Organisasi: ISIS

  • Viral Perempuan Berkebaya di Malioboro, Netizen Asing Ledek Indonesia

    Viral Perempuan Berkebaya di Malioboro, Netizen Asing Ledek Indonesia

    Jakarta, Beritasatu.com –  Sebuah video berdurasi 90 detik yang menampilkan perempuan berkebaya berjalan di kawasan Malioboro, Yogyakarta, viral dan memicu perdebatan di media sosial. Uniknya, perdebatan itu terjadi antara netizen asing dengan warganet Indonesia. 

    Dalam video tersebut, tampak seorang perempuan mengenakan busana tradisional kebaya yang menarik perhatian banyak orang. Beberapa orang terlihat memotret, sementara lainnya menoleh penuh rasa takjub.

    Video itu pertama kali diunggah oleh akun X asal luar negeri bernama @6JZoZhaTVApGcAV, disertai narasi dalam bahasa Arab yang menyindir Indonesia. Unggahan itu menyebut bahwa penampilan perempuan berkebaya adalah pengingat masa lalu yang indah, sebelum “konservatisme menggelapkan segalanya.” 

    Bahkan, akun tersebut menyindir bahwa “kecantikan seperti ini sudah tidak terlihat lagi karena mereka baiat ke ISIS.”

    Pernyataan tersebut langsung menuai reaksi beragam, terutama dari netizen asing yang mempertanyakan mengapa busana tradisional tampak asing di negeri asalnya. “Kenapa terlihat seperti hal yang asing? Bukankah ini budaya kalian?” tulis salah satu komentar dari pengguna asal Amerika Serikat.

    Respons keras langsung datang dari warganet Indonesia. Mereka menilai kritik tersebut tidak berdasar dan cenderung merendahkan. “Orang luar ngomongin culture tuh tolol sih, lu aja enggak punya budaya, bjir,” tulis akun @colamimpi.

    Sebagian warganet Indonesia juga menjelaskan bahwa kekaguman warga dalam video bukan karena busana kebaya dianggap langka, melainkan karena situasi dan tempatnya yang tidak biasa. “Should I walk the street in Downtown Portland with a full-blown cowboy attire, see how they react?” sindir akun @Ianard_.

    Tak sedikit pula netizen yang mencoba memberi pandangan lebih rasional. “Kata guru seni saya, pakaian seperti itu bukan dianggap kuno, tapi tidak relevan dengan aktivitas kita sekarang,” tulis akun @AFKMoment. 

    Ada pula komentar jenaka, “Bahkan di zaman kerajaan Mataram kalau mbaknya jalan keliling pasar pakai baju itu juga bakal heboh. Jangan-jangan malah dikasih sesajen,” tulis akun @malesbangunaja.

    Warganet juga mengoreksi klaim lokasi video. “Dan itu bukan di Jakarta,” tegas akun @dontgivaffuk, meluruskan informasi yang keliru.

    Perdebatan ini menunjukkan bahwa busana tradisional seperti kebaya tak hanya berfungsi sebagai simbol budaya, tetapi juga menjadi bagian dari diskusi yang lebih luas tentang identitas, modernitas, dan cara bangsa memandang dirinya sendiri di era global.

  • Ketakutan Umat Kristen Suriah Usai Bom Bunuh Diri di Gereja

    Ketakutan Umat Kristen Suriah Usai Bom Bunuh Diri di Gereja

    Jakarta

    Peringatan: Artikel ini mengandung detail yang dapat mengganggu kenyamanan Anda

    “Abangmu gugur sebagai pahlawan.”

    Kalimat itu didengar Emad saat mengetahui abangnya, Milad, tewas dalam ledakan bom bunuh diri di sebuah gereja di Damaskus, ibu kota Suriah.

    Saat kejadian, Milad dan dua orang lainnya berjuang mendorong pelaku bom bunuh diri keluar dari gedung gereja. Milad tewas seketika di tempat kejadian bersama 24 jemaat lainnya.

    Selain korban tewas, 60 orang menderita luka dalam serangan di Gereja Ortodoks Yunani Nabi Elia pada 22 Juni silam. Tempat ibadah itu terletak di pinggiran timur Damaskus, Dweila.

    Serangan itu menjadi yang pertama kalinya terjadi di Damaskus sejak pasukan pemberontak yang dipimpin kelompok Islam menggulingkan Bashar al-Assad pada bulan Desember.

    Penggulingan itu sekaligus mengakhiri perang saudara yang menghancurkan selama 13 tahun.

    Pihak berwenang Suriah menuding kelompok Negara Islam (ISIS) sebagai dalang di balik serangan ini.

    Kelompok ekstremis Sunni yang kurang dikenal, Saraya Ansar al-Sunnah, kemudian mengklaim bertanggung jawab atas serangan. Namun, pejabat pemerintah mengatakan operasi kelompok ini terkait langsung dengan ISIS.

    Milad tengah mengikuti kebaktian Minggu malam ketika seorang pria tiba-tiba melepaskan tembakan ke arah jemaat sebelum meledakkan rompi berisi bom.

    Emad mendengar ledakan dari rumahnya. Selama berjam-jam, abangnya tidak bisa dihubungi.

    “Saya pergi ke rumah sakit untuk mengidentifikasi jenazah, tapi saya tidak bisa mengenali abang saya. Separuh wajahnya hangus,” tutur Emad saat ditemui di tempat tinggalnya.

    Hanya ada dua kamar tidur di rumah kecil itu. Emad tinggal di sana bersama beberapa kerabatnya.

