Organisasi: OPEC

  • Harga Minyak Dunia Naik Tipis Imbas Sanksi AS ke Perusahaan Rusia – Page 3

    Harga Minyak Dunia Naik Tipis Imbas Sanksi AS ke Perusahaan Rusia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak menguat tipis pada perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025. Kenaikan harga minyak melanjutkan lonjakan pada perdagangan sebelumnya dan berada di jalur kenaikan mingguan.

    Hal itu seiring sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia terkait perang di Ukraina memicu kekhawatiran pasokan.

    Mengutip CNBC, Sabtu (25/10/2025), harga minyak Brent berjangka turun 7 sen atau 0,12% menjadi USD 65,91. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 32 sen atau 0,52% menjadi USD 61,47.

    “Ini karena sanksi,” ujar Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn.

    Harga minyak berjangka telah turun dalam beberapa pekan terakhir karena ekspektasi kelebihan pasokan minyak karena OPEC dan sekutunya meningkatkan pasokan.

    “Melihat angka permintaan dari Badan Informasi Energi AS pada hari Rabu, kami tidak melihat adanya bukti kelebihan pasokan,” kata Flynn.

    Harga minyak acuan melonjak lebih dari 5% pada Kamis setelah pengumuman sanksi dan akan mencatat kenaikan mingguan sekitar 7%, terbesar sejak pertengahan Juni.

    Selisih enam bulan untuk Brent dan minyak mentah berjangka AS kembali ke kondisi backwardation. Hal ini berarti struktur pasar di mana kontrak untuk pemuatan selanjutnya dihargai lebih rendah daripada pemuatan sebelumnya setelah sempat berada dalam kondisi contango minggu ini, di mana pemuatan selanjutnya lebih mahal.

    Hal ini menunjukkan pergeseran kekhawatiran para pedagang dari kelebihan pasokan menjadi kekurangan pasokan, yang memungkinkan para pedagang menjual dengan harga mendekati bulan yang lebih tinggi daripada membayar untuk menyimpan minyak untuk penjualan pada masa mendatang.

     

     

  • Harga Minyak Melompat 5% Setelah Donald Trump Beri Sanksi Perusahaan Rusia – Page 3

    Harga Minyak Melompat 5% Setelah Donald Trump Beri Sanksi Perusahaan Rusia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak melonjak lebih dari 5% pada perdagangan Kamis, 23 Oktober 2025 waktu setempat. Kenaikan harga minyak terjadi setelah pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump memberlakukan sanksi lebih lanjut terhadap dua perusahaan minyak mentah terbesar Rusia. Hal ini dengan alasan kurangnya komitmen serius Moskow terhadap proses perdamaian untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Mengutip CNBC, Jumat (24/10/2025), harga minyak Brent naik USD 3,4 atau 5,43% ditutup ke posisi USD 65,99 per barel. Harga minyak mentah AS bertambah USD 3,29 atau 5,62% ditutup menjadi USD 61,79 per barel.

    “Sekaranglah saatnya untuk menghentikan pembunuhan dan untuk gencatan senjata,” ujar Menteri Keuangan Scott Bessent saat mengumumkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil.

    “Departemen Keuangan siap mengambil tindakan lebih lanjut jika diperlukan untuk mendukung upaya Presiden Trump untuk mengakhir perang lainnya,” ujar Bessent.

    “Kami mendorong sekutu kami untuk bergabung dengan kami dan mematuhi sanksi ini,” ia menambahkan.

    Departemen Keuangan mengatakan, sanksi baru tersebut akan merugikan kemampuan Kremlin untuk mengumpulkan penghasilan guna mendanai perangnya melawan Ukraina.

    Seorang pejabat senior Gedung Putih mengatakan kepada NBC News, sanksi baru tersebut terkait dengan rencana pertemuan antara Presiden Donald Trump dan pemimpin Rusia Vladimir Putin di Budapest yang gagal.

