Blog

  • Keluarga Korban Duga Ada Motif Harta di Balik Kematian Faradila Mahasiswi UMM Asal Tiris Probolinggo

    Keluarga Korban Duga Ada Motif Harta di Balik Kematian Faradila Mahasiswi UMM Asal Tiris Probolinggo

    Probolinggo (beritajatim.com) – Penyidik Polda Jawa Timur mengamankan seorang oknum anggota Polsek Krucil berinisial AS atas dugaan pembunuhan terhadap adik iparnya sendiri, Faradila Amalia Najwa (21), mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) asal Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo.

    Pelaku saat ini tengah menjalani pemeriksaan intensif di Mapolda Jatim guna mengungkap motif pasti di balik peristiwa tragis yang menimpa perempuan muda tersebut.

    Pihak keluarga korban secara tegas menepis isu liar yang menyebutkan bahwa korban meninggal dalam kondisi hamil. Penegasan ini disampaikan untuk meluruskan kabar yang beredar di masyarakat tanpa dukungan bukti medis resmi, baik dari kepolisian maupun rumah sakit.

    Keluarga justru mencium adanya motif material di balik tindakan keji pelaku. AS diduga memiliki ambisi untuk menguasai aset milik orang tua korban, Haji Ramlan, yang merupakan pengusaha besar dan tokoh terpandang di wilayah Kecamatan Tiris, Kabupaten Probolinggo.

    Agus Subianto (48), kerabat korban, mengungkapkan bahwa perangai buruk AS sudah terlihat sejak empat tahun lalu setelah menikah dengan kakak kandung korban. Menurutnya, meskipun sudah difasilitasi harta oleh mertuanya, sikap pelaku tetap bermasalah hingga memicu konflik internal keluarga.

    “Baru empat tahun jadi menantu, tapi sudah diberi toko dan mobil. Perangainya buruk, bahkan saudara sulung korban sampai meninggalkan rumah karena konflik dengan AS,” ungkap Agus.

    Ketidakharmonisan antara korban dan pelaku disinyalir sudah berlangsung lama akibat gesekan yang terus meruncing di lingkungan keluarga besar Haji Ramlan. Korban diketahui sebagai putri bungsu dari pengusaha yang memiliki sejumlah unit usaha strategis yang diduga menjadi incaran pelaku.

    Ilustrasi grafis kronologi kasus pembunuhan mahasiswi UMM. [Dibuat dengan AI]Haji Ramlan mengakui adanya keretakan hubungan antara menantunya tersebut dengan keluarga besarnya. Ia tidak menyangka perselisihan yang terjadi selama ini berujung pada hilangnya nyawa putri bungsunya.

    “Kalau tidak akur, sudah lama. Tapi tidak pernah terbayang sampai membunuh,” ujar Ramlan dengan nada penyesalan mendalam.

    Dalam penyelidikannya, tim penyidik mendalami sejumlah bukti digital, termasuk rekaman CCTV di sekitar lokasi penemuan jasad di Desa Wonorejo, Pasuruan. Sebuah mobil Triton double cabin terekam melintas di lokasi kejadian dan diduga kuat digunakan pelaku untuk membuang jasad korban guna menghilangkan jejak.

    Proses autopsi yang dilakukan di Rumah Sakit Bhayangkara saat ini menjadi instrumen kunci bagi kepolisian. Hasil medis ini akan digunakan untuk mencocokkan bukti fisik pada tubuh korban dengan keterangan saksi serta bukti-bukti yang telah dikantongi penyidik.

    Mengingat status AS sebagai anggota kepolisian aktif, keluarga berharap penuh pada profesionalitas Polda Jawa Timur dalam menuntaskan kasus ini. Haji Ramlan menegaskan bahwa keadilan harus ditegakkan tanpa memandang latar belakang profesi pelaku.

    Haji Ramlan meminta agar hukum ditegakkan seadil-adilnya atas perbuatan yang telah merampas masa depan putrinya yang masih aktif menempuh studi di bangku kuliah tersebut.

    “Atas perbuatannya, saya minta dihukum seberat-beratnya,” pungkasnya tegas. (ada/ian)

  • Polresta Banyuwangi Musnahkan 5,2 Ton Miras dan Knalpot Brong Jelang Natal 2025

    Polresta Banyuwangi Musnahkan 5,2 Ton Miras dan Knalpot Brong Jelang Natal 2025

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Polresta Banyuwangi memusnahkan sedikitnya 5.117 botol minuman keras (miras) berbagai merek dan 54 unit knalpot brong di Mapolresta Banyuwangi pada Jumat (19/12/2025). Langkah tegas ini diambil sebagai upaya cipta kondisi guna menjamin keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) menjelang perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).

    Barang bukti yang digilas tersebut merupakan hasil Operasi Cipta Kondisi dan Pekat 2025 yang berlangsung selama 12 hari, terhitung sejak 7 Desember hingga 18 Desember 2025. Selain menyita ribuan botol miras, aparat kepolisian juga berhasil mengamankan 37 tersangka dari 37 tempat kejadian perkara (TKP) yang berbeda di wilayah hukum Banyuwangi.

