Organisasi: PERSEPSI

  • Elektabilitas Purbaya Melejit Tempel Prabowo Menuju 2029

    Elektabilitas Purbaya Melejit Tempel Prabowo Menuju 2029

    GELORA.CO – Popularitas dan elektabilitas Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa (Purbaya Effect) makin melejit dalam menuju Pilpres 2029. 

    Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan IndexPolitica dalam mengukur dan memotret persepsi masyarakat terkait isu politik, sosial dan ekonomi saat ini. 

    “Untuk top of mind calon presiden 2029, Prabowo Subianto berada di urutan pertama dengan 40,12 persen, di peringkat kedua adalah Purbaya Yudhi Sadewa dengan 22,50 persen, di peringkat ketiga adalah Anies Baswedan dengan 13,40 persen, peringkat keempat adalah Ganjar Pranowo dengan 7,12 persen, kemudian kelima adalah Agus Harimurti Yudhoyono dengan 5,12 persen, peringkat keenam adalah Gibran Rakabuming Raka 4,80 persen, posisi ketujuh adalah Dedi Mulyadi dengan 2,5 persen, ke delapan adalah Erick Thohir dengan 1,12 persen,” tulis keterangan dalam rilis IndexPolitica yang diterima redaksi di Jakarta, Jumat, 31 Oktober 2025.

    Lanjut keterangan tersebut, untuk elektabilitas wakil presiden posisi tertinggi adalah Purbaya Yudhi Sadewa dengan 28,65 persen, kedua adalah Dedi Mulyadi dengan 20,15 persen posisi ketiga adalah Agus Harimurti Yudhoyono dengan 15,75 persen, peringkat keempat adalah Gibran Rakabuming Raka dengan 12,35 persen, posisi kelima adalah Erick Thohir dengan 5,14 persen, keenam adalah Pramono Anung dengan 3,30 persen, posisi ketujuh ada Mahfud MD dengan 3,25 persen dan posisi kedelapan adalah Sandiaga Uno dengan 2,60 persen.

    Menurut Direktur IndexPolitica Indonesia, Denny Charter, dalam waktu singkat Purbaya berhasil mendapatkan popularitas yang tinggi dengan kebijakan dan Tindakannya saat mulai menjabat sebagai Menteri Keuangan RI. 

    “Reshuffle terakhir yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto terselamatkan citranya dari sosok Purbaya. Purbaya bisa diartikan mewakili protest vote yakni mereka yang sudah bertahun-tahun ‘lelah’ dengan style Menteri Keuangan sebelumnya yakni Sri Mulyani. Bukan berarti Sri Mulyani tidak bagus dalam menjalan tugas tetapi lebih kepada keinginan Masyarakat mendapatkan sosok yang antitesis dari Sri Mulyani,” ujar Denny. 

    Sambungnya, hal itu menyebabkan popularitas dan elektabilitas Purbaya melompat jauh sebagaimana analogi dari Chaos Theory dalam ilmu matematika.

    Penelitian dilakukan dari tanggal 1-10 Oktober 2025. Survei dilakukan dengan questioner yang terdiri dari kurang lebih 72 pertanyaan dengan jumlah sampel 1610 responden menggunakan metode multistage random sampling, margin of error 1,6 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. 

  • Survei Great Institute: 85,8% Publik Puas Kinerja Setahun Prabowo

    Survei Great Institute: 85,8% Publik Puas Kinerja Setahun Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA – Survei Great Institute menyebut 85,8% masyarakat puas dengan kinerja Prabowo Subianto selama satu tahun menjabat, sedangkan 14,2% lainnya merasa tidak puas.

    Direktur Eksekutif Great Institute, Sudarto mengatakan bahwa terdapat 8 faktor yang memengaruhi kepuasan publik terhadap kinerja Prabowo. 4 faktor dari sektor ekonomi dan 4 faktor dari sektor politik.

    “Dari sektor ekonomi, kami menemukan program MBG, program Koperasi Merah Putih, ya kemudian kepuasan Ekonomi Rumah Tangga, kemudian Daya Beli Masyarakat,” kata Sudarto saat konferensi pers, Jumat (31/10/2025).

    Sudarto menjelaskan, 70,4% responden merasa MBG bermanfaat dan 28,9% merasa tidak puas. Kemudian 69,5% merasa program Koperasi Desa Merah Putih yakin terlaksana dan 13% merasa tidak setuju. 

    Dari aspek ekonomi rumah tangga, 71,8% responden merasa lebih baik dibanding tahun sebelumnya dan 28,2% merasa tidak setuju. Lalu, 62,1% responden setuju bahwa daya beli masyarakat lebih baik dibanding tahun lalu, sedangkan 37,9% lainnya tidak setuju.

    Dari faktor politik, 89,8% setuju pemberantasan korupsi lebih baik dibanding tahun lalu, 10,2% merasa tidak setuju. Lalu, 81,8% setuju Indikator kebebasan berpendapat lebih baik dibanding tahun lalu, sedangkan 18,2% tidak setuju. Dari faktor peran Prabowo dalam politik internasional, 89,8% responden setuju, 10,2% tidak setuju.

    Lebih lanjut, 89,5% setuju puas terhadap peran Prabowo dalam kemerdekaan Palestina, 10,5% merasa tidak setuju. Tak hanya itu, masuknya Purbaya di Kabinet Merah Putih juga mendukung kepuasan publik. 

    Great Institute menilai, Purbaya memiliki keberanian mengkritik kebijakan pemerintah hingga menuntaskan permasalahan di sektor ekonomi. 

    Di samping itu, Sudarto mengungkapkan alasan Gibran tidak menjadi variabel dalam survei ini adalah karena Gibran lekat dengan sosok mantan Presiden ke-7 Joko Widodo, sehingga dikhawatirkan memengaruhi penilaian terhadap Prabowo.

    “Berita-berita di media itu seperti memisahkan antara Prabowo dan Gibran. Ini berita ya. Nah berita di media itu seakan memisahkan Prabowo dan Gibran itu berbeda. Nah ini ya itu memengaruhi persepsi publik. Jadi kalau digabung, nah kami khawatir jadi bias hasilnya. Sebenarnya orang ingin apresiasi Prabowo tapi karena ada Gibran maka dia nggak akan apresiasi,” ujar Sudarto.

    Pihaknya memandang Prabowo membawa ideologi sosialisme kerakyatan, dari pikiran dan tindakan-tindakannya. Sedangkan Gibran, dipersepsikan sebagai kepanjangan tangan Jokowi, di mana ideologi Jokowi lebih pada ideologi kapitalisme atau neoliberal.

    Menurutnya hal ini wajar dalam setiap survei, sebab setiap survei memiliki tujuannya masing-masing. 