    Baca juga:

    Emad yang berusia 40-an tahun punya postur tinggi kurus. Wajahnya yang tegas memancarkan guratan kehidupan keras.

    Seperti abangnya, Emad bekerja sebagai petugas kebersihan di salah satu sekolah di permukiman miskin tersebut. Area ini memang banyak ditinggali para keluarga kelas ekonomi menengah ke bawah dan kebanyakan memeluk agama Kristen.

    Selama pemerintahan Bashar al-Assad, anggota berbagai komunitas minoritas agama dan etnis di Suriah percaya bahwa negara melindungi mereka.

    Namun, pemerintahan baru yang dipimpin kelompok Islam yang dibentuk para pemberontak yang menggulingkan Assad pada Desember lalu dikhawatirkan tidak akan melakukan hal yang sama.

    Di satu sisi, Presiden interim Ahmed al-Sharaa dan pemerintahannya berjanji untuk melindungi semua warga negara.

    Akan tetapi, kekerasan sektarian mematikan baru-baru ini terjadi di wilayah pesisir Alawi. Hal yang sama menimpa komunitas Druze di sekitar Damaskus.

    Perkembangan ini membuat orang-orang meragukan kemampuan pemerintah untuk mengendalikan situasi.

    Banyak anggota keluarga Emad yang menyuarakan sentimen ini.

    “Kami tidak aman lagi di sini,” kata mereka.

    Dua bulan sebelum wisuda, Angie Awabde, 23 tahun, terjebak dalam serangan di gereja. Dia mendengar suara tembakan sebelum ledakan besar.

    “Semuanya terjadi dalam hitungan detik,” tuturnya sembari terbaring di ranjang rumah sakit.

    Dia mengalami luka serpihan di wajah, tangan, dan kakinya, serta patah tulang kaki.

    Angie kini sangat ketakutan dan merasa tidak ada masa depan bagi umat Kristen di Suriah.

    “Saya hanya ingin meninggalkan negara ini. Saya sudah melewati krisis, perang, ledakan mortir. Saya tidak pernah menyangka sesuatu akan terjadi pada saya di dalam gereja,” ujarnya.

    “Saya tidak punya solusi. Mereka yang harus mencari solusi, ini bukan tugas saya. Jika mereka tidak bisa melindungi kami, kami ingin pergi.”

    Sebelum perang saudara selama 13 tahun, umat Kristen mencakup sekitar 10% dari 22 juta penduduk Suriah. Namun, jumlah ini menyusut drastis karena ratusan ribu orang memilih kabur ke luar negeri.

    Selama perang, gereja-gereja memang tidak luput dari pemboman pemerintah Suriah dan pasukan sekutu Rusia. Namun, serangan berlangsung ketika tidak ada jemaat di dalamnya.

    Ribuan umat Kristen juga terpaksa meninggalkan rumah mereka karena ancaman dari kelompok Islamis garis keras dan jihadis, seperti ISIS.

    Di luar rumah sakit tempat Angie dirawat, deretan peti mati beberapa korban serangan gereja siap untuk dikebumikan. Orang-orang dari berbagai lapisan masyarakat Suriah menghadiri upacara di bawah pengamanan ketat di gereja terdekat.

    Dalam khotbahnya, Patriark Gereja Ortodoks Yunani di Suriah, John Yazigi, menegaskan “pemerintah memikul tanggung jawab penuh”.

    Dia menyatakan bahwa telepon belasungkawa dari Presiden Ahmed al-Sharaa “tidak cukup bagi kami,” yang disambut tepuk tangan jemaat.

    “Kami berterima kasih atas teleponnya. Tapi kejahatan yang terjadi sedikit lebih besar dari itu.”

    Sharaa sendiri minggu lalu telah berjanji bahwa mereka yang terlibat dalam serangan “keji” itu akan dibawa ke pengadilan.

    Sehari setelah pengeboman, dua tersangka tewas dan enam lainnya ditangkap dalam operasi keamanan terhadap sel ISIS di Damaskus.

    Namun, langkah ini belum banyak meredakan kekhawatiran di sini tentang situasi keamanan, terutama bagi pemeluk agama minoritas.

    Baca juga:

    Suriah juga mengalami pengetatan kebebasan sosial, termasuk dekrit tentang cara perempuan berpakaian di pantai.

    Selain itu, terjadi serangan terhadap pria yang mengenakan celana pendek di tempat umum, serta penutupan bar dan restoran karena menyajikan alkohol.

    Banyak pihak di Suriah khawatir bahwa ini bukan kasus tunggal, melainkan tanda-tanda dari rencana yang lebih luas untuk mengubah masyarakat Suriah.

    Archimandrite Meletius Shattahi, direktur jenderal badan amal dari Patriarkat Ortodoks Yunani Antiokia, merasa pemerintah tidak berbuat cukup banyak untuk menangani perubahan ini.

    Dia merujuk pada video-video yang beredar secara daring yang menunjukkan para ulama bersenjata menyerukan Islam melalui pengeras suara di permukiman Kristen.

    Shattahi menambahkan bahwa ini bukanlah “insiden individu”.

    “Ini terjadi secara terbuka di depan semua orang, dan kami tahu betul bahwa pemerintah kami tidak mengambil tindakan apa pun terhadap [mereka] yang melanggar hukum dan aturan,” katanya.

    Kelambanan tindakan inilah, menurut dia, yang diduga menyebabkan serangan di Gereja Nabi Elias.

