Penembakan Misterius 1982-1985, Talangsari 1989, Rumah Geudong, Penghilangan Paksa 1997–1998, Trisakti, Semanggi I dan II, hingga Kerusuhan Mei 1998 bukan lagi pelanggaran HAM, tapi bisa disebut kebenaran oleh rezim Orde Baru saat itu,” tutur Guntur.
    Belum lagi usulan ini disejajarkan dengan para tokoh yang menentang Orde Baru dan kepemimpinan Soeharto, seperti Marsinah, dan Presiden Keempat RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur.
    “Saya miris, untuk mengangkat Soeharto jadi pahlawan, tapi seakan-akan nama seperti Gus Dur dan Marsinah dijadikan barter. Padahal Gus Dur dan Marsinah dikenal melawan Soeharto dan Orde Baru,” kata Guntur.
    Selain melanggar HAM, Soeharto secara spesifik disebut dalam TAP MPR 11/1998 atas perlakuan nepotisme dan tindakan korupsi.
    TAP MPR itu mengatakan:

    Upaya pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme harus dilakukan secara tegas terhadap siapapun juga, baik pejabat negara, mantan pejabat negara, keluarga, dan kroninya maupun pihak swasta/konglomerat termasuk mantan Presiden Soeharto dengan tetap memperhatikan prinsip praduga tak bersalah dan hak-hak, asasi manusia
    ,”
    Namun TAP MPR tersebut kini telah berubah, dan nama Soeharto menghilang.
    Koordinator untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menilai pencabutan itu tak lantas membuat Soeharto layak menjadi pahlawan nasional.
    Karena meski dibebaskan secara politis atas dugaan nepotisme dan korupsi, nama Soeharto berkelindan dengan kasus pelanggaran HAM berat di masa lalu.
    “Pada sekitar Mei sampai dengan Juni, kami bahkan telah menyerahkan kepada Kementerian Kebudayaan maupun kepada Kementerian Sosial terkait catatan-catatan pelanggaran hak asasi manusia yang berat, di mana kita tahu terdapat 5-6 kasus pelanggaran berat HAM yang terjadi di era Orde Baru, dan itu disebabkan karena rezim pada saat itu menggunakan kekuatan militer untuk melakukan kekerasan,” kata Wakil Koordinator Kontras, Andrie Yunus, Kamis.
    Selain itu, kaitan erat dengan nepotisme di masa Orde Baru, sudah sepantasnya Soeharto tidak memenuhi syarat pemberian gelar pahlawan.
    “Dari syarat-syarat tersebut yang juga tidak terpenuhi, kemudian catatan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan di era Soeharto, kami tegaskan kembali bahwa Soeharto tidak layak untuk diberikan gelar pahlawan,” ujar dia.
    Catatan Kompas.com, terdapat beberapa kejahatan kemanusiaan yang terjadi saat Soeharto memimpin. Pertama, kasus Penembakan Misterius (Petrus) 1981-1985 dengan perintah langsung Soeharto untuk menghukum mati para bromocorah hingga preman tanpa proses peradilan.
    Amnesty Internasional dalam laporannya mencatat bahwa korban jiwa karena kebijakan tersebut mencapai kurang lebih sekitar 5.000 orang, tersebar di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bandung.
    Kedua, peristiwa Tanjung Priok 1984-1987. Soeharto disebut menggunakan militer sebagai instrumen kebijakan politiknya.
    Akibat dari kebijakan ini, dalam Peristiwa Tanjung Priok 1984, sekitar lebih dari 24 orang meninggal, 36 terluka berat, dan 19 luka ringan.
    Ketiga, peristiwa Talangsari 1984-1987 yang menyebabkan 130 orang meninggal, 77 orang mengalami pengusiran paksa, 45 orang mengalami penyiksaan, dan 229 orang mengalami penganiayaan.
    Keempat, peristiwa 27 Juli 1996 atau lebih dikenal dengan peristiwa Kudatuli yang mencoba mendongkel Megawati sebagai Ketua DPP PDI saat itu.
    Peristiwa ini menyebabkan 11 orang meninggal, 149 luka-luka, 23 orang hilang, dan 124 orang ditahan.
    Kemudian, ada peristiwa Trisakti 12 Mei 1998, kerusuhan 13-15 Mei 1998 yang juga terjadi perkosaan massal, dan penculikan para aktivis.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Gemapi: Prabowo beri ruang lebih luas bagi anak muda Papua berkarya

