Organisasi: ISIS

  • Komandan CENTCOM AS Kunjungi Pangkalan Pendudukan di Suriah, Bertemu Pemimpin Irak – Halaman all

    Komandan CENTCOM AS Kunjungi Pangkalan Pendudukan di Suriah, Bertemu Pemimpin Irak – Halaman all

    Kepala CENTCOM AS Kunjungi Pangkalan Pendudukan di Suriah, Bertemu Pemimpin Irak

    TRIBUNNEWS.COM- Jenderal Kurilla melakukan perjalanan ke Suriah, kemudian singgah di Baghdad dan mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia’ al-Sudani, antara lain.

    US CENTCOM pada hari Selasa mengatakan dalam sebuah posting di X bahwa Panglima Jenderal Michael “Erik” Kurilla mengunjungi Suriah dan Irak untuk menilai operasi yang dituduhkan terhadap ISIS dan meningkatkan kerja sama keamanan regional.

    Kunjungan ke Suriah

    Menurut pernyataan itu, Kurilla mengunjungi beberapa pangkalan AS di Suriah pada tanggal 10 Desember, bertemu dengan prajurit Amerika dan pemimpin Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

    “[Jenderal Kurilla] menerima penilaian langsung atas langkah-langkah perlindungan pasukan, situasi yang berkembang pesat, dan upaya yang sedang berlangsung untuk mencegah ISIS memanfaatkan situasi saat ini,” kata CENTCOM. Postingan tersebut menegaskan kembali “komitmen komando untuk mengalahkan ISIS secara permanen.”

    Diskusi di Irak

    Setelah kunjungannya ke Suriah, Jenderal Kurilla melakukan perjalanan ke Baghdad, di mana ia mengadakan pembicaraan tingkat tinggi dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani, Kepala Staf Jenderal Abdul Amir Rashid Yarallah, dan Wakil Komandan Operasi Gabungan Irak Jenderal Qais al-Muhammadawi.

    Diskusi tersebut dilaporkan difokuskan pada “penguatan kerja sama bilateral dan keamanan regional, situasi yang berubah dengan cepat di Suriah, serta operasi mengalahkan ISIS di Irak,” menurut pernyataan itu.

    Selain itu, Jenderal Kurilla bertemu dengan Mayor Jenderal Kevin Leahy, Komandan Pasukan Tugas Gabungan Operasi Inherent Resolve (CJTF-OIR), untuk mengevaluasi misi mengalahkan ISIS di Irak dan Suriah.

    “Kami tetap berdedikasi untuk mengalahkan ISIS dan berkomitmen terhadap keamanan mitra kami yang bertetangga dengan Suriah—termasuk Irak, Yordania, Lebanon, dan Israel,” kata Jenderal Kurilla.

    Ancaman yang mengintai
    Sebelumnya hari ini, anggota Dewan Pertimbangan Kemanfaatan Iran dan mantan Komandan IRGC, Mohsen Rezaei , memperingatkan bahwa “teroris sedang bersiap untuk melancarkan serangan terhadap Irak.”

    Ia menyatakan bahwa 11.000 militan ISIS telah dilatih di kamp militer AS di Suriah utara, menimbulkan kekhawatiran bahwa mereka mungkin menargetkan kota-kota Irak seperti Mosul atau Tikrit dalam beberapa bulan mendatang.

    Dalam komentar terkait, Rezaei melaporkan bahwa “Israel” telah menyerang 250 lokasi militer  dan target infrastruktur di Suriah dalam 24 jam terakhir, sembari menuduh AS dan militan menghancurkan semua lokasi militer di negara tersebut.

    Ia lebih lanjut mengemukakan bahwa perkembangan terkini di Lebanon, Suriah, dan mungkin Irak mencerminkan meningkatnya ketakutan musuh terhadap kemerdekaan wilayah tersebut dan upaya mereka untuk melemahkan penduduknya.

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Apa yang Terjadi Setelah Rezim Assad Jatuh dan Milisi Kuasai Suriah?

    Apa yang Terjadi Setelah Rezim Assad Jatuh dan Milisi Kuasai Suriah?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kelompok milisi berhasil menumbangkan pemerintahan Presiden Suriah Bashar Al Assad usai menguasai Istana Kemerdekaan di Damaskus pada akhir pekan lalu.

    Ketua milisi Hayat Tahrir Al Sham (HTS) Abu Mohammad Al Julani mendeklarasikan kemenangan itu pada Minggu (8/12).

    “Hati saya menginginkan momen ini. Tak ada satupun rumah tangga di Suriah yang tak tersentuh perang,” kata Al Julani, dikutip CNN.

    Rezim Assad yang ambruk membuat warga Suriah bersuka cita. Namun, beberapa juga khawatir dengan transisi pemerintahan yang berpotensi tak berjalan damai.

    Lalu, apa yang terjadi setelah rezim Assad jatuh?

    CNN melaporkan perubahan kekuasaan di Suriah masih penuh ketidakpastian. Hingga kini, tak jelas seperti apa sistem pemerintahan baru di Suriah atau bagaimana sistem akan berjalan.

    Julani sempat berusaha meyakinkan warga Kristen dan Kurdi Suriah soal pemerintahan di bawah dia. Namun, HTS memiliki rekam jejak perlakuan kasar ke musuh atau lawan politiknya.

    HTS juga mengklaim mereka lebih moderat dan tak lagi berafiliasi dengan kelompok ekstremis Al Qaeda sejak lama.

    Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono juga tak bisa memprediksi apa yang terjadi di Suriah usai Assad tumbang.

    Menurut dia, insiden itu menunjukkan bahwa rakyat Suriah ingin kekuasaan yang demokratis.

    “Yang tak dipimpin rezim otoritarian,” ungkap SBY saat wawancara dengan CNN Indonesia pada Senin.

    Jika dibiarkan terlalu lama, kekosongan kekuasaan bisa berakibat buruk.

    Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan ISIS bisa “memanfaatkan” momen tersebut.

    Sebagai upaya pengalihan kekuasaan, Julani sempat bertemu Perdana Menteri Suriah yang akan lengser Mohammad Ghazi Al Jalali di Damaskus.

    Perdana Menteri pemerintahan Keselamatan HTS, yang mengelola Idlib, Mohammed Al Bashir juga hadir dalam pertemuan tersebut.

    Pertemuan itu terekam dalam video yang dirilis HTS pada Senin (9/12). Rapat ini berlangsung usai Al Jalali berjanji akan bekerja sama dengan para milisi

    “Dan mendukung transisi fungsi pemerintahan yang lancar dan sistematis serta menjaga fasilitas,” kata dia dalam rekaman yang beredar.

    Saat ini Suriah telah menunjuk Mohammed Al Bashir sebagai perdana menteri sementara.

    (isa/bac)

  • BPIP: Tumbangnya Assad buktikan prinsip bebas aktif tetap relevan

    BPIP: Tumbangnya Assad buktikan prinsip bebas aktif tetap relevan

    Keterlibatan pihak asing dalam perang saudara di Suriah bukan menyelesaikan masalah, malah membuat konflik makin parah.

    Jakarta (ANTARA) – Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Internasional Darmansjah Djumala mengatakan bahwa tumbangnya rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad menjadi bukti prinsip bebas aktif yang dianut Indonesia masih relevan di kancah politik global.

    “Ini memberi pelajaran, prinsip kebijakan luar negeri bebas aktif sebagai pedoman agar tidak terombang-ambing dalam tarikan kepentingan geopolitik negara asing,” kata Djumala di Jakarta, Rabu.

    Dengan terpecahnya Suriah di bawah Assad akibat intervensi asing, kata dia, terbukti bahwa prinsip bebas aktif tetap relevan dalam politik global

    Djumala, yang pernah menjabat sebagai Kepala Sekretariat Presiden/Sekretaris Presiden pada periode pertama presiden ke-7 RI Joko Widodo, juga mengingatkan keterlibatan asing menjadi poin utama dalam perang saudara di Suriah.

    Rusia dan Iran terlibat dalam konflik tersebut dengan mendukung rezim Assad, Turki terlibat dalam perang saudara di Suriah dengan mendukung kelompok oposisi terbesar Suriah Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan sayap militer oposisi Tentara Nasional Suriah (Syrian National Army/SNA).

    Amerika Serikat (AS) juga ikut melibatkan diri dalam perang tersebut dengan mendukung kelompok perlawanan separatis Kurdi, SDF (Syrian Democratic Forces).

    Dalam pandangannya, Djumala menegaskan bahwa perang saudara di Suriah mulanya hanyalah gerakan prodemokrasi yang muncul seiring dengan berembusnya angin demokratisasi di Timur Tengah atau Arab Spring, dan keterlibatan pihak asing dalam gerakan tersebut malah menambah kompleksitas.

    “Keterlibatan pihak asing dalam perang saudara di Suriah bukan menyelesaikan masalah, malah membuat konflik makin parah sehingga menumbangkan Presiden Assaad,” ujarnya.

    Djumala mengatakan bahwa Assad adalah presiden di negara Timur Tengah yang relatif cukup lama bertahan dari gempuran badai demokratisasi Arab Spring 2011.

    Tidak seperti Ben Ali (Tunisia), Hosni Mobarak (Mesir), Khadafy (Libya), Morsi (Mesir), dan Abdullah Saleh (Yaman) yang tumbang diterpa badai Arab Spring, Bashar Assad mampu bertahan lebih dari 13 tahun.

    Dalam pengamatan Djumala, yang pernah menjabat Dubes RI untuk Astria dan PBB, kemampuan Assad bertahan karena didukung secara militer oleh Rusia dan Iran, yang sudah lama menjadi sekutu dekatnya dalam geopolitik Timur Tengah.

    Namun, belakangan dukungan kedua sekutu tersebut mengendur karena Rusia disibukkan oleh perang dengan Ukraina. Begitu pula dengan Iran yang dukungannya ke rezim Assad mulai mengendur ketika Hamas menyerang Israel, Iran kemudian terlibat dalam perang itu dengan mendukung proxy-nya di Lebanon, Hisbullah.

    Diberitakan sejumlah media internasional, Presiden Suriah Bashar al-Assad melarikan diri ke Rusia sebelum jatuhnya Kota Damaskus ke tangan pemberontak Hayat Tahrir al-Sham (HTS) pimpinan Abu Mohammed al-Golani.

    Dunia kini menanti dengan cemas, bagaimana Golani menggunakan kekuasaan de facto yang kini berada di tangannya untuk melakukan pengalihan kekuasaan. Kekhawatiran tersebut muncul mengingat Suriah selama ini diperintah dengan tangan besi oleh keluarga Hafez al-Assad, ayah Bashar al-Assad.

