Komisi I Soroti Kekosongan Dubes RI di AS dan Sejumlah Negara, Singgung soal Penundaan Seleksi
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Komisi I DPR RI menyoroti kekosongan posisi Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Amerika Serikat dan sejumlah negara besar lainnya.
Kondisi ini dinilai berpotensi mengganggu
hubungan diplomatik
Indonesia dengan negara-negara mitra strategis.
Anggota Komisi I DPR RI
TB Hasanuddin
mengatakan, kekosongan tersebut terjadi akibat penundaan proses seleksi calon Dubes pada akhir masa pemerintahan Presiden Joko Widodo.
“Waktu itu sebetulnya sudah siap akan dilaksanakan uji kelayakan untuk 11 calon
Dubes RI
termasuk untuk Amerika, Jerman, Mesir, dan 8 negara lainnya. Namun, waktu itu ada petunjuk dari istana bahwa ditunda dulu,” ujar TB Hasanuddin, kepada Kompas.com, Minggu (6/4/2025).
Dia mengungkapkan, Komisi I DPR periode 2019-2024 sebenarnya telah menerima 11 nama calon Dubes dan siap melaksanakan uji kelayakan dan kepatutan atau
fit and proper test
.
Namun, tahapan tersebut urung dilaksanakan karena adanya permintaan penundaan dari pihak pemerintah.
Hal ini diduga berkaitan dengan adanya masa transisi pemerintahan dari Jokowi ke Presiden Prabowo Subianto.
“Mungkin ada pembicaraan antara Presiden yang lama dan Presiden yang baru. Pembicaraannya seperti apa sampai kemudian di-
cancel
, saya tidak tahu lah, ya,” kata politikus PDI-P tersebut.
Meski demikian, kata TB Hasanuddin, jajaran Komisi I tetap mempertanyakan alasan di balik penundaan tersebut.
Sebab, 11 nama yang diajukan tersebut tentunya sudah melalui pertimbangan pemerintah.
“Kan sudah ada 11 calon Dubes saat itu, tentu kan sudah melalui pertimbangan. Kok ditunda? Bahkan sampai saat ini,” ucap TB Hasanuddin.
Di samping itu, hingga kini belum ada kejelasan dari pemerintah terkait kelanjutan proses seleksi terhadap 11 calon Dubes tersebut.
“Ya kami tidak melaksanakan
fit and proper test
kalau tidak ada amanat dari Presiden, baik Presiden lama maupun Presiden baru. Nah, akhirnya sampai sekarang itu Dubes kita ya tidak ada,” tutur TB Hasanuddin.
TB Hasanuddin berpandangan, kekosongan posisi Dubes dapat menghambat komunikasi antarpemerintah yang seharusnya dijembatani oleh perwakilan resmi di negara mitra.
“Apa yang berpengaruh? Amerika sebagai negara besar yang memiliki hubungan politik yang cukup strategis, ya kan? Sehingga akan berpengaruh terhadap hubungan politik kita, itu yang pertama,” tuturnya.
Dia mencontohkan, absennya Dubes di Washington DC membuat Indonesia harus mengirim delegasi untuk menegosiasikan kebijakan tarif impor baru yang diumumkan Presiden AS Donald Trump.
“Ya, termasuk juga pada urusan-urusan ekonomi seperti sekarang ini kejadian, kan? Ya, begitu. Dan ini tidak bagus menurut hemat saya,” kata TB Hasanuddin.
Dia juga mengkhawatirkan adanya persepsi negatif dari negara-negara besar terhadap Indonesia akibat kekosongan tersebut.
“Tidak bagus ya sebagai sebuah, katakanlah seperti kurang memperhatikan sikap kita terhadap Amerika sebagai negara besar. Ya, kurang respect kalau tidak hemat saya. Dan akibatnya sekarang kita jadi repot, kan?” pungkas dia.
Diketahui, posisi Dubes RI untuk Amerika Serikat sudah kosong sejak 17 Juli 2023.
Jabatan itu terakhir diisi oleh Rosan Roeslani yang ditunjuk menjadi Wakil Menteri BUMN oleh Presiden Jokowi.
Hingga kini, baik Presiden Jokowi maupun Presiden Prabowo Subianto yang dilantik pada 20 Oktober 2024, belum menunjuk pengganti Rosan untuk menempati posisi tersebut di Washington DC.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Organisasi: PERSEPSI
-
/data/photo/2025/03/15/67d523df21c95.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Komisi I Soroti Kekosongan Dubes RI di AS dan Sejumlah Negara, Singgung soal Penundaan Seleksi
-

Misinterpretasi Kebijakan
loading…
Hendarman – Analis Kebijakan Ahli Utama pada Kemendikdasmen/Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan. Foto/Dok Pribadi
Hendarman
Analis Kebijakan Ahli Utama pada Kemendikdasmen/Dosen Sekolah Pascasarjana Universitas PakuanBerbagai kebijakan yang dimunculkan seringkali mendapatkan pendapat pro dan kontra. Harapan yang tadinya begitu tinggi terhadap sebuah kebijakan, dalam perjalanannya ternyata banyak yang juga menimbulkan kekecewaan. Apalagi kebijakan yang mendadak berubah setelah diluncurkan karena adanya berbagai tanggapan dari berbagai pemangku kepentingan terjadap implementasi kebijakan tersebut. Sampai terkesan kebijakan yang ada sekarang sangat mudah diguncang oleh suara netizen. Bukan tidak mungkin nanti akan timbul suatu fenomena baru yaitu bahwa kebijakan yang diusung pemerintah cenderung “kebijakan berbasis viral”.
