Organisasi: PERSEPSI

  • Wanti-wanti Ekonom ke Prabowo soal Tata Kelola hingga Calon Bos Danantara

    Wanti-wanti Ekonom ke Prabowo soal Tata Kelola hingga Calon Bos Danantara

    Bisnis.com, JAKARTA – Mimpi lama Sumitro Djojohadikusumo agar Indonesia memiliki Super Holding BUMN sebentar lagi jadi kenyataan saat anaknya, yaitu Presiden Prabowo Subianto, meluncurkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara atau Danantara di Istana Merdeka, pada Senin (24/2/2025) pukul 10.00 WIB.

    Dalam forum internasional bergengsi World Government Summit 2025, Prabowo mengumumkan kesiapan Indonesia meluncurkan Danantara. Dia mengungkapkan bahwa Danantara akan memiliki aset kelolaan lebih dari US$900 miliar atau setara dengan Rp14.725 triliun. 

    Dana tersebut akan digunakan untuk mengembangkan proyek berkelanjutan di sektor energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, produksi pangan, dan lainnya.

    “Danantara, yang akan diluncurkan pada 24 Februari ini, akan menginvestasikan sumber daya alam dan aset negara kami ke dalam proyek yang berkelanjutan dan berdampak tinggi di berbagai sektor seperti energi terbarukan, manufaktur canggih, industri hilir, produksi pangan, dan lain-lain,” ujarnya dalam forum itu.

    Prabowo mengatakan bahwa semua proyek tersebut diharapkan akan berkontribusi pada pencapaian target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8%. 

    “Kami tengah mempersiapkan peluncuran Danantara Indonesia, sovereign wealth fund terbaru kami, yang menurut evaluasi awal kami akan mengelola lebih dari US$900 miliar aset dalam pengelolaan (AUM),” katanya.

    Lebih lanjut, orang nomor satu di Indonesia itu pun mengungkapkan bahwa initial funding atau pendanaan awal Danantara diproyeksi mencapai US$20 miliar.

    “Kami berencana untuk memulai sekitar 15 hingga 20 proyek bernilai miliaran dolar, yang akan menciptakan nilai tambah yang signifikan bagi negara kami. Saya sangat yakin, saya sangat optimistis. Indonesia akan maju dengan kecepatan penuh,” pungkas Prabowo.

    Di balik ambisi besar Prabowo, masih banyak pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan agar Danantara tidak menjadi bumerang bagi perekonomian nasional. 

    Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menyoroti sejumlah tantangan utama yang harus diantisipasi oleh pemerintah sebelum Danantara resmi beroperasi.

    Salah satu pekerjaan rumah utama yang harus segera diselesaikan dalam jangka pendek, katanya, yaitu integrasi antar-BUMN, tata kelola, pengawasan, dan manajemen.  Dia mengingatkan bahwa jika tidak dikelola dengan presisi dan ketegasan, skema ini berpotensi menjadi jebakan birokrasi baru yang justru memperlambat kinerja BUMN.

    “Alih-alih menciptakan sinergi, tanpa strategi yang solid, penggabungan ini bisa melahirkan konglomerasi kompleks yang lamban dalam pengambilan keputusan dan sarat dengan kepentingan politik,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (24/2/2025).

    Lebih lanjut, dia menekankan bahwa jika tata kelola tidak profesional dan transparan, maka Danantara bisa berubah menjadi alat sentralisasi kekuasaan atas aset strategis negara yang hanya menguntungkan segelintir elite, bukan kepentingan nasional secara luas.

    Secara konseptual, Danantara menjanjikan efisiensi dan daya saing BUMN serta aset negara yang strategis. Namun, Rizal mengingatkan bahwa dampak negatifnya bisa jauh lebih berbahaya jika tidak dikendalikan dengan disiplin manajerial yang ekstrem.

    “Kehilangan otonomi masing-masing BUMN bisa menjadi bumerang, menyebabkan perusahaan-perusahaan strategis justru kehilangan fleksibilitas dalam pengambilan keputusan bisnis,” imbuhnya.

    Selain itu, resistensi internal terhadap kebijakan super holding juga menjadi tantangan besar. Perusahaan yang selama ini sudah memiliki ekosistem bisnis yang mapan bisa mengalami friksi internal yang dapat merusak stabilitas sektor BUMN secara keseluruhan. 

    Tak hanya itu, Rizal juga memperingatkan bahwa tanpa mekanisme pengawasan yang ketat, Danantara bisa menjadi monopoli yang menekan kompetisi pasar, membunuh inovasi, dan menghambat pertumbuhan sektor swasta. Hal ini akan bertentangan dengan visi awal pembentukannya yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing.

    “Beberapa hal yang dapat menjadi penghambat utama dalam mencapai visi-misi Danantara adalah aspek regulasi dan birokrasi yang masih berbelit. Penggabungan banyak entitas ke dalam satu super holding memerlukan harmonisasi kebijakan yang kompleks, yang jika tidak diselesaikan dengan cepat, justru akan memperlambat efektivitasnya,” tuturnya.

    Belum lagi, kata Rizal, faktor kepemimpinan dan tata kelola menjadi aspek krusial yang tidak boleh diabaikan. Tanpa pemimpin yang memiliki kompetensi tinggi serta pemahaman mendalam terhadap tantangan bisnis global, Danantara bisa gagal mencapai tujuan utamanya.

    Salah satu hal yang juga perlu diperhatikan adalah pengawasan terhadap alokasi anggaran. Jika tidak ditangani dengan baik, alih-alih meningkatkan daya saing, Danantara justru bisa menjadi beban baru bagi kinerja ekonomi nasional.

    “Mekanisme transparansi dan akuntabilitas juga harus diperkuat agar holding ini tidak menjadi alat bagi kelompok tertentu untuk mengonsolidasikan kekuasaan ekonomi tanpa memberikan manfaat nyata bagi negara dan masyarakat,” pungkas Rizal.

    Perbesar

    Hati-Hati Pilih Pimpinan Danantara 

    Di sisi lain, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira Adhinegara melihat bahwa jelang peluncuran Danantara sebagai super investment vehicle, berbagai tantangan tata kelola dan independensi manajemen menjadi sorotan utama.

    Dia menekankan bahwa tata kelola (governance) yang baik harus menjadi prioritas utama agar Danantara dapat menarik kerja sama investasi internasional dan menghindari risiko politik serta korupsi. 