    Lihat juga Video: Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Presiden Suriah Janji Tangkap-Adili Pihak Terlibat Bom Bunuh Diri di Gereja

    Presiden Suriah Janji Tangkap-Adili Pihak Terlibat Bom Bunuh Diri di Gereja

    Jakarta

    Presiden sementara Suriah Ahmed al-Sharaa buka suara soal penembakan dan bom bunuh diri di sebuah gereja di Damaskus, ibu kota Suriah. Ia berjanji akan menangkap semua pihak yang terlibat dalam peristiwa itu.

    “Kami berjanji bahwa kami akan bekerja siang dan malam, mengerahkan semua badan keamanan khusus kami, untuk menangkap semua orang yang berpartisipasi dalam dan merencanakan kejahatan keji ini dan membawa mereka ke pengadilan,” kata Sharaa dilansir AFP, Senin (23/6/2025).

    Serangan itu “mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas dan persatuan pemerintah dan rakyat dalam menghadapi semua yang mengancam keamanan dan stabilitas negara kita”, tambahnya.

    Penembakan dan bom bunuh diri terjadi di sebuah gereja di Damaskus, ibu kota Suriah saat berlangsung kebaktian pada hari Minggu (22/6) waktu setempat. Sedikitnya 22 orang tewas dalam serangan itu. Otoritas Suriah menyalahkan seorang anggota ISIS atas serangan itu.

    Masyarakat internasional mengutuk serangan di gereja Ortodoks itu, yang pertama kali terjadi di ibu kota Suriah sejak pasukan yang dipimpin Islamis menggulingkan penguasa lama Bashar al-Assad pada bulan Desember lalu.

    Itu juga merupakan serangan yang pertama di dalam sebuah gereja di Suriah sejak perang saudara negara itu meletus pada tahun 2011.

    “Seorang pelaku bom bunuh diri yang berafiliasi dengan kelompok teroris Daesh (ISIS) memasuki gereja Saint Elias di daerah Dwelaa… melepaskan tembakan lalu meledakkan dirinya dengan sabuk peledak,” kata pernyataan kementerian dalam negeri Suriah, dilansir kantor berita AFP, Senin (23/6/2025).

    Tonton juga “Bom Bunuh Diri ISIS Meledak di Gereja Suriah, 20 Orang Tewas” di sini:

    (eva/azh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 5 Fakta Terkait AS Gempur Tiga Situs Nuklir Iran – Page 3

    5 Fakta Terkait AS Gempur Tiga Situs Nuklir Iran – Page 3

    Di tengah memuncaknya ketegangan di Timur Tengah, Iran memperingatkan akan adanya “konsekuensi berat” bagi Amerika Serikat (AS) setelah AS bergabung dengan pasukan Israel untuk menyerang tiga lokasi nuklir di Iran pada Minggu 22 Juni 2025.

    Televisi pemerintah Iran menyatakan bahwa “setiap warga negara atau personel militer AS” di Asia Barat kini menjadi “target” setelah serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran di Fordow, Natanz, dan Isfahan.

    Hossein Shariatmadari, orang dekat Pemimpin Tertinggi Ayatullah Ali Khamenei dan pemimpin redaksi surat kabar garis keras Kayhan, menulis editorial pada Minggu yang menyerukan kepada pasukan Iran untuk menyerang armada laut AS di Bahrain dan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal AS, Inggris, Jerman, dan Prancis.

    “Sekarang giliran kita untuk bertindak tanpa penundaan. Sebagai langkah pertama, kita harus meluncurkan serangan rudal terhadap armada laut AS di Bahrain dan secara bersamaan menutup Selat Hormuz bagi kapal-kapal AS, Inggris, Jerman, dan Prancis,” tulisnya seperti dilansir NDTV.

    Editorial yang ditulis Shariatmadari ini menyusul peringatan langsung dari Khamenei sendiri, yang sebelumnya memperingatkan AS akan adanya konsekuensi berat atas intervensi militernya.

    Sementara Iran merencanakan langkah balasannya, sejumlah pangkalan militer utama AS di Timur Tengah menjadi sorotan karena dinilai bisa menjadi target.

    Di seluruh Timur Tengah, AS dilaporkan menempatkan lebih dari 40.000 tentara di berbagai pangkalan militer dan kapal perang milik AS—yang berada di bawah komando militer AS untuk kawasan tersebut, yaitu Komando Pusat AS (CENTCOM). Konsentrasi utama pasukan AS di kawasan ini berada di Qatar, Bahrain, Irak, Suriah, Kuwait, dan Uni Emirat Arab (UEA).

    Berikut sejumlah pangkalan utama AS di Timur Tengah:

    Bahrain: Armada Kelima Angkatan Laut AS dan Komando Pusat Angkatan Laut AS bermarkas di Bahrain—sebuah kerajaan kecil di Teluk yang memainkan peran strategis bagi AS di kawasan Teluk Persia sejak lama hingga sekarang.

    Pelabuhan laut dalam milik Bahrain mampu menampung beberapa kapal militer terbesar milik AS, termasuk kapal induk. Pangkalan ini menjadi rumah bagi empat kapal pemburu ranjau AS dan dua kapal pendukung logistik. Menurut laporan The Times of Israel, Penjaga Pantai AS juga mengoperasikan kapal-kapalnya di negara tersebut.

    Pangkalan ini telah digunakan oleh Angkatan Laut AS sejak tahun 1948, ketika masih dioperasikan oleh Angkatan Laut Kerajaan Inggris.