Faktanya, banyak implementasi kebijakan yang tidak selamanya berjalan mulus. Padahal, yang membuat kebijakan mengklaim bahwa dalam perumusan kebijakan tersebut sudah mempertimbangkan berbagai aspek. Hal ini terjadi karena kebijakan, secara hakekat, memang dimaksudkan untuk kepentingan publik. Kepentingan publik dimaknai bahwa sebuah kebijakan seharusnya akan memberikan manfaat dan “kebahagiaan” bagi para target kebijakan.
Kepentingan publik seharusnya tidak dimaknai sebagai seluruh pemangku kepentingan yang ada. Tetapi, dilihat lebih kepada kekhususan yaitu siapa yang menjadi target kebijakan itu sendiri. Kebijakan secara teoretis pada dasarnya memiliki karakteristik khusus yaitu dalam hal konteks, konten dan konfigurasi.
Karakteristik yang dimiliki sebuah kebijakan tersebut menjadi suatu pembatas. Pembatas diartikan bahwa sebuah kebijakan seyogianya tidak dapat diinterpretasikan secara bebas. Artinya latarbelakang dan pengalaman seseorang yang tidak berkesesuaian akan mendorong lebih banyak adanya multi-tafsir dari sebuah kebijakan. Ini terutama bagi mereka yang tidak berkepentingan atau tidak memiliki kesesuaian dengan konteks, konten, dan konfigurasi kebijakan itu sendiri.
Munculnya Misinterpretasi Kebijakan
Ketidakselarasan tersebut acapkali memicu munculnya kegaduhan terhadap komunitas akibat interpretasi kebijakan diungkapkan dengan tidak memahami “ruh kebijakan” itu sendiri. Pendapat atau opini serta kritikan yang lahir lebih kepada cara pandang dan paradigma berfikir yang pada intinya didasarkan atas “pokoknya berani berbicara berbeda”. Ini yang berimplikasi kepada adanya misinterpretasi kebijakan.Terkadang ada asumsi yang dipegang bahwa komentar dan tudingan akan dapat membuat rasa empati atau ketidaksukaan terhadap suatu kebijakan. Tetapi, di sisi lain lontaran pendapat tersebut ditujukan untuk menguatkan kebijakan itu sendiri karena dilihat sebagai suatu proses pemahaman dan penyamaan persepsi setelah melalui suatu proses diskursus. Hal ini ditengarai dilatarbelakangi pemikiran bahwa terkadang kebijakan yang diluncurkan atau ditetapkan tersebut tidak atau belum melalui proses sosialisasi atau uji-publik.
Padahal, suatu kebijakan yang ideal dipersyaratkan untuk diuji terutama dalam hal keterbacaan dan pemahaman. Sehingga ketika kebijakan ini diterapkan tidak menimbulkan kegaduhan dan kekacauan di masyarakat. Yang sering muncul sekarang adalah pkecenderungan bahwa kebijakan yang ditetapkan Pemerintah tidak memiliki kepastian hukum dan tidak memiliki kepastian bahwa kebijakan itu sendiri akan memberikan dampak manfaat bagi masyarakat. Yang terkesan di masyarakat secara umum adalah bahwa kebijakan yang ditetapkan lebih menguntungkan kepada kelompok tertentu yang bukan merupakan kelompok mayoritas.
Randall G. Holcombe (2018) dalam bukunya Political Capitalism: How Economic and Political Power Is Made and Maintained, berpendapat bahwa penegakan atau “enforcement” dari suatu kebijakan, sebagai suatu ketentuan hukum, memang harus dimulai dengan interpretasi. Ditegaskannya bahwa interpretasi merupakan suatu hal yang lumrah karena peraturan termasuk kebijakan terkadang memberikan ruang untuk menyebabkan lahirnya perbedaan tafsir. Kebijakan juga cenderung terkait dengan selektivitas yaitu dimana kemungkinan kebijakan diarahkan untuk kepentingan dari kelompok tertentu.
Holcombe mengatakan lebih lanjut bahwa kata-kata yang tertulis dalam bentuk peraturan atau kebijakan dapat diinterpretasikan dalam berbagai cara. Suatu kebijakan ketika dalam proses perumusan tidak mendapat persetujuan secara aklamasi atau “unanimously”, yaitu mungkin banyak yang cenderung tidak memiliki kesetujuan.
-

Tak Melulu Mistis, Ini Alasan di Balik Fenomena ‘Melihat Cahaya’ Jelang Kematian
Jakarta –
Melihat cahaya putih dan sensasi keluar dari tubuh (out of body experience) merupakan hal-hal ‘mistis’ yang kerap dianggap sebagai pertanda menjelang kematian. Hal ini memang terkesan mistis. Namun, studi terbaru menunjukkan tampaknya ada alasan biologis yang dapat menjelaskan fenomena-fenomena tersebut.