    “Danantara ini sebagai super investment vehicle untuk menarik kerja sama internasional. Pembelajaran dari pengalaman Indonesia Investment Authority (INA-SWF) sebelumnya menunjukkan bahwa tata kelola menjadi hal yang sangat penting. Good Corporate Governance [GCG] dan standar investasi berkelanjutan (ISG) harus dijunjung tinggi agar dapat menarik investasi,” ujarnya kepada Bisnis.

    Bhima menyoroti pentingnya pemilihan board yang lebih didominasi oleh profesional ketimbang figur politik yang ditunjuk oleh pemerintah.

    Menurutnya, proporsi yang tidak seimbang dalam dewan direksi dan komisaris dapat menimbulkan konflik kepentingan dan menurunkan reputasi Danantara di mata investor global.

    “Kami sudah sarankan sejak awal bahwa proporsi board yang berasal dari profesional harus lebih dominan, bukan dari penunjukan pemerintah. Jika board diisi oleh politisi atau mantan pejabat, ini bisa menimbulkan konflik kepentingan yang besar,” tegasnya.

    Lebih lanjut, Bhima mengingatkan bahwa Indonesia sedang dalam proses aksesi ke Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), yang mensyaratkan standar tata kelola perusahaan yang lebih tinggi, termasuk bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan entitas seperti Danantara.

    “Kalau kita ingin menarik investasi dari negara maju, termasuk Sovereign Wealth Fund dari Timur Tengah maupun Norwegia, maka standar tata kelola Danantara harus sesuai dengan standar OECD. Ini adalah peluang sekaligus tantangan bagi pemerintah,” imbuhnya.

    Bhima juga mengingatkan risiko trust issue atau hilangnya kepercayaan investor jika tata kelola Danantara tidak dijaga dengan baik. Hal ini berisiko menurunkan minat kerja sama dari investor strategis, meningkatkan potensi korupsi, dan bahkan merugikan BUMN yang asetnya dikonsolidasikan dalam Danantara.

    “Kalau ada trust issue dalam Danantara, pertama, investor yang tertarik bekerja sama bisa berkurang. Kedua, potensi korupsinya tinggi, apalagi kerugian Danantara tidak dianggap sebagai kerugian negara. Ketiga, ini bisa berdampak langsung pada BUMN yang asetnya masuk ke dalam Danantara,” katanya.

    Selain itu, Bhima menyoroti risiko finansial bagi Danantara jika governance risk tidak dikelola dengan baik. Jika Danantara nantinya menerbitkan surat utang dengan jaminan aset BUMN yang dikelolanya, maka persepsi risiko yang buruk akan berdampak pada imbal hasil yang lebih tinggi bagi investor.

    “Artinya, Danantara harus membayar bunga jauh lebih mahal karena adanya risiko tata kelola. Ini harusnya jadi perhatian utama, bukan malah fokus menjadikan Danantara sebagai alat politik,” ujarnya.

    Bhima menekankan bahwa konsep Danantara sebagai investment vehicle yang lebih baik dari INA-SWF sebenarnya adalah langkah positif. Namun, jika tidak dikawal dengan tata kelola yang ketat dan transparan, ada risiko besar bahwa Danantara justru menjadi mesin politik alih-alih instrumen investasi yang kredibel.

    Dengan potensi besar yang dimiliki, keberhasilan Danantara sangat bergantung pada seberapa baik pemerintah dapat menjaga independensi, transparansi, dan profesionalisme dalam pengelolaannya.

    “Ekspektasi investor terhadap Danantara itu tinggi. Jangan sampai blunder dalam governance membuat kita kehilangan peluang besar untuk menarik investasi global,” pungkas Bhima.

    Calon petinggi BPI Danantara, (dari kiri) Dony Oskaria, Rosan Roeslani, dan Pandu Sjahrir. JIBI/Maria Y. BenyaminPerbesar

    Tata Kelola Danantara Harus Jelas

    Setali tiga uang, Peneliti Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy dalam waktu dekat, Danantara akan menghadapi sejumlah tugas mendesak yang sangat krusial untuk menentukan fondasi keberhasilannya.  

    Salah satu langkah pertama yang harus diambil adalah membangun kerangka hukum dan tata kelola yang jelas, terutama mengingat peran Danantara yang masih ambigu dalam ekosistem BUMN.  

    Tanpa adanya mandat yang tegas, transparansi yang memadai, serta mekanisme pengawasan yang kuat, risiko tumpang tindih wewenang atau bahkan penyalahgunaan kekuasaan dapat muncul, yang tentu saja akan sangat merugikan.

    “Danantara harus segera memiliki landasan hukum yang kokoh dan tata kelola yang jelas, agar tidak ada celah untuk penyalahgunaan wewenang atau korupsi. Tanpa itu, sulit bagi Danantara untuk mewujudkan tujuan utamanya, yaitu meningkatkan efisiensi dan daya saing BUMN,” ujarnya kepada Bisnis.

    Selain itu, menurut Yusuf, penilaian terhadap kesehatan finansial BUMN yang menjadi bagian dari portofolio Danantara juga sangat penting. Hal ini melibatkan identifikasi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan restrukturisasi atau bahkan penutupan.  

    Tanpa langkah-langkah ini, kata Yusuf negara berisiko menanggung beban yang semakin berat dan bisa menggangu kelancaran operasional BUMN yang sudah berjalan dengan stabil.  

    “Danantara perlu melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kondisi keuangan BUMN yang dikelolanya. Beberapa di antaranya mungkin perlu restrukturisasi, sementara yang lainnya mungkin harus ditutup agar tidak menambah beban fiskal negara,” imbuhnya.

    Menurutnya, keberhasilan Danantara juga sangat bergantung pada bagaimana entitas ini menyeimbangkan potensi keuntungan dan risiko dari konsolidasi superholding BUMN. Dengan total aset mencapai Rp9.400 triliun, Danantara memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi, menarik investasi asing, dan mendukung proyek-proyek strategis nasional.

    Namun, di sisi lain, skala besar ini juga membawa tantangan tersendiri, seperti risiko inefisiensi, korupsi, dan campur tangan politik yang bisa mengalihkan fokus dari tujuan utamanya.

    “Skala besar Danantara memang menawarkan peluang, tetapi juga membawa potensi risiko yang tinggi. Tanpa pengawasan yang ketat dan tata kelola yang transparan, Danantara berisiko menjadi alat patronase atau bahkan birokrasi tambahan yang menghambat tujuan ekonomi yang lebih luas,” jelasnya.

    Tidak hanya tantangan manajerial dan finansial, Yusuf pun menyoroti bahwa Danantara juga harus siap menghadapi resistensi dari birokrasi dan BUMN yang sudah memiliki kepentingan politik dan ekonomi yang mengakar. Selain itu, ketidakjelasan hukum bisa memicu konflik dalam hal kewenangan antar lembaga, yang pada akhirnya akan memperlambat implementasi kebijakan.