    Gemapi: Prabowo beri ruang lebih luas bagi anak muda Papua berkarya

    Jakarta (ANTARA) – Dewan Pembina Gerakan Mahasiswa Papua Indonesia (Gemapi) Habelino Sawaki menyebutkan Presiden Prabowo Subianto peduli dan memberi ruang lebih luas bagi anak muda Papua berkarya dalam satu tahun kepemimpinan.

    Dia menuturkan semangat kepemimpinan Prabowo yang mengedepankan persatuan dan pemerataan telah memberi harapan baru bagi generasi muda Papua untuk turut mengambil peran dalam pembangunan nasional.

    “Kami mendorong Presiden membuka ruang yang lebih luas bagi anak-anak muda Papua agar bisa berkarya untuk negeri ini,” kata Habelino dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

    Untuk itu, dirinya menilai kebijakan pemerintah yang inklusif harus terus diperkuat agar anak-anak muda Papua mendapat ruang seluas-luasnya untuk berkarya tanpa sekat suku, etnis, atau asal daerah.

    Ia berpendapat sudah saatnya anak muda Papua dinilai dari kemampuan, dedikasi, dan semangat pengabdiannya, bukan dari asal-usul atau suku bangsanya.

    Ia sebutkan bahwa generasi muda Papua memiliki potensi besar dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan, teknologi, seni, hingga kepemimpinan sosial.

    Dengan dukungan dan kepercayaan dari pemerintah pusat, kata dia, mereka akan mampu menjadi bagian penting dari kemajuan Indonesia yang berkeadilan.

    “Papua bukan hanya bagian dari Indonesia, tapi adalah kekuatan yang memperkaya Indonesia. Kalau anak muda Papua diberi ruang yang sama, kami bisa tunjukkan karya dan kontribusi nyata untuk bangsa,” kata dia.

    Habelino juga menegaskan semangat kebangsaan dan cinta tanah air generasi muda Papua tak perlu diragukan.

    Maka dari itu, dia berharap ke depannya pembangunan manusia Papua menjadi prioritas yang berjalan berdampingan dengan pembangunan fisik dan infrastruktur.

    “Pak Prabowo sudah membuka arah yang benar. Sekarang tugas kami bersama memastikan generasi muda Papua tumbuh percaya diri, diberi kesempatan, dan terus berkontribusi untuk Indonesia tercinta,” tutur Habelino.

    Dengan demikian, menurutnya, Presiden telah menunjukkan kepedulian nyata terhadap pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Tanah Papua.

    Perhatian Presiden Prabowo terhadap Papua, sambung dia, tidak hanya bersifat simbolik, tetapi diwujudkan dalam langkah konkret, seperti peningkatan infrastruktur dasar, penguatan pendidikan dan kesehatan, serta pembukaan akses ekonomi yang lebih luas di wilayah timur Indonesia.

    “Kami melihat Presiden Prabowo benar-benar punya hati untuk Papua karena pembangunan yang dilakukan tidak hanya soal jalan dan jembatan, tapi juga membuka peluang bagi masyarakat Papua untuk maju dan berdaya. Ini bukti kepedulian yang tulus,” ucap dia.

    Pewarta: Agatha Olivia Victoria
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • PT Harfia Construction Machinery Raih Anugerah Inspiratif Liputan6 2025 atas Dukungan untuk Swasembada Pangan Nasional – Page 3

    PT Harfia Construction Machinery Raih Anugerah Inspiratif Liputan6 2025 atas Dukungan untuk Swasembada Pangan Nasional – Page 3

    Sementara di tempat terpisah saat press conference Agus Setiawan public relation dan sales area manager Harfia menyampaikan terimakasih kepada liputan6 SCTV atas kepercayaannya dan atas konsistensinya dalam mengapresiasi karya serta kontribusi anak bangsa di berbagai bidang.

