Organisasi: OPEC

  • Minyak Dunia Anjlok Akibat OPEC+ Tunda Peningkatan Produksi, Brent Dijual 68,30 Dolar AS – Halaman all

    Minyak Dunia Anjlok Akibat OPEC+ Tunda Peningkatan Produksi, Brent Dijual 68,30 Dolar AS – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

    TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak dunia mengalami penurunan yang signifikan di pasar global akibat keputusan OPEC untuk menunda peningkatan produksi.

    Mengutip data dari CNBC International, harga minyak mentah Brent saat ini diperdagangkan pada angka 72,09 dolar AS per barrel, mengalami penurunan 22 sen atau 0,3 persen.

    Sementara itu, minyak WTI dari AS turun 24 sen atau 0,35 persen menjadi 68,30 dolar AS per barel.

    Penurunan ini terjadi setelah OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak) sepakat untuk menunda rencana peningkatan produksi yang sebelumnya sudah ditetapkan sejak Oktober 2024.

    OPEC dan sekutunya memilih untuk menunda peningkatan pasokan untuk ketiga kalinya.

    Keputusan ini diambil buntut lambatnya permintaan global dan melonjaknya produksi minyak di luar kelompok OPEC.

    Dalam situasi ini, OPEC merasa perlu untuk mempertahankan kestabilan harga dengan cara menunda rencana peningkatan produksi.

    Adapun daftar 13 negara anggota OPEC yangs epakat menunda produksi diantaranya  termasuk Aljazair, Angola, Arab Saudi, Gabon, Guinea Khatulistiwa, Iran, Irak, Kongo, Kuwait, Libya, Nigeria, Uni Emirat Arab, dan Venezuela, secara kolektif mengambil keputusan untuk menjaga produksi tetap rendah demi stabilitas pasar.

    Apa Dampak dari Penurunan Harga Minyak?

    Menurut Mukesh Sahdev, kepala pasar komoditas minyak global di Rystad Energy, meskipun ada sinyal positif yang dapat mencegah penurunan lebih lanjut dalam jangka pendek, faktor surplus yang ada dalam pasar memicu lemahnya permintaan, yang pada akhirnya menyebabkan harga minyak melemah.

    Penurunan harga ini juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk situasi geopolitik yang mempengaruhi pasar energi, terutama di Timur Tengah dan Rusia.

    Terlebih harga minyak mentah telah terkurung dalam kisaran yang ketat sejak pertengahan Oktober, yang mencerminkan ketidakpastian dalam permintaan global.

    Dengan OPEC menunda peningkatan produksi dan kondisi pasar yang masih bergejolak, harga minyak kemungkinan akan terus dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal.

    Oleh karenanya Investor dan pelaku pasar perlu memantau perkembangan ini secara seksama untuk memahami tren harga yang mungkin terjadi di masa mendatang lantaran tantangan dalam permintaan global akan terus menjadi pengaruh utama bagi pergerakan harga minyak.

     

  • Harga Minyak Mentah Turun Lebih dari 1 Persen karena Kekhawatiran Kelebihan Pasokan

    Harga Minyak Mentah Turun Lebih dari 1 Persen karena Kekhawatiran Kelebihan Pasokan

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia turun lebih dari 1% pada Jumat (6/12/2024). Penurunan ini memperpanjang kerugian mingguan karena para analis memprediksi adanya kelebihan pasokan pada tahun mendatang akibat lemahnya permintaan.

    Hal ini terjadi meskipun OPEC+ memutuskan untuk menunda kenaikan produksi minyak mentah dan memperpanjang pemangkasan produksi yang besar hingga akhir 2026.

    Dilansir dari Reuters, minyak mentah Brent turun 97 sen atau 1,4% mencapai US$ 71,12 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) melemah US$ 1,10 atau 1,6% mencapai US$ 67,20 per barel. Sealma sepekan, harga Brent terpangkas lebih dari 2,5%, sementara WTI merosot 1,2%.

    Faktor Penekan Harga Minyak
    Peningkatan jumlah rig minyak dan gas yang beroperasi di AS pekan ini menjadi salah satu faktor yang mendorong harga minyak mentah turun. Produksi minyak dari negara produsen minyak mentah terbesar dunia tersebut terus meningkat.

    Pada Kamis (5/12/2024), organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+ mengumumkan penundaan kenaikan produksi minyak selama tiga bulan hingga April 2024, dan memperpanjang pemangkasan penuh hingga akhir 2026.

    Menurut Direktur Energi Berjangka Mizuho, Bob Yawger, pelemahan permintaan global, terutama dari China sebagai importir utama minyak mentah, telah membebani pasar dan membuat harga minyak mentah turun.

    Analis dari HSBC Global Research mengatakan keputusan OPEC+ untuk menunda kenaikan produksi mencerminkan tantangan permintaan yang masih lesu. HSBC memproyeksikan surplus pasar minyak akan mencapai 0,2 juta barel per hari pada tahun depan, lebih kecil dari prediksi sebelumnya sebesar 0,5 juta barel per hari.

    Laporan pasar tenaga kerja AS yang menunjukkan peningkatan perekrutan, tetapi disertai kenaikan tingkat pengangguran, turut memperpanjang tekanan yang membuat harga minyak mentah turun.

  • Harga Minyak Merosot Usai OPEC+ Tunda Peningkatan Produksi – Page 3

    Harga Minyak Merosot Usai OPEC+ Tunda Peningkatan Produksi – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak mentah turun pada Rabu di tengah antisipasi keputusan OPEC+ terkait pasokan, meskipun penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu memberikan dukungan terhadap harga.

    Dikutip dari CNBC, Kamis (5/12/2024), harga minyak mentah Brent turun USD 1,18 atau 1,6%, menjadi USD 72,44 per barel pada pukul 14:24 ET. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,23 atau 1,76%, menjadi USD 68,71 per barel.

    Sehari sebelumnya, Brent mencatat kenaikan terbesar dalam dua pekan, dengan lonjakan sebesar 2,5%.

    Pasar Tunggu Keputusan OPEC+

    Investor terus memantau pertemuan mendatang Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya dalam OPEC+, yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis. Menurut sumber industri yang dikutip Reuters, kelompok tersebut kemungkinan akan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir kuartal pertama tahun depan.

    “Meski penundaan penghentian pemangkasan produksi sudah diperkirakan, retorika yang muncul dari pertemuan ini akan memiliki dampak paling besar,” kata Matt Smith, analis utama minyak untuk wilayah Amerika di Kpler.

    OPEC+ diketahui sedang merencanakan penghapusan pemangkasan pasokan secara bertahap sepanjang tahun depan.

    Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa stok minyak mentah AS mengalami penurunan yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu, akibat peningkatan aktivitas kilang. Namun, stok bensin dan distilat justru meningkat lebih dari yang diperkirakan.

    “Lonjakan aktivitas kilang, dengan tingkat operasi mencapai level tertinggi sejak musim panas, mengakibatkan inventori minyak mentah menurun sementara stok produk olahan meningkat,” ujar Matt Smith.

    Meskipun demikian, momentum bullish hanya memberikan dukungan terbatas pada harga minyak.

     

  • Donald Trump Bisa ‘Meledakkan’ Dolar dan Mengganggu Pasar Global, Kata Bank Denmark – Halaman all

    Donald Trump Bisa ‘Meledakkan’ Dolar dan Mengganggu Pasar Global, Kata Bank Denmark – Halaman all

    Donald Trump Bisa ‘Meledakkan’ Dolar dan Mengganggu Pasar Global, Kata Bank Denmark

    TRIBUNNEWS.COM- Saxo Bank memperkirakan bahwa tarif Donald Trump dapat menyebabkan dolar anjlok hingga 20 persen pada tahun 2025.

    Saxo Bank Denmark telah meluncurkan “prediksi keterlaluan” tahunannya, yang menyoroti peristiwa potensial namun tidak mungkin terjadi yang dapat mengganggu pasar keuangan global pada tahun 2025.

    Dalam ramalannya, bank investasi itu memperkirakan bahwa dunia akan mencari alternatif terhadap dolar AS pada tahun mendatang, dipicu oleh pemerintahan Donald Trump yang akan datang yang mengenakan tarif tinggi pada impor dan memangkas pengeluaran pemerintah, dengan bantuan Departemen Efisiensi Pemerintah yang dipimpin Elon Musk.

    Kepala strategi makro Saxo, John Hardy, mengatakan bahwa “implikasinya terhadap dolar AS sangat buruk bagi perdagangan di seluruh dunia, karena hal itu memutus pasokan dolar yang dibutuhkan untuk menjaga agar roda sistem USD global tetap berputar, ironisnya berisiko menyebabkan lonjakan tajam nilai tukar dolar AS.”

    Akibatnya, pasar mata uang kripto diperkirakan akan melonjak , berpotensi mencapai lebih dari $10 triliun, sementara dolar AS dapat turun hingga 20% terhadap mata uang utama dan jatuh 30% terhadap emas.

    Para analis di bank yang berpusat di Kopenhagen itu juga memperkirakan bahwa nilai pasar Nvidia dapat melambung hingga dua kali lipat dari Apple, didorong oleh tersedianya chip Blackwell revolusioner dengan 208 miliar transistor.

    Menurut bank tersebut, seiring dengan meningkatnya persaingan teknologi AI, “tidak ada raksasa atau bahkan pemerintah yang ingin tertinggal, dan seiring dengan melonjaknya biaya listrik pusat data AI, permintaan yang tak terpuaskan akan chip Blackwell yang lebih bertenaga namun tidak terlalu boros daya membuat Nvidia mengambil alih posisi sebagai perusahaan paling menguntungkan sepanjang masa.”

    Hal ini dapat mendorong harga saham Nvidia dari level saat ini hampir $139 menjadi “jauh di atas” $250, memicu spekulasi pasar tentang seberapa tinggi harga saham tersebut dapat naik.

    Tiongkok bisa menjadi ‘pengubah permainan’ 

    Perombakan besar lain bagi pasar global bisa saja datang dari Tiongkok , yang mungkin akan memperkenalkan stimulus fiskal kolosal sebesar 50 triliun yuan ($7 triliun) pada tahun 2025 dan tahun-tahun setelahnya, yang dirancang untuk “memantulkan” perekonomiannya.

    Kepala Strategi Investasi bank Charu Chanana menulis, “Sebagian besar pengeluaran langsung masuk ke kantong konsumen melalui mata uang digital e-CNY, sehingga akan disuntikkan langsung ke dalam perekonomian daripada digunakan untuk melunasi utang.”

    Menurut sang ahli strategi, langkah-langkah ini dapat memicu “dampak reflasi yang kuat” baik di Tiongkok maupun secara global, seiring dengan naiknya harga komoditas.

    Dalam prediksi lain, bank tersebut memperkirakan bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bisa menjadi “tidak relevan” tahun depan karena kendaraan listrik semakin populer dan terjangkau.

    “Dengan beberapa anggota yang telah mencurangi kuota produksi untuk meraup pendapatan sebanyak mungkin dan permintaan ekspor menurun, mayoritas anggota segera menyadari bahwa semuanya sudah berakhir. 

    Di tengah pertengkaran dan pertikaian internal, anggota utama mengundurkan diri. 
    Hal ini membuat OPEC tenggelam dalam sejarah. Mantan anggota memaksimalkan produksi untuk memastikan pangsa pasar, yang menyebabkan penurunan tajam harga minyak,” tulis Saxo.

    Prakiraan lain untuk tahun 2025 mencakup pound Inggris yang mendapatkan kembali diskon pasca-Brexitnya terhadap euro, AS menerapkan pajak pusat data AI yang signifikan karena meningkatnya biaya listrik, dan penciptaan jantung manusia pertama yang berfungsi penuh melalui teknologi bioprinting 3D.

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Harga Minyak Tertekan, Pasar Tunggu Keputusan OPEC – Page 3

    Harga Minyak Tertekan, Pasar Tunggu Keputusan OPEC – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah turun pada Rabu di tengah antisipasi keputusan OPEC+ terkait pasokan, meskipun penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu memberikan dukungan terhadap harga.

    Dikutip dari CNBC, Kamis (5/12/2024), harga minyak mentah Brent turun USD 1,18 atau 1,6%, menjadi USD 72,44 per barel pada pukul 14:24 ET. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,23 atau 1,76%, menjadi USD 68,71 per barel.

    Sehari sebelumnya, Brent mencatat kenaikan terbesar dalam dua pekan, dengan lonjakan sebesar 2,5%.

    Pasar Tunggu Keputusan OPEC+

    Investor terus memantau pertemuan mendatang Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya dalam OPEC+, yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis. Menurut sumber industri yang dikutip Reuters, kelompok tersebut kemungkinan akan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir kuartal pertama tahun depan.

    “Meski penundaan penghentian pemangkasan produksi sudah diperkirakan, retorika yang muncul dari pertemuan ini akan memiliki dampak paling besar,” kata Matt Smith, analis utama minyak untuk wilayah Amerika di Kpler.

    OPEC+ diketahui sedang merencanakan penghapusan pemangkasan pasokan secara bertahap sepanjang tahun depan.

    Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa stok minyak mentah AS mengalami penurunan yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu, akibat peningkatan aktivitas kilang. Namun, stok bensin dan distilat justru meningkat lebih dari yang diperkirakan.

    “Lonjakan aktivitas kilang, dengan tingkat operasi mencapai level tertinggi sejak musim panas, mengakibatkan inventori minyak mentah menurun sementara stok produk olahan meningkat,” ujar Matt Smith.

    Meskipun demikian, momentum bullish hanya memberikan dukungan terbatas pada harga minyak.

     

  • Harga Minyak Mentah Turun Hampir 2 Persen Jelang Keputusan Pemangkasan Produksi

    Harga Minyak Mentah Turun Hampir 2 Persen Jelang Keputusan Pemangkasan Produksi

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah berjangka turun hampir 2% pada Rabu (4/12/2024) seiring dengan investor yang menantikan keputusan organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya atau OPEC+terkait pemangkasan produksi. Penarikan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih besar dari perkiraan pada pekan lalu hanya memberikan sedikit dukungan terhadap harga.

    Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent turun sebesar US$ 1,31 atau 1,78%, menjadi US$ 72,31 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS merosot US$ 1,40 atau 2% menjadi $68,54 per barel.

    Pasar minyak berada dalam kondisi tegang dengan perhatian investor tertuju pada pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis (5/12/2024). Menurut sumber yang dikutip Reuters, OPEC+ kemungkinan besar akan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir kuartal I 2025. 

    Penurunan harga juga dipicu oleh aksi sebuah bank yang menjual kontrak berjangka minyak AS dalam jumlah besar pada perdagangan Rabu sore. Langkah ini menyebabkan harga anjlok lebih dari 1% dalam hitungan menit dan memicu kebingungan di kalangan pedagang.

    Di sisi lain, stok minyak mentah AS turun lebih dari yang diperkirakan pada minggu lalu, didorong oleh peningkatan aktivitas kilang minyak.

    Faktor geopolitik juga memberikan dampak pada pergerakan harga minyak. Gencatan senjata yang goyah antara Israel dan Hizbullah, serangan pemberontak di Suriah, serta pencabutan darurat militer di Korea Selatan, menjadi beberapa faktor yang menambah ketidakpastian dan memengaruhi harga minyak mentah.

  • Harga BBM Terbaru BP AKR per 1 Desember 2024, Sebagian Naik – Page 3

    Harga BBM Terbaru BP AKR per 1 Desember 2024, Sebagian Naik – Page 3

    Harga minyak turun pada perdagangan hari Jumat, mencatat penurunan mingguan sebesar 3%. Harga minyak tertekan oleh meredanya kekhawatiran atas risiko pasokan dari konflik Israel-Hizbullah.

    Selain itu,penurunan harga minyak ini juga karena sentimen prospek peningkatan pasokan pada 2025 bahkan ketika OPEC+ diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi.

    Mengutip CNBC, Sabtu (30/11/2024), harga minyak mentah Brent berjangka turun 34 sen, atau 0,46%, ditutup pada USD 72,94 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada USD 68 per barel, turun 72 sen atau 1,05% dibandingkan dengan harga penutupan hari Rabu.

    Penurunan harga minyak pada pekan ini bisa sedikit diredam karena ada hari libur nasional di Amerika Serikat (AS).

    Untuk minggu ini, harga minyak Brent turun hampir 3% sementara harga minyak WTI turun 4,55%.

    Serangan Israel

    Kantor berita resmi Lebanon pada hari Jumat menuliskan bahwa empat tank Israel memasuki desa perbatasan Lebanon. Kedua belah pihak telah menuduh adanya pelanggaran gencatan senjata, tetapi gencatan senjata yang mulai berlaku pada hari Rabu telah mengurangi premi risiko minyak, sehingga harga menjadi lebih rendah.

    Konflik Timur Tengah tidak mengganggu pasokan, yang diperkirakan akan lebih melimpah pada 2025. Badan Energi Internasional melihat prospek kelebihan pasokan lebih dari 1 juta barel per hari (bpd) – setara dengan lebih dari 1% dari produksi global.

    “Gambaran terbaru menyiratkan bahwa tahun depan menjanjikan akan lebih longgar daripada tahun ini dan harga minyak akan berada di bawah level 2024,” kata pialang minyak PVM Tamas Varga.

    Keputusan OPEC+

    Kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia menunda pertemuan kebijakan berikutnya hingga 5 Desember dari 1 Desember. OPEC+ diperkirakan akan memutuskan perpanjangan lebih lanjut untuk pemotongan produksi pada pertemuan tersebut.

  • Harga BBM Naik di SPBU Shell per 1 Desember 2024, Cek Selengkapnya – Page 3

    Harga BBM Naik di SPBU Shell per 1 Desember 2024, Cek Selengkapnya – Page 3

    Harga minyak turun pada perdagangan hari Jumat, mencatat penurunan mingguan sebesar 3%. Harga minyak tertekan oleh meredanya kekhawatiran atas risiko pasokan dari konflik Israel-Hizbullah.

    Selain itu,penurunan harga minyak ini juga karena sentimen prospek peningkatan pasokan pada 2025 bahkan ketika OPEC+ diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi.

    Mengutip CNBC, Sabtu (30/11/2024), harga minyak mentah Brent berjangka turun 34 sen, atau 0,46%, ditutup pada USD 72,94 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada USD 68 per barel, turun 72 sen atau 1,05% dibandingkan dengan harga penutupan hari Rabu.

    Penurunan harga minyak pada pekan ini bisa sedikit diredam karena ada hari libur nasional di Amerika Serikat (AS).

    Untuk minggu ini, harga minyak Brent turun hampir 3% sementara harga minyak WTI turun 4,55%.

    Serangan Israel

    Kantor berita resmi Lebanon pada hari Jumat menuliskan bahwa empat tank Israel memasuki desa perbatasan Lebanon. Kedua belah pihak telah menuduh adanya pelanggaran gencatan senjata, tetapi gencatan senjata yang mulai berlaku pada hari Rabu telah mengurangi premi risiko minyak, sehingga harga menjadi lebih rendah.

    Konflik Timur Tengah tidak mengganggu pasokan, yang diperkirakan akan lebih melimpah pada 2025. Badan Energi Internasional melihat prospek kelebihan pasokan lebih dari 1 juta barel per hari (bpd) – setara dengan lebih dari 1% dari produksi global.

    “Gambaran terbaru menyiratkan bahwa tahun depan menjanjikan akan lebih longgar daripada tahun ini dan harga minyak akan berada di bawah level 2024,” kata pialang minyak PVM Tamas Varga.

    Keputusan OPEC+

    Kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia menunda pertemuan kebijakan berikutnya hingga 5 Desember dari 1 Desember. OPEC+ diperkirakan akan memutuskan perpanjangan lebih lanjut untuk pemotongan produksi pada pertemuan tersebut.

  • Update Harga BBM Pertamina per 1 Desember 2024: Ini Daftar Lengkapnya – Page 3

    Update Harga BBM Pertamina per 1 Desember 2024: Ini Daftar Lengkapnya – Page 3

    Harga minyak turun pada perdagangan hari Jumat, mencatat penurunan mingguan sebesar 3%. Harga minyak tertekan oleh meredanya kekhawatiran atas risiko pasokan dari konflik Israel-Hizbullah.

    Selain itu,penurunan harga minyak ini juga karena sentimen prospek peningkatan pasokan pada 2025 bahkan ketika OPEC+ diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi.

    Mengutip CNBC, Sabtu (30/11/2024), harga minyak mentah Brent berjangka turun 34 sen, atau 0,46%, ditutup pada USD 72,94 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada USD 68 per barel, turun 72 sen atau 1,05% dibandingkan dengan harga penutupan hari Rabu.

    Penurunan harga minyak pada pekan ini bisa sedikit diredam karena ada hari libur nasional di Amerika Serikat (AS).

    Untuk minggu ini, harga minyak Brent turun hampir 3% sementara harga minyak WTI turun 4,55%.

    Serangan Israel

    Kantor berita resmi Lebanon pada hari Jumat menuliskan bahwa empat tank Israel memasuki desa perbatasan Lebanon. Kedua belah pihak telah menuduh adanya pelanggaran gencatan senjata, tetapi gencatan senjata yang mulai berlaku pada hari Rabu telah mengurangi premi risiko minyak, sehingga harga menjadi lebih rendah.

    Konflik Timur Tengah tidak mengganggu pasokan, yang diperkirakan akan lebih melimpah pada 2025. Badan Energi Internasional melihat prospek kelebihan pasokan lebih dari 1 juta barel per hari (bpd) – setara dengan lebih dari 1% dari produksi global.

    “Gambaran terbaru menyiratkan bahwa tahun depan menjanjikan akan lebih longgar daripada tahun ini dan harga minyak akan berada di bawah level 2024,” kata pialang minyak PVM Tamas Varga.

    Keputusan OPEC+

    Kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu termasuk Rusia menunda pertemuan kebijakan berikutnya hingga 5 Desember dari 1 Desember. OPEC+ diperkirakan akan memutuskan perpanjangan lebih lanjut untuk pemotongan produksi pada pertemuan tersebut.

  • Harga Minyak Dunia Tergelincir di Tengah Meredanya Risiko Pasokan

    Harga Minyak Dunia Tergelincir di Tengah Meredanya Risiko Pasokan

    Houston: Harga minyak dunia turun tipis pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB) dan membukukan penurunan mingguan lebih dari tiga persen, tertekan oleh meredanya kekhawatiran atas risiko pasokan dari konflik Israel-Hizbullah dan prospek peningkatan pasokan pada 2025 bahkan ketika OPEC+ diperkirakan akan memperpanjang pemangkasan produksi.
     
    Dikutip dari Yahoo Finance, Sabtu, 30 November 2024, minyak mentah Brent turun 34 sen, atau 0,46 persen, menjadi USD72,94 per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 72 sen, atau 1,05 persen, menjadi USD68, dari penutupan terakhir sebelum libur Thanksgiving pada Kamis.
     
    Aktivitas perdagangan lesu karena hari libur umum di Amerika Serikat (AS). Selama seminggu, Brent turun sebesar 3,1 persen sementara WTI turun sebanyak 4,8 persen.
    Di sisi lain, empat tank Israel memasuki desa perbatasan Lebanon, kantor berita resmi Lebanon melaporkan pada Jumat. Gencatan senjata yang mulai berlaku pada Rabu telah mengurangi premi risiko minyak, sehingga harga minyak turun, meskipun ada tuduhan pelanggaran oleh kedua belah pihak.
     
    Namun, konflik Timur Tengah tidak mengganggu pasokan, yang diperkirakan akan lebih melimpah pada 2025. Badan Energi Internasional melihat prospek kelebihan pasokan lebih dari satu juta barel per hari (bpd), yang setara dengan lebih dari satu persen produksi global.
     
    “Gambaran terkini menunjukkan tahun depan menjanjikan akan lebih longgar daripada tahun sekarang dan harga minyak akan berada di bawah level rata-rata di 2024,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM.
     

     

    OPEC+ tunda pertemuan kebijakan

    Kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia menunda pertemuan kebijakan berikutnya hingga 5 Desember dari 1 Desember. OPEC+ diperkirakan akan memutuskan perpanjangan lebih lanjut terhadap pemotongan produksi pada pertemuan tersebut.
     
    “Setelah dua kali penundaan, kelompok tersebut harus mempertimbangkan risiko pelemahan harga lebih lanjut di tengah pelepasan barel yang saat ini tidak diinginkan, paling tidak karena ekspektasi produksi yang kuat dari produsen non-OPEC+ tahun depan dapat menyebabkan surplus minyak mentah,” kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.
     
    Harga minyak Brent bisa mencapai rata-rata USD74,53 per barel pada 2025, menurut jajak pendapat Reuters yang melibatkan 41 analis. Hal ini menandai revisi penurunan harga bulanan ketujuh berturut-turut dalam jajak pendapat Reuters.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)