Organisasi: Muhammadiyah

  • Jamaah Masjid Kodiran Desa Jipang Dilatih Bantuan Hidup Dasar untuk Jadi ‘Jamaah Tangguh’

    Jamaah Masjid Kodiran Desa Jipang Dilatih Bantuan Hidup Dasar untuk Jadi ‘Jamaah Tangguh’

    TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO – Sebagai bagian dari kegiatan iktikaf Ramadan, jamaah Masjid Kodiran Desa Jipang, Banyumas, Jawa Tengah, mendapatkan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD). 

    Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan jamaah dalam menghadapi kondisi darurat kesehatan, khususnya henti jantung mendadak.

    Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal setiap tahun akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.

    Di Indonesia sendiri, kematian akibat penyakit kardiovaskular mencapai 651.481 jiwa per tahun.

    Menyikapi hal ini, pelatihan BHD dinilai sangat penting, mengingat pertolongan cepat dalam lima menit pertama setelah kejadian sangat menentukan kelangsungan hidup korban.

    Endiyono, koordinator iktikaf sekaligus narasumber pelatihan acara tersebut, menyampaikan pentingnya kegiatan pelatihan ini sebagai bagian dari kegiatan amaliyah Ramadan.

    “Selain kegiatan ibadah, kami ingin meningkatkan kesadaran kesehatan jamaah melalui pelatihan ini.

    Kesiapan dalam memberikan bantuan hidup dasar dapat menyelamatkan nyawa sesama,” jelas Endiyono.

    Suwandi, Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Desa Jipang, sangat mendukung pelatihan tersebut.

    “Kegiatan ini sangat bermanfaat karena jamaah mendapat tambahan wawasan tentang bagaimana melakukan pertolongan pertama saat serangan jantung,” ungkapnya.

    Koordinator iktikaf dari LPPI UMP, Azmi, juga menyampaikan harapannya bahwa kegiatan ini dapat meningkatkan kapasitas pemahaman jamaah tidak hanya di bidang keagamaan tetapi juga di bidang kesehatan.

    “Kami ingin menciptakan ‘Jamaah Tangguh’, di mana jamaah mampu memberikan rasa aman dan sehat kepada masyarakat secara aktif dalam penanggulangan kondisi darurat sehari-hari,” tegas Azmi.

    Sementara itu, Lendra Yuspi, narasumber lainnya, menjelaskan bahwa pelatihan BHD ini merupakan langkah penting dalam membangun komunitas yang aman berbasis masyarakat.

    “Melalui kegiatan ini, kami mendorong masyarakat untuk aktif dalam sistem pelayanan gawat darurat dan mampu melakukan pertolongan awal dengan cepat dan tepat,” tambahnya.

    Dengan pelatihan ini, diharapkan jamaah Masjid Kodiran menjadi lebih siap dalam situasi darurat kesehatan, sehingga tercipta lingkungan komunitas yang aman, tangguh, dan peduli terhadap sesama. (*)

  • Gubernur Jakarta santuni anak yatim: Ramadan, bulan berbagi

    Gubernur Jakarta santuni anak yatim: Ramadan, bulan berbagi

    Gubernur Daerah Khusus Jakarta, Pramono Anung menyambangi Yayasan Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Sabtu (22/3) sore. (elshinta.com/Heru Lianto)

    Gubernur Jakarta santuni anak yatim: Ramadan, bulan berbagi
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 23 Maret 2025 – 17:03 WIB

    Elshinta.com – Gubernur Daerah Khusus Jakarta, Pramono Anung menyambangi Yayasan Pondok Pesantren Minhajurrosyidin, Lubang Buaya, Cipayung, Jakarta Timur, Sabtu (22/3) sore. 

    Kehadirannya adalah untuk melakukan penyerahan santunan anak yatim dan buka puasa bersama dengan para pengurus Ponpes Minhajurrosyidin. 

    Pramono mengatakan bulan suci Ramadhan adalah bulan penuh keberkahan dan ampunan, sehingga sudah selayaknya untuk meningkatkan amal kebajikan dan berbagi terhadap sesama.

    “Ramadan adalah bulan yang penuh barokah dan mengajarkan kita untuk selalu meningkatkan amal ibadah, kebaikan, beramal soleh, bergotong-royong dan menahan hawa nafsu,” kata Pramono dilaporkan oleh reporter Elshinta, Heru Lianto.

    Karenanya, lanjut Pramono, dirinya sangat mengapresiasi dan terimakasih pada jajaran Pengasuh Pondok Pesantren Minhajurosyidin yang telah menyelenggarakan kegiatan tersebut. 

    “Mengapresiasi efek pondok pesantren yang telah menginisiasi pembagian sembako dan santunan untuk anak yatim,” lanjut Pramono.

    Sementara Ketua Umum Yayasan Pondok Pesantren Kiai Abdul Syukur mengatakan, kegiatan santunan anak yatim merupakan bentuk sosial. 

    Dalam kegiatan ini, pihaknya juga  telah mengandeng organisasi keagamaan lain seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah dan LDII, guna meringankan beban anak-anak yatim di bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

    “Tujuan kita adalah sosial tidak ada yang lain. Karena kebersamaan akan menjadi kuat. Seperti  filosofi sapu lidi, harus dipegang terus sehingga ada kekuatan dan kebersamaan,” katanya.

    Menurutnya, jumlah santunan untuk anak yatim piatu sebanyak 200 anak dan sembako sebanyak 1.400 untuk warga sekitar.  Pihaknya juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada Pramono Anung yang telah hadir di tengah kesibukannya.

    ‘ Ini suatu kehormatan bagi yayasan dan diharapkan  menjadi lebih maju lagi dalam melangkah ke depannya,” harapnya 

    Diketahui, penyerahan santunan secara simbolis dilakukan Gubernur Jakarta, Pramono Anung Wibowo dan Ketua Umum Yayasan Pesantren Minhajurosyidin, KH Abdul Syukur. 

    Kegiatan dihadiri oleh sejumlah pejabat Daerah Khusus Jakarta (DKJ). Seperti Plt Asisten Kesejahteraan Rakyat Provinsi DKI Hendra Hidayat, Plt walikota Jakarta Timur Iin Mutmainnah dan sejumlah pejabat terkait lainnya.

    Sumber : Radio Elshinta

  • Kapan Sidang Isbat Idulfitri 2025? Cek Jadwal Resminya Sekarang!

    Kapan Sidang Isbat Idulfitri 2025? Cek Jadwal Resminya Sekarang!

    Jakarta, Beritasatu.com – Menjelang hari raya Idulfitri 2025, Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang isbat untuk menetapkan awal bulan Syawal 1446 Hijriah. Sidang ini menjadi momen krusial bagi umat Islam di Indonesia karena akan menentukan kapan hari kemenangan setelah ibadah puasa Ramadan selama satu bulan.

    Sidang isbat dilakukan dengan mempertimbangkan dua metode utama, yaitu hisab (perhitungan astronomi) dan rukyat (pengamatan hilal). Metode hisab digunakan untuk memperkirakan posisi hilal secara matematis, sementara rukyat dilakukan dengan pengamatan langsung di berbagai titik pemantauan di Indonesia.

    Keputusan dari sidang ini akan menjadi acuan bagi umat Islam dalam menentukan perayaan Idulfitri, baik secara serempak maupun berbeda, tergantung hasil pengamatan hilal.

    Apa Itu Sidang Isbat?

    Sidang isbat adalah pertemuan resmi yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia untuk menetapkan awal bulan dalam kalender Hijriah, seperti Ramadan, Syawal (Idulfitri), dan Zulhijah (Iduladha). Kata isbat sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti penetapan atau keputusan.

    Sidang ini melibatkan berbagai pihak, termasuk ulama, pakar astronomi, ahli ilmu falak dari organisasi masyarakat Islam, serta instansi terkait. Tujuan utama dari sidang ini adalah mencapai kesepakatan dalam penetapan awal bulan Hijriah, sehingga umat Islam di Indonesia memiliki pedoman yang sama dalam menjalankan ibadah.

    Kapan Sidang Isbat Idulfitri 1446 H/2025?

    Kementerian Agama dijadwalkan menggelar sidang isbat untuk menetapkan hari raya Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah pada Sabtu (29/3/2025). Menteri Agama Nasaruddin Umar mengungkapkan bahwa ada kemungkinan Lebaran akan jatuh pada Senin (31/3/2025), yang berpotensi dirayakan serentak oleh pemerintah, Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.

    “Potensinya ada untuk berbarengan. Iya, potensinya sama Lebaran 31 Maret 2025,” kata Nasaruddin Umar pada Sabtu (22/3/2025).

    Menurut Nasaruddin, potensi perayaan Idulfitri yang sama antara pemerintah dan Muhammadiyah didasarkan pada kondisi objektif perhitungan hilal. Berdasarkan metode hisab, posisi hilal masih di bawah nol derajat, tepatnya minus tiga derajat.

    Sementara itu, elongasi hilal juga masih rendah dan belum memenuhi kriteria standar yang telah ditetapkan, yaitu ketinggian hilal minimal tiga derajat dengan elongasi sekitar enam derajat.

    Meski demikian, Nasaruddin mengimbau masyarakat untuk menunggu hasil resmi sidang isbat yang akan digelar pada Sabtu (29/3/2025). Penentuan awal Syawal ini akan diawali dengan pemantauan hilal di berbagai titik lokasi di seluruh Indonesia sebelum diputuskan secara resmi melalui sidang isbat.

    Dengan demikian, umat Islam di Indonesia diharapkan dapat mengikuti keputusan resmi pemerintah setelah melaksanakan sidang isbat dalam penentuan perayaan Idulfitri, demi menjaga kebersamaan dan persatuan dalam menjalankan ibadah.

  • Kapan Lebaran 2025? Ini Versi Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah

    Kapan Lebaran 2025? Ini Versi Pemerintah, NU, dan Muhammadiyah

    Jakarta, Beritasatu.com – Hari raya Idulfitri atau Lebaran 2025 menjadi momen yang dinanti oleh umat Islam di Indonesia karena menandai akhir bulan Ramadan dan perayaan kemenangan setelah menjalani ibadah puasa selama satu bulan.

    Penentuan 1 Syawal 1446 H dilakukan dengan berbagai metode astronomi, yakni hisab dan rukyat, yang digunakan oleh pemerintah, Nahdlatul Ulama (NU), serta Muhammadiyah.

    Hisab merupakan metode perhitungan secara matematis dan astronomi untuk menentukan posisi hilal, sedangkan rukyat dilakukan dengan pengamatan langsung terhadap keberadaan hilal di langit saat matahari terbenam.

    Setiap tahun, perbedaan metode ini sering kali memunculkan kemungkinan perbedaan penetapan tanggal Lebaran. Namun, pada 2025, ada potensi perayaan Idulfitri dilakukan secara serentak oleh pemerintah, NU, dan Muhammadiyah.

    Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai jadwal Lebaran 2025 menurut ketiga pihak tersebut.

    Lebaran 2025 Versi Pemerintah

    Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia yang diterbitkan oleh Kementerian Agama, 1 Syawal 1446 H diperkirakan jatuh pada Senin (31/3/2025). Namun, kepastian resmi baru akan ditetapkan setelah sidang isbat yang akan digelar pada Sabtu (29/3/2025).

    Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa ada kemungkinan Lebaran dirayakan secara serentak oleh pemerintah, NU, dan Muhammadiyah. Hal ini didasarkan pada kondisi objektif astronomi, di mana hilal masih berada di bawah ufuk saat Matahari terbenam, dengan ketinggian minus tiga derajat dan elongasi yang belum memenuhi standar visibilitas.

    Dalam sidang isbat nanti, Kementerian Agama akan mengonfirmasi data hisab dengan metode rukyat. Pengamatan hilal dilakukan di 33 titik di seluruh Indonesia, kecuali Bali yang tengah memperingati hari raya Nyepi. Jika hilal tidak terlihat, maka bulan Ramadan akan digenapkan menjadi 30 hari, sehingga Idulfitri dipastikan jatuh pada Senin (31/3/2025).

    Lebaran 2025 Versi NU

    Nahdlatul Ulama (NU) hingga saat ini belum menetapkan tanggal resmi Idulfitri 2025. NU menggunakan metode rukyat, yakni dengan mengamati hilal saat matahari terbenam pada akhir bulan Ramadan. Jika hilal terlihat, maka 1 Syawal dimulai pada keesokan harinya. Namun, apabila hilal tidak tampak, maka Ramadan disempurnakan menjadi 30 hari.

    Pada tahun-tahun sebelumnya, hasil rukyat NU umumnya selaras dengan keputusan pemerintah. Oleh karena itu, ada kemungkinan besar bahwa Lebaran 2025 juga akan bertepatan dengan Senin (31/3/2025).

    Lebaran 2025 Versi Muhammadiyah

    Berdasarkan Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025, Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin (31/3/2025). Penetapan ini menggunakan metode hisab hakiki wujudul hilal, yang mengacu pada posisi bulan saat Matahari terbenam.

    Perhitungan hisab Muhammadiyah menunjukkan bahwa ijtimak terjadi pada Sabtu (29/3/2025), pukul 17.59 WIB. Namun, karena hilal masih berada di bawah ufuk di seluruh wilayah Indonesia, maka bulan Ramadan disempurnakan menjadi 30 hari. Dengan demikian, umat Islam yang mengikuti ketetapan Muhammadiyah akan merayakan Idulfitri pada Senin (31/3/2025).

    Kapan Sidang Isbat Idulfitri 1446 H/2025?

    Kementerian Agama berencana menggelar sidang isbat pada Sabtu (29/3/2025), untuk menetapkan hari raya Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah. Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa ada peluang besar Lebaran akan jatuh pada Senin (31/3/2025), dan berpotensi dirayakan secara bersamaan oleh pemerintah, Nahdlatul Ulama (NU), serta Muhammadiyah.

    Berdasarkan perhitungan dan metode yang digunakan oleh pemerintah, NU, dan Muhammadiyah, terdapat potensi besar bahwa Idulfitri atau Lebaran 2025 akan dirayakan secara serentak pada Senin (31/3/2025). Namun, kepastian akhirnya tetap menunggu hasil sidang isbat yang akan digelar pada Sabtu (29/3/2025).

  • Peneliti BRIN Sebut Idulfitri 2025 Seragam pada 31 Maret 2025

    Peneliti BRIN Sebut Idulfitri 2025 Seragam pada 31 Maret 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaludin, memperkirakan Idulfitri akan jatuh pada tanggal 31 Maret 2025, atau sama dengan penetapan lebaran versi Muhammadiyah.

    Dia menjelaskan prediksi itu berdasarkan perhitungan fakta astronomi dari kriteria MABIMS dan Wujudul atau hilal.

    Thomas memaparkan garis tanggal awal syawal 1446 menurut kriteria MABIMS berada di wilayah Benua Amerika.

    Pada saat magrib 29 Maret 2025 hilal tidak mungkin terlihat di Indonesia, maka 1 syawal 1446 menurut kriteria MABIMS adalah 31 Maret 2025.

    Sementara itu 1 syawal menurut garis tanggal wujudul atau hilal juga di luar Indonesia atau tepatnya berada di Asia Tengah. Saat magrib 29 Maret 2025 di Indonesia posisi hilal masih di bawah ufuk. 

    Maka 1 Syawal 1446 H menurut kriteria wujudul hilal adalah 31 Maret 2025.

    “Jadi Idulfitri 1446 akan seragam pada 31 Maret 2025. Kepastiannya akan disampaikan pada sidang isbat pada 29 Maret 2025,” ujarnya.

  • Ramadan jadi Momentum Transisi Energi Berkeadilan di Indonesia – Halaman all

    Ramadan jadi Momentum Transisi Energi Berkeadilan di Indonesia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan Pendiri Greefaith, Hening Parlan, mengatakan data dari berbagai riset menunjukkan muslim Indonesia percaya untuk melakukan perubahan dalam menjaga dan merawat bumi sebagai wujud wakil Allah di muka bumi.

    Hening menekankan bahwa sebagai khalifah maka sudah seharusnya umat Muslim berusaha memulai transisi energi sebagai upaya memulihkan bumi yang semakin rusak akibat penggunaan energi fosil yang berlebihan. 

    “Transisi energi yang berkeadilan adalah wujud pengamalan Al-Qur’an tentang adil yang ada banyak sekali kata adil di dalamnya,” kata Hening melalui keterangan tertulis, Minggu (23/3/2025).

    Hal tersebut diungkapkan oleh Hening pada dalam acara MOSAIC TALK bertema “Transisi Energi dalam Perspektif Islam,” yang diadakan di Perpustakaan Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Jakarta.

    Transisi energi dari ekonomi berbasis fosil (brown economy) menuju ekonomi hijau (green economy) berdampak signifikan terhadap sektor ketenagakerjaan.

    Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Anwar Sanusi, menegaskan bahwa perubahan ini memicu pergeseran kebutuhan tenaga kerja di berbagai sektor.

    “Kita melihat adanya tren yang meningkat, tren yang statis, dan tren yang menurun dalam berbagai sektor. Salah satu yang terdampak signifikan adalah sektor pertanian, terutama terkait dengan ketahanan pangan, energi, dan juga isu-isu lain seperti militerisasi,” ujar Anwar.

    Menurutnya, saat ini Indonesia memiliki sekitar 151 juta angkatan kerja, dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) sebesar 4,9 persen atau sekitar 7,4 juta orang.

    Dari jumlah tersebut, hampir 60 persen tenaga kerja bergerak di sektor informal, yang rentan terhadap perubahan kondisi ekonomi dan sosial.

    “Tantangan besar lainnya adalah hampir 50 persen dari angkatan kerja kita hanya memiliki pendidikan maksimal SMP. Ini menjadi perhatian khusus karena transisi energi juga memerlukan tenaga kerja dengan keterampilan yang lebih tinggi,” jelasnya.

    Anwar menekankan pentingnya konsep just transition, yaitu memastikan transisi menuju ekonomi hijau tetap berkeadilan bagi seluruh pekerja.

    Ia menyoroti perlunya peningkatan keterampilan tenaga kerja melalui upskilling dan reskilling agar mereka dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan pasar kerja.

    “Kami melihat bahwa sektor energi, pangan, dan industri kreatif menjadi pilar utama ekonomi masa depan. Oleh karena itu, pelatihan dan pendidikan vokasi harus diperkuat untuk mempersiapkan tenaga kerja yang lebih siap menghadapi perubahan,” ujarnya.

    Mosaic Talk merupakan bagian ‘Ramadan Festival: Islamic Philanthropy for Climate Action’ sebuah mini festival kolaborasi MOSAIC dengan Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (DPP UGM) dan Pares yang berupaya untuk menggabungkan nilai-nilai Islam dengan aksi nyata untuk lingkungan seperti Sedekah Energi dan Hutan Wakaf. 

    Acara ini mengajak komunitas Muslim untuk belajar, berkolaborasi, dan berkontribusi dalam upaya dekarbonisasi dan keberlanjutan melalui talkshow, pertunjukan seni, dan aktivitas interaktif.

    “Sesi diskusi di Ramadhan Festival Islamic Philanthropy for Climate Action adalah salah satu upaya kami menggabungkan nilai-nilai Islam dengan aksi nyata untuk bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan,” jelas Abdul Gaffar Karim, Dewan Pembina MOSAIC sekaligus Kepala Departemen Politik dan Pemerintahan UGM. 

  • Lebaran Idul Fitri 2025: Ini Tanggal dan Libur Panjang yang Dinanti – Page 3

    Lebaran Idul Fitri 2025: Ini Tanggal dan Libur Panjang yang Dinanti – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Lebaran atau Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di Indonesia. Pada tahun 2025, pemerintah memprediksi Hari Raya Idul Fitri 1446 H akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Bila itu terjadi, lebaran ini akan berlangsung secara serentak bersama Muhammadiyah.

    Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama (Kemenag), Abu Rokhmad, memprediksi Lebaran Idul Fitri atau 1 Syawal 1446 Hijriah/2025 Masehi akan jatuh pada pada tangggal 31 Maret 2025.

    “Kalau menurut hitung-hitungannya hisab, kemungkinan insya Allah (Idul Fitri) kita akan sama, yaitu di tanggal 31 Maret,” ujar Abu Rokhmad di Jakarta, seperti dikutip dari Antara.

    Abu menjelaskan secara astronomis atau hisab pada 29 Ramadhan 1446 Hijriah, belum terjadi ijtimak. Posisi hilal masih di bawah ufuk antara -3 hingga -1 derajat. Artinya, secara teori hilal tidak mungkin bisa diamati.

    sementara itu berdasarkan analisis astronomi, Lebaran Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah diperkirakan akan jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Hal ini disampaikan oleh Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin.

    Menurutnya, perhitungan berdasarkan kriteria MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) serta wujudul hilal menunjukkan keseragaman dalam penentuan awal Syawal tahun ini.

    “Fakta astronomi dari tanggal awal Syawal 1446 menurut kriteria MABIMS berada di wilayah benua Amerika. Ini adalah garis tanggal ketinggian 3 derajat dan ini garis tanggal elongasi 6,4 derajat geosentrik pada saat Maghrib 29 Maret, hilal tidak mungkin terlihat di Indonesia, maka satu Syawal 1446 menurut kriteria Mabims adalah 31 Maret 2025,” ujar Thomas dikutip pada Kamis (20/3/2025).

    Senada dengan itu, kriteria wujudul hilal juga menunjukkan hasil yang sama. “Garis tanggal wujudul hilal berada di luar Indonesia, tepatnya di Asia Tengah. Pada saat Maghrib 29 Maret, hilal di Indonesia masih di bawah ufuk, sehingga Idul Fitri juga jatuh pada 31 Maret 2025,” tambahnya.

    Dengan demikian, Idul Fitri tahun ini diprediksi akan dirayakan secara seragam pada Senin, 31 Maret 2025, baik oleh pemerintah maupun organisasi Islam di Indonesia.

    “Kepastian resminya akan ditetapkan dalam Sidang Isbat pada 29 Maret 2025,” kata Thomas Djamaluddin.

     

  • Warga Jakarta diingatkan untuk tidak kehilangan empati

    Warga Jakarta diingatkan untuk tidak kehilangan empati

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung mengingatkan masyarakat untuk tidak ​​kehilangan empati terhadap warga, khususnya di bulan suci ini karena penuh berkah sehingga dapat meningkatkan jiwa gotong royong membantu sesama manusia.

    “Kepedulian sosial itu sangat penting dan yang paling utama tidak boleh kehilangan empati terhadap warga dan masyarakat yang membutuhkan,” kata Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung di Jakarta, Minggu.

    Menurut dia, Ramadhan ini adalah bulan yang penuh berkah, yang mengajarkan semua melakukan banyak hal baik dalam beribadah, beramal, bergotong-royong, tepo seliro menahan hawa nafsu dan berbagai persoalan yang ada.

    Gubernur mengapresiasi Ponpes Minhajurrosyidin atas kepedulian kepada masyarakat yang membutuhkan.

    Hal itu disampaikan saat menghadiri acara santunan anak yatim yang diselenggarakan Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) Minhaajurrosyidin, Jakarta, pada Sabtu (22/3).

    Menurut dia, Ponpes yang menghasilkan para juru dakwah Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) tersebut membagikan paket untuk 200-an lebih anak yatim dan lebih dari 500-an paket sembako untuk warga.

    Pramono mengatakan ini bukan pertama kalinya dia datang ke Ponpes Minhajurrosyidin.

    Dirinya yang lahir di Kediri, Jawa Timur, Gubernur DKI Jakarta merasa memiliki kedekatan dengan LDII.

    Pramono Anung mengaku saat kecil dirinya pernah ikut bergabung dengan Djamaah Motor Club (DMC) di Ponpes Wali Barokah Kediri yang juga banyak melahirkan juru dakwah LDII.

    Gubernur DKI Jakarta berharap kegiatan santunan mendatangkan kebarokahan bagi anak-anak dan warga.

    Ia juga menekankan pentingnya kerja sama antara berbagai pihak untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.

    “Kegiatan seperti ini sangat positif dan saya harap dapat terus berkembang setiap tahun. Kolaborasi antara organisasi sosial dan pemerintah sangat penting untuk memberikan manfaat lebih besar bagi masyarakat,” kata dia

    Ketua Umum Yayasan Ponpes Minhajurrosyiddin, Abdul Syukur mengatakan kegiatan santunan ini tidak hanya LDII saja tapi juga melibatkan organisasi kemasyarakatan seperti Nahdlatul Ulama (NU), serta Muhammadiyah.

    Dirinya menyampaikan pentingnya kebersamaan dalam setiap kegiatan sosial.

    Ia mengutip filosofi sapu lidi untuk menggambarkan pentingnya persatuan dalam menggerakkan kekuatan.

    Syukur berharap bantuan yang diberikan dapat menjangkau lebih banyak anak yatim pada masa yang akan datang.

    Ia mengapresiasi kehadiran Gubernur DKI Jakarta dan ini bukan pertama kalinya hadir pada kegiatan di Ponpes Minhajurrosyidin.

    Menurut dia, Pramono Anung selalu mendukung kegiatan yang diselenggarakan ponpes dan LDII.

    “Kami akan terus berkolaborasi dengan pemerintahan pusat dan pemerintah DKI Jakarta dalam kegiatan kemasyarakatan, dengan meminta petunjuk dan arahan,” ujarnya.

    Sementara Ketua DPP LDII Teddy Suratmadji menambahkan, bahwa hubungan baik antara LDII dan pemerintah DKI Jakarta sudah terjalin lama.

    Acara santunan ini merupakan kegiatan tahunan yang sudah dilakukan secara rutin oleh LDII dan Ponpes Minhajurosyiddin.

    Dirinya berharap kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan pada masa depan sebagai bentuk kepedulian sosial.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

  • Jadwal Idul Fitri 2025 Versi Muhammadiyah, Pemerintah, NU, dan BRIN, Serentak Tanggal 31 Maret? – Halaman all

    Jadwal Idul Fitri 2025 Versi Muhammadiyah, Pemerintah, NU, dan BRIN, Serentak Tanggal 31 Maret? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebentar lagi, umat Islam akan merayakan Idul Fitri atau Lebaran 2025 yang dirayakan pada 1 Syawal 1446 H.

    Setelah hampir berpuasa satu bulan, perayaan Idul Fitri 2025 menjadi satu hari yang paling ditunggu.

    Oleh karena itu, banyak masyarakat yang menanti kapan jadwal Idul Fitri 2025.

    Terlebih jadwal Idul Fitri selalu menjadi topik menarik karena adanya perbedaan metodologi dalam penetapannya.

    Selengkapnya, simak penjelasan di bawah ini.

    Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan jadwal Lebaran 2025 jatuh pada Senin, 31 Maret 2025.

    Penetapan ini, dilakukan berdasarkan metode hisab hakiki wujudul hilal yang sudah menjadi pedoman bagi Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan hijriah.

    Menurut Muhammadiyah, ijtimak jelang Syawal 1446 H terjadi pada Sabtu, 29 Maret 2025 pukul 17.59:51 WIB.

    Saat itu, tinggi Bulan pada saat Matahari terbenam di Yogyakarta berada (f = -07° 48¢ LS dan l = 110° 21¢ BT) = -01° 59¢ 04⊃2; sehingga hilal belum wujud.

    Umur bulan Ramadan 1446 H pun, menurut Muhammadiyah, disempurnakan (istikmal) menjadi 30 hari.

    Dengan demikian, warga Muhammadiyah yang mengikuti keputusan tersebut, dapat merayakan Idul Fitri pada Senin, 31 Maret 2025, tanpa harus menunggu keputusan pemerintah melalui sidang isbat.

    Jadwal Idul Fitri 2025 Versi Pemerintah

    Sementara itu, keputusan jadwal Lebaran 2025 versi pemerintah masih harus menunggu sidang isbat.

    Rencananya, pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama (Kemenag) akan menggelar sidang penetapan (isbat) awal Syawal 1446 H pada Sabtu, 29 Maret 2025.

    “Kami akan menggelar sidang isbat awal Syawal, pada 29 Maret 2025.”

    “Sebagaimana biasanya, sidang isbat selalu digelar pada tanggal 29 Ramadan untuk menetapkan awal Syawal,” kata Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad di Jakarta, Selasa (18/3/2024).

    Secara hisab atau perhitungan astronomi, lanjut Abu Rokhmad, ijtimak atau konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025 jam 17.57.58 WIB. 

    Karenanya, berdasarkan data astronomi, saat terbenam matahari, posisi hilal berkisar antara minus tiga di Papua dan minus satu di Aceh.

    “Data-data astronomi ini kemudian kita verifikasi melalui mekanisme rukyat,” tegas Abu Rokhmad.

    Berdasarkan kalender Hijriah Indonesia tahun 2025 yang dirilis Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag, tanggal 31 Maret dan 1 April 2025 ditandai sebagai Idul Fitri 1446 H.

    Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) juga belum menentukan jadwal Idul Fitri 2025. 

    Sebab untuk menentukan awal bulan Syawal, NU menggunakan metode rukyat (melihat peredaran bulan baru).

    Dalam metode rukyat, hilal yang berada di bawah ketinggian dua derajat mustahil diamati dengan mata.

    Namun jika lebih dari dua derajat, maka hilal memungkinkan untuk dilihat dengan mata telanjang.

    Oleh karena itu, dalam menentukan jadwal Idul Fitri 2025, NU harus melakukan pengamatan hilal saat matahari terbenam menjelang akhir bulan Ramadhan.

    Biasanya, jadwal Idul Fitri NU sama seperti keputusan pemerintah.

    Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperkirakan, Idul Fitri 2025 akan dilaksanakan secara serentak pada Senin, 31 Maret 2025.

    Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika BRIN, Thomas Djamaluddin menjelaskan perhitungan berdasarkan kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) serta wujudul hilal, menunjukkan keseragaman dalam penentuan awal Syawal tahun ini.

    Menurut Thomas, garis tanggal awal Syawal 1446 H menurut kriteria MABIMS berada di wilayah benua Amerika. 

    “Pada saat Maghrib, 29 Maret, hilal tidak mungkin terlihat di Indonesia. Maka, 1 Syawal 1446 H menurut kriteria MABIMS adalah 31 Maret 2025,” kata Thomas dikutip dari Kompas.com, Jumat (21/3/2025).

    Selain itu, kata dia, garis tanggal Wujudul Hilal berada di luar Indonesia, yaitu di Asia Tengah. 

    Thomas menjelaskan, saat Maghrib pada 29 Maret 2025, posisi hilal di Indonesia masih di bawah ufuk. 

    OIeh sebab itu, 1 Syawal 1446 H menurut kriteria Wujudul Hilal jatuh pada 31 Maret 2025. 

    “Dengan demikian, Idul Fitri 1446 H akan seragam atau serentak pada Senin, 31 Maret 2025,” tambahnya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “BRIN Perkirakan Lebaran 2025 Serentak, Berikut Penjelasannya”

    (Tribunnews.com/Sri Juliati) 

  • Sidang Isbat Idulfitri 29 Maret, Menag: Lebaran 2025 Berpotensi Bareng

    Sidang Isbat Idulfitri 29 Maret, Menag: Lebaran 2025 Berpotensi Bareng

    Jakarta, Beritasatu.com – Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat penetapan Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1446 Hijriah pada 29 Maret 2025. Menteri Agama Nasaruddin Umar mengatakan ada kemungkinan Lebaran jatuh pada pada 31 Maret 2025, serentak antara pemerintah, Nahdlatul Ulama, dan Muhammadiyah. 

    “Potensinya berdua sama-sama. Iya potensinya (sama Lebaran 31 Maret 2025),” ujar Nasaruddin seusai ilaturahmi dan buka puasa bersama Badan Pengurus Pusat Ikatan Alumni Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar (BPP IKA UIN Alauddin Makassar) di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (22/3/2025) malam. 

    Dalam acara tersebut hadir sejumlah tokoh, di antaranya juga Gubernur Lemhannas TB Ace Hasan Syadzily, cendikiawan Yudi Latif, hingga Ketua Umum IKA UIN Alauddin Makassar Idrus Marham.

    Nasaruddin mengatakan potensi perayaan Lebaran 2025 sama antara pemerintah dengan Muhammadiyah karena kondisi objektif yang terjadi kekinian. 

    “Tetapi kalau melihat kondisi objektifnya hilal berdasarkan hisab ini, masih di bawah nol, masih minus 3 derajat. Intinya juga elongasinya juga masih sangat rendah untuk memenuhi standar yang telah ditetapkan, yaitu ketinggian hilal 3 derajat dan elongasinya sekitar 6 derajat,” jelas dia.

    Hanya saja, Nasaruddin tetap meminta masyarakat menunggu hasil sidang isbat penentuan 1 Syawal 1446 Hijriah pada 29 Maret 2025 mendatang. Penentuan Lebaran 2025 diawali dengan pemantauan hilal di sejumlah titik lokasi di seluruh Indonesia.

    Muhammadiyah sudah menetapkan Hari Raya Idulfitri 1446 Hijriah jatuh pada 31 Maret 2025 berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).

    “Segi ilmu hisab, Muhammadiyah sudah menetapkan bahwa ini istikmal, artinya dicukupkan 30 hari bulan suci Ramadan, dengan demikian Lebaran tanggal 31 Maret 2025, tetapi kepastiannya itu nanti menunggu sidang isbat pada tanggal 29 Maret,” pungkas Nasaruddin.