Jombang (beritajatim.com) – Santri AIS (Aqobah International School) Kecamatan Ngoro Kabupaten Jombang sedang berkumpul di salah satu ruangan, Senin (18/3/2024) siang. Jumlah mereka lebih dari 100 orang. Deretan kanan diisi santri laki-laki, sedangkan kiri santri perempuan.
Para santri AIS ini sedang mengikuti acara Ramadhan, yakni kajian kitab kuning. Namun yang dipegang oleh para santri dari berbagai daerah ini bukan kitab kuning. Karena di depan mereka justru menyala sebuah komputer jinjing atau laptop.
Muhammad Kenzi (14), buru-buru mengetik setiap kata yang diucapkan oleh ustaz yang sedang mengampu pengajian tersebut. Jari-jari tangan Kenzi lincah menari-nari di atas papan ketik laptop.
Sejurus kemudian santri asal Kabupaten Magelang Jawa Tengah ini memunculkan tampilan di layar laptop. Nampak tulisan arab gundul yang sangat rapi. Nah, itulah kitab kuning yang sedang dikaji oleh santri.
Yang dilakukan oleh santri AIS memang berbeda dengan pesantren lainnya di Jombang. Kitab kuning tersebut bukan hanya diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa/Indonesia. Tetapi juga dalam bahasa Inggris. Sang ustaz mengucapkan, santri menyimak lalu menirukan, begitu seterusnya.
“Ini sekaligus untuk melatih kemampuan kami dalam berbahasa Inggris. Awalnya memang sulit, tapi kalau terus dicoba akan terbiasa. Sehingga mudah,” ujar Kenzi yang mengenakan baju warna putih dan peci hitam.
Jazirah Salsabiladi (16), santri lainnya mengatakan, dalam mengisi Ramadhan ini dirinya mengikuti banyak kegiatan di AIS. Salah satunya adalah kajian kitab kuning. Untuk itu, Jazirah sudah menyiapkan laptop untuk mencatat kajian.
“Kita memang memanfaatkan teknologi, makanya menggunakan laptop. Ada beberapa kitab kuning yang dikaji selama Ramadhan di AIS. Di antaranya, Bulughul Maram, Arbain An-Nawawi, Takrib dan sebagainya. Dari sini kita bisa mendapatkan banyak manfaat,” kata santri asal Lamongan itu.
Jazirah mengungkapkan bahwa dirinya tidak kesulitan adanya penerjemahan kitab kuning dalam bahasa Inggris. Karena hal ini sudah diikutinya sejak lama. “Awalnya tentu sulit, tapi sekarang sudah biasa,” ujar santri AIS kelas IX ini.
Ketua Yayasan Ponpes Al Aqobah Jombang Akhmad Kanzul Fikri menjelaskan bahwa di AIS para santri digali betul kemampuannya dari berbagai aspek. Termasuk dalam hal ngaji kitab kuning. Selama ini kajian kitab kuning di pesantren kebanyakan hanya menerjemahkan dari bahasa arab ke bahasa Jawa/Indonesia.
Namun di AIS tidak demikian. Sekolah tersebut melakukan improvisasi dengan bahasa asing atau bahasa Inggris. Karena, menurut Kanzul, tantangan santri ke depan semakin banyak. Sehingga menuntut mereka untuk menguasai berbagai skill ketika lulus.
Santri AIS Jombang sedang mengikuti pengajian kitab kuning
“Dengan begitu mereka bisa berkiprah di tengah masyarakat. Bukan hanya di tingkat lokal atau nasional, tapi juga internasional. Nah, dengan menguasai bahasa Inggris, mereka bisa menjelaskan konsep Islam rahmatan lil alamin kepada siapa saja dan dimana saja,” kata Gus Kanzul, panggilan akrabnya.
Dia menandaskan bahwa bukan hanya kitab kuning. Dalam kajian hadits dan tafsir di AIS Jombang, juga dikombinasikan dalam bahasa Inggris. “Meski demikian, tetap tidak menghilangkan khazanah pesantren. Juga kita aplikasikan belajar nahwu dengan metode amsilati. Sehingga anak tidak hanya memaknai secara klasik, tapi juga gramatikal,” pungkasnya. [suf]