    “Birokrasi yang sudah memiliki vested interest tentu akan menantang model ini, karena akan ada perubahan dalam pengelolaan dan pengawasan. Jika Danantara tidak mampu menanggapi resistensi ini dengan baik, proses konsolidasi bisa terhambat,” ungkapnya.

    Meski model seperti Temasek yang sukses di Singapura bisa menjadi inspirasi, Yusuf menekankan bahwa Indonesia memiliki lanskap politik dan ekonomi yang jauh lebih kompleks.

    Tanpa adanya komitmen yang kuat terhadap transparansi dan akuntabilitas, Danantara berisiko hanya menjadi instrumen politik atau bahkan lapisan birokrasi tambahan yang hanya menyimpang dari misi awalnya.

    “Dalam konteks Indonesia yang penuh dinamika politik, jika tidak ada pengawasan yang ketat, Danantara bisa saja kehilangan arah dan tujuan. Di sinilah pentingnya peran masyarakat sipil, media, dan lembaga pengawasan untuk memastikan bahwa Danantara tetap pada jalur yang benar,” pungkas Yusuf.

  • Strategi kepemimpinan Prabowo yang kuat wujudkan kesejahteraan rakyat

    Strategi kepemimpinan Prabowo yang kuat wujudkan kesejahteraan rakyat

    Jakarta (ANTARA) – Presiden Prabowo Subianto telah memilih strategi kepemimpinan yang kuat, bukan hanya bagi rakyat Indonesia, namun juga selaras dengan persepsi warga dunia.

    Persepsi Indonesia juga dicitrakan kuat dalam diplomasi internasional, sehingga semakin mengukuhkan posisi Indonesia dengan kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto sebagai negara yang diperhitungkan di kancah global.

    Energi kepemimpinan figur Prabowo Subianto terasa kuat. Sosoknya yang tegas, berkarisma, dan berpengalaman, menjadikannya figur pemimpin yang dihormati, baik di dalam negeri maupun di kancah global.

    Kebijakan populis Presiden Prabowo semata-mata untuk kesejahteraan rakyat. Seperti saat berpidato pada HUT Partai Gerindra, pertengahan Februari 2025, Presiden Prabowo, antara lain menyampaikan soal rencana menggunakan sebagian hasil efisiensi anggaran untuk membiayai program Makan Bergizi Gratis (MBG).

    Beberapa waktu sebelumnya, Presiden Prabowo memerintahkan efisiensi penggunaan anggaran kementerian serta lembaga negara.

    Sejumlah Rp306 triliun dana APBN akan dialokasi ke program atau sektor lain. Salah satu program yang mendapat tambahan anggaran adalah MBG, yang dikelola Badan Gizi Nasional sebesar Rp100 triliun, sehingga alokasi untuk MBG akan menjadi Rp171 triliun untuk tahun 2025. Hasil perhitungan pemerintah, anggaran itu akan menyumbang pertumbuhan 1,95 – 2 persen.

    Dalam asumsi pemerintah, realokasi anggaran untuk makan bergizi, produksi pangan, perbaikan sekolah, kemandirian energi dan bioenergi, serta perbaikan kesehatan melalui pencegahan sakit, diperkirakan akan menciptakan pertumbuhan merata, terutama di perdesaan. Dengan demikian, ujung dari efisiensi anggaran adalah untuk kesejahteraan rakyat.

    Penting dipastikan, agar pemerintah benar-benar memanfaatkan hasil efisiensi anggaran itu untuk kepentingan rakyat.

    Semua itu ditujukan dalam kerangka Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) menjadi negara sejahtera, ditandai dengan sejumlah indikator, seperti pembangunan inklusif, kesetaraan atas akses dan pemanfaatan sumber daya, dan ramah lingkungan.

    Katalis pertumbuhan

    Realokasi anggaran idealnya tetap dapat mencapai tujuan untuk melayani masyarakat dan menumbuhkan ekonomi.

    Para perencana pembangunan diharapkan dapat refokus pada percepatan pembangunan infrastruktur sosial, ekonomi, dan fisik.

    Penguatan infrastruktur ekonomi dapat dilakukan pada penguatan dan pembangunan koperasi tingkat desa dan koperasi primer perkotaan.

    Terkait anggaran infrastruktur fisik di kementerian, dapat dimanfaatkan untuk membangun jalan desa dan irigasi tersier yang mendukung ketahanan pangan dan ekonomi desa.

    Realokasi anggaran juga menjadi kesempatan mempercepat transisi energi ke bioenergi. Dengan pemanfaatan teknologi transisi ini, selaras dengan penghijauan lahan hutan yang rusak, hulu sungai, serta daerah aliran sungai.

    Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 dan 2026 adalah 5,3 persen. Pertumbuhan ini tidak berbeda jauh dengan pertumbuhan 2023 dan 2024, bahkan lebih rendah dari pertumbuhan 2022 yang sebesar 5,3 persen.

    Sejatinya pertumbuhan ini tidak memadai untuk membuat Indonesia menjadi negara kaya. Untuk menjadi bangsa sejahtera pada 2045, dalam proyeksi pemerintah, perekonomian Indonesia perlu tumbuh 8 persen, setidaknya terealisasi pada 2029.

    Untuk mencapai pertumbuhan 8 persen, transformasi ekonomi menjadi skenario yang harus dijalankan.

    Transformasi ekonomi berarti perencanaan dan kebijakan pembangunan tidak lagi sekadar memberi anggaran.

    Negara bakal membuat kebijakan yang jelas, tegas, serta konsisten dalam jangka menengah dan jangka panjang, menyusun sebuah kebijakan yang tidak mudah diubah, bahkan termasuk revisi.

    Pemerintah sudah melakukan langkah transformasi ekonomi melalui tindakan afirmasi, salah satunya adalah MBG. Program MBG adalah bentuk langkah afirmasi dengan beberapa tujuan sekaligus, yaitu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia, pertumbuhan ekonomi, dan kesejahteraan rakyat.

    Dalam konteks kualitas SDM, Presiden Prabowo sendiri sangat menaruh perhatian pada pemenuhan kebutuhan pangan dalam negeri melalui percepatan peningkatan produksi pangan, khususnya beras.

    Kemudian program kesehatan dengan fokus menjaga kesehatan, melalui implementasi pelayanan pemeriksaan gratis bagi semua lapisan masyarakat.

    Realokasi anggaran kementerian dan lembaga negara juga direncanakan untuk memperbaiki sejumlah besar gedung sekolah di Tanah Air.