    Hasil ini diperoleh dari survei yang melibatkan 422 responden WNI berusia 17 yang dipilih dengan multistage random sampling dan disebarkan di Jawa (59,7%), Sumatra (20,1%), dan kawasan Indonesia Timur (20,1%). Margin of error 5%.

    Adapun data sekunder ditunjang dari BPS, BI, Kemenkeu, LPS, dan OJK. Kemudian Big Data diperoleh dari 4,79 juta unggahan dari media sosial X, Facebook, Instagram, YouTube, dan TikTok yang diambil dari 20 Oktober 2024 – 19 Oktober 2025.

  • 3 Tips Recovery Setelah Lari agar Otot Tidak Kaku

    3 Tips Recovery Setelah Lari agar Otot Tidak Kaku

    Jakarta

    Belakangan ini, event lari marathon dan fun run banyak digelar di berbagai kota. Antusiasme masyarakat untuk mengikuti event ini pun semakin meningkat pesat. Namun, di balik euforia menyentuh garis finish, banyak pelari sering lupa pada hal penting setelah lomba, yakni proses recovery. Padahal, tanpa pemulihan yang tepat, otot bisa terasa kaku, nyeri, bahkan meningkatkan risiko cedera.

    Berikut tiga tips sederhana untuk membantu tubuh cepat pulih setelah berlari:

    1. Rehidrasi dengan Minuman Elektrolit

    Setelah berlari jauh, tubuh kehilangan banyak cairan dan mineral penting. Oleh karena itu, minumlah air putih atau minuman elektrolit untuk mengembalikan cairan elektrolit dan mempercepat pemulihan. Rehidrasi yang baik juga membantu mencegah kram otot dan rasa lelah berlebihan.

    2. Konsumsi Makanan Kaya Karbohidrat dan Protein

    Tubuh membutuhkan bahan bakar untuk memperbaiki jaringan otot dan mengisi kembali cadangan energi setelah lari. Kamu bisa mengonsumsi makanan bergizi seperti nasi, roti gandum, telur, ayam, atau buah. Pasalnya, kombinasi karbohidrat dan protein membantu mempercepat pemulihan otot dan meningkatkan stamina.

    3. Relaksasi Otot

    Relaksasi otot dengan pijatan ringan juga dapat membantu meredakan otot yang tegang pasca lari. Kamu juga bisa menggunakan krim pereda nyeri seperti Counterpain untuk meredakan pegal pada otot, nyeri sendi, keseleo dan nyeri akibat encok.

    Counterpain memiliki kandungan Metil Salisilat yang berfungsi sebagai agen penghangat yang membantu meningkatkan sirkulasi darah di area yang sakit dan meredakan nyeri otot serta sendi.

    Ada juga kandungan mentol yang memberikan sensasi dingin, diikuti sensasi hangat untuk membantu mengalihkan persepsi nyeri dan mengurangi peradangan. Krim ini juga memiliki eugenol atau dikenal sebagai minyak cengkeh, yang memiliki sifat analgesik (pereda nyeri) ringan dan antiseptik.

    Dengan melakukan rehidrasi, pengisian energi, dan relaksasi otot, tubuh akan pulih lebih cepat dan risiko cedera bisa diminimalkan. Jadi, jangan lupa lakukan recovery agar tetap bugar dan siap menaklukkan event lari berikutnya!

    (akn/akn)

  • 6 Strategi Agar Yakin dan Tidak Meremehkan Potensi Diri

    6 Strategi Agar Yakin dan Tidak Meremehkan Potensi Diri

    YOGYAKARTA – Setiap orang punya potensi luar biasa, tapi tidak semua mampu melihatnya. Kadang, rasa ragu dan kebiasaan meremehkan kemampuan sendiri membuat seseorang sulit berkembang. Jika Anda sering berpikir “saya tidak cukup baik,” mungkin Anda sedang terjebak dalam pola harga diri rendah. Ada beberapa langkah praktis untuk mengubah cara pandang ini. Dengan kesadaran dan latihan mental sederhana, Anda bisa mulai percaya bahwa potensi Anda jauh lebih besar dari yang Anda kira.

    1. Sadari pola pikir yang membatasi

    Langkah pertama untuk menguatkan keyakinan adalah mengenali pikiran yang menahan Anda. Pikiran seperti “saya tidak secerdas mereka” atau “saya pasti gagal” sering muncul tanpa disadari dan membentuk persepsi negatif tentang kemampuan sendiri. Sadari kapan pola ini muncul, lalu tanyakan pada diri sendiri tentang benarkah pikiran ini benar atau hanya hasil kebiasaan lama. Begitu Anda menyadarinya, Anda mulai memiliki kendali untuk memilih cara pandang baru yang lebih realistis dan mendukung.

    2. Kurangi overthinking yang melelahkan

    Kebiasaan terlalu banyak berpikir justru memperlemah rasa percaya diri. Saat Anda terus memutar ulang kesalahan atau kekhawatiran, otak akan kehabisan energi untuk bertindak. Alih-alih tenggelam dalam analisis berlebihan, cobalah fokus pada langkah kecil yang bisa dilakukan saat ini. Misalnya, mulai menyelesaikan tugas sederhana atau berbicara dengan seseorang yang mendukung. Semakin sering Anda bertindak, semakin kecil ruang bagi pikiran negatif untuk mengambil alih.

    Ilustrasi strategi agar yakin dan tidak meremehkan potensi diri (Freepik/cookie_studio)

    3. Pahami akar keraguan Anda

    Rasa tidak yakin sering kali berakar pada pengalaman masa lalu. Mungkin kritik keras dari lingkungan atau kegagalan yang pernah membuat Anda takut mencoba lagi. Melansir Psychology Today, Jumat, 31 Oktober, penting untuk mengenali sumber rasa ragu ini, bukan sekadar melawannya. Saat Anda tahu dari mana asalnya, Anda bisa menanggapinya dengan lebih bijak dan penuh empati. Ingat, keraguan bukan tanda kelemahan, tapi peluang untuk mengenal diri lebih dalam.

    4. Bangun kebiasaan afirmasi positif

    Kunci untuk memperkuat kepercayaan pada potensi diri adalah mengubah cara Anda berbicara kepada diri sendiri. Cobalah memulai hari dengan kalimat seperti “Saya mampu belajar hal baru” atau “Saya pantas mendapatkan kesempatan baik.” Ritual sederhana ini membantu melatih otak untuk membangun asosiasi positif tentang kemampuan Anda. Dengan konsistensi, afirmasi positif akan menggantikan suara batin yang kritis dengan keyakinan yang lebih sehat.

