Organisasi: Persis

  • Legenda Urban: Kampung Pasar Setan di Bekas Tambang Emas Pegunungan Banjarnegara

    Legenda Urban: Kampung Pasar Setan di Bekas Tambang Emas Pegunungan Banjarnegara

    Lokasi Kampung Pasar Setan pun berada di tengah hutan. Selain itu, jarak antara rumah satu dengan yang lainnya juga berjauhan, sekitar 300-600 meter. Hal ini menambah suasana mencekam di kampung ini.

    Total warga diperkirakan hanya sekitar 10 kepala keluarga dan 11 rumah. Untuk menuju ke kampung ini, warga harus melewati Jembatan Pasar Setan.

    Terkait bekas area tambang di Kampung Pasar Setan, konon terdapat empat titik lorong seperti gua yang sempat menjadi kawasan pertambangan emas. Warga setempat dahulu menggantungkan hidupnya pada tambang tersebut.

    Tepatnya pada 1992, pertambangan emas ini sempat menjadi mata pencaharian warga setempat. Lokasinya berada persis di atas Pasar Setan.

    Operasional tambang ini konon berjalan selama satu tahun. Sementara area tambang lainnya berjalan selama dua tahun.

    Saat ini, area tambang emas di Kampung Pasar Setan sudah tidak aktif. Namun, jejak-jejak aktivitas tambang masih bisa ditemukan di sekitar perkampungan, termasuk desas-desus keberadaan pasar setan yang mencekam.

    Penulis: Resla

  • Rahasia Gunung Padang dan Sundaland yang Hilang Ribuan Tahun

    Rahasia Gunung Padang dan Sundaland yang Hilang Ribuan Tahun

    Jakarta

    Ada keterkaitan antara situs Gunung Padang, Sundaland yang tenggelam, dengan jejak peradaban manusia. Situs Gunung Padang adalah bagian dari Sundaland pada Zaman Es dan saksi dari perkembangan sejarah peradaban yang hilang.

    Keterkaitan ini menjadi salah satu bahasan diskusi yang pernah dikemukakan Prof Dr Danny Hilman Natawidjaja, Komisi Ilmu Pengetahuan Dasar AIPI, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam Seminar Nasional Warisan Peradaban Sundaland yang diadakan secara hybrid online dan offline oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).

    “Kalau kita perhatikan sejarah populasi manusia ini cukup aneh, habis sekitar 12 ribu tahun yang lalu. Padahal kita tahu manusia modern, Homo sapiens sudah ada sejak 200 ribu tahun lalu. Bahkan kalau kita menganggap Homo neanderthal dan Homo denisovan juga manusia modern, maka manusia modern sudah ada sejak 400 ribu tahun lalu,” kata Danny saat itu.

    Pengetahuan dunia saat ini hanya mengakui bahwa perkembangan peradaban manusia baru mulai sejak sekitar 12 ribu-11 ribu tahun lalu, dan produk peradaban maju baru terlihat setelah 6.000 tahun lalu (4000 tahun SM) yakni peninggalan Bangsa Sumeria di Mesopotamia.

    Kontras dengan masa sejarah yang relatif pendek, dunia ahli geologi dan arkeologi mengetahui bahwa manusia modern sudah ada sejak sekitar 200 ribu-195 ribu tahun lalu. Artinya, dunia meyakini bahwa manusia tetap dalam zaman primitif, hidup berburu dan tidur di hutan serta gua selama kurang lebih 185 ribu tahun. Namun tiba-tiba, sejak 10.000 tahun lalu seolah tanpa sebab mereka mendadak pintar.

    Letusan Toba dan Out of Africa

    Temuan konstruksi bangunan besar yang usianya lebih tua dari 10.000 tahun seperti di Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, kontradiktif dengan sejarah manusia linear yang diyakini saat ini. Dari sinilah mengemuka teori siklus peradaban.

    Hipotesis yang dikembangkan dalam teori siklus peradaban mengemukakan bahwa perkembangan peradaban/kebudayaan di dunia tidak menerus (linear) melainkan siklus.

    “Para ilmuwan geosains mengenal semua proses itu adalah siklus. Bagaimana kalau manusia ini juga adalah siklus. Adanya bencana katastrofi, dapat menghancurkan atau me-restart populasi dan peradaban. Apakah itu yang terjadi? Ada peradaban hilang di masa lalu,” tuturnya.