    Banyak bangunan sekolah, terutama SD, termasuk fasilitas pendidikan pendukungnya, terlihat sudah tidak layak pakai. Presiden Prabowo ingin meningkatkan kualitas SDM dengan memulai dari fasilitas pendidikan.

    Operasi pasar

    Kemudian pada 17 Februari 2025, Presiden Prabowo memberi perintah pelaksanaan operasi pasar, sebagai cara meringankan beban masyarakat dalam membeli bahan pangan dengan harga terjangkau selama Ramadhan dan Lebaran 2025.

    Operasi pasar bertajuk Gerakan Pangan Murah akan berlangsung setiap hari, mulai 24 Februari hingga akhir Maret 2025.

    Presiden juga meminta para pelaku usaha pangan pokok menjual komoditasnya sesuai harga eceran tertinggi (HET) dan harga acuan penjualan (HAP) di tingkat konsumen yang ditetapkan pemerintah.

    Para pelaku usaha yang melanggar ketentuan harga akan ditindak oleh Satuan Tugas Pangan Kepolisian RI.

    Sanksinya bisa berupa penyegelan, bahkan pencabutan izin usaha. Sekali lagi, Prabowo menunjukkan diri sebagai figur pemimpin yang kuat dan tegas.

    Operasi pasar yang digelar secara masif ini diharapkan mampu meredam inflasi pangan saat Ramadhan-Lebaran 2025, dan upaya menjaga daya beli masyarakat.

    Daya beli masyarakat merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi, dalam hal ini konsumsi rumah tangga. Sepanjang 2024, konsumsi rumah tangga berturut-turut tumbuh di bawah 5 persen.

    Padahal konsumsi rumah tangga merupakan penyumbang terbesar produk domestik bruto (PDB), yakni 54,04 persen.

    Kendati demikian, secara tahunan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada 2004 sedikit lebih baik dari 2023. Pada 2024 konsumsi rumah tangga tumbuh 4,94 persen, sedangkan pada 2023 tumbuh 4,82 persen.

    Oleh karena itu operasi pasar ini secara khusus untuk menurunkan harga komoditas yang acapkali memicu inflasi, karena dibutuhkan masyarakat dan harga yang fluktuatif, yaitu bawang putih dan Minyakkita, minyak goreng kemasan sederhana untuk rakyat.

    Dalam memecahkan masalah, Presiden Prabowo tampaknya terinspirasi mantan Presiden Habibie (1998-1999), yang memilih pendekatan Begin at the End and End at the Beginning; Reverse engineering.

    Bangun hilirnya, kemudian secara bertahap bangun hulunya. Pendekatan praktis ini bisa membuahkan hasil lebih cepat dari pada pendekatan sebaliknya, yaitu bangun hulunya dulu, kemudian bergerak ke hilir.

    Presiden telah memberikan instruksi langsung untuk operasi pasar, sebagai wujud perhatian presiden pada kesejahteraan rakyat.

    Segala perintah Presiden Prabowo harus diterjemahkan dalam semangat mendorong pertumbuhan ekonomi tinggi, sejalan dengan upaya pengentasan kemiskinan.

    Salah satu strategi pemerintahan Prabowo adalah kebijakan populis, menarik investasi sektor publik untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, dan menekan biaya kebutuhan pokok. Presiden Prabowo, tidak berlebihan kiranya bila dikatakan tengah mengukir legacy.

    *) Dr Taufan Hunneman adalah dosen di UCIC, Cirebon

    Copyright © ANTARA 2025

  • 9
                    
                        Zulhas: Saya Dengar Semua Kepala Daerah dari Kader PDI-P Ikut Retreat
                        Nasional

    9 Zulhas: Saya Dengar Semua Kepala Daerah dari Kader PDI-P Ikut Retreat Nasional

    Zulhas: Saya Dengar Semua Kepala Daerah dari Kader PDI-P Ikut Retreat
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) sekaligus Menko Pangan
    Zulkifli Hasan
    (Zulhas) mendengar bahwa seluruh kepala daerah dari kader
    PDI-P
    kini mengikuti kegiatan retreat di Akademi Militer (Akmil), Magelang.
    “Saya dengar (kepala daerah dari kader PDI-P) ikut semua sekarang,” ujar Zulhas usai lari pagi dalam acara PAN Run bersama Shin Tae-yong, Putri Zulhas, Verrell Bramasta, Uya Kuya, hingga Eko Patrio di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Minggu (23/2/2025).
    “Enggak kok, ikut semua sudah, saya lihat iya. Saya lihat sudah ikut semua,” sambungnya.
    Zulhas memaparkan, pada prinsipnya, semua unsur pemerintahan, mulai dari level kabupaten sampai pusat berada di bawah komando Presiden Prabowo Subianto.
    Dia lantas mengambil contoh
    swasembada pangan
    . Menurutnya, swasembada pangan di setiap daerah membutuhkan tanggung jawab bupati, gubernur, menteri, menko, sampai presiden.
    “Jadi ini satu tim, nah kalau ada satu tim di bawah yang tidak searah, nah itu enggak bisa, enggak bisa swasembada pangan,” jelas Zulhas.
    Dengan demikian, kata Zulhas, jika swasembada pangan tidak diawasi kepala daerah setempat, maka pasti tidak akan terurus.
    Dia menegaskan
    retreat kepala daerah
    adalah cara terbaik untuk menyatukan visi.
    “Jadi ini suatu kesatuan, dan cara paling bagus untuk menyatukan misi persepsi itu retreat, sudah. Jadi bukan untuk partai, ini untuk rakyat sebetulnya,” imbuhnya.
    Diketahui, pada hari pertama retret di Akademi Militer (Akmil) Magelang pada Jumat (21/2/2025), dilaporkan terdapat 53 kepala daerah yang tidak hadir.
    Wakil Menteri Dalam Negeri, Bima Arya, mengungkapkan hal ini dalam konferensi pers di Akmil Magelang.
    Adapun Ketum PDI-P Megawati Soekarnoputri meminta agar kepala daerah dari PDI-P menunda keikutsertaan di retret Magelang.
    Surat instruksi tersebut bernomor 7295/IN/DPP/II/2025 yang terbit pada 20 Februari 2025 malam, sebagai respons atas penahanan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P, Hasto Kristiyanto, oleh KPK.
    “Diinstruksikan kepada seluruh Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah PDI Perjuangan untuk menunda perjalanan yang akan mengikuti retret di Magelang pada tanggal 21 – 28 Februari 2025,” ujar Megawati dalam surat tersebut, Kamis (20/2/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Makin Mudah, Ajukan QRIS untuk Merchant BCA via Aplikasi

    Makin Mudah, Ajukan QRIS untuk Merchant BCA via Aplikasi

    Jakarta: Digitalisasi telah membawa banyak kemudahan dalam transaksi keuangan. QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) adalah salah satu inovasi yang mempermudah pembayaran di berbagai sektor.
     
