Organisasi: OPEC

  • Harga Minyak Dunia Turun Imbas Target Produksi Dikerek

    Harga Minyak Dunia Turun Imbas Target Produksi Dikerek

    Jakarta

    Harga minyak dunia merosot pada awal perdagangan Asia pagi ini. Penurunan ini terjadi usai negara-negara penghasil minyak terbesar dunia, OPEC+ akan menaikkan produksi minyak pada September.

    Dikutip dari CNBC, Senin (4/8/2025), harga minyak mentah Brent turun 43 sen, atau 0,62%, menjadi US$ 69,24 per barel pada pukul 22.18 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS berada di level US$ 66,94 per barel, turun 39 sen, atau 0,58%.

    Kenaikan produksi minyak yang disepakati OPEC+ sebesar 547.000 barel per hari untuk bulan September. Ini dinilai menjadi langkah terbaru dalam serangkaian percepatan kenaikan produksi untuk mendapatkan kembali pangsa pasar di tengah meningkatnya kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan dunia.

    Keputusan itu diambil usai beberapa anggota OPEC+ mengadakan pertemuan virtual singkat di tengah meningkatnya tekanan AS terhadap India untuk menghentikan pembelian minyak Rusia. Adapun anggota OPEC+ terdiri dari Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Irak, Iran, Aljazair, Angola, Libya, Nigeria, Kongo, Guinea Ekuatorial, Gabon, dan Venezuela.

    Namun dalam pertemuan terbaru ini hanya dihadiri oleh delapan anggota. Untuk diketahui, anggota OPEC+ adalah negara yang memproduksi sekitar separuh minyak dunia. Mereka sempat memangkas produksi selama beberapa tahun untuk menopang harga minyak.

    Beberapa bulan belakangan, negara OPEC+ telah meningkatkan produksi pada bulan April dengan kenaikan moderat sebesar 138.000 barel per hari. Kemudian diikuti oleh kenaikan yang lebih besar dari yang direncanakan sebesar 411.000 barel per hari pada bulan Mei, Juni, dan Juli, lalu 548.000 barel per hari pada bulan Agustus, dan sekarang 547.000 barel per hari untuk bulan September.

    Anggota OPEC+ akan dijadwalkan bertemu kembali pada 7 September. Sebanyak dua sumber menyebut, ada potensi akan dilakukannya pemangkasan produksi minyak dengan total sekitar 1,65 juta barel per hari. Pemangkasan tersebut saat ini berlaku hingga akhir tahun depan.

    (ada/ara)

  • OPEC+ Sepakat Naikkan Produksi Minyak 547.000 Barel per Hari Mulai September

    OPEC+ Sepakat Naikkan Produksi Minyak 547.000 Barel per Hari Mulai September

    Bisnis.com, JAKARTA – Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) sepakat untuk menaikkan produksi minyak sebesar 547.000 barel per hari (bph) mulai September 2025.

    Dikutip melalui Reuters pada Minggu (3/8/2025), keputusan ini diambil dalam pertemuan virtual singkat yang dihadiri oleh delapan negara anggota, dan menjadi bagian dari langkah berkelanjutan untuk mengembalikan pangsa pasar, di tengah meningkatnya kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan yang berkaitan dengan konflik Rusia.

    Langkah ini sekaligus menjadi pembalikan penuh dan dipercepat dari pemangkasan produksi terbesar OPEC+ sebelumnya, ditambah peningkatan produksi khusus untuk Uni Emirat Arab, yang secara total mencapai sekitar 2,5 juta bph, atau setara dengan 2,4 persen dari permintaan minyak dunia.

    Dalam pernyataan resmi, OPEC+ menyebutkan bahwa kondisi ekonomi global yang sehat dan stok minyak yang rendah menjadi dasar keputusan tersebut.

    Sementara itu, pertemuan dilakukan di tengah tekanan dari Amerika Serikat terhadap India untuk menghentikan pembelian minyak dari Rusia. Langkah ini merupakan bagian dari upaya Washington untuk membawa Moskow ke meja perundingan guna mengakhiri perang di Ukraina. Presiden AS, Donald Trump sebelumnya menyatakan keinginannya agar kesepakatan damai tercapai sebelum 8 Agustus 2025.

    OPEC+, yang mencakup 10 negara produsen non-OPEC termasuk Rusia dan Kazakhstan, telah membatasi produksi selama beberapa tahun untuk menjaga stabilitas harga minyak. Namun tahun ini, mereka mulai membalik arah kebijakan dengan meningkatkan produksi sebagai respons terhadap permintaan global dan tekanan politik dari negara-negara konsumen besar.

    Kenaikan produksi dimulai pada April dengan tambahan 138.000 bph, diikuti lonjakan yang lebih besar pada bulan-bulan berikutnya: 411.000 bph pada Mei, Juni, dan Juli, serta 548.000 bph di Agustus. Dengan tambahan 547.000 bph untuk September, total kenaikan sejak April cukup signifikan.

    Meski produksi terus naik, harga minyak tetap tinggi. Harga Brent crude ditutup mendekati USD 70 per barel pada Jumat lalu, naik dari titik terendah tahun ini di angka USD 58 per barel pada April, didorong oleh kenaikan musiman permintaan energi.

    OPEC+ dijadwalkan menggelar pertemuan lanjutan pada 7 September, di mana mereka kemungkinan akan mempertimbangkan kembali pemangkasan produksi sukarela sekitar 1,65 juta bph, yang masih berlaku hingga akhir 2026. Selain itu, pemangkasan 2 juta bph lainnya juga masih diterapkan di seluruh anggota OPEC+ hingga periode yang sama.

  • Harga Minyak Anjlok Setelah OPEC Bakal Dongkrak Produksi – Page 3

    Harga Minyak Anjlok Setelah OPEC Bakal Dongkrak Produksi – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak melemah pada perdagangan Kamis, 31 Juli 2025. Koreksi harga minyak terjadi seiring investor mempertimbangkan perpanjangan kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Meksiko.

    Di sisi lain, stok minyak mentah AS nnaik secara mengejutkan pada Rabu sehingga menekan harga.

    Mengutip CNBC, Jumat (1/8/2025), harga minyak Brent turun 71 sen atau 0,97% menjadi USD 72,53 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk September susut 74 sen atau 1,06% menjadi USD 69,26. Dua harga minyak acuan itu mencatat kenaikan 1% pada perdagangan Rabu pekan ini.

    Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump menuturkan, ia dan Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum telah sepakat memperpanjang kesepakatan perdagangan yang ada antara kedua negara mereka selama 90 hari. Selain kedua belah pihak melanjutkan pembicaraan selama periode itu dengan tujuan menandatangani kesepakatan baru.

    “Meksiko akan terus membayar Tarif Fentanil 25%, Tarif 25% untuk Mobil, dan Tarif 50% untuk Baja, Aluminium, dan Tembaga. Selain itu, Meksiko telah sepakat untuk segera mengakhiri Hambatan Perdagangan Non-Tarifnya, yang jumlahnya banyak,” kata Trump dalam sebuah unggahan di Truth Social.

     

     

  • Harga Minyak Naik Nyaris 1 Persen ke US$ 69 Per Barel

    Harga Minyak Naik Nyaris 1 Persen ke US$ 69 Per Barel

    New York, Beritasatu.com – Harga minyak naik 1 persen karena penarikan berita bahwa Amerika Serikat (AS) akan menarik minyak mentah mereka dan perkiraan pemangkasan ekspor bensin Rusia.

    Harga minyak mentah Brent berjangka ditutup pada US$ 69,18 per barel, naik 67 sen atau 0,98 persen. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada US$ 66,03 per barel, naik 78 sen atau 1,20 persen.

    Harga minyak mentah sempat turun pada perdagangan sore hari di tengah berita bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang bersiap untuk mengizinkan operasi minyak terbatas di negara OPEC yang dikenai sanksi, Venezuela.

    Nantinya, eksplorasi itu akan dipimpin oleh perusahaan minyak besar Chevron (CVX.N). Sebelumnya, WTI telah naik lebih dari US$ 1 dan minyak mentah Brent mendekati level tersebut.

    “Berita tentang Chevron yang dapat kembali ke Venezuela dan memproduksi minyak kembali membuat pasar goncang,” kata, analis Again Capital LLC, John Kilduff, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (25/7/2025).

    Meski begitu, Kilduff mengatakan pasar tidak menyangka pemerintahan Trump akan membuka Venezuela bagi perusahaan minyak AS lainnya. “Ini kejadian unik yang tak terduga,” tambahnya.

    Harga minyak rebound di akhir sesi perdagangan di tengah berita bahwa Rusia berencana memangkas ekspor bensin ke semua negara kecuali beberapa sekutu dan negara seperti Mongolia, yang memiliki perjanjian pasokan dengan Rusia.

    “Keinginan Rusia untuk memangkas ekspor bensin memberikan dorongan bagi pasar. Pasar sedang mencari alasan untuk menguat,” jelas analis senior Price Futures Group, Phil Flynn.

    Data Badan Informasi Energi AS menunjukkan persediaan minyak mentah turun pekan lalu sebesar 3,2 juta barel menjadi 419 juta barel, jauh melampaui ekspektasi analis sebesar 1,6 juta barel.

  • Harga Minyak Melonjak hingga 2 Persen

    Harga Minyak Melonjak hingga 2 Persen

    New York, Beritasatu.com – Harga minyak naik lebih dari 2 persen karena Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan permintaan minyak lebih banyak. Pada sisi lain, tarif Trump dan kemungkinan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia juga menjadi fokus.

    Minyak mentah Brent berjangka ditutup naik US$ 1,72 atau 2,5 persen ke US$ 70,36 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$ 1,88 atau 2,8 persen ke US$ 68,45 per barel. Minggu ini, Brent naik 3 persen, sementara WTI mencatat kenaikan mingguan sekitar 2,2 persen.

    IEA menyatakan pasar minyak global mungkin lebih banyak daripada yang terlihat. Permintaan didukung oleh produksi kilang musim panas untuk memenuhi kebutuhan dan pembangkit listrik.

    “Pasar mulai menyadari bahwa pasokan sedang terbatas,” kata analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (12/7/2025).

    Perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi selama 11 minggu berturut-turut. Terakhir kali hal itu terjadi adalah Juli 2020, ketika pandemi Covid-19 membuat permintaan bahan bakar menurun.

    Meskipun pasar dalam jangka pendek masih ketat, IEA meningkatkan proyeksi pertumbuhan pasokan tahun ini sekaligus memangkas prospek pertumbuhan permintaan, yang menyiratkan pasar surplus.

    “OPEC+ akan segera dan secara signifikan meningkatkan pasokan minyak. Ada ancaman kelebihan pasokan yang signifikan. Namun, dalam jangka pendek, harga minyak tetap menguat,” katanya. 

    Indikasi lain dari permintaan jangka pendek yang kuat adalah prospek Arab Saudi mengirimkan sekitar 51 juta barel minyak mentah ke China pada Agustus, pengiriman terbesar dalam lebih dari 2 tahun. Namun, dalam jangka panjang, OPEC memangkas proyeksi permintaan minyak global pada periode 2026-2029 karena melambatnya permintaan China.

  • Harga Minyak Mentah Indonesia Juni 2025 Naik ke 69,33 Dolar AS per Barel

    Harga Minyak Mentah Indonesia Juni 2025 Naik ke 69,33 Dolar AS per Barel

    JAKARTA – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan Harga Rata-Rata Minyak Mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) bulan Juni 2025 pada level 69,33 dolar AS per barel.

    Angka tersebut naik dari ICP Mei 2025 sebesar 62,75 dolar AS per barel. Penatapan ini tercantum pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 229.K/MG.03/MEM.M/2025 tentang Harga Minyak Mentah Bulan Juni 2025 tanggal 3 Juli 2025.

    Kenaikan ICP Juni 2025 dan harga minyak mentah utama di pasar internasional dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar pada kendala pasokan minyak mentah akibat peningkatan ketegangan geopolitik di wilayah Timur Tengah. Dimulai dari serangkaian serangan udara yang melibatkan Amerika Serikat (AS), Iran, dan Israel, hingga ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran yang dapat berdampak pada kelancaran arus perdagangan minyak dunia.

    “Adanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah mendukung terjadinya spekulasi dan sentimen pasar yang memperkuat lonjakan harga minyak dunia di pasar berjangka, akibat pembelian minyak untuk mengantisipasi kenaikan lebih lanjut,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tri Winarno dalam keterangan kepada media, Jumat, 11 Juli.

    Tak hanya itu, berdasarkan laporan OPEC bulan Juni, terdapat revisi kenaikan permintaan minyak dunia untuk kuartal 3 2025 dan full year 2025 dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya, masing-masing sebesar 0,14 juta barel per hari. Serta terdapat peningkatan permintaan minyak di AS, dikarenakan memasuki driving season atau musim mengemudi.

    “Faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga minyak mentah bulan Juni 2025 adalah penurunan nilai tukar dolar AS di bulan Juni 2025 yang mendorong investor global untuk masuk ke komoditas minyak dan berdampak pada peningkatan permintaan minyak,” jelas Tri.

    Selain itu, kesepakatan AS dan China untuk memangkas tarif impor secara signifikan pada 14 Mei hingga 14 Agustus 2025 memberikan sentimen positif di pasar, yang turut menyebabkan kenaikan harga minyak bulan Juni.

    Sementara, untuk kawasan Asia Pasifik, kenaikan harga minyak mentah, selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas, juga dipengaruhi peningkatan permintaan minyak terutama di China dan India, serta peningkatan Official Selling Price (OSP) oleh Saudi Aramco untuk ekspor minyak ke kawasan Asia pada Juni 2025, dikarenakan kondisi marjin kilang regional yang kuat.

    Adapun rincian perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama pada Juni 2025 dibandingkan Mei 2025, mengalami kenaikan sebagai berikut:

    Dated Brent naik sebesar 7,24 dolar AS per barel dari 64,22 dolar AS per barel menjadi 71,46 dolar AS per barel

    WTI (Nymex) naik sebesar 6,39 dolar AS per barel dari 60,94 dolar AS per barel menjadi 67,33 dolar AS per barel

    Brent (ICE) naik sebesar 5,79 dolar AS per barel dari 64,01 dolar AS per barel menjadi 69,80 dolar AS per barel

    Basket OPEC naik sebesar 6,18 dolar AS per barel dari 63,62 dolar AS per barel menjadi 69,80 dolar AS per barel

    Rata-rata ICP minyak mentah Indonesia naik sebesar 6,58 dolar AS per barel dari 62,75 dolar AS per barel menjadi 69,33 dolar AS per barel.

  • Timur Tengah Tegang, Harga Minyak ICP Juni Meroket – Page 3

    Timur Tengah Tegang, Harga Minyak ICP Juni Meroket – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga minyak atau Harga Rata-Rata Minyak Mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) bulan Juni 2025 pada level USD69,33 per barel. Angka harga minyak tersebut naik dari ICP Mei 2025 sebesar USD62,75/barel.

    Penatapan ini tercantum pada Keputusan Menteri ESDM Nomor 229.K/MG.03/MEM.M/2025 tentang Harga Minyak Mentah Bulan Juni 2025 tanggal 3 Juli 2025.

    Kenaikan harga minyak ICP Juni 2025 dan harga minyak mentah utama di pasar internasional dipengaruhi oleh kekhawatiran pasar pada kendala pasokan minyak mentah akibat peningkatan ketegangan geopolitik di wilayah Timur Tengah.

    Dimulai dari serangkaian serangan udara yang melibatkan Amerika Serikat (AS), Iran, dan Israel, hingga ancaman penutupan Selat Hormuz oleh Iran yang dapat berdampak pada kelancaran arus perdagangan minyak dunia.

    “Adanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah mendukung terjadinya spekulasi dan sentimen pasar yang memperkuat lonjakan harga minyak dunia di pasar berjangka, akibat pembelian minyak untuk mengantisipasi kenaikan lebih lanjut,” ungkap Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tri Winarno di Brasilia, Brasil, Kamis (10/7/2025).

    Tak hanya itu, berdasarkan laporan OPEC bulan Juni, terdapat revisi kenaikan permintaan minyak dunia untuk kuartal 3 2025 dan full year 2025 dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya, masing-masing sebesar 0,14 juta barel per hari. Serta terdapat peningkatan permintaan minyak di AS, dikarenakan memasuki driving season atau musim mengemudi.

    “Faktor lain yang menyebabkan kenaikan harga minyak mentah bulan Juni 2025 adalah penurunan nilai tukar dolar AS di bulan Juni 2025 yang mendorong investor global untuk masuk ke komoditas minyak dan berdampak pada peningkatan permintaan minyak,” jelas Tri.

  • Pasar cermati kesepakatan dagang RI dan AS, IHSG diprediksi mendatar

    Pasar cermati kesepakatan dagang RI dan AS, IHSG diprediksi mendatar

    Layar digital menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (26/6/2025). ANTARA FOTO/Fauzan/rwa. (ANTARA FOTO/FAUZAN)

    Pasar cermati kesepakatan dagang RI dan AS, IHSG diprediksi mendatar
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 07 Juli 2025 – 10:09 WIB

    Elshinta.com – Analis Phintraco Sekuritas Ratna Lim memproyeksikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak mendatar pada perdagangan Senin (07/07), dengan sentimen utama akan berasal dari tingkat global. Sentimen utama akan berasal dari perkembangan negosiasi dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS), seiring semakin dekatnya batas waktu jeda tarif resiprokal selama 90 hari yaitu pada 9 Juli 2025.

    “IHSG diperkirakan masih akan bergerak konsolidasi dalam kisaran 6.800 sampai 7.000,” ujar Ratna Lim di Jakarta, Senin.

    Selama pekan ini, pelaku pasar akan fokus terhadap perkembangan kesepakatan dagang antara AS dengan negara mitra dagang. Presiden AS Donald Trump mulai mengirimkan surat kepada 12 negara mengenai besaran tarif yang akan mereka hadapi. Delegasi Indonesia dijadwalkan akan menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan AS pada 7 Juli 2025.

    Indonesia menawarkan komitmen untuk melakukan pembelian produk AS dalam jangka panjang senilai 34 miliar dolar AS, atau di atas defisit neraca perdagangan AS terhadap Indonesia yang sebesar 19 miliar dolar AS. Pembelian itu termasuk pembelian energi senilai 15,5 miliar dolar AS.

    Di sisi lain, pelaku pasar juga akan mencermati Federal Open Market Committee (FOMC) Minutes untuk mencermati kejelasan lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter The Fed pada tahun ini. Sementara itu, OPEC+ akan menaikkan produksi minyak sebesar 548 ribu barel per hari (bpd) mulai Agustus 2025, atau lebih cepat dari sebelumnya 411 ribu bpd pada periode Mei hingga Juli 2025.

    Dari dalam negeri, selama pekan ini, pelaku pasar menyambut aksi penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO), yang mana ada delapan perusahaan yang akan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Di sisi lain, selama pekan ini akan dirilis data cadangan devisa, penjualan motor dan mobil, consumer confidence, serta retail sales.

    Bursa saham AS di Wall Street ditutup menguat pada perdagangan terakhir Jumat (04/07) pekan kemarin, menjelang kesepakatan tarif dagang antara AS dengan beberapa negara mitra dagang. Indeks Dow Jones menguat 0,77 persen di level 44.825,53. Begitu juga dengan S&P 500 naik 0,83 persen di level 6.279,35, dan indeks Nasdaq melesat 1,02 persen ke 20.601,10.

     

    Sumber : Antara

  • OPEC+ Sepakat Genjot Produksi Minyak Mentah Mulai Agustus

    OPEC+ Sepakat Genjot Produksi Minyak Mentah Mulai Agustus

    Bisnis.com, JAKARTA — Kelompok produsen minyak OPEC+ menyepakati kenaikan produksi minyak mentah sebesar 548.000 barel per hari (bph) mulai Agustus 2025, dalam langkah percepatan kenaikan pasokan di tengah fluktuasi harga minyak akibat serangan Israel dan AS terhadap Iran.

    Melansir Reuters pada Senin (7/7/2025), tambahan produksi ini berasal dari delapan negara anggota, yaitu Arab Saudi, Rusia, Uni Emirat Arab (UEA), Kuwait, Oman, Irak, Kazakhstan, dan Aljazair. Mereka mulai mengembalikan pasokan sejak April lalu dengan memangkas pengurangan sebelumnya sebesar 2,2 juta bph.

    Kenaikan pada Agustus tersebut lebih tinggi dibandingkan penambahan bulanan yang telah disetujui OPEC+ untuk Mei, Juni, dan Juli, yakni masing-masing sebesar 411.000 bph. Adapun pada April, peningkatannya hanya 138.000 bph.

    OPEC+ menyatakan keputusan menaikkan produksi didasari oleh prospek ekonomi global yang stabil dan fundamental pasar yang sehat, termasuk rendahnya tingkat persediaan minyak global.

    Kesepakatan ini dicapai dalam pertemuan pertama OPEC+ sejak lonjakan harga minyak global yang kemudian mereda. OPEC+, yang memasok sekitar setengah dari kebutuhan minyak dunia, sebelumnya memangkas produksi sejak 2022 guna menopang harga pasar. 

    Namun, tahun ini kebijakan itu dibalik untuk merebut kembali pangsa pasar, menyusul desakan Presiden AS Donald Trump agar kelompok tersebut menambah pasokan demi meredam harga bensin domestik.

    Langkah percepatan ini juga dipicu oleh ketidakpuasan sejumlah anggota, setelah beberapa negara seperti Kazakhstan dan Irak memproduksi melebihi kuota yang disepakati. Produksi minyak Kazakhstan bahkan kembali tumbuh dan mencetak rekor tertinggi bulan lalu.

    OPEC+, yang merupakan gabungan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin Rusia, tengah berupaya memperbesar pangsa pasar di tengah peningkatan pasokan dari produsen pesaing seperti Amerika Serikat.

    Dengan penambahan pada Agustus, OPEC+ telah mengembalikan total 1,918 juta bph sejak April, menyisakan hanya 280.000 bph dari total pemangkasan 2,2 juta bph yang akan dipulihkan. Di luar itu, OPEC+ juga memberikan izin khusus kepada UEA untuk menambah produksi sebesar 300.000 bph.

    Meski demikian, kelompok ini masih memberlakukan lapisan pemangkasan produksi lain sebesar 3,66 juta bph. Delapan negara anggota OPEC+ yang tergabung dalam pemulihan pasokan tersebut dijadwalkan akan kembali bertemu pada 3 Agustus 2025.

  • OPEC+ Sepakat Dongkrak Produksi Minyak pada Agustus 2025 – Page 3

    OPEC+ Sepakat Dongkrak Produksi Minyak pada Agustus 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Delapan negara penghasil minyak dari aliansi OPEC+ sepakat pada Sabtu, 5 Juli 2025 untuk meningkatkan produksi minyak mentah kolektif sebesar 548.000 barel per hari. Hal ini seiring OPEC+ terus mengakhiri serangkaian pemotongan pasokan sukarela.

    Mengutip CNBC, Sabtu (5/7/2025), subkelompok aliansi ini, yang terdiri dari produsen besar Rusia dan Arab Saudi, bersama Aljazair, Irak, Kazakhstan, Kuwait, Oman dan Uni Emirat Arab bertemu secara digital pada hari sebelumnya. OPEC+ diharapkan meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari.

    Dalam sebuah pernyataan, Sekretariat OPEC mengaitkan keputusan negara-negara tersebut untuk meningkatkan produksi harian pada Agustus sebesar 548.000 barel dengan “prospek ekonomi global yang stabil dan fundamental pasar yang sehat saat ini, sebagaimana tercermin dalam persediaan minyak yang rendah.”

    Delapan produsen tersebut telah menerapkan dua rangkaian pemotongan produksi sukarela di luar kebijakan formal koalisi OPEC+ yang lebih luas.Pertama, dengan total 1,66 juta barel per hari, tetap berlaku hingga akhir tahun depan.

    Berdasarkan strategi kedua, negara-negara tersebut mengurangi produksi mereka sebanyak 2,2 juta barel per hari hingga akhir kuartal pertama.

    OPEC+ awalnya bermaksud meningkatkan produksi yasebanyak 137.000 barel per hari setiap bulan hingga September 2026, tetapi baru mempertahankan laju tersebut pada April. Kelompok tersebut kemudian melipatgandakan kenaikan tersebut menjadi 411.000 barel per hari pada Mei, Juni, dan Juli — dan selanjutnya mempercepat laju peningkatan mereka pada Agustus.

    Harga minyak sempat terdongkrak dalam beberapa minggu terakhir oleh lonjakan permintaan musim panas dan perang 12 hari antara Israel dan Iran, yang mengancam pasokan Teheran dan menimbulkan kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan yang diangkut melalui Selat Hormuz.

    Pada akhir sesi Jumat, harga minyak berjangka ditutup pada USD 68,30 per barel untuk kontrak Ice Brent dengan masa kedaluwarsa September dan pada USD 66,50 per barel untuk minyak mentah Nymex U.S. West Texas Intermediate (WTI) pada Agustus.