    Rincian barang bukti yang dimusnahkan meliputi miras tradisional jenis arak Bali dan tuak ukuran 600 ml sebanyak 1.947 botol atau setara 1,21 ton. Polisi juga menyita miras pabrikan botol kaca ukuran 1.000 ml sebanyak 3.170 botol atau setara 3,17 ton, serta 3 jeriken arak ukuran 35 liter. Total keseluruhan miras yang dimusnahkan mencapai 5.222 liter atau setara 5,48 ton jika diakumulasikan dengan seluruh jenis wadah.

    Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol. Dr. Rama Samtama Putra, S.I.K., M.Si., M.H., menegaskan bahwa tindakan ini adalah bentuk komitmen institusinya dalam menjaga stabilitas wilayah. Ia menyebut konsumsi miras sering kali menjadi pemicu utama tindak kriminalitas di ruang publik.

    “Pemusnahan ini tentu sebagai komitmen Polresta untuk menjaga Banyuwangi tetap aman dan kondusif, selama perayaan natal 2025 dan tahun baru 2026,” kata Kapolresta Banyuwangi.

    Prosesi pemusnahan dipimpin langsung oleh Kapolresta bersama Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani. Turut hadir jajaran Forkopimda, termasuk perwakilan Lanal Banyuwangi, Kodim 0825, tokoh agama, serta pejabat lintas sektoral. Pemusnahan diawali dengan pelemparan botol secara simbolis hingga kemudian ribuan botol dilindas menggunakan kendaraan berat wales (silinder).

    Sementara itu, untuk knalpot brong, Bupati Ipuk dan Kapolresta melakukan pemotongan secara simbolis menggunakan mesin gerinda. Kombes Pol. Rama menyoroti korelasi kuat antara peredaran miras dengan peningkatan gangguan kamtibmas, seperti pengeroyokan dan kejahatan konvensional lainnya.

    “Peristiwa atau kejahatan-kejahatan yang terjadi, sejauh ini disebabkan dampak dari miras. Makanya, hal ini merupakan wujud komitmen kita semua untuk menjaga keamanan dan kondusifitas,” ungkapnya.

    Melalui tindakan preventif ini, pihak kepolisian mengimbau masyarakat untuk mengisi momentum pergantian tahun dengan kegiatan yang lebih bermakna dan tidak melanggar hukum. Pengamanan ketat juga akan terus dilakukan guna memastikan ibadah Natal berjalan khidmat.

    “Dengan pemusnahan ini, tentu kita mengirimkan pesan kepada masyarakat untuk merayakan natal dan tahun baru dengan kegiatan positif. Serta senantiasa menjalankan ibadah Natal dengan aman, lancar, dan kondusif,” tegasnya. [tar/ian]

  • Seberapa Laris Sedan Listrik di Indonesia?

    Seberapa Laris Sedan Listrik di Indonesia?

    Jakarta

    Sedan listrik rupanya kurang diminati. Buktinya, penjualannya amat minim. Berkaca pada data distribusi wholesales yang dirilis

    Semakin menyedihkan terlihat pada segmen sedan, dengan kapasitas mesin 1500 cc – 3001 cc. Segmen sedan ini seakan semakin ditinggalkan, dengan mengalami penurunan penjualan hingga 6.206 unit. Dengan total penjualan Januari-November 2024 mencapai 10.015 unit, dan Januari-November 2025 hanya mencapai 3.809 unit.

    Bahkan sedan berbasis listrik pun tidak mampu mengangkat penjualan segmen sedan pada november 2025. Berikut data penjualan sedan listrik:

    1. AION ES: 0 (nol) unit

    2. BMW i7 xDrive60 Limousine RHD A: 1 unit

    3. BMW i4 eDrive35 Gran Coupe AT: 10 unit

    4. BMW 218 AT: 0 (Nol) unit

    5. BMW 218i Gran Coupe: 0 (Nol) unit

    Ilustrasi saat AION ES hadirkan di GIIAS 2024 Foto: M Luthfi Andika/detik.com

    6. BMW 218i Gran Coupe F74: 1 unit

    7. BYD Seal Dynamic: 0 (Nol) unit

    8. BYD Seal Premium Extended Range: 16 unit

    9. BYD Seal Performance: 13 unit

    10. Hyundai Ioniq: 0 (Nol) unit

    11. Hyundai Genesis G80 EV: 1 unit

    12. Morris Garage Cyberster: 2 unit

    13. Volvo ES90 Electric Vehicles: 1 unit

    14. BMW i5 eDrive40: 42 unit

    15. BMW i5 M60 xDrive A/T: 0 (nol) unit

    16. BMW i5 eDrive40 (12HH) A/T: 1 unit

    17. BMW i7 M70 xDrive AT S: 0 (Nol) unit

    18. Mercedes-Benz EQE 350 (V295): 0 (Nol) unit.

    19. Mercedes-Benz EQS 450+ (V297): 0 (Nol) unit.

    (lth/dry)

  • Dikecam Seskab Teddy, Gerakan Rakyat Tetap Desak Pemerintah Tetapkan Status Bencana Nasional Sumatra

    Dikecam Seskab Teddy, Gerakan Rakyat Tetap Desak Pemerintah Tetapkan Status Bencana Nasional Sumatra

    GELORA.CO  — Meski Sekretaris Kabinet (Seskab) Letkol Teddy Indra Wijaya mengecam masih ada saja pihak yang mempersoalkan agar status bencana Sumatra menjadi bencana nasional, Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Gerakan Rakyat tetap mendesak pemerintah segera menetapkan status bencana nasional di Sumatra.

    Pernyataan itu disampaikan Juru Bicara Gerakan Rakyat, Robby Kusumalaga, dalam konferensi pers di Kantor Sekretariat DPP Gerakan Rakyat, Cilandak, Jakarta Selatan, Jumat (19/12/2025).

    “Korban bukan sekadar statistik. Ini adalah nyawa warga negara yang dijamin konstitusi,” ujar Robby.

    Berdasarkan data BNPB hingga 18 Desember 2025, katanya jumlah korban meninggal dunia mencapai 1.068 jiwa, terdiri atas 456 orang di Aceh, 366 orang di Sumatra Utara, dan 246 orang di Sumatra Barat. 

    Selain itu, 190 orang dilaporkan hilang dan 537.185 jiwa saat ini berada di pengungsian.

    Ia menilai pemerintah daerah kewalahan menangani dampak bencana karena lumpuhnya infrastruktur vital, seperti jalan lintas provinsi, jembatan, dan rumah sakit daerah, yang menyebabkan distribusi logistik terhambat serta sejumlah desa terisolasi selama berminggu-minggu.

    Robby menyebut kondisi tersebut telah memenuhi indikator penetapan Bencana Nasional sebagaimana diatur dalam UU Nomor 24 Tahun 2007.

    Termasuk besarnya korban jiwa, luas wilayah terdampak, kerusakan infrastruktur kritis, serta dampak sosial-ekonomi yang meluas.

    Selain faktor alam berupa Siklon Senyar, Gerakan Rakyat menilai kerusakan lingkungan akibat deforestasi dan alih fungsi lahan turut memperparah dampak bencana. 

    “Status Bencana Nasional bukan kemurahan hati, melainkan kewajiban konstitusional. Menolak status ini berarti mengingkari realitas kemanusiaan di lapangan,” tambahnya.

    Gerakan Rakyat menyampaikan empat tuntutan kepada Presiden, yakni penetapan status Bencana Nasional, pembukaan akses bantuan internasional, moratorium izin tambang dan sawit disertai audit lingkungan, serta mobilisasi penuh TNI, Polri, Basarnas, dan BNPB untuk membuka akses wilayah terisolasi.

    Di sisi lain, Gerakan Rakyat mengklaim telah menurunkan relawan dan menyalurkan bantuan logistik serta medis ke sejumlah wilayah terdampak, termasuk Aceh Tamiang melalui jalur laut akibat terputusnya akses darat.

    “Gerakan Rakyat akan terus bersuara hingga negara benar-benar hadir,” kata Robby. 

    Sebelumnya Sekretaris Kabinet (Seskab) Letkol Teddy Indra Wijaya menegaskan pemerintah pusat sejak awal telah menangani banjir dan longsor di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat dengan skala nasional, meski tanpa menetapkan status darurat bencana nasional.

    Hal itu disampaikan Teddy menanggapi desakan sejumlah pihak agar bencana di Sumatera ditetapkan sebagai bencana nasional. Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (19/12/2025).

    “Masih ada pihak-pihak yang terus saja membahas status bencana nasional. Sejak hari pertama, 26 Desember, pemerintah pusat sudah turun langsung melakukan penanganan skala nasional,” kata Teddy.

    Menurutnya, mobilisasi besar-besaran telah dilakukan pemerintah pusat dengan mengerahkan lebih dari 50.000 personel gabungan TNI, Polri, Basarnas, dan relawan ke wilayah terdampak.

    Bahkan, pada pekan pertama bencana saja, sebanyak 26.000 personel sudah diterjunkan.

    “Sekarang sudah lebih dari 50.000 pasukan di lapangan. Ini bukan penanganan kecil,” ujarnya.

    Teddy juga menepis anggapan bahwa tanpa status bencana nasional, bantuan pusat tidak bisa diberikan.

    Ia menegaskan Presiden RI Prabowo Subianto sejak awal memerintahkan penggunaan dana pusat untuk seluruh proses tanggap darurat hingga pemulihan.

    “Presiden sudah menegaskan, semuanya pakai dana pusat. Tidak ada itu kalau bukan bencana nasional lalu tidak dibantu,” tegasnya.

    Pemerintah, kata Teddy, telah mengucurkan anggaran negara hingga Rp60 triliun secara bertahap untuk penanganan bencana di Sumatera.

    Dana tersebut digunakan untuk pembangunan hunian sementara dan hunian tetap, perbaikan infrastruktur, fasilitas publik, hingga gedung pemerintahan yang rusak.