    5. Temukan makna dalam proses, bukan hanya hasil

    Sering kali kita mengukur kemampuan berdasarkan hasil akhir, padahal proseslah yang membentuk kekuatan sejati. Fokus pada kemajuan kecil yang Anda capai setiap hari, bukan hanya pencapaian besar. Saat Anda menikmati perjalanan dan belajar dari setiap langkah, rasa yakin akan tumbuh secara alami. Kesadaran ini juga membuat Anda lebih berani mencoba hal baru tanpa takut gagal.

    6. Rawat konsistensi dan diri Anda dengan lembut

    Perubahan pola pikir tidak terjadi dalam semalam, dan itu wajar. Jangan menekan diri untuk langsung sempurna. Cukup terus berlatih dengan lembut. Ini bisa dimulai dengan meluangkan waktu istirahat, tulis refleksi harian, atau rayakan keberhasilan kecil yang sering terlewat. Dengan sikap penuh kasih dan konsistensi, Anda akan menyadari bahwa keyakinan sejati tumbuh bukan dari tekanan, melainkan dari penerimaan yang tulus terhadap diri sendiri.

    Menjadi yakin dan tidak meremehkan potensi diri bukan soal menghapus keraguan sepenuhnya, melainkan belajar hidup berdampingan dengannya dengan cara yang lebih sehat. Strategi di atas dapat membantu Anda menumbuhkan keyakinan yang stabil, bukan sesaat. Saat Anda mulai mempercayai proses dan berhenti membatasi diri, Anda akan melihat betapa kuat, berharga, dan mampu Anda sebenarnya.

  • Industri Tekstil Menanti Tangan Dingin Purbaya Sikat Mafia Impor Baju Bekas

    Industri Tekstil Menanti Tangan Dingin Purbaya Sikat Mafia Impor Baju Bekas

    Bisnis.com, JAKARTA – Maraknya peredaran baju bekas selundupan masih menghantui industri tekstil dalam negeri. Gebrakan baru dari pemerintah pun dinanti untuk memberantas praktik impor baju bekas.

    Sejatinya, importasi baju bekas telah dilarang dan merupakan praktik ilegal. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 (Permendag-18/2021) jo. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 (Permendag-40/2022) tentang Barang Dilarang Ekspor Dan Barang Dilarang Impor (termasuk pakaian bekas).

    Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tidak menampik peraturan terkait importasi baju bekas masih memiliki banyak kelemahan sehingga terjadi kebocoran. Oleh sebab itu, dia akan memperketat aturan dan pengawasan, terutama pada jalur masuk baju bekas impor.

    Purbaya menyampaikan keinginannya untuk kembali menghidupkan kembali industri tekstil dalam negeri. Dia pun berjanji akan menindak tegas para importir balpres atau pakaian bekas yang dikemas dalam bentuk karung padat.

    Komitmen tersebut memberikan harapan baru bagi para pelaku industri tekstil. Pasalnya, peredaran barang impor ilegal, termasuk baju bekas, ini dinilai menjadi salah satu penyebab industri tekstil tertekan.

    “Banyaknya pabrik yang tutup dan PHK salah satu penyebabnya adalah importasi ilegal selain importasi dumping,” ujar Ketua Umum Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wiraswasta kepada Bisnis, Kamis (30/10/2025).

    Redma menilai penindakan terhadap barang impor ilegal, termasuk baju bekas, selama ini belum efektif. Menurutnya, baju bekas impor masih mudah ditemukan di pasaran. Bahkan, baju baru impor ilegal dalam bentuk balpres juga makin marak.

    Menurutnya, penegakan hukum menjadi kunci utama pemberantasan impor ilegal, termasuk peran Bea Cukai sangat krusial dalam menjaga pintu masuk barang impor. Namun, langkah perbaikan tidak akan berjalan efektif selama masih ada oknum di dalam lembaga tersebut yang terlibat dalam praktik curang.

    Redma juga menilai pemerintah perlu melakukan perbaikan sistem kepabeanan agar lebih ketat dan transparan.

    “Semua kontainer harus masuk AI scanner untuk mencocokkan dengan dokumennya, hal ini akan meniadakan jalur merah-jalur hijau yang selama ini jadi permainan oknum Bea Cukai,” kata Redma.

    Calon pembeli memilih pakaian impor bekas di Jakarta, Senin (26/6/2023)./Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

    Pengetatan Pengawasan Jalur Pemasok

    Sementara itu, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) meminta agar pemerintah memberantas jalur pemasok dan importir besar baju bekas yang masuk ke Indonesia. Pasalnya, maraknya baju bekas selundupan telah merugikan negara hingga Rp1 triliun per tahun.

    Sekretaris Jenderal API Andrew Purnama mengatakan, pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 40 Tahun 2022 (Permendag No. 40/2022) melarang impor baju bekas, bukan perdagangan baju bekas (thrifting) yang beredar dalam negeri.

    “Jadi, yang harus diberantas adalah jalur pemasok dan importir besar, bukan pedagang pasar yang hanya menjual barang yang sudah beredar di dalam negeri,” kata Andrew kepada Bisnis, Kamis (30/10/2025).

    Kendati demikian, Andrew menyampaikan API mengapresiasi langkah penegakan hukum yang telah dilakukan pemerintah selama 1 tahun pemerintahan Prabowo Subianto—Gibran Rakabuming Raka, termasuk penyitaan dan penindakan terhadap impor pakaian bekas ilegal.

    Menurutnya, penindakan sudah berjalan. Hanya saja, Andrew menyebut, pemerintah perlu memastikan sisi hulu, yakni jalur masuknya barang perlu diperketat untuk jangka panjang. Sebab, sambung dia, selama jalur masuknya terbuka, maka arus barang ilegal akan terus mencari cara untuk masuk.

    Berdasarkan perhitungan API, estimasi konservatif potensi kerugian negara akibat masuknya impor baju bekas ilegal berada di kisaran Rp600 miliar—Rp 1 triliun per tahun. Namun, Andrew menyampaikan bahwa estimasi ini merupakan industri berbasis metodologi trade-remedy, bukan klaim asumtif.

    Estimasi tersebut mengacu data penindakan Bea Cukai dan simulasi penerimaan fiskal. Perinciannya, data penindakan Bea Cukai menunjukkan sekitar 21.000 bal pakaian bekas ilegal bernilai sekitar Rp120 miliar dalam 1 tahun, serta umumnya barang yang tertangkap hanya di kisaran 10–20% dari total arus masuk.

    Di sisi lain, Andrew menuturkan, peredaran baju bekas ilegal terhadap industri tekstil dan garmen berdampak dari hilir ke hulu, mulai dari garmen lokal yang kehilangan pesanan, pabrik kain menurunkan kapasitas, pemintal dan penenun mengurangi jam kerja hingga turunnya permintaan industri serat dan benang.

    Padahal, Andrew mengungkap, berdasarkan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) 2024, industri tekstil dan garmen menyerap lebih dari 3,9 juta pekerja.

    “Jadi ketika utilitas pabrik turun, yang terdampak bukan hanya pabrik, tetapi pendapatan rumah tangga para pekerja,” lanjutnya.

    Selain itu, dia juga menyoroti budaya thrifting di Indonesia yang saat ini bergeser. Dia mengungkap, di negara lain, thrifting adalah kegiatan sosial untuk mereka yang benar-benar tidak mampu membeli baju baru, bahkan banyak yang berbasis charity alias sangat rendah atau gratis.

    Namun, di Indonesia, tambah Andrew, thrifting justru berubah menjadi tren bagi konsumen yang sebenarnya mempunyai daya beli. Dia menyebut, kondisi ini membuat produk lokal semakin tersisih. Padahal, dia menerangkan pakaian yang diproduksi oleh industri kecil menengah (IKM) lokal masih sangat terjangkau, yakni di kisaran Rp50.000–200.000.

    “Membeli produk lokal berarti menghidupkan pekerja lokal. Kita bisa membeli ponsel belasan juta, tetapi sering merasa keberatan membeli baju lokal di bawah Rp100.000–200.000, pola pikir ini yang perlu diubah,” tambahnya.

    Untuk itu, API menilai pemerintah perlu memperbaiki sederet kebijakan untuk mencegah masuknya impor baju bekas ilegal. Pertama, di hulu (perbatasan), yakni dengan memperkuat pengawasan dan memutus jalur importir besar, bukan hanya razia di pasar

    Kedua, konsistensi regulasi. API meminta agar pemerintah memastikan implementasi Permendag No. 17/2025 dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 27/2025 (Permenperin No. 27/2025) berjalan stabil.

    Ketiga, dampak sosial. Dalam hal ini, Andrew menyarankan agar pedagang thrift kecil harus dibina, bukan dipidanakan. Serta keempat, melalui edukasi publik dengan mengembalikan makna thrifting sebagai kegiatan sosial, bukan gaya hidup bagi yang mampu.

    Praktik Mafia Lintas Negara

    Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memperingatkan adanya praktik mafia lintas negara di balik baju bekas impor yang masih membanjiri Indonesia.

    Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef Andry Satrio Nugroho menyebut, fenomena impor baju bekas bukan lagi persoalan kecil lantaran melibatkan jejaring perdagangan lintas negara yang terorganisir.

    Bahkan, Andry menyebut fenomena ini telah menjadi masalah di kawasan Asia Tenggara, di mana sejumlah negara seperti Malaysia dan Thailand turut menghadapi gelombang besar impor pakaian bekas.

    “Kalau kita melihat memang impor baju bekas ini yang saya bisa katakan dalam tanda kutip mafianya. Ini perlu berhati-hati karena ini lintas negara dan problem-nya itu tidak hanya dirasakan oleh Indonesia saja,” kata Andry kepada Bisnis, Kamis (30/10/2025).

    Untuk itu, Andry mendesak pemerintah untuk memperketat pengawasan dari sisi hulu agar praktik impor ilegal dapat dihentikan di pintu masuk perdagangan.

    “Gempuran dari impor-impor baju bekas itu juga terjadi di Malaysia, di Thailand. Jadi Indonesia tidak sendiri. Nah, sekarang kita harus memperketat, memperketat dari sisi jalur perdagangannya, terutama dari sisi pintu masuk,” imbuhnya.

    Menurutnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus memperketat pengawasan pada jalur masuk impor baju bekas. 

    “Kementerian Keuangan dan Kementerian Perdagangan jangan sampai hanya fokus di hilir saja, tetapi di hulunya pintu masuk itu menjadi salah satu entry point pertama masuknya pakaian bekas tersebut,” terangnya.

    Apalagi, Andry menambahkan, banjir impor baju bekas tidak hanya menimbulkan gangguan pasar domestik, melainkan berpotensi menggerus penerimaan negara. Sebab, banyak barang yang masuk ke Indonesia tanpa dikenakan pajak dan bea masuk.

    Padahal, sambung dia, industri tekstil dan garmen dalam negeri jauh lebih unggul karena memberikan kontribusi nyata terhadap penerimaan negara, yakni berupa pajak penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan nilai (PPN).

    Di sisi lain, Andry menilai tren pembelian baju bekas juga didorong oleh persepsi keliru masyarakat terhadap barang bermerek (branded). Menurutnya, tidak semua baju bekas bermerek yang dijual di pasaran merupakan produk asli dan sebagian besar justru merupakan barang tiruan yang beredar tanpa pengawasan.

    “Kami melihat tidak hanya isu terkait dengan baju bekas tetapi juga baju palsu atau KW. Nah ini menurut saya harus dijaga regulasinya agar kita bisa memberikan pengetatan,” tambahnya.

    Di samping itu, Andry menilai maraknya pakaian bekas impor juga menunjukkan minimnya terhadap hak kekayaan intelektual (HKI) dan membuka potensi risiko kesehatan.

    Meski demikian, Indef menilai kebijakan pengetatan impor baju bekas juga harus diimbangi dengan solusi bagi para pedagang agar tidak kehilangan mata pencaharian.

    Andry menilai, proses peralihan ini memerlukan dukungan dari pemerintah pusat dan daerah, termasuk melalui bantuan modal dan pembinaan bagi sentra-sentra penjualan pakaian bekas.

    “Menurut saya, seharusnya pemerintah memberikan kesempatan bagi mereka yang saat ini menjual pakaian-pakaian bekas untuk segera beralih,” tuturnya.

  • Dinosaurus Masih Jaya Kalau Asteroid Tak Hantam Bumi

    Dinosaurus Masih Jaya Kalau Asteroid Tak Hantam Bumi

    Jakarta

    Dinosaurus tidak akan punah jika tidak terjadi hantaman asteroid yang dahsyat, kata para peneliti. Studi ini menantang gagasan yang menyebutkan hewan-hewan tersebut sudah mengalami penurunan populasi bahkan sebelum asteroid menghantam Bumi.

    Sekitar 66 juta tahun yang lalu, pada akhir Periode Kapur, sebuah batu luar angkasa raksasa menabrak Bumi, memicu kepunahan massal yang memusnahkan semua dinosaurus kecuali burung. Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa populasi dinosaurus memang sudah mengalami penurunan.

    Kini para peneliti mengatakan penanggalan sebuah formasi batuan di New Mexico menimbulkan keraguan pada gagasan itu, yang menunjukkan dinosaurus berkembang pesat hingga terjadi tabrakan yang mengubah sejarah.

    “Saya pikir berdasarkan studi baru kami, hal itu menunjukkan bahwa, setidaknya di Amerika Utara, mereka tidak menuju kepunahan,” kata Dr Andrew Flynn, penulis pertama penelitian di New Mexico State University, dikutip dari National Geographic.

    Menulis di jurnal Science, Flynn dan rekannya melaporkan bagaimana mereka menentukan umur satuan batuan yang disebut Anggota Naashoibito di cekungan San Juan menggunakan dua metode.

    Yang pertama melibatkan analisis rasio dua isotop argon dalam kristal yang ditemukan di batuan, yang memberikan perkiraan usia maksimum pembentukannya. Yang kedua melibatkan analisis keselarasan partikel magnetik dalam material pembentuk batuan, sebuah fitur yang mencerminkan arah medan magnet Bumi pada saat batuan tersebut terbentuk.

    “Peristiwa kepunahan ini sebenarnya terjadi tepat di tengah-tengah periode yang cukup singkat di mana polaritas kutub magnet Bumi terbalik,” kata Flynn.

    Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan bahwa bagian Anggota Naashoibito tempat fosil dinosaurus termuda ditemukan terbentuk, paling lama, sekitar 350 ribu tahun sebelum kepunahan massal.

    “Ini adalah dinosaurus terakhir di Amerika Utara bagian selatan,” kata Flynn.

    Tim tersebut mengatakan hasil penelitian menunjukkan dinosaurus pada periode tersebut lebih beragam daripada yang diperkirakan sebelumnya. “Tidak ada fauna dinosaurus Amerika Utara yang seragam yang membuat mereka sangat rentan terhadap kepunahan,” kata Flynn.

    Memang, meskipun ada beberapa spesies yang umum di utara dan selatan Amerika Utara, termasuk predator besar seperti T. rex, ada juga perbedaan yang mencolok, sesuatu yang menurut para peneliti mencerminkan variasi iklim.

    Profesor Steve Brusatte, salah satu penulis studi di University of Edinburgh, mengatakan bahwa di wilayah utara terdapat banyak triceratops bertanduk dan dinosaurus berparuh bebek standar seperti Edmontosaurus. Namun di selatan terdapat dinosaurus berparuh bebek dengan jambul yang rumit dan, yang paling mencolok, terdapat sauropoda raksasa berleher panjang.

    “Ada satu sauropoda, alamosaurus, panjangnya hampir 30 meter dan beratnya lebih dari Boeing 737. Tidak ada tanda-tanda bahwa dinosaurus ini sedang dalam masalah, atau bahwa ada sesuatu yang tidak biasa terjadi pada mereka, atau bahwa mereka sedang mengalami penurunan jangka panjang,” kata Brusatte.

    Flynn mengatakan persepsi bahwa keanekaragaman dinosaurus secara keseluruhan menurun sebelum asteroid menghantam bisa jadi merupakan akibat dari lebih sedikitnya batuan yang tersingkap, dan karenanya lebih sedikit fosil, yang berasal dari akhir Periode Cretaceous dibandingkan pada awal zaman tersebut.

    “Sepertinya, sejauh yang kami ketahui, tidak ada alasan mereka punah kecuali karena dampak asteroid,” katanya.

    Profesor Michael Benton dari University of Bristol menyambut baik penelitian ini. Ahli paleontologi yang tidak terlibat dalam penelitian ini mengatakan, bukti baru tentang dinosaurus yang bertahan hidup sangat lambat di New Mexico ini sangat menarik, dan setidaknya menunjukkan bahwa fauna di satu lokasi beragam.

    Namun, ia memberi catatan bahwa makalah tersebut hanya melihat satu lokasi, bukan representasi kompleksitas spesies dinosaurus saat itu di Amerika Utara, atau di seluruh dunia.

    “Seperti yang juga ditunjukkan oleh para penulis dalam makalah tersebut, secara umum dinosaurus pada 6 juta tahun terakhir Zaman Kapur kurang beragam, dari 43 spesies sebelumnya menjadi 30 spesies di Amerika Utara bagian barat,” ujarnya.

    “Kami berpendapat bahwa terdapat bukti penurunan jumlah dinosaurus secara keseluruhan menjelang akhir Zaman Kapur, dengan fauna-fauna tertentu yang kaya di daerah dengan iklim yang mendukung,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • Wali Kota Mojokerto Tekankan Pentingnya Budaya Sadar Risiko dalam Tata Kelola Pemerintahan

    Wali Kota Mojokerto Tekankan Pentingnya Budaya Sadar Risiko dalam Tata Kelola Pemerintahan

    Mojokerto (beritajatim.com) – Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari menegaskan pentingnya penerapan manajemen risiko secara menyeluruh di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto. Hal tersebut disampaikan saat membuka secara daring kegiatan Asistensi Manajemen Risiko yang digelar oleh Inspektorat Kota Mojokerto.

    Dalam arahannya, Wali Kota yang akrab disapa Ning Ita ini menyampaikan bahwa keberhasilan organisasi pemerintah tidak hanya diukur dari capaian program dan kegiatan, tetapi juga dari kemampuan dalam mengantisipasi, mengidentifikasi, serta mengelola berbagai risiko yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan pembangunan.

    “Pengembangan budaya sadar risiko merupakan kunci utama dalam memperkuat penerapan manajemen risiko di lingkungan Pemerintah Kota Mojokerto. Upaya tersebut dilakukan melalui tiga pendekatan utama, yakni peningkatan kesadaran berbudaya sadar risiko, manajemen perubahan budaya risiko organisasi, dan penyempurnaan budaya sadar risiko organisasi,” ungkapnya, Kamis (30/10/2025).

    Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya komitmen pimpinan dalam mempertimbangkan risiko pada setiap pengambilan keputusan. Menurutnya, hal ini merupakan bentuk nyata dari pengembangan budaya sadar risiko yang perlu disertai penyampaian informasi berkelanjutan kepada seluruh jajaran, penyediaan program pelatihan manajemen risiko.

    “Serta pengintegrasian manajemen risiko ke dalam seluruh proses bisnis organisasi. Langkah-langkah ini menjadi pijakan penting untuk memastikan bahwa budaya sadar risiko benar-benar menjadi bagian dari birokrasi Pemerintah Kota Mojokerto,” katanya.

    Dalam kesempatan tersebut, Ning Ita juga menyampaikan bahwa implementasi manajemen risiko di Kota Mojokerto telah sejalan dengan Peraturan Wali Kota Mojokerto Nomor 58 Tahun 2023 tentang Pedoman Rencana Pengendalian Kecurangan (Fraud Control Plan/FCP). Regulasi tersebut mengintegrasikan pengelolaan risiko dengan manajemen risiko Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE).

    “Sehingga seluruh aspek penyelenggaraan pemerintahan. Baik strategis, operasional, maupun teknologi informasi memiliki sistem pengendalian risiko yang menyeluruh dan berkelanjutan,” ujarnya.

    Menutup arahannya, Ning Ita berharap kegiatan asistensi ini dapat menjadi sarana bagi seluruh perangkat daerah untuk berbagi pengalaman, memperkuat koordinasi, dan menyamakan persepsi dalam membangun sistem manajemen risiko yang kokoh, efektif, dan berdaya guna.

    “Dengan dukungan dan sinergi dari seluruh pihak, saya yakin Pemerintah Kota Mojokerto akan semakin siap menghadapi berbagai tantangan pembangunan ke depan, sekaligus memperkuat pondasi pemerintahan yang transparan dan akuntabel,” pungkasnya. [tin/ian]

  • Kemendagri: Koperasi Merah Putih transformasi ekonomi daerah pesisir

    Kemendagri: Koperasi Merah Putih transformasi ekonomi daerah pesisir

    Jakarta (ANTARA) – Direktorat Jenderal Bina Administrasi Kewilayahan Kementerian Dalam Negeri mendorong transformasi ekonomi daerah pesisir Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih dalam rangka memperkuat ekonomi biru dan hilirisasi sektor kelautan dan perikanan.

    Langkah ini diharapkan dapat memperkuat kesejahteraan masyarakat pesisir sekaligus menjaga keberlanjutan sumber daya alam yang menjadi penopang utama ekonomi biru. Hal ini adalah bagian dari agenda nasional untuk mewujudkan Astacita Presiden Prabowo Subianto.

    “Hal ini merupakan bagian dari komitmen bersama untuk menjalankan Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2025 tentang Percepatan Pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih,” kata Direktur Kawasan, Perkotaan, dan Batas Negara Ditjen Bina Administrasi Kewilayahan Amran dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

    Hal itu disampaikannya saat membuka rapat koordinasi bertajuk Penguatan Peran Pemerintah Daerah dalam Mendukung Penyelenggaraan Koperasi Merah Putih di Kawasan Pesisir.

    Amran menegaskan pentingnya forum koordinasi ini untuk memperkuat peran pemerintah daerah dalam penyelenggaraan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih yang terintegrasi dengan destinasi wisata bahari di kawasan strategis.

    Pemerintah mendorong pemanfaatan kawasan khusus seperti Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) di daerah pesisir sebagai potensi penggerak ekonomi nasional menuju target pertumbuhan 8 persen.

    Amran berharap, melalui rapat ini dapat terhimpun data penyelenggaraan Koperasi Merah Putih di wilayah pesisir berbasis sektor pariwisata.

    Hasilnya diharapkan dapat digunakan untuk merumuskan rekomendasi kebijakan model integrasi koperasi dengan pengembangan destinasi bahari di KSPN, sekaligus menyamakan persepsi antar pemangku kepentingan pusat dan daerah dalam penguatan koperasi di kawasan pesisir.

    Dalam rapat tersebut, perwakilan Kementerian Koperasi Eko Sari Budirahayu menjelaskan bahwa pihaknya tengah berfokus pada pendampingan Business Assistant (BA) bagi Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDKMP).

    Tenaga pendamping ini berperan dalam pengelolaan dokumen, penyusunan laporan, pendampingan akses SIMKOPDES, hingga memastikan koperasi dapat mandiri dan beroperasi secara berkelanjutan.

    Dari perspektif sektor kelautan dan pariwisata, Eka Kurniadi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan menyampaikan dukungan melalui pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih yang dirancang terintegrasi dari hulu ke hilir untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat nelayan.

    Sementara itu, Utari Widyastuti dari Kementerian Pariwisata menambahkan, program Desa Wisata juga turut mendukung penyelenggaraan Koperasi Merah Putih melalui kolaborasi lintas kementerian guna memperkuat ekosistem pariwisata berbasis desa

    Menutup rapat, Hanafi, Kasubdit Kawasan Khusus Ditjen Bina Adwil, menegaskan bahwa koperasi nelayan eksisting tidak diwajibkan bertransformasi menjadi Koperasi Merah Putih, kecuali bagi koperasi yang masih pasif.

    “Transformasi bersifat sukarela bagi koperasi yang sudah maju,” jelasnya.

    Ia menambahkan, sinergi antar kementerian antara Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Koperasi, Kementerian Pariwisata, dan pemerintah daerah menjadi kunci untuk memperkuat kelembagaan, operasional, serta optimalisasi potensi ekonomi kawasan pesisir.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Humas dan Pustakawan dalam Semangat Sumpah Pemuda

    Humas dan Pustakawan dalam Semangat Sumpah Pemuda

    Bisnis.com, JAKARTA – Setiap bangsa memiliki masa, kejujuran informasi menentukan arah sejarahnya. Kita pernah mengalami itu di masa pergerakan, ketika kabar dan surat-surat perjuangan menjadi alat penyatu tekad kemerdekaan. Kini, di abad ke-21, bangsa Indonesia kembali dihadapkan pada ujian yang serupa namun dalam wujud yang berbeda, yakni krisis makna di tengah melimpahnya informasi.

    Informasi yang dulu menjadi sumber pencerahan kini bisa berubah menjadi sumber kebingungan. Ketika setiap orang dapat menjadi penyampai pesan, batas antara fakta dan opini, antara data dan narasi, semakin kabur. Dalam situasi seperti itu, komunikasi publik bukan hanya soal kecepatan menyampaikan pesan, tetapi tentang bagaimana menjaga makna agar tidak terdistorsi di tengah kebisingan digital.

    Di sinilah peran Humas (Hubungan Masyarakat) dan Pustakawan menjadi sangat strategis. Keduanya merupakan komunikator publik yang berada di garda depan penyebaran pengetahuan dan pembentukan kepercayaan sosial. Meskipun berasal dari disiplin yang berbeda, keduanya memiliki tanggung jawab moral yang sama, yaitu memastikan bahwa informasi yang sampai kepada publik bersumber dari niat baik, disampaikan dengan etika, dan berorientasi pada kepentingan bangsa. Humas sebagai penjaga kredibilitas badan publik, Pustakawan sebagai komunikator pengetahuan.

    Dalam pandangan Harold D. Lasswell (1948), komunikasi yang efektif dapat diringkas dalam pertanyaan sederhana. Who says what, in which channel, to whom, and with what effect? Pertanyaan itu menegaskan bahwa kualitas komunikasi sangat ditentukan oleh siapa yang berbicara dan bagaimana ia menyampaikan pesannya.

    Humas adalah representasi dari lembaga. Wajah dan suara yang menentukan apakah publik akan percaya atau justru curiga. Fungsi utamanya bukan sekadar menyampaikan informasi, melainkan membangun dan memelihara kepercayaan publik (public trust). Dalam konteks lembaga negara seperti Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI), kepercayaan itu dibangun melalui komunikasi yang transparan, konsisten, dan berorientasi pelayanan.

    Humas lembaga publik dituntut untuk menjadi komunikator yang adaptif. Mereka harus mampu mengelola pesan di berbagai saluran. Misalnya, mulai dari pernyataan resmi di situsnya, hingga informasi populer di kanal media sosialnya. Tidak hanya itu, kolaborasi Humas dengan Pustakawan dapat dibuktikan dalam kerja-kerja komunikator, mulai dari klarifikasi isu hingga kampanye literasi digital. Mereka tidak hanya bekerja dalam ranah informasi, tetapi juga mengelola persepsi dan reputasi.

    Cutlip, Center, dan Broom (2006) dalam Effective Public Relations menyebut Humas sebagai fungsi manajemen yang membangun dan memelihara hubungan saling pengertian antara organisasi dan publiknya. Dalam era disinformasi, fungsi itu bergeser dari sekadar hubungan ke arah tanggung jawab moral: bagaimana memastikan masyarakat memperoleh informasi yang benar, tidak menyesatkan, dan memberi manfaat sosial.

    Ketika terjadi krisis informasi, misalnya penyebaran hoaks, kesalahan data, atau miskomunikasi kebijakan, Humas dituntut untuk bertindak cepat, akurat, dan beretika. Di sinilah profesionalitas komunikator diuji. Bukan hanya bagaimana ia menenangkan situasi, menguraikan informasi agar public teredikasi, melainkan juga bagaimana ia menjaga kepercayaan publik agar tetap utuh.

    Jika Humas adalah komunikator pesan, maka pustakawan adalah komunikator makna. Mereka tidak hanya menyimpan buku atau naskah, melainkan mengelola pengetahuan. Di tangan pustakawan, informasi mentah diubah menjadi pengetahuan yang terorganisasi, tervalidasi, dan mudah diakses.

    McQuail (2010) dalam Mass Communication Theory menekankan bahwa fungsi komunikator publik tidak sekadar menyampaikan pesan, tetapi menciptakan shared understanding atau kesepahaman bersama yang menjadi dasar bagi kohesi sosial. Pustakawan melaksanakan fungsi ini melalui literasi informasi, pelestarian sumber pengetahuan, dan pendidikan publik.

    Dalam konteks Perpusnas RI, pustakawan menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan. Melalui pengelolaan naskah-naskah Nusantara, mereka menjaga warisan pengetahuan bangsa agar tidak hilang ditelan zaman. Pengarsipan, digitalisasi, dan promosi naskah bukan semata kegiatan teknis, tetapi bagian dari komunikasi kebangsaan. Naskah-naskah itu berisi nilai moral, etika sosial, dan filosofi hidup yang membentuk identitas nasional.

    Di era digital, pustakawan tidak lagi hanya berada di balik meja, melainkan aktif di ruang publik. Pustakawan mengedukasi masyarakat tentang cara menilai kredibilitas sumber, memverifikasi informasi, dan menggunakan media digital dengan bijak. Mereka adalah “silent educators” yang menanamkan literasi sebagai bentuk ketahanan nasional terhadap arus disinformasi.

    Humas dan pustakawan sesungguhnya memiliki tiga nilai fundamental yang sama, yaitu kepercayaan publik, integritas, dan etika komunikasi. Mereka bekerja untuk melayani masyarakat, bukan sekadar menyenangkan atasan. Baik Humas maupun pustakawan beroperasi di atas landasan etika profesional dan kebenaran data.

    Sinergi keduanya menciptakan ekosistem komunikasi yang sehat. Humas memastikan pesan lembaga disampaikan dengan kredibel, sementara pustakawan memastikan isi pengetahuan yang dibagikan benar dan terverifikasi.

    Perpusnas RI telah menjadi contoh bagaimana kolaborasi dua profesi ini bisa membangun ekosistem literasi yang kuat. Dalam program Kelas Literasi Anak (KELANA) Spesial Hari Sumpah Pemuda, misalnya, pendekatan literasi tidak hanya dilakukan lewat membaca, tetapi juga melalui psikoedukasi dan keterampilan olah wicara. Di sini, pustakawan, humas, dan komunitas bekerja bersama menanamkan nilai keberanian berbicara, empati, serta kecintaan terhadap pengetahuan sejak usia dini.

    Program semacam ini membuktikan bahwa komunikasi publik tidak berhenti pada penyebaran informasi, tetapi meluas menjadi pendidikan karakter. Itulah makna terdalam dari fungsi komunikator publik dalam lembaga literasi negara: menjadi penjaga makna, bukan sekadar penyampai berita.

    Sumpah Pemuda dan Literasi Digital

    Ketika para pemuda tahun 1928 mengikrarkan Sumpah Pemuda, mereka tidak hanya menyatukan bahasa, bangsa, dan tanah air, tetapi mereka juga menyatukan makna. Mereka memahami bahwa bangsa yang tercerai secara makna akan mudah goyah secara politik dan sosial.

    Kini, Indonesia kembali berada di persimpangan serupa, bahwa tantangan terbesar bukan lagi kolonialisme asing, melainkan kolonialisme informasi. Jika dulu bangsa ini berjuang melawan penjajahan fisik, kini ia berjuang melawan penjajahan algoritma, bias media, dan banjir hoaks yang menyesatkan.

    Dalam konteks kekinian, makna “Satu Nusa” dapat dibaca sebagai komitmen menjaga kedaulatan informasi nasional. Tanah air tidak hanya sebidang wilayah geografis, tetapi juga ruang pengetahuan tempat warga bangsa membangun kesadaran bersama.

    Humas menjadi penjaga agar ruang itu tidak tercemar oleh informasi palsu. Mereka memastikan bahwa komunikasi publik yang keluar dari lembaga negara, termasuk Perpusnas, berbasis data dan memperkuat rasa percaya terhadap institusi publik. Pustakawan memastikan isi pengetahuan yang menjadi referensi publik tetap orisinal dan dapat dipertanggungjawabkan.

    Ketika kedua peran ini berjalan seiring, bangsa memiliki fondasi kuat. Fondasi itu adalah informasi yang akurat dan publik yang literat. Itulah bentuk baru dari “kemerdekaan berpikir” yang menjadi cita-cita para pendiri bangsa.

    Makna “Satu Bangsa” kini menemukan relevansinya dalam kolaborasi lintas profesi dan generasi. Humas tidak bisa bekerja sendiri; mereka memerlukan pustakawan, peneliti, dan pendidik untuk memastikan bahwa pesan publik didukung oleh data dan sumber tepercaya. Sebaliknya, pustakawan membutuhkan dukungan Humas agar hasil kerjanya diketahui dan dimanfaatkan publik secara luas.

    Dengan pendekatan komunikasi publik yang efektif, nilai-nilai kearifan lokal dari naskah-naskah lama dapat dihidupkan Kembali, dalam konteks kebangsaan masa kini. Bahkan nilai-nilai tersebut dapat menjadi sumber inspirasi etika, spiritualitas, dan tanggung jawab sosial. Itulah esensi dalam kolaborasi kebangsaan, ketika setiap profesi menyumbangkan keahliannya untuk memperkuat collective intelligence bangsa.

    Bahasa menjadi sarana pemersatu. Namun, di era media sosial, bahasa juga bisa menjadi sumber perpecahan. Komentar tajam, ujaran kebencian, dan disinformasi kerap mengaburkan empati yang menjadi dasar komunikasi kebangsaan. Di titik ini, humas dan pustakawan memegang tanggung jawab penting. Kedua profesi tersebut bertugas mengembalikan bahasa publik ke fungsi aslinya, yaitu bahasa yang mencerdaskan dan menenangkan.

    Bahasa komunikasi publik seharusnya membangun pengertian, bukan mengadu domba. Ia harus inklusif, jernih, dan mengandung kejujuran. Humas mengelola pesan dengan etika, pustakawan mengelola pengetahuan dengan integritas. Keduanya mengajarkan publik untuk menggunakan bahasa yang berempati, untuk membaca dan berbicara dengan hati.

    Semangat Sumpah Pemuda bukan sekadar romantika sejarah. ia adalah kompas moral untuk menghadapi tantangan komunikasi modern. Dalam dunia yang dipenuhi informasi instan dan opini tak terbatas, semangat itu mengingatkan kita bahwa keutuhan bangsa hanya bisa dijaga jika kebenaran dijaga bersama.

    Humas dan pustakawan adalah dua penjaganya. Mereka mungkin tidak berada di barisan depan politik, tetapi merekalah yang memastikan agar bangsa ini tidak kehilangan jati dirinya di tengah perang makna. Di situlah semangat “pemuda bergerak” menemukan makna baru. Bukan lagi sekadar turun ke jalan, tetapi bergerak dalam literasi, komunikasi, dan tanggung jawab sosial.

    Pada akhirnya, Humas dan pustakawan adalah dua wajah dari satu panggilan, yaitu menjaga bangsa agar tetap bersatu dalam pengetahuan dan kebenaran. Keduanya bekerja di ruang yang berbeda, tetapi memiliki tujuan yang sama, membangun kepercayaan publik yang menjadi dasar kemajuan bangsa.

    Di tengah krisis informasi global, mereka berperan sebagai penuntun arah moral komunikasi, di mana Humas menjaga agar pesan publik tetap etis dan kredibel dan pustakawan menjaga agar isi pengetahuan tetap jernih dan terbuka. Keduanya menjadi manifestasi modern dari semangat Sumpah Pemuda, semangat untuk berpikir jernih, berkolaborasi, dan menjaga persatuan.

    Puluhan tahun setelah ikrar itu dikumandangkan, tantangan bangsa telah berubah dari perang senjata menjadi perang makna. Namun selama masih ada mereka yang bekerja dengan hati, yang menjaga kebenaran dengan tenang, dan yang berkomunikasi dengan empati, bangsa ini tidak akan kehilangan arah.

    Humas dan pustakawan mungkin bukan para orator di podium besar, tetapi merekalah penjaga nalar publik di tengah badai informasi. Selama semangat Sumpah Pemuda terus mengalir dalam kerja mereka, Indonesia akan tetap bersatu dalam bahasa yang jernih, dalam ilmu yang benar, dan dalam keyakinan bahwa pengetahuan adalah wujud paling tinggi dari cinta pada Tanah Air.

     

     

  • Bupati ajak partai politik bangun demokrasi sehat di Kepulauan Seribu

    Bupati ajak partai politik bangun demokrasi sehat di Kepulauan Seribu

    Jakarta (ANTARA) – Bupati Kepulauan Seribu Muhammad Fadjar Churniawan mengajak partai politik yang ada di kepulauan di Provinsi DKI Jakarta itu agar dapat berperan dalam membangun demokrasi sehat, adil, dan realistis.

    “Partai politik mempunyai makna yang sangat penting untuk memberikan pemahaman dan menyatukan persepsi tentang pentingnya pembangunan demokrasi yang sehat, adil dan realistis,” kata Fadjar setelah membuka kegiatan Peningkatan Kemitraan Pemerintah Daerah dengan Partai Politik di salah satu hotel di Jakarta Utara, Kamis.

    Dia pun mengajak para kader partai politik untuk bersama bahu-membahu mewujudkan semangat kebersamaan, kesatuan dan harmonisasi untuk mewujudkan suasana kehidupan bersama yang aman, damai dan harmonis di wilayah Kepulauan Seribu.

    Dia juga meminta para kader partai politik sebagai mitra strategis pemerintah daerah agar menjadi pelopor perekat keragaman dan pemersatu kemajemukan.

    Menurut dia, hal itu bertujuan agar Jakarta yang multi etnis, multi budaya, multi agama serta multi kultural tetap sejuk, damai, nyaman dan aman.

    “Partai politik dapat menjadi menjadi pelopor rasa kebersamaan, membangun ikatan tali silaturahmi antarkader maupun masyarakat lainnya dalam bingkai NKRI,” ujar Fadjar.

    Sementara itu, Kepala Suku Badan KesatuanBangsa dan Politik Kepulauan Seribu Achmad Yani Rivai Yusuf mengatakan ajakan bupati tersebut bertujuan membangun sinergi dan kolaborasi demi kepentingan bersama dengan menyalurkan aspirasi rakyat.

    Selain itu, sambung dia, ajakan tersebut juga bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan publik, membangun etika dan budaya politik yang sehat, mengawasi penyelenggaraan pemerintahan, mewujudkan kedaulatan rakyat dan lainnya.

    “Ada sekitar lima puluh peserta yang berasal dari perwakilan partai politik, organisasi sayap partai dan SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) atau UKPD (Unit Kerja Perangkat Daerah) terkait,” ungkap Achmad.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.