    Qatar: Pangkalan Udara Al Udeid, yang merupakan pangkalan militer terbesar milik AS di Timur Tengah, terletak di Qatar. Pangkalan ini dilaporkan menjadi markas bagi komponen terdepan Komando Pusat AS (CENTCOM), serta menampung kekuatan angkatan udara dan pasukan operasi khusus AS di kawasan.

    Al Udeid menjadi lokasi penempatan bergilir pesawat-pesawat tempur AS, sekaligus markas bagi Wing Ekspedisi Udara ke-379—satuan udara tempur yang dapat dikerahkan untuk berbagai operasi militer di wilayah tersebut.

    Irak: AS memiliki berbagai instalasi militer di Irak, termasuk Pangkalan Udara Al Asad di Provinsi Al-Anbar dan Pangkalan Udara Al Harir di Erbil. Baghdad bukan hanya sekutu dekat Washington sejak perang 2003, namun juga merupakan musuh bebuyutan Iran di kawasan.

    Negara ini menampung sekitar 2.500 tentara AS sebagai bagian dari koalisi internasional dalam perang melawan ISIS.

    Iran pernah menargetkan Pangkalan Udara Al Asad pada 2020, setelah terbunuhnya pemimpin Pasukan Quds Qasem Soleimani. Pangkalan Udara Al Harir pernah menjadi sasaran serangan drone yang dilancarkan oleh kelompok proksi Iran.

    Suriah: Selama bertahun-tahun, AS mempertahankan kehadiran militer di sejumlah instalasi di Suriah sebagai bagian dari upaya internasional melawan kelompok ISIS, yang muncul dari perang saudara di negara itu dan sempat menguasai sebagian besar wilayah Suriah serta negara tetangganya, Irak. Garnisun Al Tanf milik AS terletak di wilayah selatan Suriah, dekat perbatasan dengan Irak dan Yordania.

    Kuwait: Kuwait menjadi tuan rumah bagi beberapa pangkalan militer AS, termasuk Pangkalan Udara Ali al-Salem yang terletak sekitar 32,19 km dari perbatasan Irak. Pangkalan ini menampung anggota Wing Ekspedisi Udara ke-386 Angkatan Udara AS, satuan yang bertanggung jawab atas pengangkutan logistik dan pasukan di kawasan.

    Pangkalan Ali al-Salem dikenal sebagai pusat pengangkutan udara utama dan gerbang strategis untuk mengirimkan kekuatan tempur kepada pasukan gabungan dan koalisi di Timur Tengah.

    Uni Emirat Arab (UEA): Pangkalan Udara Al Dhafra milik AS terletak di Uni Emirat Arab dan menjadi markas bagi Wing Ekspedisi Udara ke-380 Angkatan Udara AS. Satuan ini mengoperasikan jet tempur F-22 Raptor, serta berbagai jenis pesawat pengintai dan drone, termasuk MQ-9 Reaper.

    Selain itu, Pangkalan Udara Al Dhafra juga menjadi lokasi Gulf Air Warfare Centre, fasilitas pelatihan pertahanan udara dan rudal yang digunakan untuk memperkuat kemampuan tempur serta koordinasi operasi udara antara AS dan sekutunya di kawasan.

  • Bom Bunuh Diri Guncang Gereja di Negara Arab, 22 Orang Tewas

    Bom Bunuh Diri Guncang Gereja di Negara Arab, 22 Orang Tewas

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebanyak 22 orang tewas dan 63 lainnya luka-luka setelah seorang pengebom bunuh diri menyerang sebuah gereja Ortodoks Yunani di pinggiran Kota Damaskus, Suriah, pada Minggu (22/6/2025).

    Menurut laporan media pemerintah SANA, pelaku memasuki Gereja Mar Elias di kawasan Dweil’a saat jemaat sedang mengikuti Liturgi Ilahi, ibadah dalam tradisi Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur. Pelaku melepaskan tembakan ke arah jemaat sebelum meledakkan diri dengan rompi peledak.

    “Seorang pria bersenjata masuk ke dalam gereja dan menembaki orang-orang sebelum meledakkan dirinya. Ini adalah serangan pengecut terhadap tempat ibadah,” kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri Suriah Noureddine Al-Baba dalam konferensi pers, seperti dikutip Associated Press (AP News), Senin (23/6/2025).

    Al-Baba kemudian menambahkan bahwa indikasi awal mengarah kepada kelompok ekstremis ISIS sebagai dalang serangan.

    Jumlah korban tewas dikonfirmasi oleh Kementerian Kesehatan Suriah. Namun, Syrian Observatory for Human Rights, lembaga pemantau konflik yang berbasis di Inggris, melaporkan sedikitnya 19 korban jiwa dan puluhan terluka, meski tidak memberikan angka pasti. Beberapa media lokal menyebutkan bahwa anak-anak termasuk di antara korban.

    Serangan ini disebut sebagai yang pertama terhadap gereja Kristen dalam beberapa tahun terakhir di Suriah, yang kini berada di bawah kekuasaan pemerintahan Islamis de facto.

    “Keamanan tempat ibadah adalah garis merah,” tegas Al-Baba, sambil menuding sisa-sisa kelompok ISIS dan faksi loyalis rezim Assad yang digulingkan sebagai pihak yang ingin menciptakan kekacauan.

    Saksi mata menggambarkan situasi mencekam. “Pria bersenjata itu mengenakan penutup wajah dan menembaki jemaat. Ketika beberapa orang mencoba menghalaunya, dia meledakkan diri di pintu masuk gereja,” kata Pastor Fadi Ghattas, yang mengaku menyaksikan sedikitnya 20 jenazah. “Saat itu ada sekitar 350 jemaat yang sedang berdoa.”

    Sementara itu, Pendeta Meletius Shahati mengatakan ada pelaku kedua yang menembaki pintu gereja, memperparah kepanikan yang terjadi.

    Seorang jemaat, Issam Nasr, menggambarkan horor yang terjadi: “Saya melihat orang-orang terbakar berkeping-keping. Kami hanya membawa doa-doa kami, bukan senjata.”

    Usai ledakan, pasukan keamanan dan tim medis langsung dikerahkan ke lokasi. Foto-foto yang dirilis SANA menunjukkan kondisi gereja yang porak-poranda, dengan bangku-bangku berlumuran darah dan puing berserakan.

    (tfa/tfa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • GFAC, ujung tombak Kopasgat sebagai penunjuk koordinat sasaran tempur

    GFAC, ujung tombak Kopasgat sebagai penunjuk koordinat sasaran tempur

    Bisa dibilang, kendaraan ini berperan krusial dalam menentukan lokasi koordinat musuh yang akan dihancurkan.

    Belitung Timur (ANTARA) – Kendaraan GFAC (Ground Forward Attack Control) milik Detasemen Matra 1 Pengendali Tempur (Dalpur) Wing Komando I Kopasgat TNI AU merupakan salah satu kendaraan tempur yang mempunyai peran penting dalam menyukseskan misi pertahanan.

    Komandan Wing Komando I Kopasgat Kolonel Pas Helmi A. Nange di lokasi latihan, Belitung Timur, menjelaskan bahwa kendaraan ini pada dasarnya merupakan Isuzu D-Max yang dimodifikasi dengan beberapa alat canggih seperti radio pemancar serta radar.

    Dalam persiapan latihan Hardha Martuha I 2025 di Belitung yang digelar Wing Komando I Kopasgat di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur, ANTARA pada hari Minggu berkesempatan untuk melihat lebih dekat kendaraan tempur ini.

    “Bisa dibilang, kendaraan ini berperan krusial dalam menentukan lokasi koordinat musuh yang akan dihancurkan,” ujarnya.

    Kendaraan ini dilengkapi dengan dua radio, yakni Radio RF 4050 dan Radio 2350. Masing-masing radio dilengkapi dengan alat jaming untuk menghindari peretasan.

    Dua radio ini memiliki daya jangkau cukup jauh yang memungkinkan untuk berkomunikasi dengan pesawat.

    Sejauh ini, radio tersebut sudah dicoba dengan jarak terjauh hingga mencapai 50 kilometer ke udara.

    Kendaraan ini, kata Kolonel Pas Helmi A. Nange, juga dilengkapi dengan long range camera monitoring system dengan spesifikasi metode progresif scan, zoom 36 kali, sensor uncooled, sensor 1/4 exfiew thermal imager uncooled infrared focal plane detector yang berfungsi sebagai BDA (Bomb Damage Assessment) atau hasil penembakan pesawat tempur.

    Kolonel Pas Nange menjelaskan bahwa BDA dapat untuk mendeteksi sasaran manusia pada malam hari.

    Mobil radio ini juga pernah tersambung dengan beberapa pesawat udara TNI AU, yakni CN-295, F-16, Super Tucano, T-50 hingga Hawk 100/200.

    Tidak hanya mobil ini, lanjut dia, Tim Dalpur Detasemen Matra 1 juga memiliki radio yang lebih kecil, yakni RF 23 yang memiliki daya jangkau 18 kilometer.

    Tugas Krusial

    Kolonel Pas Nange mengatakan bahwa Satuan Matra Dalpur berfungsi sebagai pembuka jalur sebelum batalion komando melakukan penyerangan.

    Personel Detasemen Matra 1 Pengendali Tempur (Dalpur) Wing Komando I Kopasgat TNI AU melalukan pemantauan wilayah di atas Kendaraan GFAC (Ground Forward Attack Control) dalam latihan Hardha Martuha I 2025 di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (22/6/2025). ANTARA/Walda Marison

    Dengan mobil GFAC ataupun RF 23, Satuan Matra Dalpur berfungsi untuk menyusup untuk melihat kondisi dan denah wilayah rawan.

    Dengan pengamatan yang cermat dari Satuan Matra Dalpur, mereka lalu menyusun koordinat dan mengirimkan informasi itu lewat GFAC ataupun RF 23.

    Komandan Wing Komando I Kopasgat menekankan bahwa pengamatan dan informasi yang dikirimkan haruslah tepat agar sasaran tempur tidak meleset.

    Setelah informasi disampaikan lewat radio, pihak pusat pun langsung bisa melakukan penyerangan berupa menerjunkan pasukan batalion ataupun serangan udara.

    Penugasan

    “Satuan Matra Dalpur dengan GFACnya pernah terlibat dalam beberapa tugas besar pertahanan negara. Beberapa di antaranya Operasi Madago Raya atau Tinombala di Poso 2017,” kata Kolonel Pas Nange.

    Personel Detasemen Matra 1 Pengendali Tempur (Dalpur) Wing Komando I Kopasgat TNI AU melalukan pemantauan wilayah di atas Kendaraan GFAC (Ground Forward Attack Control) dalam latihan Hardha Martuha I 2025 di Desa Buding, Kecamatan Kelapa Kampit, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (22/6/2025). ANTARA/Walda Marison

    Operasi gabungan Polri dan TNI itu bertujuan menangkap anggota Mujahidin Indonesia Timur (MIT), kelompok teroris Indonesia yang mendukung ISIS pimpinan Santoso.