    “Penghargaan ini bukan hanya bentuk apresiasi bagi kami Harfia, tetapi juga bagi seluruh tim dan rekan yang telah bekerja keras, berdedikasi, dan berkomitmen untuk terus memberikan yang terbaik bagi Pertanian di Indonesia, terkhusus inovasi para petani di Indonesia,” ujarnya.

    Di penghujung acara Ardi menambahkan harapannya semoga penghargaan ini menjadi penyemangat bagi semua para penyedia untuk terus berkarya, berinovasi, dan memberi manfaat bagi Petani Indonesia dan masyarakat pada umumnya. “Penghargaan ini kami persembahkan untuk seluruh petani demi kemajuan negeri tercinta Indonesia,” pungkasnya.

  • Atasi Jenuh, Terpuruk dan Kesepian, KTLH Katolik Malang Berlatih Menulis

    Atasi Jenuh, Terpuruk dan Kesepian, KTLH Katolik Malang Berlatih Menulis

    Malang (beritajatim.com)- Komunitas Lansia Tangguh dan Hepi (KLTH) melakukan pelatihan menulis sebagai upaya untuk menghindari keterpurukan dan menikmati kebebasan dalam menjalani kehidupan, Sabtu (18/10/2025) di Jalan Plongkowati, Kota Malang.

    Dr. Agustinus Indradi, M.Pd KaHumas UKWK Malang mengatakan, tujuan Komunitas Lansia Tangguh dan Hepi (KLTH) adalah kumpulan bapak bapak dan ibu -ibu yang bertujuan sosial dan solidaritas di usia senja setelah banyak mengabdi dalam segi kehidupan atau bekerja.

    “Masa tua sering kali dipandang sebagai fase kemunduran. Tubuh melemah, tenaga berkurang, kesehatan menurun, bahkan ruang sosial semakin menyempit,” ujar Agustinus, Minggu (19/10/2025).

    Apabila manusia menerima usia tua dengan pasrah tanpa usaha untuk mengisi hidup secara bermakna. Sebaliknya, banyak komunitas membuktikan bahwa usia lanjut justru dapat menjadi masa keemasan—bukan sekadar menunggu, tetapi menjemput hari dengan semangat.

    Komunitas Lansia Tangguh dan Hepi, sebuah wadah lansia Katolik yang memilih untuk hidup tangguh, semangat, berkarya, berguna, dan bahagia di masa senja.

    Usia tua bukan akhir, melainkan babak baru untuk tangguh tidak menyerah pada keterbatasan fisik, sementara menjadi hepi berarti tetap mampu menemukan sukacita dalam kesederhanaan hidup.

    Kebahagiaan bukanlah hasil dari keadaan luar semata, melainkan cara seseorang memaknai hidupnya dengan memberikan ruang bagi anggotanya untuk terus memberi makna, bukan sekadar mengisi waktu luang.

    KLTH mengisi hari-hari anggotanya dengan aktivitas positif seperti berdoa sebagai umat Katolik, doa menjadi sumber kekuatan spiritual dan pentingnya dimensi transendensi sebagai sumber makna hidup.

    “doa bersama memperkuat iman sekaligus meneguhkan bahwa mereka tetap dikasihi Allah meski usia menua,” tegasnya.

    Kegiatan KLTH seperti Line dance adalah Aktivitas fisik ringan seperti line dance tidak hanya menjaga kesehatan jasmani, tetapi juga merangsang koordinasi otak dan melatih memori. Menurut WHO (2020), aktivitas fisik teratur dapat mencegah penyakit degeneratif dan menjaga kesehatan mental lansia.

    Ziarah rohani Perjalanan ke tempat-tempat suci bukan sekadar wisata, tetapi juga bentuk kontemplasi. Ziarah menjadi ruang batin untuk merefleksikan perjalanan hidup dan memperkuat solidaritas iman.

    Bakti sosial menjadi berkat bagi sesama karena dengan Kebahagiaan sejati adalah melayani orang lain dengan bakti sosial para lansia membuktikan bahwa mereka masih mampu berbagi tenaga, waktu, dan kasih.

    Anggotanya berasal dari latar belakang beragam profesi yang berbeda, watak yang tidak sama, pengalaman hidup yang penuh warna. Perbedaan bisa memicu gesekan, tetapi di sisi lain bisa menjadi kekayaan.