    “Rp60 triliun sudah dikeluarkan untuk membangun kembali rumah warga, fasilitas umum, DPRD, kantor kecamatan, semuanya,” jelasnya.

    Selain itu, pemerintah pusat juga memberikan bantuan langsung kepada kepala daerah.

    Sebanyak 52 bupati dan wali kota menerima dana tunai untuk penanganan awal bencana di wilayah masing-masing.

    “Pada hari itu juga, seluruh kepala daerah diberikan uang tunai. Kalau ada kebutuhan lain, tinggal sampaikan,” katanya.

    Teddy juga membantah anggapan bahwa sarana dan prasarana tidak akan dibantu jika status bencana nasional tidak ditetapkan.

    Ia menyebut ribuan alat berat dan ratusan sarana transportasi telah dikerahkan.

    “Lebih dari 100 kapal, pesawat, dan helikopter sudah ke sana. Alat berat dari Kementerian PU sekitar seribuan, didatangkan dari berbagai daerah di Indonesia,” ungkapnya.

    Meski demikian, Teddy mengakui proses pemulihan membutuhkan waktu, mengingat banyak jembatan dan ruas jalan yang putus akibat bencana.

    Namun, ia menegaskan upaya perbaikan terus dilakukan secara bertahap.

    “Jembatan putus langsung dikerjakan, ada yang selesai dalam 7 sampai 10 hari. Itu kerja besar, melibatkan banyak orang,” ujarnya.

    Di akhir pernyataannya, Teddy mengajak seluruh elemen masyarakat untuk saling mendukung dan tidak saling menyalahkan dalam proses pemulihan Sumatera.

    “Apakah semuanya sudah sempurna? Tentu belum. Karena itu ayo kita bahu-membahu, saling dukung. Kalau niat membantu, lakukan dengan ikhlas dan tulus,” ujarnya

  • Bantuan 30 Ton Beras dari UEA Dikembalikan, Laode M Syarif: Kebodohan Diselimuti Kesombongan

    Bantuan 30 Ton Beras dari UEA Dikembalikan, Laode M Syarif: Kebodohan Diselimuti Kesombongan

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Eks Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Laode M Syarif menyorot tajam terkait bantuan beras 30 ton.

    Bantuan ini disebut datang dari bantuan negara asing yaitu Uni Emirat Arab (UEA).

    Bantuan beras hingga 30 ton ini ditujukan ke lokasi terdampak banjir di Kota Medan.

    Namun yang disorot oleh Laode M Syarif adalah kabar soal bantuan tersebut yang dikembalikan.

    Lewat cuitan di akun media sosial X pribadinya, ia memberikan sindiran dan menyebut hal ini sebagai kesombongan.

    “Ketika Kebodohan diselimuti kesombongan 😩,” tulisnya dikutip Jumat (19/12/2025).

    Sebelumnya, Pemerintah Kota Medan mengembalikan bantuan 30 ton beras dari Pemerintah Uni Emirat Arab (UAE) yang ditujukan bagi korban banjir.

    Wali Kota Medan Rico Waas menyebut pengembalian ini dilakukan usai pihaknya melakukan pengecekan regulasi dari Pemerintah Pusat.

    “Intinya adalah memang kita sudah cek tentang regulasi dan penyampaian. Kita cek BNPB juga, dan Kementerian Pertahanan bahwasanya memang melalui koordinasi semua, ini tidak diterima dulu,” ujar Rico

    Adapun alasan pengembalian ini dilakukan lantaran pemerintah pusat memang tidak mengizinkan bantuan dari asing untuk korban bencana.

    (Erfyansyah/fajar)

  • Diduga Terpengaruh Miras, Pemotor Tabrak Trotoar Jalan JLS Pacitan

    Diduga Terpengaruh Miras, Pemotor Tabrak Trotoar Jalan JLS Pacitan

    Pacitan (beritajatim.com) – Kecelakaan lalu lintas tunggal terjadi di Jalan Nasional Pacitan–Trenggalek, tepatnya di Lingkungan Barean, Kelurahan Ploso, Kecamatan Pacitan, Jumat (19/12/2025) dini hari. Seorang pengendara sepeda motor mengalami luka setelah kendaraannya diduga hilang kendali saat melintasi jembatan.

    Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 01.30 WIB. Sepeda motor Honda Beat bernomor polisi AE 4911 ZL yang dikendarai Novansyah Putra Suciyatmi (18), warga Desa Wonoanti, Kecamatan Tulakan, melaju dari arah barat menuju Sirnoboyo.

    Sesampainya di lokasi kejadian, motor yang dikendarai korban diduga kehilangan kendali. Kendaraan kemudian menyerempet trotoar di sisi kiri jalan hingga menyebabkan pengendara terjatuh dan terpelanting ke badan jalan.

    Kanit Gakkum Satlantas Polres Pacitan, Ipda Agustav Yunastianto, mengatakan kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan lalu lintas tunggal dan tidak melibatkan kendaraan lain. “Motor menabrak trotoar sisi kiri jalan, kemudian pengendara terjatuh,” ujar Agustav saat dikonfirmasi, Jumat (19/12/2025).