    Selain itu, GFAC juga pernah diturunkan Wing Komando I Kopasgat untuk mengamankan jalannya G20 di Bali pada tahun 2024.

    Kini, kendaraan tersebut akan kembali unjuk gigi dalam latihan Hardha Martuha I 2025 di Belitung yang digelar Wing Komando I Kopasgat, Rabu (25/6) mendatang.

    Pewarta: Walda Marison
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Eks napiter: Waspadai konflik global dimanfaatkan kelompok garis keras

    Eks napiter: Waspadai konflik global dimanfaatkan kelompok garis keras

    Jakarta (ANTARA) – Mantan narapidana terorisme (napiter) Arif Budi Setyawan mengingatkan untuk mewaspadai konflik global di Timur Tengah dimanfaatkan oleh kelompok garis keras untuk menyebarkan ideologi, propaganda, perekrutan hingga pengumpulan donasi.

    Dia menekankan perlunya masyarakat berpikir kritis dalam menanggapi isu-isu global karena ditengarai ada kepentingan lain seperti ideologi, ekonomi, hingga politik.

    “Perang itu pasti punya motif politik dan ekonomi. Perang itu butuh energi, butuh pasukan, dan butuh motivasi yang kuat, dan motivasi agama memang sering digunakan untuk menggerakkan orang untuk berperang,” kata Arif dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

    Dia pun menyebut masyarakat perlu mencermati narasi dan tujuan yang dibangun oleh kelompok garis keras, misalnya narasi ekstrem di media sosial yang berpotensi memecah belah masyarakat.

    Dia mencontohkan hal itu seperti menghardik, memusuhi, mengkafirkan orang lain yang tidak sependapat sehingga berpotensi terjadinya polarisasi di masyarakat dan berdampak pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

    “Narasi itu ke mana arahnya? Tidak serta merta langsung mengiyakan, menyetujui, tapi berpikir kritis dengan mempertanyakan apa akan berdampak dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?” ujarnya.

    Mantan simpatisan Jamaah Islamiyah itu juga mengemukakan pola narasi yang kerap dimainkan oleh kelompok garis keras dengan menyederhanakan konflik menjadi pertarungan hitam-putih.

    Hal tersebut, kata dia, membuat ruang analisis yang jernih dan dialog yang konstruktif menjadi tertutup, apalagi mengaburkannya dengan pemahaman agama untuk memicu polarisasi sosial.

    Misalnya, kata dia, Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) dan kelompok pendukungnya akan membawa narasi konflik global ke arah penegakan syariat atau pendirian negara Islam.

    “Misalnya ISIS, meskipun menggunakan narasi agama, tujuannya tidak murni untuk membela Islam, tetapi lebih kepada penguasaan wilayah dan kekuasaan global. Ini adalah bagian dari permainan politik internasional,” katanya.

    Untuk itu, dia menekankan kewaspadaan dalam bertindak di tengah masifnya informasi di media sosial, termasuk menyelaraskan pandangan politik resmi negara dan melakukan donasi kepada lembaga yang terverifikasi.

    “Karena konflik antarnegara jika disikapi secara individu, kemudian mengirimkan kader (berhijrah), bisa jadi nanti terjebak seperti fenomena ISIS,” kata dia.

    Pewarta: Melalusa Susthira Khalida
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Isu Politik-Hukum Terkini: Teroris Beralih ke Ruang Siber

    Isu Politik-Hukum Terkini: Teroris Beralih ke Ruang Siber

    Jakarta, Beritasatu.com – Sejumlah isu politik dan hukum pada Sabtu (7/6/2025) menjadi perbincangan hangat pembaca. Berita terkait kelompok radikal dan intoleran yang kini menjadikan ruang siber untuk menyebarkan paham terorisme menarik perhatian pembaca.

    Isu politik dan hukum lainnya, yakni pesan Megawati Soekarnoputri terkait ideologi Pancasila, Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Iwan Kurniawan Lukminto yang dicegah bepergian ke luar negeri, penghentian sementara aktivitas tambang nikel di Raja Ampat, hingga penulisan ulang sejarah Indonesia.

    Isu Politik-Hukum Beritasatu.com

    Kelompok radikal dan intoleran kini menjadikan ruang siber sebagai medan utama dalam menyebarkan paham terorisme dan ideologi kekerasan. Fakta ini ditegaskan Kadensus 99 Satkornas Banser, Ahmad Bintang Irianto, menanggapi penangkapan dua pelaku penyebaran konten radikal di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dan Purworejo, Jawa Tengah.

    Penangkapan pertama terjadi di Gowa. Seorang remaja 18 tahun berinisial MAS ditangkap karena menyebarkan propaganda ISIS dan ajakan pengeboman tempat ibadah via media sosial. Di Purworejo, pria berinisial AF (32) yang terafiliasi dengan kelompok Anshor Daulah juga ditangkap karena aktif menyebar paham radikal secara daring.

    Sepanjang 2024, BNPT dan Kementerian Komunikasi dan Digital telah memblokir 180.954 konten intoleran dan radikal, sebagian besar berafiliasi dengan ISIS, HTI, dan JAD.

    2. Megawati: Kalau Kalian Tidak Pancasilais, Jangan Tinggal di Indonesia!

    Presiden ke-5 yang juga Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengatakan warga Indonesia harus menjadi sosok Pancasilais. Kalau tidak, maka lebih baik jangan tinggal di Indonesia.