    Solidaritas sosial—rasa memiliki dan kesediaan untuk saling menopang dalam KLTH, rasa guyub dan semangat kekeluargaan menjadi perekat yang melampaui perbedaan.

    Di sinilah nilai iman Katolik menemukan relevansinya. Yesus sendiri berkata, “Kamu adalah sahabat-Ku, jika kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu” (Yoh 15:14).

    “Persahabatan yang dilandasi kasih Kristiani itulah yang menjadi dasar persaudaraan dalam KLTH, ” ungkapnya.

    Konsep successful agung, yakni penuaan yang sehat, aktif, dan produktif. Tiga unsur utamanya: bebas dari penyakit, tetap terlibat secara sosial, dan menjaga fungsi kognitif. KLTH menjalankan ketiga unsur ini dalam aktivitasnya.

    Erik Erikson (1963) dalam teori perkembangan psikososialnya menyebut bahwa tahap terakhir kehidupan manusia adalah integritas melawan keputusasaan. Lansia yang mampu menerima hidupnya dengan penuh syukur akan mencapai integritas, bukan keputusasaan. KLTH menjadi ruang untuk mencapai integritas itu.

    WHO (2015) mendorong konsep healthy agung yang menekankan kemampuan lansia untuk tetap mandiri, berkontribusi, dan menikmati kualitas hidup. KLTH menjadi praktik nyata dari visi WHO ini di tingkat komunitas basis gereja.

    KLTH tidak hanya berdampak pada anggotanya, tetapi juga pada lingkungan sosial yang lebih luas. Mereka menjadi teladan bahwa usia tua tetap bisa penuh makna. Bagi generasi muda, komunitas ini adalah inspirasi: bahwa masa depan tidak harus menakutkan, karena ada cara untuk tetap tangguh dan bahagia.

    Komunitas sebagai ruang dialogis di mana manusia menemukan identitas dan kebebasan ada ruang dialog antarlansia, sekaligus dialog dengan generasi lebih muda, dengan Gereja, bahkan dengan masyarakat luas.

    Komunitas Lansia Tangguh dan Hepi bukan sekadar perkumpulan lansia Katolik. Ia adalah simbol bahwa usia senja bukan akhir perjalanan, melainkan awal dari babak baru babak syukur, persaudaraan, dan kesaksian. Dengan doa, gerak tubuh, karya sosial, dan ziarah, para lansia menemukan kembali makna hidup yang utuh. Mereka membuktikan bahwa kebahagiaan tidak ditentukan usia, tetapi oleh hati yang mau terus mencinta, berbagi, dan bergembira.

    KLTH bisa mendokumentasikan perjalanan hidupnya menggunakan ketrampilan berbahasa ada empat hal antara lain membaca menulis berbicara dan menyimak.

    “Ini sebagai sarana membantu orang lain bertemu dengan Tuhan,” ucapnya

    Berbahasa yang aktif itu membaca dan menulis maksudnya membaca dan menyimak ini semua itu bisa menjadi sarana untuk membantu orang lain berjumpa dengan Tuhan .

    Sementara itu, Dr. Tengsoe Thahjono, M.Pd , Dosen Bahasa dan Sastra Indonesia mengaku, para Lansia mempunyai pengalaman hidup yang luar biasa, apabila pengalaman bisa dibaca orang lain terutama dibaca anak -anak muda.

    Menulis sebagai kegiatan positif untuk membebaskan diri dari tekanan, kesepian dari kehidupan rasa berat karena anak anak sudah tidk ada sekitarnya.

    “Menulis itu melepaskan diri suasana tidak nyaman di usia tua, menulis tidak ada batasnya,” pungkasnya. [yog/aje]

  • Pemkot Jayapura: Setahun kepemimpinan Prabowo sebagai motivasi

    Pemkot Jayapura: Setahun kepemimpinan Prabowo sebagai motivasi

    Mari terus bergandeng tangan bekerja dengan hati, menjaga persatuan dan menatap masa depan dengan keyakinan bahwa Jayapura adalah rumah besar yang damai toleran dan berbudaya

    Jayapura (ANTARA) – Pemerintah Kota (Pemkot) Jayapura, Papua mengatakan momentum satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto sebagai refleksi dan motivasi untuk terus bekerja berkarya dan berkontribusi dari tanah Papua untuk Indonesia.