    QRIS membuat masyarakat dengan mudah melakukan pembayaran hanya dengan memindai kode QR melalui aplikasi dompet digital atau mobile banking. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengapresiasi kehadiran QRIS yang dapat diterima di kalangan masyarakat.
     
    “Kita lihat sejak zaman pandemi, QRIS membantu banget dan itu sebabnya BCA sangat komit untuk mendorong pertumbuhan transaksi, khususnya QRIS,” ujar VP Pengembangan Solusi Kerja Sama dan Transaksi Perbankan BCA, Liyanni Lie dalam talk show “Dukungan BCA dalam Pertumbuhan Bisnis dan Digitalisasi UMKM”.
    QRIS di aplikasi merchant BCA
    Dalam mendukung digitalisasi UMKM, BCA menyediakan solusi QRIS melalui aplikasi Merchant BCA. Faktor ini didasari oleh persepsi masyarakat perlu datang ke bank saat mengajukan merchant.

    “Untuk usaha mereka, persepsi mereka untuk datang ke bank itu sudah hustle, sehingga ketika kita mulai memudahkan buka rekening aplikasi myBCA. Mau ajukan merchant tak perlu ke cabang cukup download (aplikasi),” jelas Liyanni.
     
    Melalui kehadiran aplikasi tersebut, setidaknya tiga dari empat orang sudah apply menjadi Merchant BCA.
     
    “Dengan solusi digital, saya amaze banget dengan angka minimum tiga dari empat orang itu apply menjadi Merchant BCA setelah dulu (hanya) satu dari empat agak susah dan mereka maunya ke (kantor) cabang,” ungkap dia.
     
    Tahun ini, jumlah merchant BCA yang aktif sekitar 275 ribu. Terdapat 60 persen di antaranya berupa UMKM makanan dan minuman. (Theresia Vania Somawidjaja)
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (KIE)

  • Bentuk Ekspresi Pesimisme Masyarakat Ubah Jadi Optimisme

    Bentuk Ekspresi Pesimisme Masyarakat Ubah Jadi Optimisme

    loading…

    Pakar hukum Prof Henry Indraguna menyatakan ada banyak alasan di balik Demo Indonesia Gelap yang marak di berbagai kota. Foto: Ist

    JAKARTA – Demo Indonesia Gelap menjadi tema panas di berbagai kota. Pemicu utama diawali dari masalah ekonomi sampai kebebasan berbicara yang dianggap dibatasi dan gaya komunikasi yang kurang diterima akal sehat oleh rakyat.

    Menurut pakar hukum Prof Henry Indraguna, ada banyak alasan di balik peristiwa tersebut. “Salah satu alasan adalah masalah ekonomi. Ketika harga-harga barang naik, lapangan pekerjaan terbatas mengakibatkan banyak pengangguran. Lalu terjadi kesenjangan antara si kaya dan si miskin semakin lebar, tentu saja rakyat merasa tertekan sehingga demo yang dilakukan mahasiswa sebagai amplifikasi suara,” ujar Henry, Sabtu (22/2/2025).

    “Kondisi masyarakat yang sesungguhnya adalah reason yang wajar diteriakkan kepada penguasa,” tambahnya.

    Dia menyoroti kebijakan efisiensi anggaran yang dijadikan preferensi tepat untuk menyiasati cupetnya fiskal. Tentu kebijakan pemerintah ini memicu protes masyarakat yang tak berpihak kepada mereka, sebagai kelas berpenghasilan rendah bahkan susah hidup. Terlebih kalau pengeluaran sehari-hari makin berat. Ini terjadi ketika daya beli turun.

    Selain itu, penegakan hukum yang berkeadilan sosial juga menjadi masalah bangsa ini. Negara belum mampu berlaku adil untuk menghukum berat dan memiskinkan para perampok uang rakyat karena tindakan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

    Sementara masih banyak rakyat yang belum mendapatkan penghidupan yang layak dan manusiawi sebagai warga bangsa yang bermartabat di negeri yang sudah merdeka 79 tahun ini.

    “Berbagai saluran untuk protes ternyata juga belum mendinginkan suasana. Selain itu persoalan penegakan hukum terutama korupsi, juga ikut memperburuk situasi. Sehingga rakyat menilai bahwa negara belum berlaku adil untuk melindungi segenap tumpah darah Indonesia seperti amanah konstitusi,” ungkap Henry.

    “Pemerintah kita lihat sudah berusaha sekuat kemampuan mewujudkan hal ini. Tentu ada perbedaan persepsi antara pemerintah dan masyarakat sehingga apa yang dilakukan pemerintah belum dianggap cukup bijaksana untuk berpihak kepada rakyatnya,” lanjutnya.

    Henry menawarkan beberapa solusi untuk meminimalisir unjuk rasa, agar tak sampai anarkistis dan malah merugikan kepentingan umum.

  • Retret Diboikot Megawati Karena Hasto Ditahan, Hendri Satrio: Apakah PDIP Sudah Menghitung?

    Retret Diboikot Megawati Karena Hasto Ditahan, Hendri Satrio: Apakah PDIP Sudah Menghitung?

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Analis Komunikasi Politik, Hendri Satrio mengingatkan PDIP agar berhati-hati dalam menyikapi penundaan mengikuti retret di Magelang, Jawa Tengah atas instruksi ketua umum Megawati Soekarnoputri.

    Pasalnya kepala daerah bisa saja berpindah partai dan lebih memilih kepentingan rakyat.

    “PDIP apakah sudah menghitung kemungkinan kalau kepala daerah yang diusung oleh mereka berpotensi keluar demi memperjuangkan rakyat yang memilih mereka? Itu yang patut jadi sorotan,” kata Hendri, Jumat (21/2/2025).

    Hendri juga meminta PDIP waspada agar tidak menimbulkan persepsi keliru di masyarakat.

    Diketahui, Instruksi itu disampaikan Megawati menyusul penahanan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto pada Kamis (20/2/2025). Instruksi tertuang dalam surat DPP PDIP Nomor 7294/IN/DPP/II 2025 yang diteken Megawati per 20 Februari 2025.

    Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto resmi ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas kasus dugaan suap dan perintangan penyidikan perkara buron Harun Masiku.