    Banyak pihak khawatir akan muncul aksi balas dendam oleh pemberontak terhadap keluarga Assad dan kroni-kroninya. Internasional bahkan mengkhawatirkan Suriah akan menjadi negara gagal (failed state) karena dikoyak oleh pertikaian kelompok-kelompok kepentingan yang berlatar etnik, suku, dan agama.

    Pada tahun 2014 Golani kepada stasiun televisi Al Jazeera menyatakan sikapnya bahwa pihaknya ingin membuat Suriah menjadi negara Islam dan tidak ada tempat bagi kelompok minoritas. Namun, pada tahun 2016 dia mulai menjaga jarak dengan kelompok radikal ISIS.

    Pewarta: Fianda Sjofjan Rassat
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2024

  • Rusia Tarik Pasukan Besar-besaran dari Suriah: Pesawat dan Kapal Balik Kanan, AS Aji Mumpung – Halaman all

    Rusia Tarik Pasukan Besar-besaran dari Suriah: Pesawat dan Kapal Balik Kanan, AS Aji Mumpung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Rusia sedang melakukan operasi penarikan pasukan yang signifikan dari Suriah.

    Mereka memobilisasi sejumlah besar transportasi militer dan aset angkatan laut untuk mengevakuasi personel, peralatan, dan senjata.

    Serangkaian penerbangan yang melibatkan pesawat An-124 Ruslan dan Il-76MD telah dijadwalkan dari Pangkalan Udara Khmeimim.

    Penerbangan ini akan mengangkut pasukan dan material ke lapangan udara di Ulyanovsk, Chkalovsky, dan Privolzhsky di wilayah Rusia.

    Pada saat yang sama, persiapan angkatan laut sedang dilakukan untuk mendukung penarikan pasukan, dikutip dari Defense Express.

    Kapal kargo Sparta II dan kapal pendarat besar Alexander Shabalin sedang dipersiapkan untuk ditempatkan dari Baltiysk ke pelabuhan Tartus di Suriah.

    Selain itu, kapal pendarat Alexander Otrakovsky dan Ivan Gren dari Armada Utara sedang dalam perjalanan menuju Mediterania, bergabung dengan fregat Admiral Gorshkov dan Admiral Golovko.

    Di Tartus, operasi pembongkaran darurat sedang berlangsung sementara pasukan Rusia mempercepat pemindahan aset militer.

    Beberapa ratus personel pasukan khusus telah tiba di kota pelabuhan untuk mengawasi dan mengamankan penarikan pasukan.

    Para pengamat berpendapat bahwa kemunduran Rusia difasilitasi melalui perjanjian dengan pasukan antipemerintah Suriah.

    Khususnya, Moskow telah mengubah retorikanya, tidak lagi melabeli kelompok oposisi sebagai “teroris” dan mengambil sikap yang lebih netral untuk memastikan perjalanan yang aman.

    AS Ambil Kesempatan

    Militer Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara di Suriah setelah rezim Bashar al-Assad runtuh pada akhir pekan lalu. 

    AS bukan satu-satunya negara yang mengambil kesempatan dalam masa ketidakstabilan pemerintahan di Suriah.

    Pasukan Amerika, Israel, dan Turki semuanya terlibat dalam pengeboman sejumlah target di seluruh Suriah selama beberapa hari terakhir.

    Namun, ketiganya dinilai memiliki maksud dan kepentingan yang berbeda, dikutip dari Business Insider.

    Bagi Amerika Serikat, serangan ini bertujuan untuk terus memburu ISIS, seperti yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, tetapi kali ini dengan intensitas yang lebih tinggi untuk menyingkirkan kelompok tersebut.

    Presiden AS Joe Biden telah menyatakan misi ini akan terus berlanjut, meskipun ada ketidakpastian tentang masa depan kepemimpinan Suriah.

    AS telah berulang kali menyatakan mereka berkomitmen untuk mengalahkan ISIS selamanya.

    “Kami tidak ingin memberi ISIS kesempatan untuk memanfaatkan situasi yang sedang terjadi,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, kepada wartawan, Selasa (10/12/2024).

    Aksi Militer Meluas di Suriah

    1. Amerika Memerangi ISIS

    Gambar yang dipublikasikan pada tanggal 6 Desember ini menunjukkan pesawat tempur B-52H Stratofortress milik Angkatan Udara AS selama patroli udara tempur untuk mendukung misi anti-ISIS di Timur Tengah. (Komando Pusat AS)

    Saat pasukan pemberontak mencapai Damaskus pada Minggu (8/12/2024) dan Presiden Suriah Bashar al-Assad meninggalkan negara itu, pesawat pengebom B-52 Angkatan Udara AS, jet tempur F-15, dan pesawat serang A-10 mengebom target-target ISIS di Suriah tengah.

    Serangan tersebut menghantam para pemimpin, operator, dan kamp-kamp ISIS, kata Komando Pusat AS (US CENTCOM), yang mengawasi operasi-operasi di Timur Tengah.

    Berbicara kepada wartawan, seorang pejabat senior pemerintah menyebut operasi ini “penting.”

    Pejabat tersebut mengatakan pesawat tempur AS menjatuhkan sekitar 140 amunisi untuk menyerang 75 target.

    Militer AS menyatakan tujuan serangan ini adalah untuk mencegah ISIS bangkit kembali di Suriah tengah.

    Jonathan Lord, mantan analis politik-militer di Pentagon, mengatakan kepada Business Insider, militer AS khawatir ISIS dapat melarikan diri dari kekacauan ini, sehingga mereka menyerang sebanyak mungkin target.