Sebuah studi yang dipublikasikan di Nature Reviews Neurology menganalisa tentang pengalaman yang mungkin dialami seseorang saat mendekati ajal. Misalnya, melihat cahaya putih atau sensasi keluar dari tubuh yang dialami sebagian pengidap serangan jantung.
Peneliti menggambarkan pengalaman mendekati kematian (near death experience/NDE) sebagai episode ‘kesadaran terputus’ yang terjadi saat menghadapi ancaman fisik aktual atau potensial. Mereka kemudian meninjau literatur ilmiah mengenai dasar psikologis dan neurologis dari pengalaman tersebut, dan menggabungkan teori-teori yang telah disarankan sebelumnya menjadi sebuah model komprehensif.
Model yang dijuluki ‘Teori Psikologi Evolusioner Neurofisiologis untuk Memahami Pengalaman Mendekati Kematian’ ini menunjukkan bahwa pengalaman mendekati kematian dimulai ketika kadar oksigen menurun di otak, sementara konsentrasi karbon dioksida meningkat.
“Hal ini mengakibatkan terjadinya asidosis serebral, yang kemudian memicu reaksi berantai dan menyebabkan peningkatan rangsangan saraf di wilayah otak utama, termasuk persimpangan temporoparietal dan lobus oksipital, disertai dengan pelepasan neurotransmiter endogen secara besar-besaran,” tulis para peneliti dalam jurnal mereka, dikutip dari IFL Science, Minggu (6/4/2025).
Misalnya, peningkatan sinyal serotonin mungkin bertanggung jawab atas ‘halusinasi visual yang nyata’, yang menjadi ciri khas NDE. Sementara, lonjakan kadar endorfin dapat menghasilkan ‘perasaan damai yang mendalam’. Para peneliti juga menambahkan banjir dopamin dapat menjelaskan ‘perasaan hiperrealitas yang mendalam terkait dengan halusinasi’.
“NDE mungkin merupakan bagian dari mekanisme pertahanan yang dipicu oleh respons neurofisiologis terhadap ancaman ketika respons perilaku fight-or-flight tidak lagi memungkinkan,” ungkap para peneliti.
“Seseorang dapat memasuki kondisi disosiasi mental, yang memungkinkan perhatian difokuskan pada fantasi yang berorientasi internal, untuk membantu mereka mengatasi dan bertahan hidup dalam situasi yang mengancam jiwa,” tambahnya.
Hal ini dapat menjelaskan mengapa individu tertentu tampak lebih rentan terhadap NDE. Para peneliti mencatat bahwa NDE juga lebih umum terjadi pada orang yang secara khusus cenderung mengalami intrusi REM, di mana aktivitas otak yang terkait dengan mimpi terjadi saat terjaga.
“Ciri khusus ini berpotensi memberikan kontribusi pada fitur-fitur NDE utama, termasuk persepsi cahaya yang tidak biasa, [kehilangan tonus otot normal], euforia, dan sensasi keluar tubuh,” tulis para peneliti.
Namun, penulis studi mengaku terlepas dari model yang komprehensif, beberapa pertanyaan tetap belum terjawab. Misalnya, kombinasi proses apa saja yang diperlukan untuk memicu NDE. Model tersebut juga tidak menjelaskan elemen-elemen lain, seperti ‘prekognisi’ yang membuat mereka yang mengalami NDE memiliki rasa pengetahuan tentang masa depan.
(ath/kna)
-

Gampang Lupa ‘Ini Hari Apa’ Saat Libur Panjang? Ilmuwan Ungkap Penyebabnya
Jakarta –
Libur panjang seperti saat Lebaran bisa mengubah persepsi waktu. Coba diingat-ingat, siapa yang baru sadar hari ini adalah akhir pekan terakhir sebelum masuk kerja lagi?
Terkadang bahkan tak mudah untuk membedakan hari selama libur panjang. Pertanyaan seperti ‘ini hari apa ya?’ jadi lebih sering terucap setelah beberapa hari tidak masuk kerja.
“Pikiran tidak bisa memahami waktu secara langsung. Kita tidak punya arloji, jam pasir, ataupun kalender di dalam kepala,” jelas Adam Osth, pakar psikologi kognitif dari University og Melbourne, dalam tulisannya di The Conversation.
“Untungnya, pikiran sangat baik dalam memperkirakan sesuatu yang tidak bisa diukur secara langsung,” lanjutnya.
Penglihatan, menurutnya melakukan hal itu secara rutin. Mata memang tidak bisa mengukur, tapi bisa memperkirakan sejauh mana objek menggunakan berbagai petunjuk di lingkungan. Demikian juga pikiran, disebutnya memakai petunjuk dari lingkungan dan ingatan untuk mengindikasikan sejauh mana waktu telah berjalan.
Beberapa petunjuk waktu di lingkungan memberi isyarat pada pikiran. Perjalanan ke dan dari tempat kerja misalnya, umumnya hanya terjadi pada hari kerja. Main tennis di siang hari, hanya terjadi pada akhir pekan.
“Pikiran kita mengkombinasikan masing-masing petunjuk untuk memberi rasa tentang hari ini hari apa,” jelas Adam.
Sebenarnya, ada kondisi ketika petunjuk eksternal untuk memperkirakan waktu tidak muncul sebanyak biasanya. Pada kondisi ini, pikiran akan menggunakan memori untuk mengisi gap sehingga tetap bisa mengingat hari ini hari apa.