    Asisten III Setda kota Jayapura Frederik Awarawi dalam kegiatan pentas seni budaya dan bakti sosial di Jayapura, Sabtu, mengatakan Jayapura bukan hanya gerbang Indonesia tetapi juga penjaga Bendera Merah Putih di ufuk timur Nusantara karena dari sini matahari pertama kali terbit menandakan bahwa semangat nasionalisme dan persatuan selalu menyala dari timur untuk seluruh negeri.

    “Mari terus bergandeng tangan bekerja dengan hati, menjaga persatuan dan menatap masa depan dengan keyakinan bahwa Jayapura adalah rumah besar yang damai toleran dan berbudaya,” katanya.

    Menurut Frederik, kegiatan ini memiliki makna yang sangat penting dan strategis dalam satu tahun perjalanan Pemerintahan Republik Indonesia.

    “Kami melihat berbagai upaya nyata dalam membangun bangsa di segala bidang sehingga melalui kegiatan masyarakat Kota Jayapura menunjukkan dukungan dan apresiasi terhadap kerja keras pemerintah pusat sekaligus memperkuat komitmen untuk terus terus berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan daerah,” ujarnya.

    Dia menjelaskan, melalui pentas budaya seni pihaknya menegaskan bahwa budaya adalah kekuatan bangsa dan seni budaya Port Numbay merupakan simbol persatuan yang menyatukan semua anak negeri.

    Pentas seni budaya dan bakti sosial diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang Barisan Merah Putih (BMP) RI Kota Jayapura dengan menampilkan tiga sanggar tari dan dua vokal grup kemudian penyerahan bahan pokok bagi 10 janda dan perlengkapan belajar bagi 11 siswa SD

    Ketua DPC RI Kota Jayapura Bobby Awi mengatakan pentas seni budaya dan bakti sosial dilaksanakan dalam rangka satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.

    “Tetapi juga merupakan bagian dari komitmen kami sebagai masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam mewujudkan masyarakat Papua sehat, maju, dan sejahtera,” katanya.

    Dia menjelaskan, pemerintah saat ini di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo mendorong berbagai program pembangunan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat dari Sabang sampai Merauke.

    “Untuk itu kami mengajak seluruh masyarakat untuk terus mendukung seluruh program pemerintah dan terus menjaga kampung kita tetap aman dan damai,” ujarnya.

    Pewarta: Ardiles Leloltery
    Editor: Sambas
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pramono Ingin Kota Tua Jadi Lokasi Tempat Para Seniman
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        18 Oktober 2025

    Pramono Ingin Kota Tua Jadi Lokasi Tempat Para Seniman Megapolitan 18 Oktober 2025

    Pramono Ingin Kota Tua Jadi Lokasi Tempat Para Seniman
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Gubernur Jakarta Pramono Anung berencana menjadikan kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, sebagai lokasi bagi para seniman untuk berkarya dan berkreasi.
    Untuk merealisasikan rencana itu, Pramono bakal mengusulkan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) dipindahkan ke kawasan bersejarah tersebut.
    “Kami akan mengusulkan pemindahan IKJ ke tempat ini (Kota Tua). Sehingga ini menjadi tempat di mana para seniman akan bisa berimprovisasi,” ujar Pramono Anung saat ditemui di Kota Tua, Jakarta Barat, Sabtu (18/10/2025).
    Menurut dia, kawasan
    heritage
    seperti Kota Tua membutuhkan kehadiran para seniman. Tujuannya agar suasana di tempat bersejarah itu bisa lebih hidup dan mampu menarik minat masyarakat.
    Maka dari itu, ia ingin memindah IKJ ke Kota Tua agar bisa membuka ruang kreativitas yang lebih luas dan menjadikan kawasan itu sebagai aktivitas budaya di Jakarta.
    “Ini memerlukan banyak
    talent-talent
    seniman yang secara langsung bisa berpanggung di sini, dan saya yakin, ruang kreatifitasnya menjadi lebih baik, lebih lebar, lebih luas,” kata Pramono.
    Dalam pelaksanaannya, pihak dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat akan menyiapkan lokasi terlebih dahulu sebelum dilakukan pemindahan.
    Rencana tersebut juga diselaraskan dengan pembangunan infrastruktur di sekitar Kota Tua, termasuk proyek MRT yang ditargetkan rampung hingga kawasan Kota pada 2027.
    “Rencananya di tahun 2027 itu MRT yang di atas, tadi yang masih dibangun sampai dengan Kota sebenarnya sudah bersih, termasuk jalan-jalannya, semuanya konsentrasi di bawah,” tutur Pramono.
    Ia berharap seluruh rencana pengembangan kawasan Kota Tua dan pemindahan IKJ dapat terealisasi pada 2027 hingga 2029.
    “Mudah-mudahan apa yang kita rencanakan itu sesuai dengan apa yang kita harapkan,” ucap Pramono.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Silaturahmi Masyarakat Sulteng Asal Jatim, Khofifah: Momentum Perkuat Kemitraan Perdagangan