    Trump juga telah berupaya menekan India untuk berhenti membeli minyak Rusia. New Delhi adalah salah satu pembeli terbesar ekspor minyak mentah Rusia.

    Harga minyak mentah AS telah turun 16% tahun ini dan Brent turun hampir 14%. OPEC+, yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia, telah meningkatkan produksi selama berbulan-bulan.

    Sementara itu, ketegangan perdagangan yang disebabkan oleh tarif Trump juga telah menimbulkan kekhawatiran di pasar minyak.

  • Harga Minyak Melompat 5% Setelah Donald Trump Beri Sanksi Perusahaan Rusia – Page 3

    Harga Minyak Melejit, Investor Cermati Pasokan hingga Hubungan Dagang AS-China – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kenaikan harga minyak ini seiring investor menilai kembali harapan kelebihan pasokan dan mencari kejelasan mengenai ketegangan hubungan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, dua konsumen minyak terbesar di dunia.

    Mengutip CNBC, Rabu (22/10/2025), harga minyak mentah Brent naik 31 sen atau 0,5% menjadi USD 61,32 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November yang berakhir pada penutupan perdagangan Selasa, ditutup naik 30 sen atau 0,5% menjadi USD 57,82.

    Harga minyak dari dua kontrak itu mencapai level terendah sejak awal Mei pada perdagangan Senin, 20 Oktober 2025. Hal ini setelah rekor produksi minyak AS dan keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk terus melanjutkan rencana kenaikan pasokan meningkatkan harapan kelebihan pasokan.

    “Namun, persediaan minyak mentah dan bahan bakar distilat AS yang relatif rendah membantu mengatasi sebagian tekanan pada harga acuan minyak,” ujar Chief Commodities Analyst SEB, Bjarne Schieldrop.

    Perselisihan perdagangan AS-China juga telah meningkatkan antisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan menekan permintaan minyak. Namun, kedua belah pihak telah berupaya untuk meredam perselisihan tersebut.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin kalau ia berharap dapat mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dengan China. Ada pun Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan minggu depan.

     

     

  • Harga Rata-Rata Minyak Mentah Indonesia Naik jadi USD 66,81 per Barel – Page 3

    Harga Rata-Rata Minyak Mentah Indonesia Naik jadi USD 66,81 per Barel – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menetapkan harga rata-rata minyak mentah Indonesia (ICP) September 2025 sebesar USD 66,81 per barel. Naik sebesar USD 0,73 per barel dari ICP Agustus 2025 yang ditetapkan sebesar USD 66,07 per barel.

    Penetapan ini tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 336.K/MG.03/MEM.M/2025 tentang Harga Minyak Mentah Bulan September 2025 yang ditandatangani pada 8 Oktober 2025.

    “Kenaikan ICP September 2025, juga naiknya Brent (ICE) dan Basket OPEC, dipengaruhi oleh peningkatan risiko geopolitik Rusia-Ukraina yang menyebabkan kekhawatiran gangguan pasokan,” ujar Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Laode Sulaeman di kantornya, Jakarta, Jumat (17/10/2025).

    Laode menyampaikan, serangan Ukraina sejak Juni 2025 telah menyebabkan 17 persen kilang Rusia tidak dapat beroperasi.

    Selain itu, ajakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kepada Uni Eropa untuk mengenakan tarif hingga 100 persen kepada China dan India demi meningkatkan biaya ekonomi dan memaksa Rusia mengakhiri perang, juga turut berperan pada kenaikan ICP bulan ini.

    “Faktor lainnya yang juga memperkuat tren kenaikan ICP adalah peningkatan geopolitik di Timur Tengah. Kondisi ini juga menyeret Brent dan Basket OPEC turut menguat,” terang Laode.

     

  • Deretan Raksasa Energi yang Lakukan PHK pada 2025: Chevron hingga Shell

    Deretan Raksasa Energi yang Lakukan PHK pada 2025: Chevron hingga Shell

    Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah perusahaan energi global melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) sepanjang 2025 ini. Perusahaan itu seperti ExxonMobil, Chevron, Petronas, hingga Shell.

    Melansir Reuters, Senin (13/10/2025), selain telah melakukan PHK, sebagian perusahaan juga mulai berencana memangkas jumlah pekerja pada tahun ini. Langkah tersebut diambil seiring penurunan harga minyak mentah.

    Tercatat, harga patokan minyak Brent turun sekitar 10,5% sepanjang tahun ini. Penurunan harga terjadi imbas peningkatan pasokan dari OPEC+ dan ketidakpastian permintaan buntut kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS).

    Berikut daftar perusahaan energi yang telah mengumumkan PHK pada 2024 dan 2025:

    1. ExxonMobil

    ExxonMobil akan memberhentikan 2.000 pekerja secara global. Hal ini sebagai bagian dari rencana restrukturisasi jangka panjang yang akan berdampak pada sekitar 3% hingga 4% dari total tenaga kerja global perusahaan.

    Tahun lalu, perusahaan mengumumkan rencana untuk memangkas hampir 400 pekerjaan di Texas setelah mengakuisisi produsen serpih Pioneer Natural Resources, menurut sebuah laporan regulator.

    2. Imperial Oil

    Perusahaan yang berbasis di Kanada ini mengatakan akan memangkas tenaga kerjanya sekitar 20% pada akhir 2027. 

    Langkah ini sebagai bagian dari restrukturisasi besar yang pada akhirnya akan menutup sebagian besar kehadirannya di kota minyak dan gas Calgary.

    3. Halliburton

    Penyedia layanan ladang minyak ini telah memangkas staf dalam beberapa minggu terakhir, menurut dua sumber yang mengetahui masalah ini. Pada Februari, serikat pekerja minyak dan gas di provinsi Chubut, Argentina, mengancam akan mogok kerja setelah Halliburton memberhentikan ratusan pekerja dan memutuskan untuk menutup kantor lokalnya.

    4. OMV

    Kelompok energi Austria OMV, yang bergerak di bisnis minyak, gas, dan kimia, berencana memotong sekitar 2.000 dari total 23.000 tenaga kerja di seluruh dunia.

    Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari upaya penyesuaian untuk menjaga daya saing grup. 

    Dalam pernyataan kepada Reuters, OMV menyebut bahwa penyesuaian (adjustment) mungkin diperlukan dan bahwa mereka tidak menutup kemungkinan melakukan langkah-langkah personalia. Namun, detail final belum diumumkan karena masih dalam tahap konsultasi internal.

    5. ConocoPhillips

    Perusahaan akan memangkas 20% hingga 25% tenaga kerjanya di tengah program restrukturisasi yang lebih luas. Pemangkasan itu dapat berdampak pada sekitar 3.250 pegawai secara global.

    Selain tantangan pasar minyak yang suram, ConocoPhillips juga menghadapi beban dari proyek-proyek besar yang menjanjikan bagi masa depan perusahaan, tetapi memerlukan investasi awal yang sangat tinggi.

  • Harga Minyak Merosot Tajam Hari Ini – Page 3

    Harga Minyak Merosot Tajam Hari Ini – Page 3

    Komentar Trump membuat pasar saham anjlok pada hari Jumat karena investor mengurangi risiko terhadap ancaman baru terhadap ekonomi global ini. 

    “Ketika pasar menyaksikan aksi saling balas ini, bagi pasar minyak, hal ini berdampak pada pertumbuhan yang lebih lambat dan bahkan mungkin penurunan permintaan,” ujar Presiden Lipow Oil Associates, Andy Lipow.

    Harga minyak juga tertekan karena OPEC+ telah meningkatkan pasokan ke pasar selama berbulan-bulan.

    “Minyak di perairan melonjak bulan lalu, permintaan minyak mentah turun signifikan di tengah pemeliharaan kilang, dan penumpukan inventaris akan segera dimulai,” kata Analis Minyak Kpler, Matt Smith.

     

  • Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata Gaza, Harga Minyak Mentah Mendingin

    Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata Gaza, Harga Minyak Mentah Mendingin

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia terpantau melemah setelah Israel dan kelompok Hamas menandatangani perjanjian gencatan senjata di Gaza.

    Melansir Reuters pada Jumat (10/10/2025), harga minyak berjangka Brent turun US$1,03 atau 1,6% menjadi US$65,22 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS terkoreksi US$1,04 atau 1,7% ke level US$61,51 per barel.

    Dalam kesepakatan yang dimediasi AS, Israel dan Hamas menyetujui penghentian pertempuran, penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza, serta pembebasan seluruh sandera Israel yang ditahan Hamas dengan imbalan ratusan tahanan Palestina di Israel. 

    Perjanjian ini menjadi fase awal dari inisiatif Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang di Gaza.

    “Kontrak berjangka minyak berada dalam fase koreksi seiring meredanya konflik Israel–Hamas,” ujar Dennis Kissler, Senior Vice President of Trading BOK Financial.

    Claudio Galimberti, Chief Economist Rystad Energy, menilai perjanjian damai ini sebagai terobosan besar dalam sejarah modern Timur Tengah dengan implikasi luas terhadap pasar energi. 

    “Mulai dari berkurangnya potensi serangan Houthi di Laut Merah hingga meningkatnya peluang tercapainya kesepakatan nuklir dengan Iran,” jelasnya dalam catatan riset.

    Sementara itu, OPEC+ pada Minggu lalu menyepakati kenaikan produksi minyak mulai November, meski lebih kecil dari ekspektasi pasar sehingga meredakan kekhawatiran kelebihan pasokan.

    Sebelumnya, harga minyak sempat naik sekitar 1% pada Rabu (8/10/2025) ke level tertinggi sepekan, dipicu kekhawatiran sanksi terhadap Rusia masih akan berlanjut akibat mandeknya perundingan damai Ukraina. Rusia saat ini merupakan eksportir minyak terbesar kedua di dunia.

    Dari sisi lain, dinamika politik AS juga menjadi sorotan. Rancangan undang-undang Partai Demokrat dan Republik untuk mendanai pemerintah federal serta mengakhiri penutupan sebagian layanan belum memperoleh cukup suara di Senat. 

    Shutdown berkepanjangan berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi AS sekaligus melemahkan permintaan minyak.

    Perdana Menteri India Narendra Modi juga menyampaikan bahwa ia berbicara dengan Presiden Trump pada Kamis untuk membahas kemajuan negosiasi dagang kedua negara. 

    Trump diketahui telah memberlakukan tarif tinggi terhadap sebagian besar ekspor India, termasuk barang-barang yang dikenakan bea masuk 25%, sebagai respons atas keputusan New Delhi yang tetap mengimpor minyak dari Rusia.

    Selain itu, pemerintahan Trump juga menjatuhkan sanksi kepada sekitar 100 individu, perusahaan, dan kapal—termasuk sebuah kilang independen serta terminal di China—yang dianggap membantu perdagangan minyak dan petrokimia Iran.

  • Intip Gerak Harga Minyak Dunia Hari Ini – Page 3

    Intip Gerak Harga Minyak Dunia Hari Ini – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak stabil pada perdagnagan Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena investor mempertimbangkan peningkatan produksi OPEC+ yang lebih kecil dari perkiraan pada bulan November dibandingkan tanda-tanda potensi kelebihan pasokan.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (8/10/2025), harga minyak Brent ditutup turun 2 sen atau 0,03% menjadi USD 65,45 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) naik 4 sen atau 0,06% menjadi USD 61,73.

    Kedua patokan harga minyak dunia tersebut ditutup naik lebih dari 1% pada sesi perdagangan sebelumnya setelah Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak ditambah Rusia dan beberapa produsen kecil atau dikenal sebagai OPEC+, memutuskan untuk meningkatkan produksi minyak kolektif sebesar 137.000 barel per hari, dimulai pada bulan November.

    Langkah tersebut bertentangan dengan ekspektasi pasar untuk peningkatan yang lebih agresif, suatu tanda bahwa grup tersebut tetap berhati-hati mengingat prediksi surplus pasokan global pada kuartal keempat dan tahun depan..

    Analis StoneX Alex Hodes menyatakan sentimen pasar masih lesu, khususnya setelah Arab Saudi memilih untuk mempertahankan harga jual resmi minyak mentah andalannya ke Asia tidak berubah, bertentangan dengan ekspektasi analis akan adanya kenaikan.

    Sementara itu, Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi telah menetapkan harga jual resmi November untuk minyak mentah acuan Murban sebesar USD 70,22 per barel, katanya pada hari Selasa, naik dari OSP bulan Oktober sebesar USD 70,10/bbl.

     

     

  • Keputusan OPEC+ Dongkrak Harga Minyak Mentah, Pasar Tetap Waspadai Permintaan Lemah – Page 3

    Keputusan OPEC+ Dongkrak Harga Minyak Mentah, Pasar Tetap Waspadai Permintaan Lemah – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia menguat lebih dari 1% pada penutupan perdagangan Senin (7/10/2025) setelah OPEC+ mengumumkan rencana peningkatan produksi yang ternyata lebih kecil dari perkiraan pasar.

    Keputusan dari organisasi negara produsen minyak ini meredakan kekhawatiran akan banjir pasokan baru, meskipun prospek permintaan global yang lemah diperkirakan akan membatasi kenaikan harga dalam jangka pendek.

    Mengutip CNBC, Selasa (7/10/2025), harga minyak mentah Brent naik 94 sen atau 1,46% menjadi USD 65,47 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) di AS naik 81 sen atau sekitar 1,33% ke posisi USD 61,69 per barel.

    “Pasar sebelumnya memperkirakan OPEC+ akan menambah produksi lebih besar dari ini,” kata analis Rystad Energy Janiv Shah.

    “Namun, kenaikan sebesar 137.000 barel per hari (bph) ini tetap akan memperluas kelebihan pasokan untuk kuartal IV 2025 dan 2026,” tambahnya.

    Dalam pertemuan yang digelar pada Minggu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama Rusia dan sekutunya memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 137.000 bph mulai November, jumlah yang sama dengan kenaikan di bulan Oktober.

    Langkah ini diambil di tengah kekhawatiran pasar atas potensi kelebihan pasokan global.

     

  • OPEC+ akan tingkatkan output minyak pada November 2025

    OPEC+ akan tingkatkan output minyak pada November 2025

    Wina (ANTARA) – Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan para mitranya, yang dikenal sebagai OPEC+, pada Minggu (5/10) memutuskan untuk meningkatkan output minyak sebesar 137.000 barel per hari (bph) pada November, setelah melakukan kenaikan serupa pada Oktober.

    Keputusan itu diumumkan usai pertemuan virtual negara-negara anggota, termasuk Arab Saudi, Rusia, Irak, Uni Emirat Arab, Kuwait, Kazakhstan, Aljazair, dan Oman, ungkap OPEC dalam sebuah pernyataan.

    “Mengingat prospek ekonomi global yang stabil dan fundamental pasar yang sehat, sebagaimana tecermin dalam rendahnya persediaan minyak, delapan negara tersebut akan menerapkan peningkatan produksi sebesar 137.000 bph pada November dari pemangkasan sukarela tambahan yang telah diumumkan sebelumnya,” kata organisasi itu.

    Penyesuaian produksi sukarela tambahan kelompok tersebut sebesar 1,65 juta bph pertama kali diterapkan pada April 2023 dan kemudian diperpanjang hingga akhir 2026.

    OPEC menjelaskan bahwa barel-barel tersebut dapat dikembalikan sebagian atau seluruhnya secara bertahap, bergantung pada kondisi pasar.

    Delapan negara itu akan kembali menggelar pertemuan pada 2 November mendatang untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.

    Sumber: Xinhua

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Anton Santoso
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.