    Berkaitan dengan teori ini, ada dua bencana katastrofi yang paling terkenal terjadi dalam masa hidup manusia modern. Pertama, letusan katastrofi Toba sekitar 70 ribu tahun lalu yang diduga hampir memusnahkan seluruh populasi manusia di dunia.

    Peristiwa ini, kata Danny, konsisten dengan kronologi penyebaran manusia di Bumi yang dapat ditelusuri terjadi sejak sekitar 70 ribu tahun lalu, yang terkenal disebut sebagai peristiwa ‘Out of Africa’ karena mulai menyebar dari Benua Afrika.

    “Dalam sejarah manusia 70 ribu – 65 ribuan tahun yang lalu itu terjadi migrasi besar-besaran dari Afrika ke seluruh dunia. Apakah ada hubungannya letusan Toba dengan Out of Africa? Ilmuwan geosains dan arkeolog harus ngobrol soal ini,” ujarnya.

    Banjir Besar

    Hipotesis yang dikembangkan dalam teori siklus peradaban juga mengemukakan bahwa peradaban/kebudayaan di dunia berkali-kali terputus atau hancur oleh berbagai bencana alam katastrofi, sehingga peradaban yang sudah maju bisa kembali menjadi primitif lagi, kemudian harus memulai lagi dari awal untuk berkembang.

    “Sejarah yang kita yakini sekarang, peradaban paling tua ada di Mesopotamia 6 ribuan tahun lalu, ini pun membuat bingung setelah ditemukan situs Gobekli Tepe di Turki yang dibangun sekitar 11.600-an tahun lalu umurnya. Berarti sudah ada sebelum kita mengenal pertanian, aneh kan,” kata Danny.

    Selain letusan Toba, bencana katastrofi lainnya adalah banjir besar. Dalam sejarah Geologi Kuarter dikenal periode Younger Dryas pada 12.900-11.600 tahun lalu di akhir Zaman Pleistosen. Pada masa ini, Bumi memanas dan es mencair. Younger Dryas diakhiri dengan naiknya suhu Bumi yang sangat cepat sehingga es mencair mendadak menimbulkan banjir global.

    “Setelah Younger Dryas, peradaban manusia mulai beranjak. Jadi sejarah yang kita yakini sekarang mengatakan bahwa populasi dan peradaban manusia sejak 200 ribu atau lebih tidak pernah berkembang, selalu primitif selalu menjadi pemburu dan peramu. Apakah benar demikian? Apakah benar baru berkembang 12 ribu tahun yang lalu?” Danny mempertanyakan.

    “Kalau menurut teori alternatif siklus, ada peradaban yang hilang pada Zaman Es sehingga (masyarakat) Gobekli Tepe itu bukan peramu pemburu yang tiba-tiba menjadi pintar, tetapi mereka adalah sisa-sisa orang yang selamat dari bencana,” urainya.

    Peristiwa banjir global pada akhir periode Younger Dryas juga dikaitkan dengan sejumlah kisah banjir besar yang diyakini di seluruh dunia mulai dari tenggelamnya Atlantis hingga banjir zaman Nabi Nuh.

    “Plato menyebutkan bahwa Atlantis hancur oleh gempa dan banjir besar persis 11.600 tahun yang lalu. Ada juga catatan banjir Gilgamesh dalam naskah kuno Mesopotamia, menyebutkan di zaman yang lebih kuno lagi ada banjir besar. Lalu kita juga meyakini banjir zaman Nabi Nuh, kemungkinan ini banjir yang sama,” kata Danny.

    Lalu apa kaitannya dengan Gunung Padang dan Sundaland? Situs Gunung Padang adalah bagian dari benua Sundaland pada Zaman Es. Ada pendapat yang mengatakan bahwa benua yang dulunya membentang di Semenanjung Malaysia, termasuk Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali ini diyakini adalah pusat Atlantis dan menjadi induk peradaban dunia. Sundaland tenggelam akibat naiknya permukaan laut di Zaman Es akhir.

    “Gunung Padang itu menjadi istimewa dalam kaitannya dengan ini, karena dibangun sejak Zaman Es, kemudian dibangun lagi setelah Zaman Es. Jadi dia melewati dua periode peradaban,” ujar Danny.