    “Guna Kepentingan Penyidikan, terhadap tersangka HK dilakukan penahanan selama 20 hari terhitung mulai tanggal 20 Februari 2025 sampai dengan tanggal 11 Maret 2025,” ujar Ketua KPK Setyo Budiyanto dalam konferensi persnya di gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2025).

    Hasto terlihat mengenakan rompi oranye dengan tangan terborgol. Hasto ditahan di Cabang Rumah Tahanan Negara dari Rumah Tahanan Negara Kelas I Jakarta Timur.

    Hasto ditahan setelah menjalani pemeriksaan kedua sebagai tersangka. Hasto juga diduga memerintahkan salah satu pegawai merendam ponselnya sebelum diperiksa KPK pada Juni 2024. KPK juga menduga Hasto meminta saksi memberi kesaksian palsu ke KPK. (Pram/Fajar)

  • Studi Terbaru di Jerman: Peningkatkan Angka Kejahatan Tidak Terkait Imigrasi – Halaman all

    Studi Terbaru di Jerman: Peningkatkan Angka Kejahatan Tidak Terkait Imigrasi – Halaman all

    Imigran atau pengungsi di Jerman tidak memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan kejahatan dan tidak ada korelasi antara proporsi imigran di distrik tertentu dan tingkat kejahatan lokal. Analisa tersebut diambil dari statistik kejahatan Jerman terbaru yang dilakukan oleh Institut ifo.

    Lembaga yang berbasis di München itu menganalisis statistik kejahatan nasional terbaru dari 2018 hingga 2023 dan menghubungkannya dengan data di beberapa lokasi terpilih. Lewat studi ini, mereka menunjukkan bahwa meskipun imigran sering muncul dalam statistik kejahatan, hal itu sebenarnya tidak berhubungan dengan negara asal mereka.

    Para migran biasanya tinggal di daerah perkotaan, di mana penduduknya lebih padat, kehidupan malam lebih ramai, dan lebih banyak orang yang beraktivitas di ruang publik sepanjang hari. Akibatnya, tingkat kejahatan di area tersebut memang cenderung lebih tinggi, baik yang melibatkan warga Jerman maupun orang asing. Singkatnya, distrik dengan kejahatan yang tinggi di kalangan imigran juga punya tingkat kejahatan tinggi secara umum, termasuk di antara warga Jerman.

    “Tempat-tempat tersebut meningkatkan risiko adanya pelaku kejahatan di antara penduduk, terlepas dari kewarganegaraannya, karena infrastruktur, situasi ekonomi, kehadiran polisi, atau kepadatan penduduk,” menurut penelitian tersebut.

    Para peneliti juga menemukan alasan lain kenapa imigran lebih sering muncul dalam statistik kejahatan: mereka umumnya berusia muda dan lebih banyak laki-lakinya dibanding penduduk lokal.

    Tapi menurut para peneliti, faktor ini kurang berpengaruh.

    Bertentangan dengan narasi populis yang berkembang di Jerman

    Isu keterlibatan imigran dalam kasus-kasus kejahatan sering menjadi bahan kampanye politik, terutama pada momentum pemilu saat ini. Dalam debat Bundestag baru-baru ini tentang pembatasan imigrasi, Friedrich Merz, kandidat kanselir dari partai konservatif CDU, bahkan mengklaim bahwa “pemerkosaan berkelompok terjadi setiap hari di lingkungan pencari suaka.”

    Pernyataan itu sejalan dengan narasi yang sering disebarkan oleh Partai Alternatif untuk Jerman (AfD), partai sayap kanan ekstrem. Pada awal Februari, Beatrix von Storch dari AfD, dalam wawancaranya dengan penyiar publik Jerman ARD, mengatakan bahwa “setiap hari ada dua pemerkosaan berkelompok, sepuluh pemerkosaan biasa, dan 131 kejahatan kekerasan yang semuanya dilakukan oleh imigran, terutama dari Suriah, Afghanistan, dan Irak, berdasarkan data rata-rata pada enam tahun terakhir.”

    “Statistik kejahatan kita meroket. Kejahatan di kalangan orang asing, kejahatan anak muda, kekerasan migran juga meroket,” kata salah satu pemimpin AfD dan kandidat kanselir Alice Weidel pada tahun 2024. “Pemerkosaan meningkat, kejahatan melibatkan penggunaan pisau meningkat hingga 15.000 kasus pada tahun lalu.”

    Angka-angka tersebut ternyata keliru dan telah dibantah oleh tim pemeriksa fakta media.

    Banyaknya serangan yang melibatkan orang-orang berlatar belakang imigran di München, Aschaffenburg, dan Magdeburg memang memicu munculnya narasi ini. Namun, studi statistik justru menunjukkan gambaran yang sangat berbeda.

    “Bahkan untuk kejahatan kekerasan seperti pembunuhan atau penyerangan seksual, studi ini tidak menemukan adanya korelasi statistik dengan meningkatnya jumlah orang asing atau pengungsi,” kata para peneliti ifo.

    Temuan ini bukan sesuatu yang baru

    Temuan ini sejalan dengan konsensus akademis. “Temuan ini sebenarnya bukan hal baru,” kata salah satu penulis studi, Jean-Victor Alipour, kepada DW. “Ini hanya menegaskan kembali apa yang sudah terbukti, bukan hanya di Jerman, tapi juga di banyak negara lain: tidak ada hubungan sistematis antara imigrasi dan kriminalitas.”

    Menurut Dirk Baier, profesor di Institut Kriminologi dan Pencegahan Kejahatan di Universitas Sains Terapan Zurich ZHAW, keunikan studi ini terletak pada fokusnya terhadap perbedaan regional dan data lokal yang memperkuat kesimpulan serupa.

    “Hingga kini, sebagian besar studi didasarkan pada survei, di mana kami menanyakan kepada anak muda tentang perilaku kriminal yang mereka perbuat. Namun, dalam studi ini, para peneliti menggunakan data kriminal dari seluruh 400 distrik di Jerman dan menganalisis korelasinya,” kata Baier, yang tidak terlibat dalam laporan tersebut, kepada DW.

    Dengan adanya data ini, para peneliti ifo menyatakan bahwa mereka telah menghasilkan analisis yang “lebih adil” dengan membandingkan demografi antar distrik. Studi ini juga mengungkap kesenjangan antara persepsi masyarakat tentang komunitas imigran dan realitas yang sebenarnya.

