Blog

  • Duduk Perkara Guru Besar USU Dibunuh Anak Kandung, Dipicu Kasus KDRT

    Duduk Perkara Guru Besar USU Dibunuh Anak Kandung, Dipicu Kasus KDRT

    Liputan6.com, Jakarta – Dunia akademik Universitas Sumatera Utara (USU) berduka sekaligus dikejutkan dengan peristiwa tragis yang menimpa salah satu guru besarnya. Dosen Fakultas Kehutanan USU berinisial OK (58) tewas bersimbah darah setelah ditikam oleh anak kandungnya sendiri, HFZ (18), di kediaman mereka, Jalan Aluminium III, Kecamatan Medan Deli. Peristiwa ini bermula dari konflik di internal keluarga yang memuncak.

    Berdasarkan keterangan polisi, pelaku yang merupakan mahasiswa semester dua Teknik Komputer USU ini nekat menghabisi nyawa ayahnya karena diduga tak tahan melihat sang ibu terus-menerus menjadi korban penganiayaan.

    Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, Iptu Agus Purnomo, mengungkapkan bahwa emosi pelaku meluap saat menyaksikan korban sedang menganiaya ibunya.

    HFZ sempat mencoba melerai, namun situasi semakin memanas hingga ia mengambil pisau dapur dan menikam korban berkali-kali.

    “Motifnya adalah sakit hati. Pelaku mengaku kesal karena korban kerap melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap istrinya maupun terhadap pelaku sendiri,” ujar Iptu Agus, Minggu (21/12/2025).

  • BCA Sebar Beasiswa Lagi, Kesempatan Kuliah IT Gratis hingga Lulus

    BCA Sebar Beasiswa Lagi, Kesempatan Kuliah IT Gratis hingga Lulus

    Program Beasiswa PPTI menjadi wujud komitmen BCA dalam mendukung akses pendidikan berkualitas sekaligus menyiapkan sumber daya manusia unggul di bidang teknologi. Peserta akan mendapatkan pendidikan intensif yang berfokus pada pengembangan kompetensi IT serta penerapannya di industri perbankan.

    Penerima Beasiswa PPTI akan menempuh masa pendidikan selama 2,5 tahun di BCA Learning Institute, Sentul, Jawa Barat. Seluruh biaya pendidikan dan akomodasi selama masa studi ditanggung sepenuhnya oleh BCA.

    Selain itu, peserta juga memperoleh berbagai fasilitas penunjang, seperti uang saku bulanan, asrama, makan siang, buku pembelajaran, hingga laptop untuk mendukung proses belajar mengajar.

    Melalui program ini, BCA berharap dapat melahirkan generasi muda yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga adaptif, inovatif, dan siap menghadapi tantangan perkembangan teknologi di dunia perbankan digital.

     

  • Salah Kaprah ‘Obat Dewa’ Dexamethasone, Risiko Fatal di Balik Kesembuhan Instan

    Salah Kaprah ‘Obat Dewa’ Dexamethasone, Risiko Fatal di Balik Kesembuhan Instan

    Jakarta

    Belakangan ini, jagat media sosial diramaikan oleh unggahan yang menyebut Dexamethasone sebagai ‘obat dewa’. Hanya saja, label ‘dewa’ ini bisa menyimpan masalah besar bagi kesehatan jika asal dikonsumsi.

    Pakar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr. Zullies Ikawati menjelaskan dexamethasone adalah golongan kortikosteroid kuat yang bekerja menekan sistem imun dan peradangan.

    Karena kemampuannya masuk ke berbagai sistem tubuh, efeknya memang terasa luas, namun sekaligus menyimpan bom waktu bagi kesehatan jika dikonsumsi sembarangan.

    Dexamethasone bukan sekadar obat pereda nyeri biasa. Cara kerjanya meniru hormon steroid (kortisol) yang diproduksi secara alami oleh kelenjar adrenal manusia. Menurut Prof Zullies, sifatnya yang memengaruhi banyak sistem tubuh sekaligus inilah yang membuat efek sampingnya sangat beragam.

    “Jika digunakan terlalu lama atau terlalu sering, akan banyak efek sampingnya. Risiko ini dipengaruhi oleh lama penggunaan, dosis, frekuensi dan juga kondisi tubuh,” ungkap Prof Zullies.

    Ancaman ‘Moon Face’ hingga Osteoporosis

    Bukan tanpa alasan Dexamethasone masuk dalam kategori obat keras. Berbagai literatur medis menyebutkan bahwa penggunaan steroid jangka panjang dapat memicu sindrom Cushing. Gejala yang paling khas adalah moon face atau pembengkakan wajah hingga berbentuk bulat akibat gangguan distribusi lemak.

    Selain itu, sebuah studi dalam jurnal Frontiers in Endocrinology mencatat bahwa glukokortikoid seperti Dexamethasone secara langsung menghambat pembentukan tulang dan mempercepat pengeroposan.

    Akibatnya, pengguna jangka panjang berisiko tinggi mengalami osteoporosis meskipun usianya masih muda.

    Secara medis, asupan steroid dari luar menyebabkan kelenjar adrenal “malas” bekerja karena menganggap stok hormon dalam tubuh sudah cukup.

    Prof Zullies memperingatkan bahwa penghentian mendadak bisa membuat tubuh mengalami syok hebat.

    “Jadi dexamethasone ini tdk boleh dihentikan mendadak kalau sdh dikonsumsi lama karena nanti tubuh bisa kaget dan bisa muncul keluhan seperti lemas yang ekstrem, tekanan darah turun sampai syok,” tegasnya.

    Bukan Obat Pegal Linu

    Dia mengimbau tidak menjadikan dexamethasone sebagai solusi untuk keluhan harian seperti badan pegal atau kelelahan. Prof Zullies menyarankan agar masyarakat kembali merujuk pada obat yang lebih spesifik dan aman.

    “(Dexamethasone) tidak boleh digunakan hanya karena capek atau biar badan enak,” ucap dia.

    Sebagai obat keras, penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter demi menghindari kerusakan organ tubuh.

    “Untuk nyeri yang ringan atau radang yang ringan, maka tidak perlu menggunakan dexamethasone, cukup dengan parasetamol atau obat anti inflamasi non steroid lain misal asam mefenamat,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Amankah Pemberian Teh Pada Anak?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/kna)

  • 3
                    
                        Biarkan Dunia Membantu Sumatera
                        Nasional

    3 Biarkan Dunia Membantu Sumatera Nasional

    Biarkan Dunia Membantu Sumatera
    Pengamat dan praktisi hubungan internasional
    Artikel ini adalah kolom, seluruh isi dan opini merupakan pandangan pribadi penulis dan bukan cerminan sikap redaksi.
    POLEMIK 
    mengenai boleh-tidaknya pemerintah daerah di tiga provinsi Sumatera terdampak bencana menerima bantuan internasional menjadi semakin liar.
    Kritikan kepada pemerintahan Prabowo Subianto datang bertubi-tubi. Warga lokal (netizen Indonesia) dan komunitas internasional seolah berkolaborasi erat melancarkan serangan kritis, baik di dunia maya maupun melalui kanal-kanal media arus utama.
    Warga Malaysia menjadi salah satu yang paling vokal, khususnya saat bantuan mereka dianggap kecil oleh Mendagri Tito Karnavian.
    Sekalipun Tito kemudian meminta maaf, nasi sudah menjadi bubur. Rakyat Malaysia terlanjur marah. Bahkan mantan Menlu Tan Sri Rais Yatim turut bersuara keras, meminta Tito belajar adab sebelum bicara.
    Penolakan bantuan 30 ton beras Uni Emirat Arab (UEA) juga menjadi coreng dalam hubungan antarbangsa Indonesia. Beruntung ormas Muhammadiyah bergerak cepat, menyatakan kesiapan menjadi penerima. Api masalah bilateral dapat dipadamkan.
    Sikap resmi penolakan Pemerintah Indonesia terhadap
    bantuan asing
    terkuak jelas dari pernyataan Presiden Prabowo.
    Dalam Sidang Kabinet pada 15 Desember 2025, ia menyatakan bahwa Indonesia adalah negara  kuat. Karenanya Pemerintah mampu mengatasi bencana di Sumatera.
    Itu juga yang mungkin menjadi alasan mengapa sampai hampir satu bulan sejak banjir bandang terjadi, Prabowo tak kunjung menetapkan status ‘Bencana Nasional’. Karena jika ditetapkan, Pemerintah dianggap tidak mampu mengatasi.
    Lebih rumit lagi, Prabowo juga menyatakan bahwa ada pihak-pihak asing yang tidak menginginkan Indonesia menjadi negara kuat.
    Bagaimana saran yang dapat kita rekomendasikan kepada Presiden Prabowo?
    Pertama, jika hal-hal yang disampaikan Pemerintah sudah atau sedang terealisasi, misalnya pengerahan lebih dari 50.000 personel TNI-Polri, mobilisasi masif bantuan kemanusiaan, dan rehabilitasi cepat infrastruktur vital, semuanya layak dihormati.
    Namun, perlu menjadi catatan. Hal-hal di atas adalah kewajiban negara, bukan indikator suatu negara kuat atau tidak.
    Tidak perlu mengutip norma internasional seperti Konvensi PBB mengenai hak-hak sipil dan politik (International Covenant on Civil and Political Rights).
    Pasal 28 UUD 1945 sudah jelas menyuratkan bahwa negara harus melindungi hak hidup, pendidikan, dan kebutuhan mendasar lainnya.
    Permasalahannya, apa yang disampaikan sejumlah aparat negara tidak terlihat oleh publik. Potret yang digambarkan media arus utama dan media sosial tidak seperti yang disampaikan Pemerintah.
    Justru yang viral adalah sejumlah daerah – seperti di Aceh Tamiang dan Bener Meriah – yang berminggu-minggu usai banjir menerjang belum tersentuh bantuan Pemerintah Pusat.
    Tidak jelas apakah ini disebabkan karena lemahnya ‘public relations’ Pemerintah, atau realita sebenarnya. Namun yang pasti, masih banyak saudara kita di Sumatera terus bertarung untuk sekedar bertahan hidup pascabencana.
    Kedua, kita sangat mengharapkan Pemerintah Indonesia dapat segera membuka diri menerima bantuan internasional, apapun skalanya.
    Negara besar seperti Amerika Serikat (AS) saja tetap menerima bantuan kemanusiaan internasional, seperti saat mereka terkena badai Katrina pada Agustus 2005 lampau.
    Dalam norma antarbangsa (international norms), pengiriman bantuan kemanusiaan dari sejumlah negara ke negara yang terdampak bencana adalah hal wajar, bahkan keniscayaan.
    Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Desember tahun lalu, mengeluarkan Resolusi A/RES/79/139 berjudul “International cooperation on humanitarian assistance in the field of natural disasters, from relief to development”.
    Singkatnya, bantuan kemanusiaan akibat bencana alam yang disalurkan melalui kerja sama internasional adalah hal yang wajar.
    Indonesia bahkan menjadi salah satu negara pengusung resolusi di atas, karena diusulkan oleh Kelompok 77 dan China dimana Indonesia adalah anggotanya.
    Dengan kata lain, sikap Pemerintah Aceh yang menyurati PBB, khususnya UNDP dan UNICEF, tidak seyogianya diartikan sebagai penyimpangan dalam hubungan luar negeri.
    Dalam konteks kondisi normal, hal itu bisa saja dianggap tidak berkesesuaian dengan perundang-undangan. Bahwa hanya Pemerintah Pusat yang berhak melakukan hubungan luar negeri secara formal.
    Namun, dalam kondisi darurat, terlebih konteks
    bencana Sumatera
    yang berskala amat dahsyat, sudah sewajarnya ada pengecualian.
    Sekiranya Pemerintah Pusat menyalahkan sikap Pemerintah Aceh atas inisiatif hubungan luar negerinya, besar kemungkinan akan mendapatkan perlawanan dari rakyat Aceh. Tentu kita tidak menginginkan dampak buruk politis dari penanganan bencana Sumatera ini.
    Media arus utama, media sosial, bahkan handai-taulan di daerah terdampak seolah tak henti menyuarakan beratnya keadaan yang dihadapi warga di lokasi bencana Sumatera.
    Anak-anak yang memelas meminta makanan, orang-orang tua sakit yang berteduh di tempat tinggal tidak layak, dan tumpukan ribuan gelondongan kayu yang mengepung sejumlah daerah, adalah hal-hal menyedihkan yang terus kita saksikan saat ini.
    Ketidakinginan Presiden Prabowo untuk menetapkan status Bencana Nasional justru memunculkan isu-isu liar.
    Lihatlah di media sosial, di mana kritikan pedas-keras para netizen justru mengarah kepada hal-hal terkait kepentingan bisnis pribadi, para pejabat, oligarki penyokong kekuasaan, dan bahkan pembalakan-deforestasi yang difasilitasi negara.
    Semakin keras Presiden Prabowo menolak tuntutan penetapan status Bencana Nasional, semakin keras pula rakyat melakukan perlawanan.
    Sampai saat ini saja ratusan masyarakat sipil, termasuk LBH Muhammadiyah, sudah atau akan melayangkan somasi ‘class action’ kepada Pemerintah Pusat.
    Terakhir, terkait sinyalemen Presiden Prabowo bahwa ada pihak asing yang tidak suka Indonesia menjadi negara kuat, sebaiknya disampaikan dengan fakta dan data.
    Karena jika hal ini dibiarkan dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan bahkan ketegangan Indonesia dengan negara lain.
    Namun, untuk saat ini, sebaiknya negara mengerahkan mayoritas sumber daya untuk penanganan pascabencana.
    Termasuk dengan rendah hati menetapkan bencana Sumatera sebagai Bencana Nasional dan kemudian mempersilahkan dunia internasional memberikan bantuan.
    Mari membuka pintu, membiarkan dunia membantu Sumatera. Tidak ada kata terlambat atas nilai-nilai kemanusiaan.
    Bisa jadi, berdasarkan kerendahatian itulah Indonesia akan menjadi negara besar, melampaui status ‘kuat’ sebagaimana impian Prabowo.
    Wallahu a’lam.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Rakit Terbalik, Wagub Aceh Jatuh ke Sungai Saat Ingin Tahu Kondisi Nyata Dampak Banjir

    Rakit Terbalik, Wagub Aceh Jatuh ke Sungai Saat Ingin Tahu Kondisi Nyata Dampak Banjir

    Liputan6.com, Jakarta – Rakit darurat berisi rombongan Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah terbalik saat menyeberangi sungai di kawasan Pameu, Kabupaten Aceh Tengah.

    “Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, semua selamat,” kata Kepala Biro Administrasi Pimpinan (Adpim) Setda Aceh Akkar Arafat di Banda Aceh, Minggu (22/12/2025). Dikutip dari Antara.

    Peristiwa itu terjadi ketika rombongan ‎meninjau masyarakat di daerah Pameu, Kabupaten Aceh Tengah yang kini masih terisolasi akibat kerusakan infrastruktur pascabencana banjir bandang dan tanah longsor.

    ‎Kunjungan tersebut dilakukan guna memperoleh gambaran riil dampak bencana serta memastikan kebutuhan dasar masyarakat terpenuhi.

    Dalam perjalanan menuju lokasi, lanjut Akkar, rombongan Wagub Aceh bersama General Manager PLN harus menempuh jalur alternatif dengan menyeberangi sungai menggunakan rakit darurat.

    ‎Saat menyeberang, rakit darurat yang ditumpangi terbalik, mengakibatkan Fadhlullah beserta rombongan terjatuh ke sungai. Mereka berhasil dievakuasi dengan selamat oleh prajurit TNI bersama masyarakat setempat.

    Akkar menegaskan, ‎kunjungan ke Aceh Tengah merupakan bagian dari rangkaian upaya Pemerintah Aceh menangani dampak bencana yang juga telah merusak infrastruktur dan permukiman warga, serta mengganggu aktivitas sosial ekonomi masyarakat, terutama di daerah terpencil.‎‎

    Melalui kehadiran pimpinan daerah di lapangan, Pemerintah Aceh berharap koordinasi lintas sektor dapat diperkuat, dan penyaluran bantuan dapat dipercepat.

    “Harapannya proses pemulihan infrastruktur dan layanan dasar bagi masyarakat terdampak dapat segera dilakukan secara terukur dan berkelanjutan,” demikian Akkar Arafat.

  • Ketika Siswa di Nias Curhat ke Gibran, Cerita “Nyebur” Seberangi Sungai demi Sekolah

    Ketika Siswa di Nias Curhat ke Gibran, Cerita “Nyebur” Seberangi Sungai demi Sekolah

    Ketika Siswa di Nias Curhat ke Gibran, Cerita “Nyebur” Seberangi Sungai demi Sekolah
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com-
    Sejumlah siswa di SMKN 1 Boronadu, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara bercerita ke Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, bahwa mereka tetap berangkat ke sekolah setiap hari, meskipun harus menyeberangi sungai yang deras.
    Momen tersebut terjadi saat Wapres Gibran berdialog dengan siswa
    SMKN 1 Boronadu
    , Nias Selatan, Sumatera Utara, Minggu (21/12/2025).
    Kisah siswa SMKN 1 Boronadu yang harus menyeberangi Sungai Gomo dengan arus deras untuk menuju sekolah sempat menjadi pemberitaan sejumlah media pada beberapa waktu lalu.
    “Kemarin saya banyak mendengar masukan dari penduduk di sekitar, terutama siswa-siswi ya, yang ada di sini. Ini yang berdiri di depan ini tiap hari menyeberang sungai?” tanya Wapres kepada para siswa, dikutip dari
    Antara.
    “Iya (setiap hari menyeberangi sungai), Pak,” jawab siswa.
    “Basah-basahan yang cowok-cowok juga? Sepatu dilepas dulu? Seragam basah?,” tanya Gibran kembali yang kemudian disambut anggukan dari para siswa.
    Para siswa bercerita bahwa mereka tetap berangkat ke sekolah, meskipun aliran sungai deras dan debit air meluap saat curah hujan tinggi.
    Sebelum berdialog dengan para siswa, Gibran sempat meninjau lokasi rencana pembangunan jembatan gantung Sungai Gomo di Desa Sifalago Gomo, Kabupaten Nias Selatan, Sumatera Utara.
    Sungai Gomo telah menjadi jalur penyeberangan utama warga, termasuk para siswa SMKN 1 Boronadu yang harus melintasi sungai setiap hari untuk berangkat ke sekolah. Pada musim hujan, ketika debit air meningkat, kondisi tersebut kerap membahayakan keselamatan warga dan berpotensi mengisolasi sejumlah desa.
    Dalam peninjauan tersebut, Wapres menegaskan urgensi pembangunan jembatan gantung sepanjang kurang lebih 40 meter sebagai kebutuhan mendesak masyarakat.
    “Pembangunan jembatan gantung Sungai Gomo merupakan kebutuhan mendesak untuk menjamin keselamatan warga, sekaligus meningkatkan akses pendidikan dan aktivitas ekonomi masyarakat,” kata Gibran.
    Lebih jauh Gibran menjelaskan bahwa ketiadaan jembatan berdampak signifikan terhadap kelangsungan pendidikan di wilayah tersebut, khususnya bagi para siswa SMKN 1 Boronadu.
    “Ada sekitar 60 persen siswa SMKN 1 Boronadu yang berada di seberang jembatan, dan jika sungai meluap, ada sekitar 4 desa yang akan terisolir,” katanya.
    Oleh karena itu, Wapres meminta agar rencana pembangunan jembatan segera ditindaklanjuti secara terintegrasi dengan melibatkan seluruh pihak terkait, serta memperhatikan kondisi geografis dan aspek keselamatan.
    “Saya telah meminta rencana pembangunan jembatan tersebut segera ditindaklanjuti secara terpadu dengan memperhatikan kondisi geografis dan aspek keselamatan, sehingga kehadiran negara benar-benar dirasakan masyarakat,” kata dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jelang Natal 2025, Polri Cek Kesiapan Pengamanan di Gereja dan Objek Vital

    Jelang Natal 2025, Polri Cek Kesiapan Pengamanan di Gereja dan Objek Vital

    JAKARTA – Menjelang perayaan Natal 2025, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) melakukan pemantauan langsung ke sejumlah rumah ibadah dan lokasi strategis guna memastikan sistem pengamanan berjalan optimal.

    Berdasarkan informasi yang dikonfirmasi di Jakarta, Minggu, kegiatan tersebut dilaksanakan pada Sabtu, 20 Desember 2025. Sejumlah titik yang dikunjungi meliputi Gereja Santa, Gereja Katedral, Stasiun Gambir, Pos Pengamanan Monas, serta Pos Pengamanan Bundaran Hotel Indonesia (HI).

    Peninjauan lapangan ini dipimpin oleh Kepala Korps Sabhara Baharkam Polri Irjen Pol. Mulia Hasudungan Ritonga yang juga bertindak sebagai Kepala Operasi Pusat (Kaopspus) Operasi Lilin 2025. Ia didampingi Direktur Samapta Korsabhara Baharkam Polri Brigjen Pol. Mokhamad Ngajib selaku Kepala Satuan Tugas Preventif Operasi Lilin 2025.

    Selama kunjungan berlangsung, jajaran Polri melakukan komunikasi dan koordinasi dengan pengurus serta pemuka agama di Gereja Santa dan Gereja Katedral untuk memastikan kesiapan pelaksanaan ibadah Natal serta keamanan bagi para jemaat.

    Selain itu, rombongan juga berdialog dengan Kepala Stasiun Gambir terkait kesiapan layanan dan pengamanan bagi masyarakat yang menggunakan transportasi kereta api selama periode libur akhir tahun.

    Kasatgas Humas Operasi Lilin 2025 Brigjen Pol. Trunoyudo Wisnu Andiko menyampaikan bahwa kegiatan tersebut merupakan bagian dari upaya memastikan kesiapan seluruh personel dalam memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat sepanjang rangkaian Natal 2025 dan Tahun Baru 2026.

    “Pengecekan ini dilakukan untuk memastikan kesiapan personel, sarana prasarana, serta pola pengamanan di lapangan berjalan sesuai rencana. Polri berkomitmen memberikan rasa aman dan nyaman bagi masyarakat yang melaksanakan ibadah Natal maupun aktivitas libur akhir tahun,” katanya.

    Ia menambahkan, hasil pemantauan menunjukkan seluruh lokasi yang dikunjungi berada dalam kondisi aman dan tertib. Seluruh personel pengamanan telah disiagakan secara lengkap dan siap menjalankan tugas sesuai dengan penempatan yang telah ditetapkan.

    Lebih lanjut, Trunoyudo menegaskan bahwa Polri akan terus mengoptimalkan langkah-langkah pencegahan serta pengamanan terpadu selama Operasi Lilin 2025 guna menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat.

    “Melalui Pelayanan Terpadu 2025 ini, Polri hadir untuk memberikan jaminan keamanan, pelayanan, dan perlindungan kepada seluruh masyarakat selama perayaan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026,” ucapnya.

  • Pakar Sarankan Minum Kopi Sejam Pertama Setelah Bangun Tidur, Ini Alasannya

    Pakar Sarankan Minum Kopi Sejam Pertama Setelah Bangun Tidur, Ini Alasannya

    Jakarta

    Bagi banyak orang, pagi terasa belum lengkap tanpa secangkir kopi. Selain menambah energi, kopi diharapkan bisa mengusir rasa kantuk selama beraktivitas.

    Namun, kebiasaan ini ternyata tidak sepenuhnya disarankan. Seorang pakar tidur, Rex Isap, mengingatkan minum kopi terlalu cepat setelah bangun tidur bisa mengurangi manfaat kafein dan berdampak kurang baik untuk tubuh.

    Maka dari itu, Rex menyarankan agar seseorang tidak langsung minum kopi dalam satu jam pertama setelah bangun. Menurutnya, banyak orang terbiasa meneguk kopi dalam 5-10 menit setelah membuka mata.

    “Untuk mendapatkan manfaat kafein secara optimal, sebaiknya tunggu setidaknya satu jam setelah bangun tidur,” kata Isap, dikutip dari Unilad.

    Isap menjelaskan saat seseorang bangun tidur, kadar hormon kortisol dalam tubuh berada pada titik tertinggi. Kortisol memang sering dikaitkan dengan stres, tetapi hormon juga berperan meningkatkan kewaspadaan secara alami.

    “Jika kafein dikonsumsi saat kadar kortisol sedang tinggi, efek kafein bisa menjadi kurang terasa dan dalam jangka panjang justru memicu toleransi terhadap kafein,” sambungnya.

    Artinya, semakin pagi kopi diminum, maka besar kemungkinan efeknya terasa lemah seiring waktu.

    Isap memaparkan peran adenosin, zat kimia di otak yang memicu rasa kantuk. Sepanjang hari, adenosin akan terus menumpuk dan membuat tubuh merasa lelah.

    Kafein bekerja dengan cara memblokir reseptor adenosin, sehingga seseorang merasa lebih terjaga dan fokus.

    “Ini juga menjelaskan mengapa sebagian orang sulit tidur di malam hari setelah seharian minum kopi,” katanya.

    Maka dari itu, Isap menyarankan agar konsumsi kopi pagi ditunda setidaknya satu jam setelah bangun tidur. Dengan begitu, keseimbangan kortisol tetap terjaga dan kualitas pun bisa lebih baik.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Disporabudpar Sampang Perketat Pengamanan Wisata Hadapi Cuaca Ekstrem

    Disporabudpar Sampang Perketat Pengamanan Wisata Hadapi Cuaca Ekstrem

    Sampang (beritajatim.com) – Menjelang meningkatnya arus wisatawan pada libur Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, Dinas Kepemudaan, Olahraga, Kebudayaan, dan Pariwisata (Disporabudpar) Kabupaten Sampang memperkuat koordinasi lintas sektor guna memastikan keamanan destinasi wisata di tengah potensi cuaca ekstrem.

    Upaya antisipasi tersebut dilakukan melalui rapat koordinasi bersama para pengelola objek wisata serta pemangku kepentingan terkait, termasuk unsur kepolisian. Fokus pembahasan diarahkan pada kesiapan destinasi wisata menghadapi cuaca ekstrem selama periode libur panjang.

    Kepala Bidang Pariwisata Disporabudpar Sampang, Endah Nursiskawati, menyampaikan bahwa pihaknya telah mengeluarkan imbauan khusus menjelang momentum Natal dan Tahun Baru (Nataru), terutama terkait peningkatan kewaspadaan terhadap potensi cuaca buruk.

    “Kami mengeluarkan imbauan agar seluruh pihak meningkatkan kewaspadaan, khususnya terhadap ancaman cuaca ekstrem,” ujarnya, Minggu (21/12/2025).

    Imbauan tersebut ditujukan tidak hanya kepada pengelola destinasi wisata, tetapi juga kepada pelaku usaha jasa pariwisata, seperti penyedia layanan kapal dan perahu wisata, serta transportasi pendukung lainnya, guna meminimalkan risiko kecelakaan selama perjalanan maupun aktivitas wisata.

    Selain itu, Disporabudpar juga memperkuat koordinasi pengamanan jalur wisata dan titik-titik rawan bencana. Kesiapan fasilitas penunjang, pengamanan kawasan, serta mitigasi risiko menjadi perhatian utama demi menciptakan rasa aman dan nyaman bagi pengunjung.

    Sementara itu, pengelola Wisata Pantai Camplong, Bambang Setiadi, menyatakan pihaknya meningkatkan pengamanan kawasan pantai selama libur Nataru dengan menggandeng jajaran Polisi Perairan dan Udara (Polairud) untuk menjaga keamanan perairan.

    “Kami lakukan agar wisatawan dapat menikmati liburan dengan aman dan nyaman,” tandasnya. [sar/but]

  • Warga Apresiasi Polri Rampungkan Jembatan Darurat di Gayo Lues Aceh

    Warga Apresiasi Polri Rampungkan Jembatan Darurat di Gayo Lues Aceh

    Jakarta

    Jembatan darurat yang dibangun personel Polri bersama masyarakat di Desa Penomon Jaya, Kecamatan Rikit Gaib, Kabupaten Gayo Lues, Aceh, kini dapat difungsikan usai banjir menerjang. Jembatan alternatif tersebut rampung dalam kurang dari sepekan.

    Dalam dokumentasi diterima, terlihat jembatan tersebut telah melintang di atas aliran sungai. Jembatan tampak beralaskan papan kayu yang disusun rapat tanpa celah.

    Penampakan jembatan darurat yang dibangun Polri bersama masyarakat di Desa Penomon Jaya, Kecamatan Rikit Gaib, Gayo Lues, Aceh. (dok istimewa)

    Jembatan itu menyambungkan dua sisi jembatan permanen yang putus sebagian. Jembatan beton yang mulanya terputus kini tersambung dengan adanya jembatan darurat di tengahnya.

    Di sisi jembatan terdapat sandaran besi dan tali untuk mencegah pengguna jatuh ke sungai. Terlihat jembatan itu dapat menahan beban lebih dari 10 orang anggota Polri yang berdiri di atasnya.

    Penampakan jembatan darurat yang dibangun Polri bersama masyarakat di Desa Penomon Jaya, Kecamatan Rikit Gaib, Gayo Lues, Aceh. (dok istimewa)

    “Kami atas nama kepala desa Penomon Jaya, Kecamatan Rikit Gaib, Kabupaten Gayo Lues, mengucapkan apresiasi kepada pihak Polri, Polres, atau Reskrim Gayo Lues yang telah membantu kami, serta jajaran Brimob Gayo Lues yang telah membantu kami untuk membangun jembatan darurat Penomon Jaya yang lebih kurang lima hari kerja,” kata kepala desa setempat.

    (fca/fca)