    Akibat kejadian tersebut, korban mengalami luka robek pada bagian mulut dan langsung dilarikan ke RSUD dr. Darsono Pacitan untuk mendapatkan perawatan medis. Pihak kepolisian masih melakukan pendalaman, termasuk memastikan apakah korban dalam pengaruh minuman keras saat mengendarai sepeda motor. [tri/suf]

  • Mendagri Beri Klarifikasi: Tidak Ada Niatan Mengecilkan Bantuan dari Malaysia

    Mendagri Beri Klarifikasi: Tidak Ada Niatan Mengecilkan Bantuan dari Malaysia

    Mendagri Beri Klarifikasi: Tidak Ada Niatan Mengecilkan Bantuan dari Malaysia
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian memberikan klarifikasi atas pernyataannya terkait bantuan dari Malaysia.
    Sebagai informasi, pernyataan Tito yang menyebut bantuan medis yang dikirim dari
    Malaysia
    senilai kurang Rp 1 miliar tidak seberapa dibandingkan dengan sumber daya penanggulangan bencana yang dilakukan Indonesia .
    Pernyataan itu yang disampaikan Tito dalam podcast “Suara Lokal Mengglobal” pada Kamis (11/12/2025) ini memicu polemik khususnya dari warga Malaysia.
    Tito menegaskan, dirinya sama sekali tidak memiliki niat sedikit pun untuk mengecilkan bantuan dari Malaysia.
    “Saya ingin mengklarifikasi apa yang saya jelaskan pada saat podcast saya dengan Pak Helmy Yahya. Jadi saya sama sekali tidak bermaksud untuk mengecilkan dukungan bantuan dari saudara-saudara kita yang dari Malaysia. Sama sekali tidak bermaksud itu ya,” kata Tito saat ditemui
    Kompas.com
    di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (19/12/2025).
    Tito mengatakan dirinya justru sangat menghormati warga di Malaysia, termasuk diaspora Aceh yang ada di Negeri Jiran.
    Mantan Kapolri pun memberikan apresiasi tinggi atas bantuan dari Malaysia terhadap warga di Aceh.
    “Sekali lagi saya menghormati saudara-saudara kita di Malaysia, termasuk juga saudara-saudara kita yang diaspora Aceh. Tentu memiliki kewajiban moral untuk membantu. Saya memberikan apresiasi yang tinggi. Saya menghormati. Termasuk juga dengan pemerintah Malaysia yang hubungannya sangat baik selama ini, saling bantu,” ucap dia.
    Hanya saja, ia ingin menegaskan bahwa pemerintah Indonesia sejak awal juga sudah bekerja keras untuk menangani bencana di tiga provinsi Sumatera.
    Namun, justru bantuan dari luar negeri yang lebih tersorot.
    Tito kembali menegaskan, tidak ada sama sekali niat untuk mengecilkan bantuan dari Malaysia.
    “Tapi saya tidak bermaksud mengecilkan, saya lebih maksudkan kepada pemberitaan-pemberitaan itu, tolonglah yang di dalam negeri yang sudah banyak membantu dan sudah sangat bekerja sangat keras juga diberikan apresiasi. Kira-kira seperti itu maksud saya,” jelas dia.
    “Tidak ada yang maksud negatif sedikitpun dari saya kepada pemerintah Malaysia ataupun kepada warga Malaysia apalagi kepada diaspora Aceh di Malaysia,” tegas Tito lagi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Libur Natal dan Tahun Baru, Polda Jatim Siagakan 14.000 Personel Gabungan

    Libur Natal dan Tahun Baru, Polda Jatim Siagakan 14.000 Personel Gabungan

    Surabaya (beritajatim.com) – Amankan liburan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, Polda Jatim turunkan 14.000 personel gabungan. Liburan Tahun Baru 2026 sendiri diprediksi menimbulkan kepadatan lalu lintas di jalan nasional, penyeberangan, terminal, dan lokasi wisata.

    Kapolda Jatim Irjen Pol Nanang Avianto usai menggelar Apel Gelar Pasukan Operasi Kepolisian Terpusat Lilin Semeru 2025 di Lapangan Mapolda, Jumat (19/12/2025) sore. Menurutnya, kemacetan diprediksi terjadi di area perbelanjaan dan ruas jalan tol masuk-keluar Surabaya.

    “Aktivitas awalnya terfokus di Surabaya. Namun, setelah 25–26 Desember, diprediksi ada pergerakan besar meninggalkan kota menuju tempat wisata,” kata Irjen Pol Nanang.

    Jumlah pemudik Nataru 2025 juga diperkirakan naik 8 persen dibanding tahun lalu. Oleh karena itu, pengamanan jalur dilakukan mulai dari akses masuk Jawa Timur, wilayah dalam negeri, hingga jalur menuju Pulau Bali.

    “Persiapan maksimal sudah dilakukan di transportasi darat dan penyeberangan ASDP di Surabaya, Probolinggo, dan Banyuwangi dengan melibatkan semua stakeholder,” tambahnya.