    Hal itu dikatakan Megawati saat memberikan sambutan pada pembukaan pameran foto karya Guntur Soekarnoputra bertajuk “Gelegar Foto Nusantara: Potret Sejarah dan Kehidupan” di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat, Sabtu (7/6/2025).

    Dalam pidatonya, Megawati mengajak bangsa Indonesia tidak melupakan sejarah perjuangan pendiri bangsa. Menurutnya, tanpa adanya perjuangan tokoh proklamator, seperti Bung Karno dan Bung Hatta, rakyat Indonesia mungkin masih dijajah.

    3. Dirut Sritex Iwan Kurniawan Lukminto Dicegah Bepergian ke Luar Negeri

    Kejaksaan Agung (Kejagung) mengajukan pencegahan bepergian ke luar negeri terhadap Direktur Utama PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Iwan Kurniawan Lukminto terkait penyidikan kasus dugaan korupsi dalam pemberian kredit kepada Sritex dan entitas anak usahanya.

    Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung Harli Siregar mengatakan pencegahan terhadap Iwan Kurniawan dilakukan sejak 19 Mei 2025. Harli menyebutkan penyidik Kejagung akan melakukan pemeriksaan lanjutan terhadap Iwan Kurniawan yang merupakan adik dari tersangka Iwan Setiawan Lukminto pada pekan depan.

    4. DPR Dukung Bahlil Hentikan Sementara Tambang Nikel Raja Ampat

    Ketua Komisi XII DPR Bambang Patijaya  mendukung langkah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menghentikan sementara aktivitas tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, setelah diprotes keras oleh para aktivis lingkungan dan warga hingga viral. Ada lima izin usaha pertambangan (IUP) yang terbit di Raja Ampat sejak 2017.

    Bambang mengatakan DPR juga mengapresiasi langkah cepat Menteri Bahlil Lahadalia untuk langsung meninjau ke lapangan terkait aktivitas tambang nikel di Raja Ampat. Bahlil juga telah menghentikan sementara kegiatan operasi tambang nikel PT GAG Nikel di Pulau Gag, Raja Ampat.

    5. Selesai Agustus, Penulisan Ulang Sejarah Butuh Waktu 2 Bulan

    Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyatakan waktu 2 bulan cukup untuk menyelesaikan penulisan ulang sejarah Indonesia. Dengan demikian, penulisan ulang sejarah ditargetkan rampung pada Agustus 2025.

    Meski belum mengetahui secara pasti sejauh mana progres kerja tim penulis, Fadli mengaku mempercayakan prosesnya kepada sejarawan dari berbagai perguruan tinggi. Ia menyebut penulisan ulang ini tidak dilakukan dari nol.

  • Teroris Beralih ke Ruang Siber, Kadensus 99 Banser: Jangan Lengah!

    Teroris Beralih ke Ruang Siber, Kadensus 99 Banser: Jangan Lengah!

    Jakarta, Beritasatu.com – Kelompok radikal dan intoleran kini menjadikan ruang siber sebagai medan utama dalam menyebarkan paham terorisme dan ideologi kekerasan. Fakta ini ditegaskan Kadensus 99 Satkornas Banser, Ahmad Bintang Irianto, menanggapi penangkapan dua pelaku penyebaran konten radikal di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dan Purworejo, Jawa Tengah.

    “Pelaku radikalisme dan intoleransi masih hidup dan aktif menyebarkan narasi terorisme melalui dunia digital,” ujar Ahmad Bintang, Sabtu (7/6/2025).

    Penangkapan pertama terjadi di Gowa. Seorang remaja 18 tahun berinisial MAS ditangkap karena menyebarkan propaganda ISIS dan ajakan pengeboman tempat ibadah via media sosial. Di Purworejo, pria berinisial AF (32) yang terafiliasi dengan kelompok Anshor Daulah juga ditangkap karena aktif menyebar paham radikal secara daring.

    Ahmad Bintang menilai ini sebagai bukti nyata perubahan strategi kelompok teroris. Mereka kini menyasar dunia maya untuk menjaring simpatisan, menyebarkan ideologi, dan merekrut anggota baru.

    Sepanjang 2024, BNPT dan Kementerian Komunikasi dan Digital telah memblokir 180.954 konten intoleran dan radikal, sebagian besar berafiliasi dengan ISIS, HTI, dan JAD.

    “Kita tidak lagi berhadapan dengan kelompok berseragam militan, tetapi dengan narasi menyimpang dan individu yang terpapar secara ideologis,” tegas Bintang.

    Ia mendorong strategi pencegahan lebih masif, seperti pendidikan kebangsaan dan ideologi Pancasila sejak dini, peningkatan literasi digital kritis, serta seleksi ketat di institusi negara dan agama untuk mencegah infiltrasi.

    Kampanye kontra-narasi di media sosial juga harus terus digencarkan guna menyeimbangkan serangan ideologis radikal.

    Meski data Global Terrorism Index menempatkan Indonesia pada kategori “medium” hingga “low impact” dalam beberapa tahun terakhir, Ahmad Bintang mengingatkan bahwa kewaspadaan harus tetap tinggi.

    “Jangan pernah lengah. Ruang siber kini menjadi arena dominan pertempuran ideologi,” tutupnya.

  • Kamerun, Krisis Pengungsi Terbesar yang Luput dari Perhatian Dunia

    Kamerun, Krisis Pengungsi Terbesar yang Luput dari Perhatian Dunia

    Jakarta

    Ketika konflik meletus di suatu belahan dunia, masyarakat global umumnya merespons dalam tiga cara, yakni diplomasi oleh pemerintah dan lembaga internasional, penyaluran bantuan kemanusiaan, dan liputan media untuk menumbuhkan kesadaran publik. Absennya ketiga jenis respons menandakan bahwa sebuah krisis perlahan tenggelam dari perhatian dunia. Itulah yang kini terjadi di Kamerun.

    Laporan tahunan dari Norwegian Refugee Council (NRC) kembali menyoroti krisis yang paling terabaikan di dunia. Dalam daftar terbaru itu, delapan dari sepuluh konflik berada di Afrika, dan posisi teratas ditempati oleh Kamerun yang, menurut NRC, hampir tak mendapat perhatian dari media, minim dukungan politik untuk penyelesaian konflik, dan kekurangan dana kemanusiaan.

    “Kamerun adalah contoh nyata dari krisis yang benar-benar dilupakan dunia. Krisis di sana lemah dalam ketiga indikator utama kami: minim pemberitaan, nol kemauan politik, dan dana bantuan yang sangat terbatas,” ujar juru bicara NRC, Laila Matar, kepada DW.

    Konflik yang berlapis

    Di balik statistik, tersembunyi kompleksitas konflik di Kamerun. Negara di pesisir Afrika Tengah ini sedang menghadapi dua perang besar yang hampir tak tersentuh oleh perhatian internasional.

    Sejak tahun 2017, pertempuran bersenjata menjalar dari wilayah barat. Perang dikobarkan kelompok separatis yang ingin memisahkan diri dan memproklamasikan “Republik Ambazonia.” Konflik di North dan South West Kamerun merupakan perselisihan warisan kolonialisme antara Prancis dan Inggris setelah Perang Dunia I. Konflik ini kerap berujung pada bentrokan dengan militer, dan telah merenggut ribuan nyawa.

    Adapun konflik kedua terjadi di utara, tepatnya di wilayah sekitar Danau Chad. Di sana, kelompok militan Islam transnasional seperti Boko Haram dan afiliasinya, ISWAP yang merupakan cabang ISIS di Afrika Barat, terus menebar teror dan kekerasan.

    “Maret lalu saja ada lebih dari sepuluh serangan di utara Kamerun dan negara bagian Borno di Nigeria, termasuk penyergapan terhadap pos militer dan perampasan senjata serta kendaraan,” kata Remadji Hoinathy, analis dari Institute for Security Studies (ISS) yang berbasis di Chad, dalam podcast DW Africalink.

    Sementara kelompok JAS, pecahan Boko Haram lainnya, dikenal sangat brutal dan acap menyerang tentara, pejabat, hingga mengorbankan warga sipil tanpa pandang bulu.

    “Penduduk di sana terjebak. Mereka kadang terpaksa bekerja sama demi bertahan hidup,” ungkap Hoinathy.

    Potret penderitaan Haoua

    Konflik di utara Kamerun ini menciptakan gelombang pengungsian besar. NRC mencatat, ada lebih dari 1,1 juta warga Kamerun yang mencari perlindungan di dalam negeri, dan 480.000 pengungsi tambahan dari negara tetangga, seperti Republik Afrika Tengah. Hanya 30 persen dari mereka yang tinggal di kamp resmi; sisanya bertahan dalam kondisi seadanya.

    Salah satu dari mereka adalah Haoua, seorang perempuan berusia 39 tahun yang ditemui DW pada akhir 2024 di Maroua, kota di utara Kamerun. Sejak suaminya ditangkap dan menantunya dibunuh oleh kelompok militan, Haoua hidup bersama delapan anak dan dua cucu, tanpa penghasilan tetap.

    “Anak-anak tidak sekolah. Saya tidak punya uang untuk biaya mereka. Kami sudah empat hari tidak makan. Kalau saya mengemis di jalan, saya malah diusir,” tuturnya lirih. Dia hanya sesekali bisa mendapat uang dengan mencuci pakaian orang lain.

    Apa solusinya?

    Agar situasi membaik, pemerintah Kamerun harus bergantung kepada koalisi lintas negara. Negara-negara di kawasan Danau Chad sudah lama bekerja sama dalam operasi militer lintas batas untuk memberantas milisi Islam. Selain itu, ada juga inisiatif regional untuk stabilisasi sipil. Namun, setelah lebih dari satu dekade perang melawan Boko Haram, koordinasi antarnegara mulai mengalami kelelahan.

    “Kerja sama regional terlihat mulai melemah, terutama karena hasilnya belum signifikan dan dukungan politiknya semakin menipis,” kata Hoinathy.

    NRC pun menyuarakan kritik tajam terhadap penurunan perhatian global. Dalam laporannya, lembaga ini menyebut masa depan Kamerun akan semakin suram tanpa intervensi politik, bantuan kemanusiaan, atau pemberitaan media yang memadai.

    “Negara-negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Prancis, dan Jerman justru memotong anggaran bantuan luar negeri, tapi terus meningkatkan belanja pertahanan,” tegas Matar. “Anggaran militer global pada 2024 saja – kalau diambil dari pengeluaran militer tiga atau empat hari saja, itu sudah cukup untuk menutup seluruh kekurangan pendanaan kemanusiaan.”

    Menurut NRC, penyelesaian krisis seperti di Kamerun sebenarnya bukan hal mustahil. “Yang dibutuhkan hanyalah kemauan politik,” pungkas Matar.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

    Editor: Yuniman Farid

    Tonton juga “Kamerun Mulai Program Vaksinasi Malaria Pertama di Dunia” di sini:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini