Blog

  • Pejabat Jangan Alergi Dikritik

    Pejabat Jangan Alergi Dikritik

    GELORA.CO -Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) Natalius Pigai membela Menteri Luar Negeri Sugiono dari kritik yang dilontarkan mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal. 

    Menanggapi hal ini, Anggota DPR RI Benny K Harman mengingatkan agar kritik tidak dipandang sebagai ancaman bagi kekuasaan. Menurutnya, kritik justru merupakan bagian penting dalam kehidupan demokrasi.

    “Kritik itu vitamin untuk kekuasaan. Jangan alergi dengan kritik. Bila perlu membuka diri untuk dikritik,” kata Benny lewat akun X miliknya dikutip di Jakarta, Rabu, 24 Desember 2025.

    Ia menambahkan, para pejabat publik seharusnya tidak memusuhi pengkritik, melainkan bersyukur karena kritik merupakan tanda kepedulian.

    “Dan, jangan pernah berkata benci kepada para pengkritik. Sebaliknya harus bersyukur karena masih ada di antara kita yang mau mengkritik. Itu tanda peduli,” tegasnya.

    Sebelumnya Pigai menilai kritik Dino tidak berdasar dan tidak mencerminkan kondisi diplomasi Indonesia saat ini.

    Menurut Pigai, kinerja diplomasi Indonesia justru menunjukkan lompatan signifikan di bawah kepemimpinan Menlu Sugiono. Ia bahkan menyebut posisi Indonesia di mata dunia jauh lebih diperhitungkan dibandingkan periode sebelumnya.

    “Saya hargai kritik, tapi kritik Pak Dino kepada Menlu Sugiono isinya semua zonk,” ujar Pigai dikutip dari akun X @NataliusPigai2, Senin, 22 Desember 2025.

    Pigai mengaku penilaiannya bukan tanpa dasar. Ia menyebut mendapat pengakuan langsung dari sejumlah diplomat asing. Saat berada di Qatar dan bertemu Duta Besar Qatar di Doha, Pigai mendengar pujian terhadap kiprah diplomasi Indonesia di kancah global.

    “Semua Dubes dan diplomat di banyak negara yang saya temui mengatakan, baru kali ini Indonesia dipandang dunia. Sebelumnya kami di pinggiran,” ungkap Pigai. 

  • Saat Sawit Menggusur Hutan dan Mengundang Banjir

    Saat Sawit Menggusur Hutan dan Mengundang Banjir

    GELORA.CO -Bencana banjir besar yang melumpuhkan Aceh Tamiang pada akhir November lalu bukan sekadar fenomena alam biasa.

    Sebuah analisis mendalam berbasis kecerdasan buatan (AI) yang diunggah oleh akun X @RidhoRahmadi85 mengungkap tabir gelap di wilayah hulu: hilangnya hutan penyangga yang berganti menjadi hamparan kelapa sawit dalam skala yang sangat luas.

    Hasil analisis citra satelit menunjukkan angka yang mencengangkan, yaitu terdapat sekitar 35.188 hektare lahan sawit yang kini menduduki kawasan hulu. 

    Luasan ini setara dengan 11 kali lipat luas Kota Yogyakarta. Hal yang paling mengkhawatirkan adalah fakta bahwa perkebunan ini telah melampaui batas hukum dengan merambah zona konservasi, termasuk sekitar 488 hektare di dalam Taman Nasional dan 525 hektare di kawasan Hutan Lindung. 

    Tak berhenti di situ, ditemukan pula ratusan hektare lahan terbuka yang diduga kuat tengah disiapkan untuk ekspansi kebun baru di jantung pertahanan ekologis tersebut.

    Secara ilmiah, transformasi hutan menjadi sawit di wilayah perbukitan adalah resep bagi bencana. Berbeda dengan hutan alam yang memiliki kanopi berlapis dan akar dalam untuk menyerap air, perkebunan sawit justru membuat tanah menjadi padat dan keras akibat penggunaan alat berat serta sistem monokultur. Akibatnya, saat hujan deras mengguyur, air tidak lagi meresap ke dalam bumi melainkan meluncur deras ke sungai, memicu luapan yang menghancurkan pemukiman, sekolah, hingga rumah sakit di wilayah hilir.

    Kondisi ini menyisakan teka-teki besar mengenai siapa sebenarnya pengelola puluhan ribu hektare sawit di zona merah tersebut. Dengan lokasi yang terisolasi dan masuk ke kawasan lindung, lahan ini jelas bukan milik petani rakyat yang luasannya relatif kecil. 