    2. Israel Berupaya Melemahkan “Musuh”

    Pengeboman sejak Minggu tidak hanya dilakukan oleh AS.

    Israel juga telah melakukan lebih dari 300 serangan udara di negara tetangga Suriah, menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR) yang berbasis di Inggris, sebuah organisasi pemantau perang.

    Israel menargetkan sisa-sisa militer Assad, termasuk pesawat, depot amunisi, fasilitas penyimpanan senjata, kapal perang, sistem radar, dan aset lainnya, kata SOHR.

    Pejabat Israel mengatakan serangan ini bertujuan untuk mencegah persenjataan jatuh ke tangan “musuh potensial.”

    “Israel tidak mau mengambil risiko dengan keamanan mereka dan tidak menunggu untuk mengetahui apakah pemerintahan baru Suriah bersahabat atau bermusuhan,” kata Lord.

    Lord, yang saat ini menjabat sebagai direktur program Keamanan Timur Tengah di lembaga pemikir Center for a New American Security, mengatakan serangan udara ini merupakan bagian dari upaya Israel untuk mengurangi risiko militer di masa mendatang.

    Militer Israel juga mengirim pasukan darat melintasi perbatasan Suriah melalui zona penyangga yang diawasi PBB, sebuah area yang memisahkan Suriah dan Israel.

    PBB mengecam tindakan tersebut.

    Pasukan IDF Israel terlihat memasuki Suriah, dalam foto selebaran yang dikeluarkan oleh militer pada 9 Desember 2024. (IDF/Timesof Israel)

    3. Turki Melawan Kurdi

    Sementara itu, Turki memiliki kepentingan sendiri di Suriah.

    Pesawat nirawak Turki menyerang lokasi militer di wilayah yang dikuasai Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin oleh Kurdi, kata SOHR pada Selasa (10/12/2024).

    Turki, yang memandang SDF sebagai kelompok teror, telah menargetkan pasukan Kurdi selama bertahun-tahun.

    AS sering bekerja sama dengan SDF dalam operasi melawan ISIS.

    “Turki memiliki ancaman kontraterorisme yang sah dan mereka berhak untuk menanganinya,” kata Kirby, juru bicara Gedung Putih, menanggapi pertanyaan wartawan tentang tindakan terhadap kelompok Kurdi.

    Jatuhnya Rezim al-Assad

    Aksi militer ini terjadi setelah runtuhnya Tentara Suriah di tengah serangan pemberontak yang menggulingkan Bashar al-Assad dari kekuasaan.

    Diktator yang telah lama berkuasa itu sangat bergantung pada dukungan militer dari Rusia, Iran, dan Hizbullah Lebanon untuk menekan oposisi.

    Pejabat AS mengatakan runtuhnya rezim Assad disebabkan oleh melemahnya sekutu-sekutu Suriah, yang teralihkan oleh konflik di Ukraina atau konfrontasi dengan Israel.

    Rusia, yang memiliki kendali signifikan atas wilayah udara Suriah, kini menghadapi masa depan pengaruh militernya yang tidak pasti.

    (Tribunnews.com/ Chrysnha, Tiara Shelavie)

  • PM Suriah yang Ditunjuk HTS Mulai Bekerja pada Pemerintahan Transisi dengan Batas Waktu Bulan Maret – Halaman all

    PM Suriah yang Ditunjuk HTS Mulai Bekerja pada Pemerintahan Transisi dengan Batas Waktu Bulan Maret – Halaman all

    PM Suriah yang Ditunjuk HTS Mulai Bekerja pada Pemerintahan Transisi’ dengan Batas Waktu Bulan Maret

    TRIBUNNEWS.COM- Hayat Tahrir al-Sham (HTS) menunjuk Perdana Menteri sementara Mohammed al-Bashir yang ditugaskan untuk membentuk pemerintahan transisi menyusul runtuhnya pemerintahan presiden terguling Bashar al-Assad di Damaskus pada akhir pekan.

    Cabang Al-Qaeda Hayat Tahrir al-Sham, yang dipimpin oleh mantan komandan ISIS Abu Mohammad al-Julani, telah mengambil alih kekuasaan di Damaskus

    “Komando umum telah menugaskan kami untuk menjalankan pemerintahan transisi hingga 1 Maret,” kata sebuah pernyataan yang dikaitkan dengan Bashir di akun Telegram televisi pemerintah.

    Pernyataan tersebut menyebut Bashir sebagai “perdana menteri baru Suriah.”

    Perwakilan Pemerintah Keselamatan Suriah, yang memerintah Provinsi Idlib setelah ditaklukkan oleh HTS pada tahun 2015, bertemu dengan perwakilan pemerintah yang digulingkan di Dewan Menteri di Damaskus pada hari Senin untuk membahas pembentukan pemerintahan sementara baru.

    Bashir mengatakan bahwa kementerian, direktorat, dan lembaga yang identik di Idlib dan Damaskus, seperti Kementerian Kehakiman dan Kementerian Wakaf, akan digabungkan.

    Mantan Perdana Menteri Suriah Mohammad Ghazi al-Jalali mengatakan bahwa dia dan sejumlah menteri masih berada di negara itu dan telah melakukan kontak dengan pimpinan HTS untuk membantu transisi.

    Seorang insinyur dan politisi Suriah, Bashir menjabat sebagai Perdana Menteri Pemerintahan Keselamatan Suriah dari Januari 2024 hingga pengangkatan barunya pada hari Selasa.

    Ia lahir di wilayah Jabal Zawiya di Idlib pada pertengahan 1980-an, mempelajari teknik elektro di Universitas Aleppo, dan meraih gelar di bidang Syariah dan Hukum dari Universitas Idlib.

    Bashir bekerja sebagai kepala departemen instrumen presisi di Perusahaan Gas Suriah sebelum bergabung dengan Pemerintah Keselamatan Nasional di Idlib pada tahun 2021.

    Ia menjabat sebagai menteri pembangunan dan urusan kemanusiaan hingga Dewan Syura pemerintah memilih Bashir sebagai perdana menteri pada bulan Januari tahun ini.

    Militan dari HTS mengambil alih Damaskus pada hari Sabtu dalam operasi kilat selama dua minggu yang mana tentara diperintahkan untuk mundur daripada berdiri dan bertempur.

    Pemimpin HTS Abu Mohammad al-Julani, mantan komandan ISIS di bawah pemimpin ISIS Abu Bakr al-Baghdadi, memasuki ibu kota pada hari Minggu.

    Presiden terguling Assad meninggalkan negaranya dan diberi suaka di Rusia oleh Presiden Vladimir Putin.

    Setelah bernegosiasi dengan sejumlah peserta konflik, ia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya dan memberikan instruksi untuk transfer kekuasaan secara damai, menurut Kementerian Luar Negeri Rusia.

    SUMBER: THE CRADLE

  • Apa Kepentingan AS-Rusia-Iran di Suriah Setelah Assad Tumbang?

    Apa Kepentingan AS-Rusia-Iran di Suriah Setelah Assad Tumbang?

    Jakarta

    Setelah setengah abad diperintah oleh keluarga Assad dengan tangan besi, Suriah menghadapi kenyataan baru akibat serangan kilat pasukan pemberontak.

    Hanya dalam 12 hari, kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan faksi-faksi sekutunya mempercepat jatuhnya Presiden Bashar al-Assad.

    Pada akhir pekan lalu, pemimpin HTS Abu Muhammed al-Jolani menyebut jatuhnya Assad sebagai “kemenangan bagi semua warga Suriah”.

    Tetapi al-Jolani bukanlah satu-satunya orang yang akan memainkan peran yang menentukan dalam membentuk tatanan baru di Suriah.

    Di dalam negeri Suriah terdapat berbagai komunitas minoritas, faksi, serta kelompok agama.

    Di luar Suriah juga terdapat sejumlah negara dan kelompok yang kepentingannya akan berimplikasi penting bagi keamanan regional maupun global.

    ‘Pemain strategis yang penting’

    “Suriah penting bagi Timur Tengah, tapi juga penting bagi dunia karena dalam 10 tahun terakhir negara itu telah menjadi zona persaingan di antara berbagai kekuatan geopolitik,” ujar Ali Bilgic, profesor hubungan internasional dan politik Timur Tengah di Universitas Loughborough di Inggris, kepada BBC Mundo.

    “Dengan runtuhnya rezim Assad, hubungan penting antara Iran dan Hizbullah di Lebanon selatan serta proyek yang dikenal sebagai ‘Bulan Sabit Syiah’ telah terputus.”

    “Wilayah ini (yang mayoritas penduduknya adalah Syiah) membentang dari Iran, melewati Irak selatan, melalui Suriah kini juga terpecah.”

    Mantan pemimpin Hizbullah, mendiang Hassan Nasrallah (kiri) saat berjumpa Bashar al Assad pada tahun 2000. (Getty Images)

    Salah satu konsekuensi terpenting dari apa yang terjadi akhir pekan ini, menurut Ali Bilgic, adalah Rusia dan Iran telah mencapai batas pengaruh mereka di kawasan itu dan ini akan berdampak penting terhadap politik global.

    Pemerintah di Moskow dan Teheran digambarkan sebagai “pecundang” setelah jatuhnya Assad.

    Namun, bukan hanya Rusia dan Iran yang terdampak. Berikut beberapa aktor yang akan terpengaruh oleh tatanan baru di Suriah.

    Turki

    Turki yang telah melancarkan sejumlah operasi militer di Suriah, kini secara efektif menguasai wilayah di sepanjang perbatasan utara negara itu.

    Turki juga mendukung faksi-faksi yang berperang melawan Assad, seperti Tentara Nasional Suriah dan Tentara Pembebasan Suriah.

    Namun, musuh utama Turki bukanlah Bashar al-Assad, melainkan pasukan Kurdi yang dituduh mendukung kelompok separatis bersenjata di Turki.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Sejumlah analis mengatakan Turki kemungkinan memberikan persetujuan diam-diam atas serangan HTS.

    Pasalnya, Presiden Recep Tayyib Erdogan menyuarakan dukungannya terhadap gerakan kelompok pemberontak.

    “Kita tentu bisa mengatakan bahwa Turki adalah pemenang utama dengan jatuhnya rezim Assad,” kata Ali Bilgic.

    BBC

    “HTS tidak didukung secara langsung oleh Turki. Karena faktanya, Ankara juga menganggap HTS sebagai organisasi teroris seperti halnya AS dan Inggris.”

    “Tapi meskipun kita tidak tahu bagaimana Turki telah membantu HTS dalam serangannya, yang kita tahu adalah Turki telah membantu HTS melepaskan citra Islamisnya dan menjadi organisasi yang lebih politis dan moderat,” jelasnya.