    “Itu bukan hanya soal kriminalitas, tapi juga bagaimana tingkat pendidikan imigran sering dipandang rendah, sementara jumlah mereka justru dilebih-lebihkan,” kata Alipour. “Dalam banyak hal, imigrasi dipandang lebih negatif daripada apa yang sebenarnya ditunjukkan oleh data.”

    Ada banyak faktor yang bisa menjelaskan hal ini, kata Alipour, merujuk pada penelitian yang menunjukkan bahwa media cenderung lebih sering melaporkan kejahatan yang melibatkan imigran dan menyoroti hal tersebut dalam waktu yang lebih lama.

    “Hal itu membuat imigrasi sering dikaitkan dengan ancaman terhadap keamanan,” katanya. “Sekarang, semakin banyak partai politik dan orang-orang yang berusaha memanfaatkan ketakutan ini untuk kepentingan politik.”

    Dirk Baier dari ZHAW dalam keterangannya juga menyebut adanya penelitian lain yanbg menemukan berbagai alasan mengapa imigran lebih sering muncul dalam statistik kejahatan polisi. Misalnya, kasus dengan pelaku dan korban yang sama-sama warga Jerman cenderung lebih jarang dilaporkan dibandingkan dengan kasus di mana pelakunya adalah imigran dan korbannya warga Jerman.

    “Kejadian itu mungkin berkaitan dengan sikap xenofobia, atau mungkin karena dalam beberapa situasi, orang kesulitan menemukan cara lain untuk menyelesaikan konflik—misalnya, karena kendala bahasa,” kata Baier. “Kami tidak tahu pasti, tetapi kemungkinan pelaku imigran muncul dalam statistik memang lebih tinggi.”

    Diadaptasi dari artikel berbahasa Inggris.

  • Kontroversi Band Sukatani, Fadli Zon: Pemerintah Dukung Kebebasan Ekspresi

    Kontroversi Band Sukatani, Fadli Zon: Pemerintah Dukung Kebebasan Ekspresi

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan, pemerintah mendukung penuh kebebasan berekspresi masyarakat. Hal ini sebagai respons atas isu band Sukatani yang diintimidasi polisi akibat menciptakan lagu “Bayar Bayar Bayar”.

    “Saya belum lihat ya, nanti coba saya pelajari, tapi kan kami selalu mendukung kebebasan berekspresi,” ujar Fadli di kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (21/2/2025).

    Menurut Fadli Zon, setiap masyarakat memiliki hak untuk menyuarakan kritik, asalkan tidak menganggu hak individu, dan kebebasan yang lain. Dia mentontohkan suku, agama, ras, antargolongan (SARA) menjadi salah satu batasan yang telah diatur dalam undang-undang.

    “Misalnya jangan sampai menyinggung suku, agama, ras, antargolongan, ya bahkan juga institusi-institusi yang bisa dirugikan,” ucapnya.

    Mengenai lagu Bayar Bayar Bayar dari band Sukatani, Fadli Zon sendiri mengaku belum mendengarkan lagu tersebut. Namun, menurutnya, kritik juga bisa menjadi masalah apabila mengarah ke institusi.

    “Masalahnya itu ketika mungkin menyebut itu terkait dengan institusi. Misalnya, apakah nanti kalau di bilang sebagai misalnya sebagai profesi, dosen, atau guru. Itu kan bisa saja institusi guru, dosen, tentara, dan lain-lain. Itu juga bisa terbawa-bawa secara institusi. Kalau mengkritik orang, pelaku atau oknum saya kira sih enggak ada masalah, kalau pelaku atau oknum,” tuturnya.

    Politikus Gerindra itu tak menampik, bisa saja ada oknum-oknum di suatu institusi yang melenceng dari aturan. Akan tetapi, kritik ke institusi dapat bermasalah karena bisa memicu persepsi yang memukul rata seluruh pihak di institusi tersebut.

    “Saya kira memang harus ada keseimbangan lah ya terutama terkait yang menyangkut institusi karena kita butuh kan institusi kepolisian dalam hal ini misalnya yang kuat, yang akuntabel, yang bersih,” tutur Fadli.

    Sebelumnya, viral di media sosial band punk Sukatani yang membuat pemintaan maaf terbuka terhadap institusi Polri. Permintaan maaf tersebut dilakukan menyusul lagu Bayar Bayar Bayar. Dalam lirik lagu tersebut menyinggung polisi yang kerap meminta bayaran.

    Saat ini, lagu tersebut telah ditarik tak lama seusai personel band Sukatani, Syifa Al Lufti alias Alectroguy dan Novi Citra alias Twister Angel meminta maaf melalui akun resmi band tersebut.

    Mabes Polri sendiri telah buka suara terkait permintaan maaf band Sukatani buntut lagu berjudul Bayar Bayar Bayar. Karo Penmas Humas Polri Brigjen Trunoyudo Wisnu Andiko mengatakan, pihaknya tidak antikritik, termasuk terkait dengan adanya lagu tersebut.

    “Komitmen dan konsistensi, Polri terus berupaya menjadi organisasi yang modern yaitu Polri tidak antikritik,” kata Trunoyudo menanggapi band Sukatani saat dihubungi Kamis (20/2/2025).
     

  • Sambut Ramadan, Pemkab Pamekasan Bangun Sinergi Bersama Ulama dan Ormas

    Sambut Ramadan, Pemkab Pamekasan Bangun Sinergi Bersama Ulama dan Ormas

    Pamekasan (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan, menjalin sinergi bersama sejumlah ulama dan perwakilan organisasi kemasyarakatan (ormas) di wilayah setempat, guna menyambut Bulan Suci Ramadhan 1446 Hijriah.

    Sinergi tersebut dilakukan dalam koordinasi bertajuk Silaturahim antara Pemkab Pamekasan, bersama ulama dan ormas di Pamekasan. Sekaligus dijadikan sebagai ajang serap aspirasi dalam rangka menyambut bulan suci umat Islam.

    “Silahturahmi ini dalam rangka meminta saran dan masukan atas segala hal menjelang datangnya bulan suci Ramadan 1446 Hijriah, dan nantinya akan kita jadikan sebagai Surat Edaran (SE) kepada masyarakat,” kata Pj Sekda Pamekasan, Ach Faisol, Jum’at (21/2/2025).

    Lebih lanjut disampaikan jika silaturahim tersebut dilakukan sebagai salah satu langkah dan upaya membangun sinergitas menjelang bulan penuh berkah. “Jadi pertemuan itu sebagai upaya membangun sinergi dan menyamakan persepsi antara ulama dan umara,” ungkapnya.

    “Tentunya dengan mensinergikan persepsi antara ulama dan umara (pemerintah), nantinya surat edaran yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah, selaras dengan keinginan semua lapisan masyarakat,” imbuhnya.