    (rns/fay)

  • Penanganan Kasus Ijazah Jokowi seperti Zaman Kolonial

    Penanganan Kasus Ijazah Jokowi seperti Zaman Kolonial

    GELORA.CO -Kasus dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo alias Jokowi belum menemukan titik terang. Pemerintah sendiri gamang dalam menentukan sikap untuk menuntaskannya.

    “Ada indikasi penuntasan kasus tersebut terhadang Wapres Gibran Rakabuming Raka yang merupakan putra sulung Jokowi,” kata Direktur Eksekutif Komite Pemantau dan Pemberdayaan Parlemen Indonesia (KP3-I) Tom Pasaribu kepada RMOL, Selasa 10 Juni 2025.

    Sehingga, kata Tom, penuntasan kasus dugaan ijazah palsu Jokowi yang dilakukan Polri di luar jalur hukum sebagaimana yang berlaku.

    “Skenario penanganan kasus ijazah palsu yang dilakukan Polri, sama persis dengan dilakukan kolonial Belanda terhadap rakyat Indonesia,” kata Tom.

    Menurut Tom, ketika pejabat kolonial Belanda memiliki kesalahan atau masalah kepada rakyat Indonesia, segala cara dilakukan agar pejabat kolonial Belanda lepas dan bebas dari jeratan hukum walaupun bersalah.

    “Sedangkan rakyat Indonesia harus menjadi korban dari kesalahan pejabat kolonial walaupun tidak bersalah,” kata Tom.

    Hal tersebut, sambung Tom, terlihat jelas dari usaha keras Polri agar kasus dugaan ijazah palsu Jokowi dapat diterima menjadi ijazah asli, walaupun tanpa menunjukkan fisiknya.

  • Fenomena Cosplay, Jutaan Rupiah Dihabuskan demi Tampil Maksimal

    Fenomena Cosplay, Jutaan Rupiah Dihabuskan demi Tampil Maksimal

    Jakarta, Beritasatu.com – Anak muda Indonesia kini rela merogoh kocek hingga jutaan rupiah demi tampil total sebagai karakter favorit mereka dalam budaya populer yang dikenal dengan istilah “cosplay”.

    Hal ini terlihat jelas dalam gelaran Anime Festival Asia Indonesia (AFAID) 2025 yang berlangsung akhir pekan lalu di Jakarta Convention Center (JCC). Acara ini menyedot ribuan penggemar budaya pop, khususnya anime Jepang.

    Beberapa pengunjung datang dengan pakaian kasual, sementara lainnya tampil memukau dengan kostum lengkap, wig warna-warni, hingga properti senjata yang membuat mereka tampil persis seperti karakter anime.

    Seperti yang bisa diduga, karakter-karakter dari serial shonen populer seperti One Piece dan Chainsaw Man menjadi favorit utama para cosplayer. Serial baru seperti Sakamoto Days yang tayang awal tahun ini pun mulai menarik perhatian.

    Namun, menjadi cosplayer bukanlah hobi murah, terutama bagi mereka yang ingin tampil totalitas. Banyak dari mereka bahkan menghabiskan dana dua kali lipat dari upah minimum Jakarta yang kini mencapai Rp 5,4 juta.

    Salah satu cosplayer yang mencuri perhatian adalah Siegrish, yang tampil sebagai kera sakti dari gim PS5 Black Myth: Wukong. Ia mengenakan kostum emas penuh detail yang mencolok.

    “Saya butuh waktu 6 bulan untuk persiapan. Saya pesan kostumnya, jadi bukan bikin sendiri. Biayanya sekitar Rp 15 juta,” ungkap Siegrish.

    Peserta cosplay AFAID 2025 pada 7 Juni 2025 menggunakan kostum pendekar berambut hijau, Roronoa Zoro . (Foto JG/Jayanty Nada Shofa) – (The Jakarta Globe/Jayanty Nada Shofa)

    Cosplayer lain, Hiki, tampil sebagai Denji dari Chainsaw Man. Ia mengenakan helm dengan mata LED, baju penuh darah palsu seolah baru selesai bertarung, serta gergaji tiruan yang bisa bergerak dan mengeluarkan suara seperti aslinya.

    “Total saya habiskan Rp 3,6 juta dan butuh waktu 3 bulan untuk persiapan,” ujar Hiki, 24 tahun.