    Data menunjukkan masih ada sekitar 13.289 hektare lahan sawit yang kepemilikannya tetap misterius, di tengah dominasi korporasi besar yang menguasai lahan hingga ratusan kali lipat dibanding warga lokal.

    Pada akhirnya, banjir besar ini harus menjadi pelajaran mahal bagi pemerintah untuk mengevaluasi tata kelola lingkungan secara total. 

    Mengabaikan kerusakan di hulu demi keuntungan ekonomi jangka pendek hanya akan membuat masyarakat terus membayar harganya melalui bencana yang kian rutin. 

    Jika tidak ada tindakan tegas terhadap perambahan hutan lindung, maka banjir di masa depan bukan lagi sebuah musibah, melainkan konsekuensi logis dari kelalaian manusia dalam menjaga alam. 

  • Holding BUMN Guyur Daging-Minyak Goreng buat Redam Harga Saat Nataru

    Holding BUMN Guyur Daging-Minyak Goreng buat Redam Harga Saat Nataru

    Jakarta

    Holding BUMN Pangan ID FOOD mendorong pelaksanaan Gerakan Pangan Murah (GPM) menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru). Hal ini sebagai langkah menjaga harga pangan di tengah meningkatnya kebutuhan masyarakat.

    Melalui program ini, masyarakat dipastikan dapat memperoleh komoditas pangan pokok dengan harga terjangkau, khususnya di wilayah dengan tingkat konsumsi tinggi serta daerah yang berpotensi mengalami gejolak harga selama periode Nataru.

    Senior Vice President (SVP) Sekretaris Perusahaan ID FOOD Yosdian Adi Pramono mengatakan, sepanjang 2025 ID FOOD telah melaksanakan GPM di 141 titik yang tersebar di berbagai provinsi. Menjelang Nataru, pelaksanaan GPM akan semakin diperluas melalui 94 cabang ID FOOD di seluruh Indonesia.

    “Khusus periode Nataru, ID FOOD siap melaksanakan Gerakan Pangan Murah melalui jaringan PPI, Nusindo, BGR Logistik Indonesia, dan GIEB Indonesia. GPM difokuskan pada wilayah dengan konsentrasi masyarakat yang merayakan Natal serta daerah rawan fluktuasi harga,” kata Yosdian, dikutip dari keterangan tertulis, Rabu (24/12/2025).

    ID FOOD telah menyiapkan stok pangan strategis untuk menjaga kelancaran pasokan. Per 17 Desember 2025, tersedia gula sekitar 158 ribu ton, minyak goreng 12 ribu ton, garam konsumsi 181 ribu ton, serta daging ruminansia sekitar 60 ribu ton.

    “Ketersediaan stok ini menjadi penopang utama agar pelaksanaan GPM berjalan optimal dan kebutuhan masyarakat selama libur akhir tahun dapat terpenuhi,” jelasnya.

    Penguatan pasokan dan pelaksanaan GPM tidak hanya difokuskan pada momentum Nataru. ID FOOD juga mulai melakukan langkah antisipatif untuk menghadapi Ramadan dan Idulfitri 2026 yang waktunya relatif berdekatan.

    “Penguatan cadangan pangan, kelancaran distribusi, serta pelaksanaan Gerakan Pangan Murah akan terus diperkuat sebagai upaya menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan secara berkelanjutan,” ujarnya.

    (acd/acd)

  • Frekuensi 2,6 GHz Tepat untuk Percepatan 5G di Indonesia

    Frekuensi 2,6 GHz Tepat untuk Percepatan 5G di Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Akademisi menilai pita frekuensi 2,6 GHz menjadi salah satu kandidat menarik untuk mendukung percepatan jaringan 5G di Indonesia yang saat ini penetrasinya masih rendah. 

    Data ATSI menyebut penetrasi 4G sudah di atas 97% dari total pemukiman Indonesia. Sementara 5G masih 4,4%. 

    Ketua Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi, Ian Yosef M. Edward, mengatakan frekuensi yang tepat untuk diterapkan saat ini adalah 2,6 GHz karena sudah siap pakai.

    Di luar 2,6 GHz terdapat pita 3,5 GHz. Namun pita tengah 3,5 GHz masih digunakan oleh pemain satelit. Sementara 2,6 GHz sudah kosong sejak 11 bulan lalu. 

    “Frekuensi yang baik untuk kita ini, jadi 2,6. Ya, soalnya yang sekarang ini sudah dibebaskan oleh Indonesia. Sebelumnya, frekuensi 2,6 dipakai oleh satelit dan TV berbayar. Sekarang sudah bebas, sudah kosong, sejak Januari 2025,” ujar Ian dalam acara Bisnis Indonesia Forum dengan tema Menanti Frekuensi Baru Demi Akselerasi Digital dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Selasa (23/12/2025).

    Ian juga menegaskan ekosistem frekuensi ini sudah matang. Banyak perangkat jaringan maupun ponsel yang mendukung, selain itu biaya pembangunan dan perangkat juga lebih murah.

    Frekuensi 2,6 GHz tidak memerlukan relokasi besar-besaran dan cocok untuk wilayah Indonesia saat ini. 

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang membutuhkan pemerataan jaringan, sehingga frekuensi 2,6 GHz terlihat lebih realistis untuk percepatan 5G.

    Frekuensi 3,5 GHz juga menjadi angin segar bagi Indonesia. Frekuensi ini dinilai memiliki banyak keunggulan, tetapi Ian beranggapan Indonesia belum cukup siap untuk menerapkannya.

    “Secara teknologi, kemudian juga dari sisi keberlangsungan perangkat, kalau di 3,5 jumlahnya lebih banyak lagi. Namun, di Indonesia itu masih ada banyak masalah,” kata Ian.

    Secara global, frekuensi 3,5 GHz telah menjadi band utama untuk pengembangan jaringan 5G karena mampu menyediakan bandwidth besar, bahkan hingga 300 MHz di Indonesia. Dengan kapasitas tersebut, jaringan 5G dapat bekerja lebih cepat dan stabil.

    Namun, di Indonesia, frekuensi ini belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena masih digunakan untuk keperluan lain, seperti SDC band. Akibatnya, frekuensi 3,5 GHz belum sepenuhnya siap digunakan sebagai tulang punggung 5G di Indonesia.

    Selain itu, Ian juga menyoroti masalah harga frekuensi di Indonesia yang dinilai masih tidak logis dan terlalu mahal. Teknologi yang sebenarnya sudah semakin efisien dan digunakan secara massal justru dihitung dengan nilai lebih tinggi. Padahal, secara prinsip, semakin efisien dan matang suatu teknologi, seharusnya biaya yang dikenakan juga semakin murah.

    “Tapi teknologi tadi, cara menghitungnya agak berbeda. Kalau sudah banyak di pasaran gitu, yang baru dan selanjutnya akan lebih mahal. Seharusnya tidak begitu. Kalau saya bilang, teknologi itu kalau bandwidth-nya makin efisien, harusnya makin murah,” ujarnya.

    Sistem penilaian yang digunakan saat ini, seperti NIKTB, dinilai belum berpihak pada dampak sosial dan manfaat langsung bagi masyarakat. Penentuan harga frekuensi masih lebih berfokus pada peningkatan pendapatan negara, bukan pada fungsi frekuensi sebagai aset publik yang seharusnya mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan konektivitas nasional.

    Masalah lain yang turut disoroti adalah kurangnya insentif bagi operator telekomunikasi. Operator yang telah membangun jaringan secara luas, bahkan hingga mencakup 80–90 persen wilayah, tidak memperoleh keuntungan tambahan atau perlakuan khusus.

    Padahal, pembangunan jaringan yang lebih merata membutuhkan investasi besar dan berisiko tinggi. Minimnya insentif ini berpotensi menghambat pemerataan jaringan, terutama di wilayah yang secara ekonomi kurang menguntungkan.

    Ian menegaskan, kebijakan pengelolaan frekuensi masih perlu diarahkan kembali pada tujuan sosial telekomunikasi. Frekuensi seharusnya dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas layanan, memperluas akses, dan memberikan manfaat ekonomi yang lebih besar bagi masyarakat, bukan semata-mata sebagai sumber penerimaan negara.(Nur Amalina)

  • Korupsi Dana BOS Rp25,8 Miliar, Mantan Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo Divonis 12 Tahun Penjara

    Korupsi Dana BOS Rp25,8 Miliar, Mantan Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo Divonis 12 Tahun Penjara

    Ponorogo (beritajatim.com) – Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Surabaya menjatuhkan vonis 12 tahun penjara kepada Syamhudi Arifin, mantan Kepala SMK PGRI 2 Ponorogo, dalam perkara penyalahgunaan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) sepanjang tahun anggaran 2019 hingga 2024. Terdakwa dinyatakan terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi yang merugikan keuangan negara hingga Rp25,8 miliar.

    Putusan tersebut dibacakan dalam sidang terbuka untuk umum di Ruang Candra Pengadilan Tipikor Surabaya, Selasa (23/12/2025). Selain pidana badan, majelis hakim juga menjatuhkan denda sebesar Rp300 juta subsider kurungan serta pidana tambahan berupa pembayaran uang pengganti kerugian negara senilai Rp22,65 miliar.

    Dalam amar putusannya, majelis hakim menyatakan terdakwa terbukti melanggar Pasal 2 ayat (1) juncto Pasal 18 Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dakwaan primair Jaksa Penuntut Umum. Hakim menilai perbuatan terdakwa tidak hanya melawan hukum, tetapi juga memperkaya diri sendiri dengan memanfaatkan kewenangan yang melekat pada jabatan kepala sekolah.

    Selain itu, majelis hakim memerintahkan perampasan sejumlah aset untuk negara sebagai bagian dari pembayaran uang pengganti. Barang bukti yang dirampas antara lain uang tunai sebesar Rp3,175 miliar, 11 unit bus, tiga unit mobil Avanza, serta satu unit mobil Pajero. Seluruh aset tersebut diperhitungkan untuk menutup kerugian negara.

    Apabila nilai aset yang dirampas tidak mencukupi, jaksa diberi kewenangan untuk menyita dan melelang harta benda terpidana lainnya. Bahkan, jika dalam waktu satu bulan setelah putusan berkekuatan hukum tetap terdakwa tidak melunasi uang pengganti, maka akan dikenakan pidana tambahan berupa penjara selama lima tahun.

    Plh. Kepala Seksi Intelijen Kejaksaan Negeri Ponorogo, Furkon Adi Hermawan, menegaskan bahwa vonis tersebut menjadi penanda penting dalam penegakan hukum di sektor pendidikan.

    “Putusan majelis hakim menunjukkan bahwa penyalahgunaan Dana BOS merupakan kejahatan serius. Dana pendidikan adalah hak peserta didik dan tidak boleh dijadikan sarana memperkaya diri,” tegas Furkon Adi Hermawan, Rabu (24/12/2025).

    Ia menambahkan, Kejaksaan menghormati proses hukum yang berjalan, termasuk sikap penasihat hukum terdakwa yang menyatakan pikir-pikir selama tujuh hari untuk menentukan langkah hukum selanjutnya.

    Sebelumnya, Jaksa Penuntut Umum menuntut Syamhudi Arifin dengan pidana 14 tahun enam bulan penjara, denda Rp500 juta, serta kewajiban membayar uang pengganti sebesar kerugian negara yang sama. Meski vonis lebih ringan dari tuntutan, pengadilan menilai kerugian negara yang ditimbulkan sangat signifikan dan berdampak luas terhadap dunia pendidikan.

    Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa pengelolaan Dana BOS harus dilakukan secara transparan dan akuntabel. Penyalahgunaan dana pendidikan, yang seharusnya diperuntukkan bagi kepentingan peserta didik, akan berujung pada konsekuensi hukum yang berat. [end/beq]

  • BYD Patut Waspada! Suzuki Siapkan MPV Listrik ‘Pembunuh’ M6

    BYD Patut Waspada! Suzuki Siapkan MPV Listrik ‘Pembunuh’ M6

    Jakarta

    Build Your Dreams (BYD) agaknya patut waspada. Sebab, Suzuki disebut-sebut sedang menyiapkan MPV listrik yang akan menjadi rival sepadan BYD M6. Bagaimana bocorannya dan kapan kendaraan tersebut meluncur?

    Disitat dari Gaadiwaadi, Rabu (24/12), MPV listrik tersebut akan menjadi model EV kedua Suzuki untuk pasar global. Sebelumnya, produsen asal Jepang itu sudah meluncurkan e-Vitara di segmen SUV listrik.

    Sama seperti e-Vitara, MPV listrik Suzuki kemungkinan besar akan dikembangkan dan diproduksi di India. Sebab, pengembangan EV mereka memang dipusatkan di Negeri Hindustan.

    MPV listrik Suzuki dijadwalkan meluncur pertengahan atau akhir tahun depan. Kendaraan tersebut muncul dengan kode produksi YMC.

    Sumber yang sama mengatakan, mobil ramah lingkungan yang dikhususkan untuk keluarga itu menggunakan jantung mekanis yang sama dengan Suzuki e-Vitara. Maka, artinya, kendaraan tersebut menggunakan opsi baterai 49 kwh dan 61 kwh. Khusus untuk kapasitas tertinggi, jarak tempuhnya mencapai 543 km!

    Angka itu sedikit lebih tinggi dibandingkan BYD M6 yang varian tertingginya bisa menempuh jarak 530 km. Meski demikian, secara kapasitas, baterai M6 lebih besar, yakni 71,8 kwh.

    Selain itu, MPV listrik tersebut akan hadir dengan konfigurasi penggerak roda depan, dan motor listriknya diambil dari e-Vitara. Dengan demikian, Suzuki bisa memanfaatkan skala ekonomi, sehingga menurunkan biaya produksi secara keseluruhan.

    Menurut sumber lain, MPV listrik buatan Suzuki akan mulai dijual pada September 2026. Namun, hingga sekarang belum ada tanda-tanda kendaraan tersebut sedang dites atau diuji jalan.

    Sejauh ini, belum ada informasi mengenai fitur dan harga kendaraan tersebut. Namun, melihat bocoran spesifikasinya, MPV listrik garapan Suzuki itu kemungkinan besar akan bermain di pasar yang sama dengan BYD M6.

    (sfn/rgr)

  • Tes Asah Otak Ini Bikin Mikir Dua Kali, Jangan Buru-buru untuk Jawab

    Tes Asah Otak Ini Bikin Mikir Dua Kali, Jangan Buru-buru untuk Jawab

    Asah Otak

    Daffa Ghazan – detikHealth

    Rabu, 24 Des 2025 10:04 WIB

    Jakarta – Sekilas terlihat sederhana, namun tebakan ini sering mengecoh karena banyak orang menjawab terlalu cepat tanpa mengecek jalur dengan teliti.

  • Asa Mujilah, Bangkit dari Abu Sisa Kebakaran Pasar Kramat Jati

    Asa Mujilah, Bangkit dari Abu Sisa Kebakaran Pasar Kramat Jati

     

    Kerugian Mujilah ditaksir mencapai Rp75 juta. Uang tunai lebih dari Rp10 juta, hasil penjualan lima hari, hangus bersama perabot dapur, kompor, panci, meja, dan stok bahan makanan.

    “Itu uang mau buat bayar kontrakan, mas. Eh kebakar,” ujarnya sambil tertawa kecil, tawa yang berusaha menutup duka.

    Warung itu bukan sekadar tempat usaha. Dari situlah Mujilah membayar sewa lapak Rp18 juta per bulan untuk tiga petak, membayar kontrakan rumah, dan menggaji empat karyawan perempuan yang sudah seperti keluarga sendiri.

    Ketika api benar-benar melahap warungnya, Mujilah tak kuasa menahan diri.

    “Saya nangis, langsung gelempoh saya, ngerti gelempoh enggak? Langsung brukkk aja, lemes saya, duduk disana saya ditimbangan mobil, aduh ya Allah, langsung istighfar mas, gak pernah lihat seumur-umur,” kenangnya

    Malam setelah kebakaran menjadi malam yang panjang. Mujilah tak bisa tidur. Bayangan api terus berputar di kepalanya.

    “Kebayang api tuh, brrrrrr gitu lho, muter-muter whoaahh, heran saya, kayak angin topan, makanya, mau nyelamatin motor aja gak bisa, takut,” ujarnya

    “Trauma. Deg-degan terus bawaan nya,” sambungnya.

    Keesokan harinya, Mujilah kembali ke lokasi. Ia berharap masih ada sisa yang bisa diselamatkan. Namun yang tersisa hanyalah abu.

    “Gak kelihatan apa-apa. Kompor, gelas, semua lembut jadi abu,” katanya.

    Ia sempat bercanda saat menemukan kerangka motor Revo miliknya yang hangus.

    “Ternyata di situ motornya,” ujarnya sambil tersenyum pahit.

     

  • Panglima TNI Mutasi 187 Perwira Tinggi, Kapuspen Mayjen Freddy Diganti Brigjen Aulia Dwi

    Panglima TNI Mutasi 187 Perwira Tinggi, Kapuspen Mayjen Freddy Diganti Brigjen Aulia Dwi

    Liputan6.com, Jakarta – Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto melakukan mutasi perwira tinggi TNI menjelang pergantian tahun. Salah satu yang dirotasi adalah Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mabes TNI Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah.

    Brigjen TNI Aulia Dwi Nasrullah kini menjabat sebagai Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI menggantikan Mayjen TNI (Mar) Freddy Ardianzah. Rotasi itu tertuang dalam Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/1664/XII/2025 tanggal 15 Desember 2025.

    Freddy menjelaskan total ada 187 perwira tinggi yang dimutasi, terdiri dari 109 Pati TNI Angkatan Darat, 36 Pati TNI Angkatan Laut, dan 42 Pati TNI Angkatan Udara.

    Selain dirinya, beberapa pejabat TNI AD yang mendapatkan jabatan baru diantaranya Brigjen TNI Mochamad Masrukin yang sebelumnya menjabat sebagai Wadanpuspenerbad, kini dipercaya mengemban tugas sebagai Danpuspenerbad, menggantikan Mayjen TNI Zainuddin.

    Mayjen TNI Zainuddin selanjutnya menjabat sebagai Tenaga Ahli Pengkaji Bidang Hukum dan HAM Lemhannas. Jabatan Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad kini diemban oleh Mayjen TNI Primadi Saiful Sulun menggantikan Mayjen TNI Susilo, yang kini dipercaya mengemban tugas sebagai Pa Sahli Tk. III Kasad Bidang Jemen Sishanneg.

  • Jelang Nataru 2026, Satgas Pangan Temukan Stok Elpiji 3 Kg Kosong di Blitar

    Jelang Nataru 2026, Satgas Pangan Temukan Stok Elpiji 3 Kg Kosong di Blitar

    Blitar (beritajatim.com) – Sejumlah masyarakat Blitar Raya mengeluhkan adanya kelangkaan elpiji 3 kilogram jelang libur Hari Raya Natal 2025 dan Tahun Baru 2026. Menurut masyarakat, elpiji 3 kilogram mulai sulit dicari.

    “Mulai sulit ini saya kemarin mencari di SPPBU katanya kosong,” ungkap Risma, Warga Srengat Blitar pada Rabu (24/12/2025).

    Kondisi yang dikeluhkan warga itu ternyata benar adanya. Pada Selasa (23/12/2025) Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polres Blitar Kota juga menemukan kondisi serupa saat melakukan inspeksi mendadak (sidak) di wilayah Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

    Alih-alih mendapati stok yang melimpah untuk kebutuhan hari raya, petugas justru menemukan tumpukan tabung gas bersubsidi ukuran 3 kilogram (gas melon) dalam kondisi kosong di tingkat pangkalan.

    Kanit Pidana Ekonomi dan Tertentu (Pidek) Satreskrim Polres Blitar Kota, Iptu Yuno Sukaito, yang memimpin jalannya sidak, membenarkan temuan tersebut. Pemandangan tabung hijau yang berjejer tanpa isi menjadi indikasi kuat adanya keterlambatan distribusi atau tingginya permintaan yang tidak berimbang dengan pasokan.

    “Hasil pengecekan tadi kondisinya memang kosong, terpantau ada tabung-tabung yang kosong di pangkalan,” ujar Iptu Yuno Sukaito.

    Kondisi ini tentu menjadi “lampu kuning” bagi stabilitas kebutuhan pokok di wilayah Blitar, mengingat aktivitas memasak warga biasanya meningkat tajam menjelang malam pergantian tahun.

    Meski menemukan kekosongan, Iptu Yuno bergerak cepat untuk memastikan masyarakat tidak panik. Pihak kepolisian telah berkoordinasi dengan agen penyalur untuk segera melakukan pengiriman darurat guna menutupi kelangkaan tersebut.

    “Rencananya akan segera disuplai lagi sebanyak 200 tabung untuk masyarakat,” tegas Yuno.

    Kelangkaan ini menjadi ironi tersendiri jika melihat data alokasi energi untuk wilayah tersebut. Berdasarkan data tahun berjalan, kuota Liquefied Petroleum Gas (LPG) untuk Kabupaten Blitar pada tahun 2025 sebenarnya dipatok cukup besar, yakni mencapai 33.970 Metrik Ton (MT). [owi/beq]