Senada, Sarah Cowie, profesor psikologi dari Auckland University, menyebut ‘timekeeping’ semacam ini melekat pada kehidupan sehari-hari manusia. Dikutip dari RNZ, mekanisme ini berjalan bahkan tanpa harus disadari.
Pada situasi tertentu, seseorang tidak memiliki kebutuhan untuk memperhatikan waktu. Misalnya saat liburan. Pada saat itulah, otak merespons dengan cara yang menarik.
“Kebanyakan orang mengalami perasaan lepas dan bebas dari ikatan waktu,” katanya.
NEXT: Berapa lama seseorang bisa kehilangan kepekaan terhadap waktu?
Berapa lama seseorang bisa kehilangan kepekaan terhadap waktu? Menurut Sarah, hal itu tergantung durasi dan terutama keadaan.
“Tergantung seberapa banyak Anda bisa melepaskan petunjuk-petunjuk yang mengingatkan Anda pada kehidupan normal ‘9 to 5’,” kata Sarah.
Jika saat ini sedang mengalami kekacauan persepsi waktu selama libur, Adam mengatakan untuk tidak perlu khawatir. Begitu kembali ke rutinitas sehari-hari, kepekaan terhadap waktu dan ingatan akan kembali normal.
Simak Video “Video: Tips Mencegah Anak Sakit Saat Mudik”
[Gambas:Video 20detik] -

Pengakuan Wanita Mati Suri dalam 24 Menit Setelah Kena Serangan Jantung
Jakarta –
Seorang wanita di Spanyol, Tessa Romero (50) menceritakan pengalamannya ketika dinyatakan meninggal selama 24 menit. Ketika mengantar anaknya ke sekolah, Tessa mengalami serangan jantung mendadak.
Ambulans baru datang setelah 24 menit. Tim medis mengatakan pada Tessa jantungnya berhenti berdetak pada selama itu. Dokter saat itu bahkan tidak sepenuhnya yakin apa yang terjadi pada Tessa.
“Saya mendengar mereka berbicara soal infark miokard akut dan serangan jantung mendadak. Tetapi tidak ada konsensus. Kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi,” kata Tessa dikutip dari Daily Mail, Kamis (3/4/2025).
Tessa mengenang detik-detik ‘kematian’ yang dialami. Ia mengaku saat itu merasakan kedamaian yang luar biasa. Ia tidak merasakan sakit fisik dan bahkan emosional untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Pengalaman itu membuatnya sangat lega, seolah beban berat telah terangkat dari tubuhnya. Tessa bahkan mengaku melayang di atas langit-langit ruangan tempatnya dirawat.
“Aku bisa melihat orang datang dan pergi di klinik, dan aku bisa melihat kedua putri kecilku di ruang tunggu. Aku melihat tubuh orang terbaring di sana. Itu membingungkan karena aku tidak sadar bahwa aku telah mati,” ceritanya.
Tessa mengaku awalnya tidak percaya dengan fenomena semacam ini. Tapi semenjak kejadian tersebut, pikirannya berubah.
Ia yakin apa yang dialaminya bukan mimpi karena terasa begitu nyata, tapi sangat aneh.
“Seolah-olah waktu tidak lagi bekerja dengan cara yang sama. Segala sesuatunya terasa lebih lambat, lebih padat, lebih sarat makna,” sambungnya.
Pengalaman mati suri sudah sejak lama mengundang perhatian peneliti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa otak masih berfungsi normal dalam waktu yang sangat singkat setelah jantung berhenti.
Selain itu, otak juga masih bisa mengalami ledakan aktivitas sporadis, bahkan setelah satu jam tanpa oksigen, selama resusitasi.
Ini menunjukkan otak mungkin masih beraktivitas beberapa saat setelah dinyatakan meninggal. Pengalaman mati suri melihat hal-hal ‘gaib’ masih terus menjadi perdebatan di antara para ahli dan terus dieksplorasi.
Beberapa orang berteori bahwa ketika otak mengalami perubahan ini, pada dasarnya ‘rem’ sistem terlepas dan ini membuka persepsi otak terhadap pengalaman yang sangat jelas dan nyata dari memori yang tersimpan dari kehidupan yang pernah dijalani.
(avk/naf)
-

Jerman Bersiap Perang karena Merasa Terancam oleh Rusia dan Putin
Jakarta –
Jerman melihat Rusia sebagai ancaman di masa depan. Peningkatan kemampuan militer dinilai sebuah kebutuhan, mencoba melepas ingatan kelam mereka sebagai agresor di Eropa.
Kepulan asap debu berwarna cokelat berhembus ke udara ketika kendaraan peluncur rudal melintasi ladang menuju garis tembak.
Beberapa saat kemudian, seorang prajurit menghitung mundur, dan memberikan aba-aba: “Tembak!”. Sontak sebuah roket melesat ke langit.
Suara ledakan dan dentuman roket tersebut tak hanya sekali dua kali terdengar di telinga penduduk di kota kecil Munster. Sedemikian seringnya, mereka mulai terbiasa mendengar kebisingan latihan tentara Jerman.