    Tak ketinggalan, Unizen, cosplayer asal Surabaya berusia 22 tahun, tampil sebagai Roronoa Zoro dari One Piece. Ia membeli kaus dari marketplace dan memodifikasinya dengan jahitan khusus.

    “Saya sudah pakai wig ini selama dua tahun. Katana-nya sekitar Rp 200.000 satu. Total mungkin sekitar Rp 1,5 juta. Enggak terlalu mahal, kok,” katanya.

    Sementara itu, Here Shiki tampil santai namun mengena sebagai Taro Sakamoto, mantan pembunuh bayaran yang kini jadi penjaga toko dalam anime Sakamoto Days. Ia mengenakan kaus kuning, celemek hijau, rambut abu-abu palsu, dan kumis buatan.

    “Untuk karakter ini, saya habiskan sekitar Rp 600.000, tetapi untuk karakter lain bisa sampai Rp 800.000,” ujar Shiki.

    Ia juga memberikan pandangannya tentang fenomena cosplay di Indonesia.

    “Saat pandemi Covid-19, banyak orang di rumah saja dan akhirnya menonton anime. Dari situ, cosplay makin populer di Indonesia,” tuturnya.

  • Ajaib! Heboh Penampakan Paru Sapi Tertulis Nama Orang yang Berkurban di Bintaro

    Ajaib! Heboh Penampakan Paru Sapi Tertulis Nama Orang yang Berkurban di Bintaro

    GELORA.CO  – Penampakan paru sapi tertulis nama orang yang kurban saat disembelih hebohkan warga Kelurahan Pondok Betung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan.

    Peristiwa ini viral saat momen Idul Adha 2025, satu di antaranya diunggah oleh akun Instagram Info Bintaro, Minggu (8/6/2025).

    Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Jami Al Ikhlas, KH Suhada beri penjelasan.

    Menurutnya peristiwa ini tidak mungkin buatan rekayasa manusia, ini adalah keajaiban.

    KH Suhada menjelaskan pihaknya menerima sebanyak 15 ekor kambing dan 3 ekor sapi dari berbagai macam orang yang berkurban.

    Setelah dilaksanakan pemotongan 3 ekor sapi dan 15 ekor kambing berjalan lancar.

    “Namun pada saat penyesetan daging hewan kurban, ada satu dari panitia kami yang bernama Yusman menyampaikan bahwa ada kejadian aneh terkait dengan salah satu daging hewan kurban sapi, ujarnya kepada wartawan, Sabtu (7/6/2025) di Halaman Masjid Jami Al Ikhlas, dikutip dari Wartakotalive.

    Ditemukan ada tulisan yang bernama salah satu pemberi hewan kurban.

    “Saya pun kemudian mengecek, ternyata benar ada tulisan nama orang yang berkurban adalah Muhammad Mustofa Bin Jalal Sahidi,” ujar Ustaz Suhada.

    “Nama itu tertulis di paru-paru sapi, Anehnya nama yang tertulis di paru sapi ini, beliau memberikan hewan kurban kambing bukan sapi, ” sambungnya.

    Kemudian saya menyampaikan ini adalah Sirrun Min Asrorillah dalam peristiwa hewan kurban.

    Menurut Ustadz Suhada, tidak mungkin ini buatan rekayasa manusia.

    Nama yang tertulis di daftar panitia penerima hewan kurban ditulis secara manual oleh panitia kemudian nama pemberi hewan kurban itu digantungkan ke leher masing-masing hewan kurban.

    “Ketika kami cocokan antara tulisan dari panitia yang digantungkan di leher hewan kurban tidak sama persis nama yang ditulis panitia dengan nama yang tertulis pada penemuan paru sapi ini sangat berbeda,” ujarnya

    “Selama kami berkurban, baru tahun ini diberikan kemukjizatan (keajaiban) di luar nalar akal sehat manusia. Ini merupakan ketulusan dan keikhlasan hati orang yang berkurban,” tutupnya

  • Penanaman Pohon dan Tarian Kolosal ’79’ Bakal Meriahkan HUT Bhayangkara di Riau

    Penanaman Pohon dan Tarian Kolosal ’79’ Bakal Meriahkan HUT Bhayangkara di Riau

    Pekanbaru

    Peringatan HUT Bhayangkara ke-79 di Polda Riau akan dimeriahkan dengan sejumlah acara. Rangkaian acara yang sekaligus digelar dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini rencananya akan dilaksanakan di Pulau Tongah, Kabupaten Kampar, Riau.

    “Untuk kegiatan upacara puncak HUT Bhayangkara tetap diselenggarakan di Polda Riau, sedangkan yang di Pulau Tongah adalah rangkaiannya,” kata Kepala Biro Sumber Daya Manusia (SDM) Polda Riau Kombes Anissula Ridha, dalam keterangannya, Minggu (8/6/2025).

    Rangkaian acara bertema ‘Bakti Religi dan Peduli Lingkungan’ di Pulau Tongah, Kabupaten Kampar ini akan dimeriahkan dengan sejumlah kegiatan, antara lain pemberian bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar.

    “Nanti akan serangkaian acara mulai dari pemberian bansos, tarian kolosal sebanyak 79 orang dan sekaligus dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Internasional, tentunya nanti akan ada kegiatan penanaman 79 pohon di sana,” imbuhnya.

    Kegiatan ini rencananya digelar pada tanggal 18-19 Juni 2025. Kegiatan diskusi dengan tema lingkungan akan menghadirkan Rocky Gerung dan prof Robertus Robert selaku pengisi acara.

    Sebagai upaya untuk penguatan spiritual, dilakukan melalui tausiah dan doa bersama yang dipimpin langsung oleh Ustadz Abdul Somad (UAS). Pada tanggal 18 Juni malam akan diisi dengan renungan malam (kontemplasi) yang dipandu oleh Ustadz Kurtubi.

    Seluruh rangkaian acara ini mencerminkan semangat HUT Bhayangkara ke-79 yang tidak hanya berfokus pada tugas keamanan, tetapi juga pada peran Polri, dalam hal ini Polda Riau sebagai agen perubahan dan pelindung lingkungan, selaras dengan semangat Hari Lingkungan Hidup Internasional.

    Polda Riau bakal menggelar HUT Bhayangkara ke-79 sekaligus peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Pulau Tongah, Kabupaten Kampar, pada tanggal 18-19 Juni 2025. (dok. Istimewa)

    Kegiatan ini juga akan diikuti oleh sekitar 350 peserta dari Satbrimob Polda Riau, TNI, komunitas pecinta alam Kabupaten Kampar, Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), puluhan pramuka, petugas dari Wanabhakti, Satpol PP Kabupaten Kampar hingga kelompol sadar wisata (Pokdarwis).

    Rangkaian acara yang digelar di Pulau Tongah ini menjadi sebuah bukti nyata konsep Green Policing, di mana Polda Riau mengambil peran dalam kepedulian terhadap alam dan lingkungan. Dengan melibatkan ulama seperti Ustaz Abdul Somad (UAS) sebagai ulama sekaligus tokoh masyarakat peduli lingkungan yang memiliki kesatuan visi dan misi dalam membangun konsep Green Policing, kebijakan Polda Riau, sekaligus mendorong Green for Riau yang menjadi program Gubernur Riau.

    Tentang Pulau Tongah

    Sebagai informasi, Pulau Tongah ini berada di Desa Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar. Pulau ini diapit oleh Sungai Subayang yang berhulu dari provinsi Sumatera Barat.

    Pulau Tongah ini dikelilingi hutan Rimbang Baling yang merupakan salah satu suaka marga satwa di Kabupaten Kampar. Pulau Tongah dipenuhi pepohonan yang asri dan sejuk yang menjadi daya tarik wisatawan.

    Area perbukitan di Pulau Tongah yang berada persis di pinggir Sungai Subayang kerap dijadikan tempat untuk berkemah. Untuk mencapai ke Pulau Tongah ini warga harus menyeberangi sungai dengan perkiraan waktu 15 menit.

    (mei/mea)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Sempat Koma 14 Hari, Bobotoh yang Jatuh dari Flyover Pasupati Meninggal

    Sempat Koma 14 Hari, Bobotoh yang Jatuh dari Flyover Pasupati Meninggal

    Jakarta

    Bobotoh bernama Nugraha (20) yang terjatuh dari Flyover Pasupati, Kota Bandung, saat konvoi meninggal dunia. Nugraha meninggal usai menjalani perawatan intensif di rumah sakit selama dua pekan.

    Dilansir detikJabar, Minggu (8/6/2025), Nugraha meninggal pada Jumat (6/6) sekitar pukul 22.30 WIB. Dia terjatuh dari Flyover Pasupati saat melakukan konvoi usai pertandingan Persib Bandung melawan Persis Solo pada Sabtu (24/5).

    “Meninggal Jumat setengah 11 malam. Lagi perawatan di HCU, kondisinya langsung ngedrop sebelumnya,” kata istri Nugraha, Intan Nuraeni (20) saat ditemui di kediamannya.

    Nugraha sempat menjalani perawatan di ICU dan HCU Rumah Sakit Hasan Sadikin selama 14 hari sejak peristiwa terjatuh dari Flyover Pasupati. Luka yang dialaminya cukup fatal disinyalir sebagai penyebabnya mengembuskan napas terakhir.

    “Kalau kata dokter itu lukanya di kepala sebelah kiri, terus di rusuk sebelah kiri, sama di ginjalnya ada trauma karena benturan jadi kemarin sempat cuci darah. Buat bernapas juga kan pakai selang dari tenggorokan. Jadi di ICU itu 12 hari, kemudian di HCU 2 hari, sejak awal itu koma,” kata Intan.

    Intan tidak pernah membayangkan suaminya bakal meninggal dengan cara tragis. Saat hari kejadian, Nugraha berangkat dengan perasaan senang diizinkan ikut konvoi merayakan gelar juara Persib Bandung.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pendakwah yang Menyala Sampai Padam

    Pendakwah yang Menyala Sampai Padam

    OLEH: AHMADIE THAHA

    DI Masjid Darul Falah, Makassar Sulawesi Selatan, Jumat siang, 6 Juni 2025, udara masih harum oleh jejak pagi. Minyak wangi masih merebak dari baju gamis jamaah yang baru saja menunaikan salat Iduladha. Ketupat dan opor masih hangat dalam ingatan.

    Belum lama mereka pulang sebentar ke rumah, mengganti baju koko, lalu kembali lagi ke masjid untuk salat Jumat — karena hari raya tetap tidak membatalkan kewajiban mingguan.

    Dan di atas mimbar, berdiri sosok yang suaranya dikenal lebih lantang dari toa masjid: Ustaz Dr. H. Muhammad Yahya Yopie Waloni, M.Th. Usianya menjelang 55 tahun.

    Beliau berkhutbah tentang pengorbanan. Ayat demi ayat, hadits demi hadist, meluncur dari bibirnya seperti biasanya. Suaranya membakar, mengguncang, kadang-kadang juga menyulut kontroversi.

    Tapi siang itu, ada ketenangan aneh dalam suaranya. Ia bicara tentang Nabi Ibrahim dan Ismail, tentang ketundukan total pada kehendak Ilahi. Mungkin, tanpa disadari, ia sedang mengisyaratkan sebuah perpisahan.

    Lalu — seperti potongan film yang terlalu dramatis untuk kenyataan — suara itu mengecil. Bibirnya seperti masih hendak bicara, tapi suaranya terhisap. Tubuhnya lunglai, kemudian jatuh menggebrak ke lantai mimbar.

    Tak ada efek suara. Hanya kesunyian yang mendadak menggigit. Jemaah panik. Sujud pun tertunda. Shalat Jumat diinterupsi oleh kenyataan: sang khatib tak bergerak. Innalillahi wa inna ilayhi rajiun.

    Meninggal di atas mimbar seperti itu adalah cita-cita sebagian pendakwah. Mungkin juga kita. Tapi sedikit yang betul-betul “dijemput” Allah saat masih menggenggam tugasnya.

    Yahya Waloni, mantan pendeta yang menjadi pendakwah Islam, tampaknya telah menyelesaikan naskah hidupnya di titik paling dramatis. Di atas mimbar. Dalam khutbah tentang pengorbanan.

    Namun, jangan buru-buru menjadikannya bak malaikat. Sosok ini adalah tokoh yang penuh warna  — dan terkadang over –saturasi. Yahya Waloni bukan pendakwah kalem ala Ustaz Abdul Somad atau dai televisi yang sopan dan rapi seperti Aa Gym.

    Ia dikenal sebagai juru bicara Islam “garis keras”, bersuara lantang, dan… yah, cukup senang menabrak tembok toleransi. Dalam daftar kontroversinya: menyebut kitab suci agama lain sebagai palsu, sehingga dijatuhi vonis lima bulan penjara karena ujaran kebencian.

    Dalam dunia medsos, ia dijuluki “Ustaz Pansos” — alias Panjat Sosial, label sinis yang, ironisnya, malah menambah popularitasnya. Tapi, apakah semua itu membatalkan nilai perjuangannya? Belum tentu. Tentu tidak.

    Fakta tak bisa dibantah: ia adalah seorang mualaf yang memilih jalan Islam dengan total. Islam kaffah, bahkan bersama istrinya yang juga muallafah.

    Ustaz yang lahir di kota Manado pada 30 November 1970 dari keluarga Kristen Minahasa yang taat ini pernah memimpin sekolah teologi Kristen. Lalu ia meninggalkan semuanya untuk menyatakan syahadat.

    Tidak mudah menjadi mualaf di usia matang, apalagi setelah menjadi tokoh dalam agama sebelumnya. Ia kehilangan teman, posisi, dan — mungkin juga — rasa aman. Tapi ia tetap maju. Dalam gaya yang kadang bikin jemaah mengangguk, kadang menggeleng, tapi tak pernah membuat mereka diam.

    Dan di sinilah kita perlu jujur: tak semua yang keras itu jahat, tak semua yang lembut itu benar. Yahya Waloni adalah potret Islam yang bergulat dengan realitas pluralisme di Indonesia, tapi punya batasan akidah yang tak bisa ditawar.

    Sebagian melihatnya sebagai pembela akidah. Sebagian lagi melihatnya sebagai pembelah harmoni. Ia adalah semacam refleksi keras kepala dari kita semua yang tak selesai berdamai dengan sejarah konversi, trauma kolonial, dan luka-luka teologis.

    Tapi apa pun penilaian kita, kematiannya di mimbar adalah simbol yang tidak bisa diremehkan. Bayangkan: ia menghembuskan napas terakhir di hadapan jemaah. Di atas mimbar. Di Hari Raya, persis saat jutaan haji bersatu di padang Arafah. Di sela khutbah tentang pengorbanan. Dan di hari Jumat!

    Apakah itu kebetulan? Atau skenario ilahi dengan naskah paling puitis sekaligus suci?

    Tubuhnya memang dilarikan ke RS Bahagia — nama rumah sakit yang sangat ironis dalam konteks duka. Tapi bagi sebagian orang, terutama mereka yang percaya bahwa hidup adalah medan jihad ideologis, ia tidak wafat biasa. Ia syahid di jalan dakwah.

    Dan seperti biasa, setelah jenazah dikafani, media sosial pun mulai mengkafani narasi. Ada yang mengenangnya sebagai pahlawan iman. Ada yang mengecamnya sebagai provokator.

    Tapi mungkin, Yahya Waloni akan tersenyum dari alam sana, sebab seperti yang biasa ia ucapkan: “Biar saya yang maki, yang penting kamu mikir.” Kini, setelah ia tak bisa bicara lagi, kita yang mesti berpikir.

    Tentang cara menyampaikan dakwah tanpa melukai. Tentang bagaimana menjaga akidah tanpa membakar jembatan kemanusiaan. Dan tentang bagaimana, kadang, satu nyawa yang padam bisa lebih nyaring dari seribu ceramah.

    Selamat jalan, Ustaz Yahya Waloni. Akhir hidupmu mungkin bukan akhir damai. Tapi siapa tahu, itu awal dari percakapan baru — yang lebih jujur, lebih terbuka, dan lebih manusiawi, tentu tanpa pernah harus mengorbankan akidah.

    (Penulis adalah Wartawan Senior dan Pengasuh Ma’had Tadabbur Quran)

  • Jadwal MotoGP Aragon 2025, Sprint Race Digelar Nanti Malam

    Jadwal MotoGP Aragon 2025, Sprint Race Digelar Nanti Malam

    Jakarta

    Seri kedelapan MotoGP 2025 akan digelar di Sirkuit Motorland Aragon, Spanyol, akhir pekan ini. Biar kalian tak ketinggalan serunya kualifikasi, Sprint Race dan balapan inti, berikut kami rangkum jadwal MotoGP Aragon 2025!

    Rangkaian jadwal MotoGP Aragon 2025 telah dimulai sejak Jumat (6/6) melalui sesi latihan bebas pertama yang dipimpin pebalap Ducati asal Spanyol, Marc Marquez. Perlombaan dilanjutkan ke sesi kualifikasi dan Sprint Race pada Sabtu (7/6), kemudian race atau balapan inti pada Minggu (8/6).

    MotoGP Aragon musim lalu dimenangkan Marc Marquez yang masih membela tim Gresini Ducati Racing. Ketika itu, dia harus menjalani pertarungan sengit menghadapi Jorge Martin dan Pedro Acosta yang sama-sama tampil gemilang.

    Jadwal MotoGP Aragon 2025, Sprint Race digelar nanti malam. Foto: dok. Ducati

    Menariknya, hasil Sprint Race MotoGP Aragon 2024 sama persis seperti balapan inti atau race. Pada urutan tiga besar ada Marquez, Martin dan Acosta. Mereka memang sangat dominan di lintasan sepanjang 5,3 km tersebut.

    Lantas, akankah Marc Marquez kembali merajai MotoGP Aragon musim ini? Atau justru ada pebalap lain yang justru membuat kejutan? Biar tak ketinggalan balapan nanti dan besok malam, berikut detikOto rangkum jadwalnya!

    Jadwal MotoGP Aragon 2025

    Sabtu, 7 Juni 2025

    13:40-14:10 WIB: Moto3 Free Practice 214:25-14:55 WIB: Moto2 Free Practice 215:10-15:40 WIB: MotoGP Free Practice 215:50-16:05 WIB: MotoGP Qualifying 116:15-16:30 WIB: MotoGP Qualifying 217:50-18:05 WIB: Moto3 Qualifying 118:15-18:30 WIB: Moto3 Qualifying 218:45-19:00 WIB: Moto2 Qualifying 119:10-19:25 WIB: Moto2 Qualifying 220:00 WIB: MotoGP Sprint Race (11 Lap)

    Minggu, 8 Juni 2025

    14:40-14:50 WIB: MotoGP Warm Up16:00 WIB: Moto3 Grand Prix Race (17 Lap)17:15 WIB: Moto2 Grand Prix Race (19 Lap)19:00 WIB: MotoGP Grand Prix Race (23 Lap).

    (sfn/dry)

  • Amran Sulaiman Dijagokan Jadi Ketum PPP, Tapi Begini Responsnya…

    Amran Sulaiman Dijagokan Jadi Ketum PPP, Tapi Begini Responsnya…

    FAJAR.CO.ID, MAKASSAR — Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman memilih tak ambil pusing soal namanya yang masuk dalam bursa calon Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Di tengah isu yang terus bergulir, Amran memberi respons singkat namun tegas.

    “Kita urus pangan aja dulu,” tutur Amran saat ditanya wartawan usai menghadiri pemotongan hewan kurban di Hari Raya Idul Adha 1446 Hijriah, Jumat (6/6), di Makassar, Sulawesi Selatan.

    Amran memang dikenal sebagai sosok teknokrat yang lebih memilih fokus pada tugas utamanya. Di periode keduanya sebagai Menteri Pertanian, ia terus mengejar target ambisius dalam mewujudkan ketahanan dan swasembada pangan yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

    Meski memiliki kedekatan dengan sejumlah elite politik nasional, termasuk mantan Presiden Joko Widodo, hingga kini Amran belum menunjukkan sinyal kuat terkait afiliasi partai politik. Namun, peluangnya memimpin PPP terbuka lebar.

    Di beberapa kesempatan, Amran menegaskan komitmennya dalam mendukung penuh program-program strategis pemerintah di sektor pangan. Ia tak menunjukkan ambisi politik, meski sorotan terhadapnya makin menguat.

    Sebelumnya, Ketua Majelis Pertimbangan DPP PPP M. Romahurmuziy atau Rommy secara terbuka menyebut Amran sebagai kandidat kuat Ketua Umum PPP, bahkan menyebut hal itu berasal dari usulan mantan Presiden Jokowi.

    “Beberapa kali diskusi saya dengan Pak Jokowi, termasuk yang di Solo, memang salah satu sebab mengapa kemudian semakin fokus nama Pak Amran karena Pak Jokowi tahu persis kualitas dan totalitas Pak Amran jika diberikan sebuah amanah,” kata Rommy dalam keterangan pers yang diterima Antara.