    Silaturahmi Masyarakat Sulteng Asal Jatim, Khofifah: Momentum Perkuat Kemitraan Perdagangan

    Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menggelar Forum Silaturahim bersama masyarakat Sulteng asal Jatim dalam rangka penguatan pasar antar daerah yang digelar di Hotel Aston, Kota Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (17/10/2025) malam.

    Dalam kesempatan tersebut, Khofifah optimis bahwa Forum Silaturahim ini bukan sekadar membangun partnership berbasis pada ekonomi, namun juga pada kearifan lokal yang dimiliki kedua wilayah. Pasalnya, dalam forum ini juga akan dilakukan transformasi teknologi peternakan, pertanian hingga perdagangan.

    “Tidak sekadar transaksi dagangnya tetapi proses transformasi teknologi pertanian dan juga peternakan dari Jatim ke Sulteng,” ucap Gubernur Khofifah.

    Ia melanjutkan, forum ini sendiri adalah rute dari proses untuk memperkuat kemitraan perdagangan Jawa Timur dengan provinsi mitra. Serta, merupakan upaya bersama untuk mengembangkan jaringan pasar, memperkuat kerja sama antar daerah, serta mendukung pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.

    “Melalui kegiatan ini, kami ingin mendorong peluang kolaborasi yang lebih luas antara pelaku usaha Jatim dan Sulteng di berbagai sektor. Biasa dalam proses misi dagang, kita memberseiringi dengan pertemuan warga provinsi mitra asal Jatim,” jelasnya.

    Gubernur Khofifah memaparkan berdasarkan data Perdagangan Antar Wilayah Jawa Timur dengan Seluruh Provinsi 2023, Total Nilai Perdagangan Provinsi Jawa Timur dengan Provinsi Sulawesi Tengah sebesar Rp4,693 triliun. Yang mana nilai tersebut terdiri dari nilai bongkar (beli dari Sulawesi Tengah) sebesar Rp1,357 triliun dan nilai muat (jual ke Sulawesi Tengah) sebesar Rp3,336 triliun.

    “Dengan demikian, neraca perdagangan Provinsi Jawa Timur dengan Provinsi Sulawesi Tengah surplus sebesar Rp1,978 triliun,” jelasnya.

    Sementara untuk Misi Dagang Jatim-Sulteng sendiri sudah pernah dilakukan sebelumnya, tepatnya tanggal 23 Februari 2022. Dimana, berhasil menghasilkan nilai komitmen transaksi mencapai Rp104,91 miliar dengan 40 transaksi dagang.

    Untuk itu, kembali Gubernur Khofifah mengajak seluruh masyarakat Jatim di Sulteng agar dapat bersama-sama mengidentifikasi berbagai tranformasi teknologi yang berpotensi untuk dikembangkan.

    Seperti pada produksi sapi potong di Jatim yang tertinggi se-Indonesia. Gubernur Khofifah menyebut bahwa capaian tersebut merupakan hasil training Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari Kab. Malang besar kepada masyarakat baik jadi inseminator atau pengawas kebuntingan.

    “Ini merupakan cara kita mendapat bibit unggul dari sapi potong atau sapi perah,” ucapnya.

    Sedangkan di sektor pertanian, produksi padi Jatim tertinggi se-Indonesia. Bahkan, per 1 Oktober lalu, Badan Pusat Statistik sudah menyebut bahwa di tahun ini sampai dengan November 2025, tercatat 12 juta ton Gabah Kering Panen (GKP) diproduksi oleh Jawa Timur.

    “Jika normalnya satu hektare ada yang 5-6 ton per hektare, maka di Jatim standardnya sembilan ton ada yg bahkan 12 dan 14 ton per hektare,” tuturnya.

    Oleh sebab itu, kembali ia mengajak seluruh masyarakat yang hadir untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan sebaik mungkin. Dimana, Transformasi dari teknologi pertanian dan peternakan termasuk di dalamnya UMKM.

    Di akhir, Khofifah tak lupa berpesan agar masyarakat Jatim di Sulteng dapat menjaga persaudaraan, perdamaian dan tetap membangun suasana harmonis.

    “Untuk itu saya minta kepada semua warga Sulteng asal Jatim agar jaga keguyupan dan kerukunan. Guyup disini artinya membangun soliditas di dalam satu entitas,” pesannya.

    Keguyup rukunan masyarakat Indonesia sendiri bahkan disebutnya berhasil membuat kagum dunia internasional. Khofifah mencontohkan di Afghanistan dan Palestina yang memiliki jumlah suku dan partai politik lebih sedikit dari Indonesia namun belum berhasil menjaga perdamaian negaranya.

    “Ini karena keguyuban dan kerukunan tidak terbangun dengan baik. Sementara kita dipersatukan disini bukan karena suku, tapi karena We are Indonesia,” ujarnya.

    “Jadi kalau misalnya Indonesia ini harus dirajut, dijahit dan dirakit, maka panjenengan semua yang antara lain punya tugas merajut persaudaraan, keguyuban dan kerukunan,” pungkas Khofifah.

    Sementara itu, Wakil Gubernur Sulteng dr. Reny Lamadjido dalam sambutannya mengucapkan terima kasih atas kunjungan Gubernur Khofifah beserta jajaran Pemprov Jatim ke Sulawesi Tengah. Ia meyakini bahwa pertemuan ini bukan hanya ajang silaturahmi tapi juga sebagai pengikat persaudaraan yang ada di Sulawesi Tengah.

    “Kami menyambut dengan tangan terbuka siapapun yang datang untuk berkarya dan berkontribusi. Dengan semangat Nosarara Nosabatutu, Kita Bersaudara, Kita Bersatu serta nilai-nilai yang menjadikan masyarakat Sulteng damai dan saling menghormati,” ucapnya.

    Untuk itu, ia juga berpesan kepada masyarakat Sulteng asal Jatim agar tetap menjadi duta persahabatan dimanapun berada.

    “Para warga Sulteng asal Jatim, tetaplah menjadi Duta Perdamaian, Duta Persaudaraan dan Duta Pembangunan yang menunjukkan dimanapun berada tetap membawa semangat Bhineka Tunggal Ika,” tutupnya.

    Dalam Forum silaturahmi yang berlangsung hangat dan penuh keakraban tersebut, turut dhadiri oleh masyarakat Jatim yang berdomisili di berbagai Kab/Kota di Sulteng. Selain itu dimeriahkan pula dengan pertunjukan Tari Remo dan Tari Jatilan. Hal ini, merupakan bentuk persembahan dari Pemprov Jatim kepada warga Sulteng asal Jatim yang rindu akan budaya dan nuansa khas kampung halaman.

    Di akhir acara, Gubernur Khofifah juga menyerahkan bantuan tali asih kepada paguyuban masyarakat Jatim di Sulteng sebesar Rp100 juta.

    Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Ketua TP PKK Prov. Sulteng Sry Nirwanti Bahasoan, Wakil Walikota Palu Imelda Liliana Muhidin, Kepala Perangkat Daerah terkait dari kedua provinsi, jajaran pimpinan BUMD Jatim, serta ratusan masyarakat yang tergabung dalam paguyuban masyarakat Sulteng asal Jawa Timur. [tok/beq]