Namun, itu belum seberapa. Militer Jerman alias Bundeswehr diperkirakan akan semakin giat berlatih di kawasan tersebut karena baru-baru ini mereka mendapat lampu hijau dari parlemen untuk meningkatkan anggaran di bidang pertahanan secara signifikan.
Jenderal Carsten Breuer selaku panglima militer Jerman mengatakan kepada BBC bahwa suntikan dana sangat dibutuhkan karena dirinya yakin agresi Rusia tidak berhenti hanya sampai Ukraina.
“Kami terancam oleh Rusia. Kami terancam oleh Putin. Kami harus melakukan apa pun yang diperlukan untuk mencegahnya,” kata Jenderal Carsten Breuer.
“Ini bukan tentang seberapa banyak waktu yang saya butuhkan, tapi seberapa banyak waktu yang diberikan Putin kepada kami untuk bersiap,” kata sang jenderal secara blak-blakan.
“Semakin cepat kami bersiap, semakin baik.”
Perubahan sikap Jerman setelah invasi Rusia di Ukraina
Invasi Rusia ke Ukraina telah mengubah cara berpikir khalayak Jerman tentang militer.
Sejak Perang Dunia II, penolakan terhadap militerisme ditanamkan pada benak masyarakat Jerman. Hal ini tak lepas dari masa lalu Jerman yang dikenal sebagai agresor di Eropa.
“Kami memulai dua perang dunia. Meskipun Perang Dunia II sudah berakhir 80 tahun, pandangan bahwa orang Jerman harus menjauhi konflik masih sangat melekat dalam diri banyak orang,” kata Markus Ziener dari German Marshall Fund di Berlin.
Baca juga:
Getty ImagesInvasi besar-besaran Rusia ke Ukraina perlahan mulai mengubah sikap masyarakat Jerman terhadap militer dan perang.
Sampai sekarang masih ada sebagian kalangan yang mewaspadai segala hal terkait militer. Bahkan angkatan bersenjata Jerman telah lama mengalami kekurangan anggaran.
“Ada suara-suara yang memperingatkan: ‘Apakah kita benar-benar berada di jalur yang benar? Apakah persepsi kita soal ancaman sudah benar?’”
Soal Rusia, Jerman punya pendekatan khusus.
Saat negara-negara seperti Polandia dan negara-negara Baltik waspada agar tidak terlalu dekat dengan Moskow sembari berupaya meningkatkan anggaran pertahanan mereka, Jerman di bawah kendali mantan Kanselir Angela Merkel tetap berbisnis dengan Rusia.
Jerman membayangkan bahwa mereka sedang mewujudkan demokratisasi melalui pendekatan khusus. Nyatanya Rusia terus berbisnis tapi tetap menginvasi Ukraina.
Pada Februari 2022, Kanselir Olaf Scholz mengumumkan perubahan prioritas nasional atau “Zeitenwende” untuk menanggapi invasi Rusia atas Ukraina.
Saat itulah ia mengalokasikan dana sebesar 100 miliar (Rp1.792 triliun) untuk meningkatkan kapasitas militer serta mengendalikan “para penghasut perang seperti Putin”.
Namun, Jenderal Breuer mengatakan itu tidak cukup. “Kami menutup sedikit lubang,” kenangnya. “Namun, itu sangat buruk.”
Getty ImagesJenderal Carsten Breuer berpendapat Jerman perlu meningkatkan jumlah tentara secara besar-besaran.
Hal ini kontras dengan Rusia yang menghabiskan anggaran dalam jumlah besar untuk pertahanan, termasuk membiayai ongkos invasi di Ukraina.
Breuer juga menyorot potensi perang hibrida dengan Rusia: mulai dari ancaman serangan siber hingga pengerahan pesawat nirawak di atas lokasi militer Jerman.
Belum lagi retorika agresif Vladimir Putin yang kerap ia lontarkan.
Baca juga:
Breuer menilai kondisi ini sangat berbahaya.
“Tidak seperti dunia Barat, Rusia tidak berpikir dalam kotak. Ini bukan tentang masa damai dan perang, ini adalah sebuah kesinambungan: mari kita mulai dengan hibrida, lalu meningkat, lalu kembali. Inilah yang membuat saya berpikir kita menghadapi ancaman nyata.”
Breuer menilai Jerman harus bertindak cepat.
Anggaran dan jumlah personel yang minim
Penilaian Jenderal Carsten Breuer s terhadap kondisi pasukannya saat ini selaras dengan laporan terbaru ke parlemen. Kekuatan Bundeswehr, menurut kesimpulan laporan itu, “terlalu kecil”.
Penulis laporan tersebut, komisaris angkatan bersenjata Eva Hgl, mengungkap kekurangan yang sangat parah mulai dari amunisi, prajurit, hingga barak yang bobrok.
Ia memperkirakan anggaran untuk renovasi saja mencapai sekitar 67 miliar (Rp1.196 triliun).
Breuer mengatakan pencabutan batas utang, yang memungkinkan militer untuk meminjam secara teori tanpa batas akan memberinya akses ke “jalur pendanaan yang stabil”.
Baca juga:
Pencabutan batas utang ini dilakukan oleh pengganti Kanselir Scholz, yaitu Friedrich Merz. Langkahnya begitu cepat sampai membuat banyak pihak keheranan.
Ia mengajukan usulan itu ke parlemen tepat sebelum parlemen dibubarkan menyusul pemilihan umum Februari.
Secara hitung-hitungan, melihat komposisi parlemen yang dihuni kubu kiri yang anti-militer dan kubu kanan yang bersimpati pada Rusia, pencabutan batas utang tipis untuk lolos.
Namun, “perubahan” yang dimulai Jerman pada tahun 2022 memperoleh momentum baru tahun ini.
Getty ImagesWarga Jerman kini semakin curiga terhadap presiden Rusia dan AS
Jajak pendapat YouGov baru-baru ini menunjukkan bahwa 79% warga Jerman masih melihat Vladimir Putin sebagai “sangat” atau “cukup” berbahaya bagi perdamaian dan keamanan Eropa.
Sementara itu, 74% berpendapat hal yang sama mengenai Donald Trump.
Survei tersebut mengemuka setelah wakil Trump, JD Vance, berpidato di Munich dan menentang Eropa dan nilai-nilainya.
“Itu adalah sinyal yang jelas bahwa sesuatu telah berubah secara mendasar di Amerika Serikat,” kata Markus Ziener.
“Kami tidak tahu ke mana arah AS, tetapi sejak dulu kami yakin bahwa kami dapat 100% mengandalkan perlindungan Amerika dalam hal keamanan. Kepercayaan itu kini telah sirna.”
Memudarnya ingatan soal sejarah kelam
Di Berlin, kehati-hatian orang Jerman tentang semua hal yang berkaitan dengan militer tampak telah memudar.
Seorang warga, Charlotte Kreft yang berusia 18 tahun mengatakan pandangan pasifisnya telah berubah.
“Untuk waktu yang sangat lama, kami pikir satu-satunya cara untuk menebus kekejaman yang kami lakukan dalam Perang Dunia Kedua adalah dengan memastikan hal itu tidak pernah terjadi lagi [] dan kami pikir kami perlu melakukan demiliterisasi,” jelas Charlotte.
“Tetapi sekarang kami berada dalam situasi di mana kami harus memperjuangkan nilai-nilai, demokrasi, dan kebebasan kami. Kami perlu beradaptasi.”
“Banyak orang Jerman yang masih merasa aneh dengan investasi besar dalam militer,” kata Ludwig Stein.
“Tetapi saya pikir mengingat hal-hal yang telah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, tidak ada pilihan nyata lain.”
Baca juga:
BBCCharlotte dan Ludwig melihat Jerman perlu meningkatkan anggaran pertahanan.
Sophie, seorang ibu muda, berpikir peningkatan anggaran pertahanan kini “diperlukan di dunia tempat kita tinggal”.
Di sisi lain, meski Jerman membutuhkan penambahan jumlah tank dan tentara, Sophie tidak begitu suka jika putranya ikut militer.
‘Apakah Anda siap berperang?’
Bundeswehr hanya punya satu pusat penerimaan tentara yang permanen.
Pusat penerimaan itu berbentuk bangunan kecil yang diapit apotek dan toko sepatu di samping Stasiun Friedrichstrasse di Berlin.
Bangunan itu dihiasi boneka yang memakai baju kamuflase serta slogan-slogan seperti “keren dan kuat” guna menarik para pelamar. Namun, hanya sedikit yang menghubungi kantor tersebut setiap harinya.
Jerman gagal memenuhi target menambah jumlah prajuritnya dari sebanyak 20.000 personel menjadi 203.000 personel. Jerman gagal pula menurunkan usia rata-rata prajurit, yakni 34 tahun.
Namun, Breuer punya ambisi besar.
Menurutnya, Jerman perlu 100.000 tentara tambahan untuk mempertahankan diri serta kawasan sebelah timur yang dijaga NATO.
Secara total mereka membutuhkan 460.000 prajurit, termasuk cadangan.
Breuer bersikeras bahwa wajib militer “mutlak” diperlukan.
BBCJerman memberlakukan wajib militer bagi semua pria hingga tahun 2011.
“Kami tidak akan mendapatkan 100.000 orang ini tanpa wajib militer,” kata sang jenderal.
“Kami tidak perlu menentukan sekarang model seperti apa yang tepat mendatangkan prajurit. Bagi saya, yang penting kami mendapatkan tentara.”
Perdebatan soal penambahan prajurit saja dimulai.
Jenderal Breuer memposisikan dirinya di garis terdepan dalam mendorong perubahan di Jerman terjadi lebih cepat.
Dengan sikapnya yang santai dan memikat, ia kerap mengunjungi balai kota di berbagai daerah dan menantang hadirin di sana dengan sebuah pertanyaan: “Apakah Anda siap berperang?”
Suatu hari seorang perempuan menuduh Breuer membuatnya takut.
“Saya berkata kepadanya, ‘Bukan saya yang menakuti Anda, tapi orang lain!’” kata Breur menirukan ucapannya ke perempuan tersebut.
Ia merujuk pada Vladimir Putin.
Breuer menilai alarm ancaman Rusia dan sikap Amerika Serikat yang isolasionis saat ini berdering keras di Jerman.
“Sekarang kami semua menyadari bahwa kami harus berubah.”
(haf/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Bupati Pati Sudewo Janji Renovasi Masjid Agung dan Perbaikan 111 Km Jalan
TRIBUNJATENG.COM, PATI – Bupati Pati Sudewo menilai momentum Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah memberikan energi dan semangat baru untuk berikhtiar membangun Kabupaten Pati.
“Ini momentum membangun persepsi dan langkah yang sama dalam rangka kebangkitan dan kejayaan Kabupaten Pati, momentum berintrospeksi diri, menjalin silaturahmi, mempererat tali persaudaraan, tidak hanya sesama umat Islam, melainkan semua warga Kabupaten Pati,” kata dia saat memberikan sambutan sebelum pelaksanaan Salat Idulfitri di Masjid Agung Baitunnur Pati, Senin (31/3/2025).
Dia menyinggung bahwa ini adalah pertama kali dirinya menyampaikan sambutan salat Idulfitri sebagai Bupati Pati.
Sudewo berterima kasih pada seluruh rakyat Pati yang telah memberikan amanah kepada dirinya dan Risma Ardhi Chandra untuk memimpin Kabupaten Pati lima tahun ke depan.
Dia berjanji, amanah tersebut akan digunakan sebesar-besarnya untuk melakukan pengabdian dan pelayanan kepada rakyat Pati.
“In syaa Allah saya akan istiqomah menjadi bupati yang amanah,” tegasnya.
Sudewo pun memaparkan dua proyek pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.
Satu di antaranya ialah renovasi Masjid Agung Baitunnur Pati.
“Masjid kebanggaan masyarakat Pati ini sebentar lagi akan dilakukan renovasi, perbaikan, yang diarsiteki arsitektur ternama, terbaik di Indonesia, yaitu PT Penta, dengan anggaran Rp 15 miliar, semuanya akan ditata, mulai kubah, tempat wudu, toilet, landscape, pencahayaan, in syaa Allah akan lebih modern dan lebih indah, memberi kebanggaan pada masyarakat Pati,” papar dia.
Sudewo juga mengatakan bakal memperbaiki jalan rusak dengan total panjang 111 kilometer.
Ratusan kilometer jalan tersebut akan diperbaiki menggunakan APBD 2025.
“Semua ditangani secara tuntas, cor beton, tambal sulam hanya di titik-titik tertentu,” kata dia.
Sudewo juga memohon doa kepada masyarakat agar ikhtiarnya dalam meminta dukungan anggaran dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dalam melakukan perbaikan jalan bisa membuahkan hasil.
“Kalau berhasil, upaya pembangunan infrastruktur jalan akan menjadi jauh lebih pesat pada 2025,” ucap dia.
Sudewo menambahkan, pihaknya juga tidak akan mengabaikan pembangunan sumber daya manusia.
Dia akan berusaha maksimal supaya seluruh warga Pati menjadi sumber daya manusia yang unggul, berkualitas, dan berkarakter.
Untuk diketahui, Salat Idulfitri di Masjid Agung Baitunnur Pati diimami oleh KH Nur Faqih Fanani.
Adapun yang bertindak sebagai khatib adalah KH Ahmad Syaikhu, Kepala Kantor Kemenag Pati.
Ribuan masyarakat memadati area masjid dan meluber hingga lapangan Alun-Alun Pati untuk menunaikan salat Idulfitri.
-

Instansi Diminta Segera Simulasi Percepatan Pengangkatan CASN 2024
Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi BIrokrasi (PANRB) Rini Widyantini meminta seluruh instansi pusat dan daerah diminta segera melakukan simulasi percepatan pengangkatan calon aparatur sipil negara (CASN) 2024. Simulasi tersebut, kata Rini, harus disesuaikan dengan jadwal terbaru, dan sesuai kesiapan masing-masing instansi.
Diketahui, pengangkatan calon pegawai negeri sipil (CPNS) diselesaikan paling lambat pada Juni 2025, sedangkan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) paling lambat diselesaikan pada Oktober 2025.
“Untuk menindaklanjuti rencana pengangkatan ini, kementerian, lembaga, dan pemda agar segera melakukan analisis dan simulasi dengan tetap mempertimbangkan kesiapan masing-masing di dalam memenuhi persyaratan, agar pengangkatan dapat dilakukan sesuai dengan jadwal terbaru yang telah ditetapkan,” ujar Rini dikutip Senin (31/3/2025).
Apalagi, kata Rini, Presiden Prabowo Subianto telah meminta seluruh instansi pemerintah terus menjaga nilai meritokrasi dalam manajemen ASN. Kementerian PANRB dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) akan memfasilitasi pengangkatan selama instansi masing-masing telah menunjukkan kesiapan dalam memenuhi persyaratan.
“Hal ini sudah merupakan kebijakan yang sangat optimal sesuai aspirasi yang kami terima sehingga saat ini peran aktif kementerian, lembaga, dan pemda sangat dibutuhkan,” tandas Rini terkait pengangkatan CASN 2024.
Rini berharap seluruh kepala unit yang membidangi SDM/kepegawaian, segera menindaklanjuti arahan presiden yang dituangkan dalam Surat Kepala BKN nomor 2933/B-MP.01.01/K/SD/2025 tentang Penetapan Nomor Induk ASN Kebutuhan Tahun Anggaran 2024.
“Pastikan semua CASN yang telah lulus seleksi dapat diangkat sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, lebih cepat sangat baik,” imbuh Rini.
Sementara itu, Sekretaris Kementerian PANRB Reni Suzana menegaskan pengangkatan ini menjadi concern bagi Kementerian PANRB. Reni menerangkan Kementerian PANRB sudah melakukan identifikasi potensi kesiapan, termasuk anggaran.
“Namun, tetap diperlukan suatu forum untuk menyamakan persepsi. Terhitung mulai tanggal (TMT) tidak lagi serentak, tetapi dengan terminologi ‘paling lambat’. Bagi yang sudah siap, bagi instansi yang memenuhi syarat, sudah bisa melakukan pengangkatan,” jelas Reni.
Dari sisi lain, pemerintah tengah melakukan penataan CASN dan penempatannya. Penataan itu menyusul adanya pemisahan kelembagaan. Pemetaan jabatan berdasarkan jenis, jabatan, dan kompetensi. Penempatan CASN didasarkan pada unit kerja yang dipisahkan sesuai dengan jenis jabatannya. Penempatan CASN pada unit kerja lain sesuai kebutuhan yang serumpun dan memiliki fungsi yang sama.
Penempatan CASN pada unit kerja yang lain karena berlebihan SDM, dapat dilakukan Penyesuaian berdasarkan kebutuhan organisasi. Instansi juga melakukan penyesuaian administrasi pengangkatan dan penempatan.
Sementara secara teknis terkait pengangkatan CASN 2024, peserta yang lulus seleksi diangkat menjadi CPNS paling lambat TMT 1 Juni 2025. Usul penetapan NIP CPNS paling lambat 10 Mei 2025. Penetapan TMT pengangkatan CPNS adalah tanggal 1 bulan berikutnya dari usul penetapan NIP masuk ke BKN. Instansi diharapkan memaksimalkan pengusulan lebih awal sehingga dapat dilakukan penyelesaiannya dengan tepat waktu.
-

Mengungkap Peran Teknologi AI Dalam Membantu Riset Pasar
Jakarta –
Pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) mampu menjawab kebutuhan bisnis terhadap perilaku konsumen yang semakin dinamis. Apa saja peran AI dalam bidang penelitian terhadap riset pasar?
Dalam bidang riset pasar yang memungkinkan perusahaan berinteraksi langsung dengan lebih dari 100 responden secara bersamaan, yang secara khusus dirancang untuk membantu perusahaan dalam proses pengambilan keputusan secara real-time. Hal itu yang diperlihatkan Kantar, perusahaan dalam bidang data, insight, dan konsultan riset pasar dengan menghadirkan solusi berbasis AI bernama Kantar Art.ai.
“Art.ai merupakan solusi yang memadukan metodologi kualitatif digital dengan analisis data kuantitatif, serta feedback yang cepat, dan mampu merepresentasikan persepsi pasar yang dinamis untuk menyusun strategi pemasaran yang lebih efektif,” ujar CEO Kantar Insights APAC, Cheong Tai Leung, dalam keterangan tertulisnya.
Kantar ART.AI memiliki format pertanyaan yang interaktif seperti teks, suara, dan video, serta fitur voting dan probing berbasis AI secara real-time. Solusi ini juga menawarkan berbagai fitur canggih berbasis AI, termasuk pemberian instruksi kepada responden, dekoding gambar, terjemahan langsung dari berbagai bahasa, hingga perancangan panduan diskusi otomatis.
Solusi berbasis AI ini memungkinkan pengguna untuk melakukan penyusunan pertanyaan penelitian, termasuk proses pengumpulan data dan analisis, hanya dalam waktu kurang dari 90 menit. Sebagai solusi yang mampu memastikan efisiensi, kecepatan, dan insight yang komprehensif, Kantar ART.AI diklaim menjadi pilihan yang tepat dalam mendukung proses pengambilan keputusan secara real-time dan dapat diimplementasikan secara langsung ke dalam operasional bisnis.
“Kami yakin solusi ini dapat menjadi alternatif untuk menjawab tantangan bisnis yang saat ini semakin dinamis dan mudah berubah. Kantar terus berkomitmen untuk bermitra, baik dengan perusahaan lokal maupun multinasional, untuk terus berkembang dan membangun masa depan merek usaha mereka,” tambah Cheong Tai Leung.
Melalui solusi berbasis AI ini, Kantar memperkuat posisinya di bidang data, insight, dan juga konsultan riset pasar.
Kantar selalu berkomitmen untuk memberikan solusi dan menjawab kebutuhan pasar baik melalui solusi berbasis teknologi terbaru dan solusi strategis yang dapat diaplikasikan untuk kebutuhan jangka panjang.
Sebagai contoh, World of Consumption 2025 merupakan salah satu solusi Kantar Insights, yang mampu menghasilkan analisis komprehensif tentang perilaku konsumen Indonesia dalam mengkonsumsi makanan dan minuman.
“Laporan ini membantu produsen makanan dan minuman untuk lebih memahami kebutuhan konsumen, termasuk bagaimana konsumen memilih produk. Laporan ini juga menyoroti peluang pasar yang membantu produsen menyempurnakan strategi produk, portofolio, dan merek mereka,” jelas Nadya Ardianti, Managing Director Kantar Insights Indonesia.
(agt/agt)