    Terlebih dalam silaturahim tersebut, juga disampaikan beberapa poin penting yang nantinya akan dituangkan dalam SE Bupati Pamekasan. “Beberapa item sudah kami sajikan, selanjutnya kita meminta masukkan dari para kiai, para pimpinan ormas, termasuk dari Badan Hisab dan Rukyat (BHR),” jelasnya.

    “Bahkan dalam pertemuan tersebut juga ada beberapa saran dan masukan dalam beberapa item rancangan SE, termasuk di antaranya tentang penentuan awal puasa (Ramadan), awal buka puasa, tempat hiburan, warung makan, serta beberapa item lainnya.

    Silaturahim yang digelar di Peringgitan Dalam Mandhapa Aghung Ronggosukowati, dihadiri perwakilan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah (MD), Al Irsyad, Gerakan Ummat Islam Pamekasan (GUIP), Sarikat Islam (SI), Majelis Ulama Indonesia (MUI), perwakilan BHR, perwakilan masjid agung As-Syuhada’ Pamekasan, dan beberapa perwakilan ormas lainnya. [pin/ted]

  • Pakar Sebut Penahanan Sekjen PDIP Hasto Wujud Equality Before The Law

    Pakar Sebut Penahanan Sekjen PDIP Hasto Wujud Equality Before The Law

    Jakarta

    Pakar Hukum Pidana dari Universitas Bengkulu, Zico Junius Fernando, mengatakan proses hukum yang kini dijalani Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, adalah wujud dari prinsip hukum equality before the law atau semua orang sama di mata hukum. Zico lalu mengatakan penegakan hukum terhadap Hasto memunculkan tantangan tersendiri bagi KPK, di mana lembaga antirasuah tersebut harus mampu membuktikan langkahnya bebas dari intervensi.

    “Langkah KPK menahan Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, mencerminkan penerapan prinsip hukum equality before the law yang tegas. Prinsip ini, sebagaimana diatur dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, menyatakan bahwa semua warga negara memiliki kedudukan yang sama di depan hukum, tanpa memandang jabatan atau afiliasi politik. Oleh sebab itu, tindakan KPK menahan tokoh politik terkemuka menunjukkan bahwa lembaga ini masih konsisten pada prinsip dasar tersebut,” kata Zico kepada wartawan pada Jumat (21/2/2025).

    Dia lalu menuturkan KPK harus melandasi setiap langkahnya dengan bukti yang kuat dan tak melanggar prosedur. Tujuannya, lanjut Zico, supaya tindakan KPK mencerminkan supermasi hukum.

    “Namun langkah ini tentu harus didasarkan pada bukti yang kuat, valid, dan prosedur hukum yang benar. Sehingga tindakan tersebut benar-benar mencerminkan supremasi hukum, bukan menjadi alat politisasi atau penegakan hukum yang diskriminatif. Dari perspektif teori negara hukum atau rechtsstaat, tindakan KPK ini juga sejalan dengan amanat Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 bahwa Indonesia adalah negara hukum. Dalam konsep negara hukum, hukum harus menjadi panglima tertinggi, berada di atas segala kepentingan politik maupun kekuasaan,” jelas Zico.

    Untuk itu Zico menekankan lagi agar KPK memastikan setiap langkah hukum yang diambilnya sesuai aturan dan independen agar terhindar dari persepsi negatif. Dia lalu mengutip teori tokoh hukum dari Amerika Serikat Lawrence M. Friedman.

    “Tindakan penahanan terhadap Sekjen PDIP menegaskan bahwa KPK menjalankan fungsi negara hukum yang benar, di mana tidak ada individu atau kelompok politik yang kebal terhadap proses hukum. Tetapi, tantangan besar muncul karena KPK harus memastikan bahwa seluruh proses hukumnya bersih, adil, dan independen, sehingga tidak menimbulkan persepsi negatif tentang adanya intervensi politik dalam penegakan hukum,” tutur Zico.

    “Menurut teori sistem hukum Lawrence M. Friedman, terdapat tiga elemen yang menentukan efektivitas hukum: struktur hukum, substansi hukum, dan budaya hukum,” imbuh dia.

    Zico berujar publik menunggu pembuktian dari KPK soal keterlibatan Hasto dalam pelarian buron kasus suap pergantian antarwaktu anggota DPR RI, Harun Masiku. Zico juga menilai desakan publik pada KPK terkait kasus Hasto ini menunjukkan perkembangan budaya antikorupsi.

    “Dalam kasus ini, KPK merepresentasikan struktur hukum yang independen dan kuat, yang berani bertindak terhadap figur politik besar. Namun, pada substansi hukum, KPK wajib membuktikan bahwa penahanan ini didasarkan pada alat bukti yang sah sesuai dengan UU Tipikor dan KUHAP. Sementara, dari segi budaya hukum, kasus ini menjadi cerminan apakah budaya anti-korupsi telah tumbuh kuat dalam masyarakat Indonesia,” ungkap Zico.

    Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

    Di sisi lain, Zico menyebutkan penahanan terhadap Hasto pasti membawa dampak dari sisi tensi politik. Dia lalu mendorong KPK membuktikan profesionalismenya agar tingkat kepercayaan publik meningkat.

    “Penahanan Hasto Kristiyanto oleh KPK memiliki dampak besar tidak hanya secara hukum, tetapi juga secara politik. Langkah ini menandakan bahwa KPK mampu mengambil risiko besar dengan menghadapi tekanan politik dari partai besar. Namun, tantangan utamanya adalah menjaga independensi dalam proses hukum. Jika KPK berhasil menjalankan proses ini dengan transparan dan tanpa intervensi politik, maka lembaga ini akan memperoleh kepercayaan lebih besar dari masyarakat,” kata Zico.

    Terakhir Zico menyampaikan dalam teori hukum pidana, penegakan hukum tidak hanya bertujuan memberi hukuman kepada pelaku, tetapi juga menciptakan efek jera (deterrence). Dalam konteks ini, tambah dia penahanan Hasto diharapkan menjadi pelajaran bagi seluruh pejabat publik.

    “KPK harus konsisten menunjukkan bahwa hukum tidak bisa diintervensi oleh kekuatan politik mana pun. Di sisi lain, partai politik harus mengambil pelajaran penting bahwa integritas adalah fondasi utama dalam demokrasi. Penegakan hukum yang adil, transparan, dan independen dalam kasus ini akan membuktikan bahwa prinsip negara hukum di Indonesia masih tegak dan mampu melindungi keadilan di atas segala kepentingan politik,” pungkas Zico.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu