Organisasi: OPEC

  • Harga Minyak Menguat Tersengat 2 Sentimen Ini – Page 3

    Harga Minyak Menguat Tersengat 2 Sentimen Ini – Page 3

    Pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, yang sangat diinginkan oleh pemerintahan Trump, dipandang sebagai cara untuk meningkatkan pengeluaran, sehingga meningkatkan permintaan minyak bumi.

    Flynn juga mengatakan rencana kenaikan produksi yang diumumkan oleh OPEC+ yang akan dimulai pada Juli kemungkinan akan diserap oleh permintaan yang lebih tinggi, sehingga pasokan tetap seimbang dengan permintaan.

    Kantor berita resmi China Xinhua mengatakan pembicaraan perdagangan antara Xi dan Trump berlangsung atas permintaan Washington pada Kamis.

    Trump mengatakan, panggilan telepon tersebut telah menghasilkan “kesimpulan yang sangat positif”, seraya menambahkan AS “dalam kondisi yang sangat baik dengan China dan kesepakatan perdagangan”.

    Kanada juga melanjutkan pembicaraan dagang dengan AS, dengan Perdana Menteri Mark Carney yang berhubungan langsung dengan Trump, menurut Menteri Perindustrian Melanie Joly.

    Pasar minyak terus berfluktuasi dengan berita tentang negosiasi tarif dan data yang menunjukkan bagaimana ketidakpastian perdagangan dan dampak pungutan AS mengalir ke ekonomi global.

    “Potensi peningkatan sanksi AS di Venezuela untuk membatasi ekspor minyak mentah dan potensi serangan Israel terhadap infrastruktur Iran menambah risiko kenaikan harga,” analis di BMI, afiliasi Fitch, mengatakan dalam sebuah catatan pada Jumat.

     

     

  • Harga Minyak Naik Sambut Kepastian Perang Dagang AS-China

    Harga Minyak Naik Sambut Kepastian Perang Dagang AS-China

    New York, Beritasatu.com – Harga minyak mentah naik dari penurunan hari sebelumnya. Berita bahwa Amerika Serikat (AS) dan China sepakat untuk melakukan perundingan perdagangan menjadi sentimen utama penggerak harga minyak.

    Harga minyak mentah berjangka Brent ditutup naik 48 sen atau 0,7% ke US$ 65,34 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup naik 52 sen, atau 0,8%, pada US$ 63,37 per barel.

    “Jika kita menjauh dari ambang perang dagang besar, itu akan meningkatkan ekspektasi permintaan minyak baik di AS maupun di China,” kata analis senior di Price Futures Group, Phil Flynn, seperti dilansir dari Reuters.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan di media sosialnya bahwa pertemuannya dengan dengan Presiden China Xi Jinping akan difokuskan pada perdagangan guna menghasilkan hasil yang sangat positif. “Kami dalam kondisi yang sangat baik dengan China terkait kesepakatan perdagangan,” kata Trump.

    Di sisi lain, peristiwa geopolitik dan kebakaran hutan di Kanada telah mengancam produksi minyak dan memberikan dukungan ke harga, meskipun pasar berpotensi kelebihan pasokan pada paruh kedua tahun ini lantaran adanya kenaikan produksi OPEC+.

    Guna menekan kenaikan harga, Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, memangkas harga untuk pembeli minyak mentah Asia ke hampir level terendah dalam dua bulan. Pemangkasan harga Saudi mengikuti langkah OPEC+ akhir pekan lalu untuk meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari untuk bulan Juli.

    Strategi Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, sebagai cara untuk menghilangkan kelebihan produksi adalah dengan memotong produksi sebesar 2,2 juta barel per hari antara Juni dan akhir Oktober, dalam upaya untuk merebut kembali pangsa pasar.

  • Harga Minyak Mentah Melonjak Usai Presiden Trump Telepon Xi Jinping – Page 3

    Harga Minyak Mentah Melonjak Usai Presiden Trump Telepon Xi Jinping – Page 3

    Kantor berita resmi Xinhua melaporkan sebelumnya bahwa pembicaraan diadakan atas permintaan Trump. Berita itu menggembirakan investor sehari setelah minyak turun 1% karena data menunjukkan stok bensin dan minyak sulingan AS tumbuh lebih dari yang diharapkan, mencerminkan permintaan yang lebih lemah di ekonomi terbesar di dunia itu.

    Analis PVM Tamas Varga mengatakan, peristiwa geopolitik dan kebakaran hutan di Kanada yang bisa mengurangi produksi minyak memberikan dukungan kenaikan harga, meskipun pasar berpotensi kelebihan pasokan pada paruh kedua tahun ini dengan kenaikan produksi OPEC+ yang diharapkan.

    Menahan kenaikan harga minyak mentah pada hari Kamis, Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, memangkas harga bulan Juli untuk pembeli minyak mentah Asia ke hampir level terendah dalam dua bulan.

    Pemotongan harga minyak Arab Saudi menyusul langkah OPEC+ akhir pekan lalu untuk meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari (bph) pada bulan Juli.

    Strategi Arab Saudi, pemimpin de facto OPEC, sebagian adalah untuk menghukum produsen yang kelebihan produksi dengan kemungkinan mengurangi 2,2 juta bph antara bulan Juni dan akhir Oktober, dalam upaya untuk merebut kembali pangsa pasar, Reuters sebelumnya melaporkan.

     

  • OPEC+ Bahas Kenaikan Produksi Minyak Lebih dari 411.000 Bph

    OPEC+ Bahas Kenaikan Produksi Minyak Lebih dari 411.000 Bph

    Jakarta, Beritasatu.com – Organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dijadwalkan menggelar pertemuan virtual pada akhir pekan ini untuk membahas kenaikan produksi minyak pada Juli 2025. Menurut sumber Reuters, kenaikan yang dipertimbangkan bisa melebihi 411.000 barel per hari (bph).

    Delapan negara anggota utama OPEC+ dilaporkan telah meningkatkan produksi lebih cepat dari rencana, meskipun pasokan tambahan ini turut menekan harga minyak dunia. Strategi ini disebut sebagai langkah Arab Saudi dan Rusia untuk menekan negara-negara anggota yang melanggar kuota produksi, sekaligus merebut kembali pangsa pasar global.

    Pertemuan yang akan digelar pada Sabtu (31/5/2025) sore ini diprediksi akan membahas dua opsi utama, yakni menaikkan produksi lebih tinggi dari 411.000 bph, atau tetap mempertahankan angka tersebut. Beberapa sumber menyebut keputusan ini akan dipengaruhi oleh sikap Kazakhstan, yang menolak memangkas produksinya, meskipun melebihi target yang disepakati.

    “Penolakan Kazakhstan terhadap pembatasan produksi bisa mendorong OPEC+ menaikkan pasokan lebih besar,” ujar Helima Croft dari RBC Capital Markets, dikutip dari Reuters.

    Namun, ia masih memprediksi bahwa peningkatan sebesar 411.000 bph untuk Juli adalah kemungkinan paling realistis.

    Menteri Energi Uni Emirat Arab, Suhail Mohamed Al Mazrouei, mengatakan pada awal pekan ini bahwa OPEC+ berupaya seimbang dalam merespons kondisi pasar.

    Harga minyak dunia sempat jatuh ke level terendah dalam empat tahun pada April 2025, turun di bawah US$ 60 per barel, setelah OPEC+ mengumumkan kenaikan produksi tiga kali lipat untuk bulan Mei 2025. Penurunan harga juga dipicu oleh kekhawatiran pelemahan ekonomi global akibat kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. 

  • Harga Minyak Dunia Turun Tertekan Ekspektasi Kenaikan Produksi

    Harga Minyak Dunia Turun Tertekan Ekspektasi Kenaikan Produksi

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia turun pada Jumat (30/5/2025) dan berada di jalur penurunan mingguan kedua berturut-turut. Tekanan datang dari ekspektasi kenaikan produksi oleh OPEC+ pada Juli mendatang, serta ketidakpastian pasar setelah putusan hukum terbaru membuat tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump tetap berlaku.

    Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent untuk kontrak Juli turun 21 sen atau 0,33% menjadi US$ 63,94 per barel pada pukul 13.26 WIB. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 22 sen atau 0,36% ke posisi US$ 60,72 per barel.

    Secara keseluruhan, kedua acuan harga minyak tersebut telah melemah sekitar 1,3% sepanjang pekan ini.

    Penurunan harga terutama dipicu oleh prospek peningkatan pasokan, seiring investor memperkirakan adanya keputusan kenaikan produksi dalam pertemuan delapan anggota OPEC+ pada akhir pekan ini.

    “Panggung sudah disiapkan untuk peningkatan produksi besar-besaran lainnya,” tulis Robert Rennie, kepala riset komoditas dan Karbon Westpac, dalam sebuah catatan.

    Ia memperkirakan kenaikan bisa melebihi 411.000 barel per hari, seperti yang disepakati pada dua pertemuan sebelumnya.

    Analis dari JPMorgan menyebutkan surplus global kini telah melebar hingga 2,2 juta barel per hari (bph). Hal ini kemungkinan akan mendorong penyesuaian harga untuk menyeimbangkan kembali sisi penawaran dan permintaan.

    Di sisi lain, dari Amerika Serikat, tarif “liberation day” yang dikenakan oleh Trump tetap berlaku setelah pengadilan banding federal memutuskan untuk memberlakukan kembali tarif tersebut. Putusan ini membalikkan keputusan pengadilan perdagangan pada Rabu (28/5/2025) yang sempat memblokir sebagian besar tarif tersebut secara langsung.

    Keputusan itu menyebabkan harga minyak turun lebih dari 1% pada Kamis (29/5/2025), karena pelaku pasar mencemaskan dampaknya. Analis memperkirakan ketidakpastian akan tetap menyelimuti pasar selama proses hukum tarif masih berjalan.

    Sejak pengumuman tarif oleh Trump pada 2 April 2025, harga minyak mentah global telah merosot lebih dari 10%.

  • Harga Minyak Mentah Berpotensi Jatuh Lebih dari 1 Persen, Kenapa?

    Harga Minyak Mentah Berpotensi Jatuh Lebih dari 1 Persen, Kenapa?

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia diperkirakan akan menutup pekan ini dengan penurunan lebih dari 1%, seiring kekhawatiran pasar terhadap kemungkinan peningkatan produksi OPEC+ dan ketidakpastian akibat keputusan hukum terkait tarif impor di Amerika Serikat (AS).

    Dilansir dari Reuters, pada Jumat (30/5/2025) pukul 08.04 WIB, harga minyak mentah Brent turun 26 sen atau 0,41% menjadi US$ 63,89 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 27 sen atau 0,44% menjadi US$ 60,67 per barel.

    Kekhawatiran pasar makin meningkat setelah pengadilan banding federal AS pada Kamis (29/5/2025) memutuskan untuk mengaktifkan kembali tarif impor era Presiden Donald Trump, membatalkan keputusan sebelumnya dari pengadilan perdagangan yang sempat menangguhkan tarif besar-besaran tersebut.

    Penangguhan tarif pada Rabu (29/5/2025) sempat menyebabkan harga minyak anjlok lebih dari 1%, karena pelaku pasar mempertimbangkan dampak ekonomi yang mungkin terjadi. Namun, analis memperingatkan bahwa ketidakpastian akan terus membayangi selama proses hukum masih berlangsung.

    Selain itu, Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) dijadwalkan menggelar pertemuan penting pada Sabtu (1/6/2025) untuk menentukan potensi kenaikan produksi minyak mulai Juli 2025.

    Di sisi lain, OPEC juga tengah menekan negara-negara anggotanya yang memproduksi melebihi batas yang disepakati, termasuk Kazakhstan.

  • Harga Minyak Menguat Tersengat 2 Sentimen Ini – Page 3

    Harga Minyak Dunia Hari Ini 29 Mei 2025 Naik, Imbas Pertemuan OPEC – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Negara-negara anggota OPEC+ pada Rabu sepakat untuk mempertahankan kuota produksi resmi mereka. Sementara perhatian pasar harga minyak kini tertuju pada potensi peningkatan produksi dari delapan negara anggota yang selama ini melakukan pemangkasan produksi secara sukarela.

    OPEC+ telah menjalankan kesepakatan produksi secara kolektif, disertai dua jenis pemangkasan tambahan yang dilakukan secara informal oleh delapan negara.

    Sesuai kebijakan formal, kelompok OPEC+ memangkas sekitar 2 juta barel per hari hingga akhir 2026. Dalam pertemuan terakhir, mereka sepakat untuk “menegaskan kembali tingkat produksi minyak mentah keseluruhan” seperti yang telah diputuskan dalam pertemuan Desember lalu.

    Harga Minyak Naik Setelah Pertemuan OPEC

    Dikutip dari CNBC, Kamis (29/5/2025), harga minyak naik sesaat setelah pertemuan OPEC+ berakhir. Kontrak Brent ICE untuk pengiriman Juli ditutup pada USD 64,90 per barel, naik 81 sen atau 1,26%.

    Sementara kontrak minyak mentah WTI Nymex untuk Juli ditutup pada USD 61,84 per barel, naik 95 sen atau 1,56%. Di luar kebijakan resmi, delapan negara OPEC+ — termasuk Rusia dan Arab Saudi — saat ini memangkas produksi sebesar 1,66 juta barel per hari hingga akhir 2025.

    Mereka juga sempat memangkas tambahan 2,2 juta barel per hari hingga Maret, dan kini mulai mengembalikan sekitar 1 juta barel per hari selama April hingga Juni.

     

  • OPEC+ Bahas Kenaikan Produksi Minyak Lebih dari 411.000 Bph

    Harga Minyak Mentah Naik Seusai Pengadilan AS Blokir Tarif Trump

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia naik pada Kamis (29/5/2025) setelah pengadilan perdagangan Amerika Serikat (AS) memblokir penerapan tarif impor oleh Presiden Donald Trump. 

    Kenaikan harga ini juga dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap potensi sanksi baru AS terhadap ekspor minyak mentah Rusia dan keputusan OPEC+ mengenai peningkatan produksi minyak pada Juli mendatang.

    Dilansir dari Reuters, kontrak berjangka Brent naik 81 sen atau 1,25% ke level US$ 65,71 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 83 sen atau 1,34% menjadi US$ 62,62 per barel.

    Putusan pengadilan perdagangan AS pada Rabu menyatakan bahwa Trump melampaui wewenangnya saat memberlakukan tarif menyeluruh terhadap negara-negara yang memiliki surplus perdagangan dengan AS. Keputusan ini mendorong sentimen risiko di pasar global yang sebelumnya waspada terhadap dampak tarif terhadap pertumbuhan ekonomi.

    “Untuk saat ini, investor mendapat jeda dari ketidakpastian ekonomi yang selama ini mereka benci,” ujar Matt Simpson, analis di City Index, Brisbane. Namun, analis memperingatkan kelegaan ini kemungkinan hanya sementara karena pemerintah AS telah menyatakan akan mengajukan banding atas putusan tersebut.

    Di sisi pasokan, pasar mencermati kemungkinan sanksi baru AS terhadap minyak Rusia. Meski demikian, menurut analis Commonwealth Bank of Australia, Vivek Dhar, ekspor minyak Rusia sejauh ini masih relatif kebal terhadap sanksi, sehingga dampak sanksi baru diperkirakan tidak akan signifikan.

    Risiko pasokan juga meningkat setelah Chevron menghentikan produksi minyak dan berbagai aktivitas lainnya di Venezuela. Penghentian ini terjadi seusai lisensi utama perusahaan dicabut oleh pemerintahan Trump. Venezuela pun membatalkan pengiriman minyak ke Chevron karena ketidakpastian pembayaran yang dipengaruhi oleh sanksi AS. Sebelum penghentian, Chevron mengekspor sekitar 290.000 barel per hari, atau lebih dari sepertiga total ekspor Venezuela.

    Sementara itu, investor juga menantikan laporan mingguan dari American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA) yang akan dirilis Kamis waktu AS. 

  • Harga Minyak Turun Imbas Isu Perdagangan AS-China – Page 3

    Harga Minyak Turun Imbas Isu Perdagangan AS-China – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia melemah pada Rabu (waktu setempat) di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi yang disoroti oleh Federal Reserve (The Fed). Sentimen harga minyak lainnya, menanti pertemuan dagang antara Amerika Serikat dan China akhir pekan ini.

    Dikutip dari CNBC, Kamis (8/5/2025), Harga minyak Brent turun sebesar USD 1,03 atau 1,66% ke level USD 61,12 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) melemah USD 1,02 atau 1,73% menjadi USD 58,07 per barel.

    The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan, namun menyatakan bahwa ketidakpastian terhadap prospek ekonomi telah meningkat. Dalam pernyataannya, The Fed juga menilai risiko inflasi dan pengangguran lebih tinggi kini makin nyata.

    Sentimen negatif juga diperburuk oleh keputusan OPEC+ untuk mempercepat peningkatan produksi minyak, yang memicu kekhawatiran akan kelebihan pasokan global di tengah tekanan permintaan akibat tarif AS yang semakin membebani ekonomi global.

    Pertemuan Dagang AS-China Dinanti, Namun Ekspektasi Tetap Rendah

    Pertemuan antara AS dan China yang dijadwalkan berlangsung di Swiss menjadi fokus investor. Ini dianggap sebagai langkah awal untuk meredakan perang dagang yang telah mengganggu perekonomian dunia. Namun, analis menilai peluang tercapainya terobosan signifikan masih rendah.

    “Meski pertemuan ini bisa menjadi tanda mencairnya hubungan, ekspektasi untuk hasil konkret tetap tipis,” ujar Thiago Duarte, analis pasar dari Axi.

    Menurutnya, tanpa konsesi besar dari China, kecil kemungkinan akan terjadi deeskalasi lebih lanjut. Investor juga menantikan arah kebijakan The Fed selanjutnya, dengan ekspektasi suku bunga tetap di kisaran 4,25%–4,50% hingga pertemuan berikutnya pada 29-30 Juli.

     

  • Harga Minyak Dunia Bangkit Usai Capai Titik Terendah, Brent dan WTI Dipatok Segini – Page 3

    Harga Minyak Dunia Bangkit Usai Capai Titik Terendah, Brent dan WTI Dipatok Segini – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak naik lebih dari 3% pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) di tengah tanda-tanda meningkatnya permintaan di Eropa dan China. Selain itu, harga minyak dunia juga dipengaruhi  meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dan munculnya pembeli sehari setelah harga minyak anjlok ke level terendah dalam empat tahun akibat keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (7/5/2025), harga minyak Brent naik USD 1,92 atau 3,19% dan ditutup pada harga USD 62,15 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS  (WTI) naik USD 1,16a tau 3,43% dan ditutup pada USD 59,09.

    Kedua acuan harga minyak dunia itu naik, sehari setelah mencapai titik terendah sejak Februari 2021.

    OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu seperti Rusia, memutuskan pada akhir pekan untuk  mempercepat  kenaikan produksi minyak untuk bulan kedua berturut-turut.

    “Setelah mengevaluasi langkah OPEC+ terbaru untuk mempercepat pelonggaran pemotongan pasokan, pelaku pasar berfokus pada perkembangan perdagangan dan kemungkinan … bahwa kesepakatan perdagangan akan tercapai,” kata Tamas Varga, Analis di PVM.

    Varga juga menunjuk pada peningkatan premi risiko geopolitik di Timur Tengah saat Israel menyerang  sasaran Houthi yang didukung Iran di Yaman  sebagai pembalasan atas serangan di bandara Ben Gurion.

    Harga minyak juga mendapat dukungan setelah konsumen di  Tiongkok  meningkatkan pengeluaran selama perayaan May Day dan ketika pelaku pasar kembali setelah liburan lima hari.

    “China juga dibuka kembali hari ini, dan sebagai importir (minyak) terbesar, pembeli kemungkinan besar akan berbondong-bondong mengamankan minyak pada level rendah saat ini,” kata Priyanka Sachdeva, Analis Pasar Senior Phillip Nova.