    Selain lalu lintas, pengamanan juga dilakukan berdasarkan skala prioritas pada kegiatan ibadah. Personel diplotting di berbagai gereja, termasuk gereja besar seperti Bethany, dengan jumlah yang disesuaikan kebutuhan dan data aktivitas dari kapolres.

    “Kami melibatkan kurang lebih 14.000 personel gabungan yang dibagi di setiap pos pengamanan se-Jawa Timur,” tegas Nanang. [uci/kun]

  • 6
                    
                        Kontrakan Rp 300.000 di Jakarta, Bukti Nyata Ketimpangan Sosial dan Persoalan HAM
                        Megapolitan

    6 Kontrakan Rp 300.000 di Jakarta, Bukti Nyata Ketimpangan Sosial dan Persoalan HAM Megapolitan

    Kontrakan Rp 300.000 di Jakarta, Bukti Nyata Ketimpangan Sosial dan Persoalan HAM
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Di tengah gencarnya pembangunan gedung-gedung pencakar langit, kontrakan semi permanen dengan harga murah meriah tetap eksis berdiri di Ibu Kota Jakarta.
    Biasanya, kontrakan semi permanen tersebut dibangun di lokasi-lokasi terpencil, yakni di pinggir sungai, bantaran kali, hingga di sepanjang rel kereta api.
    Meski keberadaannya terpencil dan cenderung kumuh,
    kontrakan murah
    meriah ini kerap menjadi penyelamat bagi warga dengan keterbatasan ekonomi agar tetap memiliki tempat berlindung di tengah kerasnya kehidupan Kota Jakarta.
    Pinggir rel kereta api di Kampung Muara Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara, menjadi salah satu lokasi yang dipenuhi puluhan kontrakan semi permanen dan dihuni oleh ratusan orang.
    “Di sepanjang rel ini kontrakan semua, harganya beda-beda, ada yang Rp 400.000, Rp 500.000, yang membedakan biasanya kamar mandinya di dalam. Terus agak lebih bagusan dikit, kalau gubuk kayak gini paling Rp 350.000, kamar mandinya bareng-bareng,” ucap salah satu penghuni kontrakan bernama Nur (25) ketika diwawancarai
    Kompas.com
    di lokasi, Kamis (18/12/2025).
    Biaya Rp 350.000 tersebut sudah termasuk biaya listrik. Namun, untuk kebutuhan air, Nur harus membeli dari tetangganya dengan harga Rp 5.000 hingga Rp 10.000.
    Sesak, gelap, dan lembap menjadi gambaran yang tepat untuk kondisi kamar kontrakan Nur yang hanya seluas 3 x 3 meter. Dengan ukuran sekecil itu, kontrakan tersebut ia tempati bersama suami dan anaknya yang masih bayi.
    Selain sempit, atap kontrakannya kerap bocor dan membuat kasur lantai yang sudah lusuh menjadi basah. Saat kondisi itu terjadi, Nur dan keluarganya terpaksa tidur di lantai beralaskan kain sarung.
    Nur mengaku terpaksa membawa buah hatinya yang masih bayi tinggal di kontrakan tersebut karena keterbatasan ekonomi. Pendapatan suaminya yang bekerja sebagai juru parkir sering kali hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari.
    “Penginnya mengontrak yang layak, siapa sih yang enggak mau punya kehidupan enak, tapi kan Tuhan berkehendak lain, nasib juga beda, kalau kita enggak usaha mau gimana lagi, jalanin dan syukuri saja,” kata Nur.
    Penghuni kontrakan lainnya, Diah (60), juga menyimpan harapan serupa. Ia berharap suatu hari nanti dapat memiliki tempat tinggal yang lebih layak.
    “Kepingin banget, setiap malam suka berdoa kapan ya punya tempat tinggal yang lebih layak buat anak dan cucu,” tutur Diah.
    Diah mengaku terpaksa tinggal di kontrakan semi permanen di pinggir rel kereta api karena tidak lagi mampu menyewa kontrakan yang layak.
    Sebelumnya, ia dan keluarganya mengontrak rumah di wilayah Warakas, Tanjung Priok, dengan harga Rp 1.000.000 per bulan. Namun, tarif tersebut tidak terjangkau dengan pendapatan suaminya yang hanya bekerja sebagai juru parkir.
    Akhirnya, Diah dan keluarga memilih pindah ke kontrakan di pinggir rel kereta Kampung Bahari dengan biaya sewa Rp 300.000 per bulan.
    Enam tahun tinggal di kontrakan kecil tersebut membuat Diah dan keluarganya tidak pernah benar-benar merasa nyaman.
    Pasalnya, kontrakan itu kerap dimasuki berbagai binatang, di antaranya tikus hingga ular yang berasal dari lahan kosong di belakang bangunan.
    “Dukanya itu banyak binatang, suka ada tikus, ular gitu sering masuk ke rumah pas tidur,” ungkap Diah.
    Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Rakhmat Hidayat, memandang kemunculan kontrakan murah meriah di kawasan kumuh sebagai bagian dari krisis perumahan yang banyak dibahas di berbagai belahan dunia.
    Krisis perumahan merupakan bentuk ketidakadilan bagi masyarakat kurang mampu di perkotaan dalam mengakses tempat tinggal yang layak. 
    “Mereka yang tinggal di kontrakan kumuh, padat, penghuninya banyak, itu bagian atau manifestasi dari mereka yang mengalami krisis dari ketidakadilan dalam akses terhadap
    housing
    tersebut,” ungkap Rakhmat.
    Dalam banyak kajian perkotaan, krisis perumahan yang memicu ketidakadilan sosial ini bahkan dikaitkan dengan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM).
    Menurut Rakhmat, memiliki rumah merupakan hak setiap warga negara. Namun, masyarakat miskin kerap terpinggirkan dalam struktur kebijakan perumahan di perkotaan sehingga tidak mampu mengakses hak tersebut.
    Salah satu kebijakan pemerintah yang dinilai membuat warga sulit memiliki rumah adalah keberpihakan yang terlalu besar terhadap pemilik modal.
    “Pemerintah terlalu akomodatif atau pro terhadap pemilik modal dengan membangun mal, apartemen, pusat perkantoran, ruko, tapi malah meminggirkan akses terhadap
    housing
    itu, bukan hanya sebuah kegagalan tapi pelanggaran HAM,” tegas Rakhmat.
    Akhirnya, banyak dari masyarakat berjuang semampunya dan hanya bisa menyewa kontrakan dengan harga murah yang jauh dari kata layak huni dan sehat.
    Bahkan, dalam kondisi yang lebih ekstrem, sebagian orang tidak mampu menyewa rumah sama sekali dan memilih menjadi gelandangan atau manusia gerobak.
    Tak heran jika krisis perumahan kini menjadi isu global yang hangat dibicarakan dan diperjuangkan para peneliti agar masyarakat kelas menengah bawah dapat mengakses hunian layak.
    Jika pemerintah tidak mengambil tindakan dan membiarkan warganya tinggal di kontrakan di samping rel kereta api, kondisi tersebut akan berdampak buruk terhadap kesehatan.
    “Dampaknya secara kesehatan tidak layak karena kita kan hidup butuh udara yang sehat, sirkulasi yang sehat, soal MCK bagaimana, higienitasnya bagaimana,” jelas Rakhmat.
    Ia menekankan bahwa rumah tidak hanya dipahami sebagai bangunan fisik berdasarkan ukuran, tetapi juga sebagai ruang untuk berinteraksi.
    Setiap orang berhak memiliki ruang di rumah untuk bersosialisasi dan mengaktualisasikan diri bersama keluarga, pasangan, dan anak-anaknya.
    Oleh karena itu, dalam standar global, luas rumah ideal harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.
    Misalnya, satu orang setidaknya membutuhkan ruang sekitar sembilan meter persegi. Jika terdapat empat penghuni, maka luas rumah ideal sekitar 36 meter persegi.
    Namun, standar tersebut sulit dipenuhi oleh masyarakat dengan keterbatasan ekonomi. Bagi mereka, memiliki tempat berteduh untuk melepas lelah saja sudah merupakan sebuah keberuntungan.
    “Karena mereka enggak mampu untuk mengakses
    housing
    tersebut sehingga mereka tidak ada interaksinya, tidak sehat secara sosial karena interkasi mereka tidak berlangsung secara lancar, harmonis,” ucap Rakhmat.
    Dampak buruk selanjutnya adalah hilangnya rasa nyaman untuk setiap anggota keluarga yang terpaksa tinggal satu ruangan di kontrakan berukuran 3 x 3 meter.
    Mereka harus tidur berhimpitan sehingga tidak memiliki ruang untuk berdialog atau mengekspresikan dirinya masing-masing.
    Sempitnya kontrakan tentu akan membuat mereka sering berebut ruang sehingga mudah sekali mengalami gesekan satu sama lain.
    Rakhmat mengatakan, para peneliti global meminta agar pemerintah tidak lepas tanggung jawab terhadap warganya yang tinggal di rumah tak layak.
    Jika pemerintah mengabaikan persoalan ini, maka secara tidak langsung telah melakukan pelanggaran HAM.
    “Kalau lepas tangan itu pelanggaran HAM karena
    housing
    adalah hak dasar manusia, hak sosial ekonomi, dan terjadi di kota-kota dunia ketiga, terutama di Afrika dan Asia kayak Indonesia dan India,” tutur Rakhmat.
    Untuk mengatasi persoalan
    housing
    di Indonesia, pemerintah bisa membangun perumahan yang layak dan terjangkau untuk warga miskin kota.
    Di Jakarta yang lahannya terbatas, pemerintah bisa memperbanyak pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) atau rumah susun sederhana milik (rusunami), seperti yang telah dilakukan sebelumnya.
    Dengan menyediakan rusunawa dan rusunami, pemerintah diharapkan dapat hadir bagi masyarakat miskin kota agar mereka memiliki tempat tinggal yang layak dan manusiawi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kondisi yang Tak Disadari Rentan Picu Serangan Stroke di Usia Muda

    Kondisi yang Tak Disadari Rentan Picu Serangan Stroke di Usia Muda

    Jakarta

    Tekanan darah tinggi kerap dianggap penyakit orang tua. Padahal, makin banyak anak muda yang justru mengalami stroke akibat mengabaikan kondisi ini.

    Dokter juga mengingatkan hipertensi yang tidak terkontrol bisa berujung fatal. Seperti yang dialami pria bernama Nguyen di Vietnam.

    Ketika menjalani pemeriksaan kesehatan rutin, pria 33 tahun tersebut memiliki tekanan darah yang sangat tinggi. Dokter sudah menyarankan agar ia rutin memantau tekanan darah dan mengubah gaya hidupnya, tapi saran itu tidak digubris.

    “Waktu itu, saya pikir cuma karena kebanyakan minum kopi dan stres kerja, jadi tekanan darah naik,” tuturnya yang dikutip dari VNExpress.

    Nguyen tetap menjalani kebiasaan lamanya, seperti sering lembur, minum kopi hitam kental, makan tidak teratur, dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Sesekali, ia merasakan sakit kepala dan pusing saat berdiri tiba-tiba, tapi selalu dianggap sekadar kelelahan atau kurang tidur.

    Hingga suatu pagi, Nguyen mendadak jatuh di kamar mandi. Wajahnya mencong dan ia tidak bisa menggerakkan tubuhnya.

    Di rumah sakit, dokter mendiagnosis Nguyen mengalami stroke akibat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Wakil Direktur RS Umum Phuong Dong, Dr Doan Du Manh, menjelaskan kerusakan otak Nguyen cukup parah.

    “Bagian kiri otaknya rusak berat, sehingga ia mengalami gangguan bicara. Sementara sisi kanan tubuhnya lemah,” jelas Dr Manh.

    Awalnya, Nguyen bahkan tidak mampu merawat dirinya sendiri. Kini ia harus menjalani proses rehabilitasi panjang.

    Kasus serupa juga ditangani Wakil Direktur Pusat Stroke RS Bach Mai, Hanoi, Vietnam, Dr Nguyen Tien Dung. Seorang pria berusia 30 tahun kembali dirawat setelah sebelumnya mengabaikan pengobatan hipertensi.

    Pasien tersebut datang dalam kondisi koma, dengan tekanan darah mencapai 180/100 mmHg meski sudah diberi obat lewat infus. Empat tahun sebelumnya, ia sempat mengalami perdarahan otak akibat hipertensi dan diminta minum obat rutin.

    Namun karena merasa tekanan darahnya sudah normal, ia berhenti mengonsumsi obat hingga kembali mengalami stroke.

    “Operasi tidak memungkinkan karena pasien koma dalam dan mengalami perdarahan otak. Prognosisnya sangat buruk,” beber Dr Dung.

    Tekanan Darah Tinggi Merusak Pembuluh Darah-Picu Stroke

    Dr Manh menjelaskan tekanan darah tinggi secara perlahan merusak pembuluh darah dan bisa memicu stroke iskemik maupun stroke perdarahan. Pada stroke iskemik, tekanan darah tinggi merusak lapisan dalam pembuluh darah, sehingga terbentuk plak yang menyumbat aliran darah ke otak.

    Jika plak pecah, gumpalan darah bisa terbentuk dan memicu stroke. Sementara para stroke perdarahan, tekanan darah tinggi jangka panjang membuat pembuluh darah di otak rapuh dan mudah pecah, menyebabkan perdarahan otak.

    Tak hanya stroke, hipertensi juga bisa menyebabkan kerusakan ginjal akut hingga gagal ginjal tahap akhir. Selain itu, bisa juga menyebabkan gangguan penglihatan, penyempitan pembuluh darah di kaki yang berujung amputasi, hingga disfungsi ereksi, terutama pada perokok atau pengidap diabetes.

    “Anak muda sering tidak rutin cek tekanan darah, jarang olahraga, pola makan buruk, dan jarang medical check-up. Mereka baru sadar saat sudah terkena stroke,” terang Dr Manh.

    Bagaimana Mencegahnya?

    Begitu didiagnosis hipertensi, pasien wajib menjalani pengobatan seumum hidup dan kontrol rutin untuk mencegah komplikasi. Kondisi yang tidak terdeteksi dan tidak diobati berisiko besar menyebabkan stroke, apalagi jika disertai faktor risiko lain.

    Untuk mencegah hipertensi, dokter menyarankan pemeriksaan tekanan darah secara rutin, terutama bagi usia di atas 50 tahun atau yang punya riwayat keluarga. Jika sudah terdeteksi pra-hipertensi, segera konsultasi ke dokter.

    Langkah lain yang penting dilakukan, yakni:

    Mengurangi konsumsi garam (kurang dari 5 gram per hari).Berhenti merokok.Rutin olahraga minimal 30 menit sehari.Mengelola stres.Menjaga berat badan ideal.

    Halaman 2 dari 4

    (sao/naf)