    Baca juga:

    Kepentingan Turki di Suriah sekarang, menurut para ahli, adalah untuk mengawasi dengan saksama siapa yang akan mengambil alih kekuasaan di Suriah sekaligus mencegah perluasan pengaruh kelompok Kurdi.

    “Yang tidak diinginkan Turki di Suriah adalah federasi, atau bahkan konfederasi, semacam wilayah otonomi Kurdi di Suriah,” sambung Ali Bilgic.

    “Apa yang diinginkan Ankara adalah pemerintahan terpusat dan sekarang mereka akan memberikan tekanan untuk mewujudkannya.”

    Getty ImagesPresiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, membantu warga Suriah yang menjadi korban serangan pemerintah Bashar al Assad dengan senjata kimia pada 2017.

    Qatar dan Arab Saudi

    Beberapa hari terakhir ini, muncul laporan bahwa Qatar yang konon telah lama mendukung HTS tampaknya memimpin upaya negara-negara Arab untuk membentuk pemerintahan transisi di Suriah.

    Pada Minggu (08/12), Qatar menekankan “perlunya menjaga lembaga-lembaga nasional dan perusahaan negara untuk mencegah (Suriah) jatuh ke dalam kekacauan.”

    Faisal bin Farhan Al Saud, Menteri Luar Negeri Arab Saudi, bertemu dengan Bashar al-Assad pada 18 April 2023 di Damaskus, Suriah. (Getty Images)

    Seperti yang dijelaskan Ali Bilgic, Turki dan Qatar telah lama bekerja sama karena memiliki kepentingan politik serupa di Suriah.

    “Kepentingan utama Qatar di Suriah adalah mencegah pembentukan rezim ‘satelit’ sokongan Arab Saudi, yang merupakan pesaing utamanya di kawasan tersebut.”

    “Qatar juga telah memainkan peran utama sebagai mediator dalam perang Israel di Gaza dan hal itu telah membantu meningkatkan profil internasionalnya.”

    “Sehingga mudah dibayangkan Qatar akan menjadi pemain yang berpengaruh dalam membentuk politik di Suriah yang baru.”

    Qatar mendesak penerapan resolusi Dewan Keamanan PBB yang selama bertahun-tahun menyerukan pembentukan pemerintahan baru Suriah yang mencakup rezim Assad dan oposisi.

    Pasukan Kurdi

    Kelompok lain yang tertarik pada pembentukan pemerintahan baru di Suriah adalah Pasukan Demokratik Suriah, yang sebagian besar terdiri dari suku Kurdi dan faksi-faksi sokongan Amerika Serikat dan Uni Eropa.

    Pasukan Kurdi telah menguatkan kendali mereka di beberapa kota di timur laut negara itu dan membentuk daerah otonom di daerah tersebut.

    Namun perjuangan utama mereka adalah melawan Turki.

    Oleh pemerintah Turki, suku Kurdi di Suriah dianggap sebagai “ancaman bagi keamanan nasional” lantaran memiliki keterkaitan dengan gerakan separatis Turki (PKK).

    Getty ImagesKelompok Kurdi telah menguasai wilayah tertentu di Suriah setelah jatuhnya rezim Al Assad.

    Tetapi seperti yang dijelaskan Ali Bilgic, “kelompok-kelompok ini sangat berpengaruh tidak hanya ketika mengalahkan pasukan Assad dalam perang saudara, namun juga saat mengalahkan ISIS”.

    “Saya pikir di wilayah Suriah utara ini ketidakstabilan bisa terjadi di masa mendatang jika Turki memutuskan untuk melancarkan serangan dalam beberapa hari atau pekan mendatang.”

    Untuk saat ini suku Kurdi akan bertekad mempertahankan wilayah mereka dan berharap terlibat dalam pemerintahan Suriah yang baru.

    Amerika Serikat dan Rusia

    Menurut Ali Bilgic, cara para aktor utama bertindak di Suriah akan sangat bergantung pada Amerika Serikat.

    Bagi AS, jatuhnya rezim Assad merupakan tanda positif lantaran AS senantiasa berupaya mengganti pemerintahan Suriah secara langsung atau tidak langsung sejak 2011.

    Presiden AS Joe Biden pada Minggu (08/12) menyebut situasi di Suriah sebagai “masa penuh risiko dan ketidakpastian” bagi kawasan tersebut.

    Namun Biden hanya akan menjabat selama beberapa pekan ke depan.

    Pada Sabtu (07/12), Presiden AS terpilih Donald Trump menyebut rangkaian peristiwa di Suriah: “Ini bukan perjuangan kita.”

    Getty ImagesBashar al Assad dan Vladimir Putin di Kremlin pada 2021.

    Seperti yang dijelaskan oleh Ali Bilgic, Profesor hubungan internasional dan politik Timur Tengah di Universitas Loughborough di Inggris, “jika Amerika Serikat benar-benar memutuskan untuk tidak terlibat di Suriah, kekosongan kekuasaan akan diisi oleh aktor lain dan salah satu aktor tersebut bisa jadi adalah Rusia”.

    “Jika itu terjadi, Rusia tentu akan berjuang untuk mempertahankan pangkalannya di Suriah, khususnya pangkalan angkatan lautnya yang merupakan pusat operasinya untuk kawasan Afrika sub-Sahara.”

    Saat ini tidak jelas peran apa yang akan dimainkan Amerika Serikat dalam tatanan baru Suriah.

    Tetapi, kata Bilgic, “sulit membayangkan presiden Amerika mana pun berkata, ‘Kami tidak tertarik pada Suriah’.”

    “Ada banyak hal yang dipertaruhkan bagi Amerika Serikat dan saya tidak bisa membayangkan Donald Trump bakal membiarkan kekuatan lain mengisi kekosongan di Suriah begitu saja.”

    Washington menempatkan sekitar 900 tentara di daerah pengeboran minyak mentah di bagian timur laut Suriah yang dikuasai suku Kurdi. AS juga memiliki sebuah pangkalan militer di sebelah tenggara.

    Getty ImagesDalam beberapa hari, pemberontak Suriah menguasai negara tersebut.

    Peran AS dalam perang saudara Suriah telah berkali-kali berubah.

    Namun, bahkan Donald Trump pada masa jabatan pertamanya sebagai presiden memahami bahwa meninggalkan Suriah sepenuhnya bukanlah “alternatif yang layak” untuk melindungi kepentingan negara, jelas Bilgic.

    “Jadi membiarkan Suriah begitu saja sangat tidak mungkin, karena kelompok Kurdi membutuhkan dukungan pasukan AS. Kelompok tersebut mengendalikan dan memelihara beberapa kamp penahanan mantan anggota ISIS dan keluarga mereka.”

    “Hal lain karena sumber daya alam Suriah, terutama minyak dan gas, sekarang berada di bawah kendali Kurdi. Di sanalah tentara AS ditempatkan,” tambahnya.

    Baca juga:

    Dengan demikian, saat transisi kekuasaan berlangsung dan masa depan politik Suriah dibahas, salah satu pertanyaan utama adalah: siapa yang akan mengendalikan sumber daya alam negara itu?

    “Tidak ada pembicaraan tentang itu sekarang, tapi saya pikir siapa pun pemegang kekuasaan di Damaskus tidak akan membiarkan Kurdi memiliki kendali penuh atas minyak dan gas alam di Suriah bagian utara.”

    “Dan jika itu masalahnya, pasukan AS akan berada di wilayah itu untuk melindungi kepentingan mereka. Jadi saya tidak berpikir Washington akan menarik diri dari Suriah. Saya ragu Donald Trump memiliki visi yang sempit.”

    Getty ImagesJatuhnya Assad merupakan pukulan telak bagi Iran.

    Iran dan Hizbullah

    Iran, yang merupakan pendukung utama rezim Assad, mengatakan pihaknya berharap untuk menjalin hubungan “persahabatan” yang berkelanjutan dengan Suriah.

    Teheran sebelumnya memberikan dukungan militer secara signifikan kepada pasukan Assad serta melatih salah satu pasukan paramiliter yang memerangi kelompok oposisi bersenjata saat perang sauadara di Suriah.

    Akan tetapi, koresponden BBC Timur Tengah, Hugo Bachega, bilang pengaruh Iran kini sedang tertekan.

    “Suriah di bawah Assad menjadi bagian dalam hubungan antara Iran dan milisi Lebanon, Hizbullah. Suriah adalah kunci bagi transfer senjata dan amunisi kepada kelompok Lebanon tersebut.”

    Baca juga:

    “Hizbullah sendiri telah melemah di Lebanon setelah perang dengan Israel. Dalam fase paling parah dalam perang saudara di Suriah, Iran mengirim penasihat ke negara tersebut dan Hizbullah mengerahkan para anggotanya untuk membantu Assad menghancurkan oposisi,” jelas Bachega.

    “Iran juga telah melihat bagaimana kelompok Houthi di Yaman menjadi sasaran serangan udara. Semua faksi ini, ditambah milisi di Irak dan Hamas di Gaza, membentuk apa yang disebut Teheran sebagai Poros Perlawanan, yang kini sedang terpukul.”

    Sejumlah analis melihat jatuhnya pemerintahan Assad sebagai pukulan telak bagi Hizbullah.

    “Suriah yang selama ini menjadi tulang punggung dan jalur pasokan utama Hizbullah, telah terputus,” kata jurnalis BBC Arab, Carine Torbey.

    Sementara Hugo Bachega menyebut “realitas baru ini akan dirayakan di Israel.”

    Getty ImagesPekan ini, Benjamin Netanyahu bersikeras bahwa negaranya “akan mengirimkan bantuan perdamaian” kepada warga Suriah yang ingin hidup damai dengan Israel.

    Israel

    Setelah lebih dari setahun berperang di Gaza dan Lebanon, tentara Israel kewalahan. Namun, hal itu tidak mencegah Israel untuk mengebom target militer di Suriah.

    Kini, perkembangan peristiwa di negara tetangganya di sebelah utara itu menimbulkan kekhawatiran yang nyata.

    Warga Israel khawatir tentang siapa yang mungkin mendapatkan persenjataan kimia milik Bashar al-Assad.

    Sejak Assad jatuh pekan lalu, pesawat tempur Israel telah melancarkan puluhan serangan di seluruh Suriah ke arah militer.

    Menurut media lokal, di antara lokasi yang diserang itu adalah pusat penelitian yang diduga terkait dengan produksi senjata kimia.

    Baca juga:

    Pada Minggu (08/12), pemerintah Israel mengumumkan tentaranya telah mengambil alih sementara zona demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan.

    Israel juga mengeklaim perjanjian penarikan yang ditandatangani dengan Suriah pada tahun 1974 telah “runtuh” karena pasukan Suriah telah meninggalkan pos mereka.

    Untuk diketahui, Israel merebut Dataran Tinggi Golan pada masa-masa terakhir Perang Enam Hari 1967. Israel lantas mencaplok wilayah tersebut pada Desember 1981. Waktu itu, Menachem Begin menjabat sebagai perdana menteri.

    Diperkirakan ada 30 pemukiman Yahudi di daerah tersebut, yang dihuni sekitar 20.000 orang.

    Mereka tinggal bersama 20.000 warga Suriah lainnya. Sebagian besar dari mereka adalah warga Arab Druze, yang tak melarikan diri ketika Dataran Tinggi Golan dianeksasi.

    Pemukiman tersebut tergolong ilegal menurut hukum internasional, meskipun Israel membantahnya. Suriah selalu berkeras bahwa mereka tidak akan menerima perjanjian damai dengan Israel kecuali jika mereka menarik diri dari seluruh Dataran Tinggi Golan.

    Selama pemberontakan Suriah tahun 2011, Israel memperhitungkan bahwa Assad lebih baik ketimbang jika rezimnya tumbang.

    Pada Minggu (08/12), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan negaranya akan “mengirimkan bantuan perdamaian” kepada warga Suriah yang ingin hidup damai dengan Israel.

    (ita/ita)

  • Siapa Muhammad al-Julani, Penguasa Baru Suriah?

    Siapa Muhammad al-Julani, Penguasa Baru Suriah?

    Jakarta

    Hingga beberapa pekan lalu, Abu Muhammad al-Julani tidak banyak dikenal oleh dunia internasional.

    Anonimitas itu sirna, ketika akhir pekan silam dia menumbangkan kekuasan Bashar al-Assad di Damaskus. Hanya dalam beberapa hari, kelompok milisi pimpinannya Hay’at Tahrir al-Sham bersama kelompok pemberontak lain, menggalang penaklukan kota-kota besar di Suriah : Aleppo, Hama dan akhirnya ibu kota.

    Al-Julani bersujud ketika tiba di gerbang Kota Damaskus, pada hari Minggu (8/12), dan mengumumkan berakhirnya kekuasaan dinasti Assad dalam sebuah pidato di Masjid Umayyah di pusat kota.

    Jatuhnya Damaskus meniupkan harapan berakhirnya perang saudara di Suriah, yang berkecamuk selama 13 tahun setelah meletusnya Musim Semi Arab pada tahun 2011 lalu.

    Radikalisasi dalam oposisi

    Selama beberapa tahun-tahun terakhir al-Julani beroperasi secara rahasia. Namun belakangan dia mulai jarang mengenakan sorban, dan sebaliknya lebih sering tampil dalam busana militer profesional dengan mengemban nama asli, Ahmed al-Sharaa.

    Usai penaklukan Damaskus, dia rajin memberikan wawancara dengan media internasional.

    Al-Julani atau al-Sharaa lahir di Arab Saudi pada awal tahun 1980-an. Ayahnya bekerja di sana sebagai insinyur hingga tahun 1989, menurut media Inggris BBC. Pada tahun yang sama, keluarganya pindah ke Masseh, sebuah distrik kaya di Damaskus.

    Usai serangan teroris 11 September 2001, al-Julani mulai terpikat pada propaganda organisasi teror Al-Qaeda. Pada tahun 2003 dia pergi ke Irak dan bergabung dengan Al-Qaeda, sebelum kemudian dijebloskan ke dalam penjara selama lima tahun.

    Meninggalkan ideologi khilafah

    Dia kembali ke kampung halaman pada tahun 2011 dan memimpin Front Al-Nusra, sayap militer Al-Qaeda di Suriah. Namun sejak itu, al-Julani mulai mengemban misi-misi nasionalis, dan menjauh dari mandat kekhilafahan global yang digariskan al-Qaeda.

    Pada bulan Mei 2015, al-Julani menegaskan bahwa, tidak seperti ISIS, pihaknya tidak merencanakan serangan apa pun terhadap Barat dan hanya fokus membebaskan Suriah. Dia juga menyatakan jika Assad dikalahkan, tidak akan ada serangan balas dendam terhadap minoritas Alawi, yang merupakan keluarga Assad.

    Ketika memutus aliansi dengan al-Qaeda, dia mengatakan niatnya agar Barat tidak punya alasan untuk menyerang organisasinya.

    Pada bulan Januari 2017, al-Julani memaksa kelompok Islam saingan di barat laut Suriah untuk bersatu dengan HTS. Alhasil, HTS menguasai sebagian besar provinsi Idlib. Di wilayah-wilayah yang dikuasainya, HTS mendirikan pemerintahan sipil dan mendirikan semacam negara.

    Pada saat yang sama, HTS dituduh oleh warga sipil Suriah dan organisasi hak asasi manusia melakukan tindakan brutal terhadap pembangkang. PBB mengklasifikasikan temuan pelanggaran HAM sebagai indikasi kejahatan perang.

    Meskipun telah memunggungi al-Qaeda, HTS terus ditetapkan sebagai organisasi teroris Islam oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, Amerika Serikat, Inggris, dan sejumlah negara lain.

    Apa rencana al-Julani?

    Selambatnya kini, dunia internasional akan memantau catatan HAM penguasa baru Suriah. “Fakta bahwa sejauh ini tidak ada kekerasan terhadap kelompok minoritas merupakan pertanda harapan,” kata pakar Suriah James Dorsey dari Middle East Institute di Washington kepada DW.

    Namun, mantan duta besar Jerman di Damaskus, Andreas Reinicke, berkomentar lebih skeptis. “HTS betapapun tetap berakar pada ideologi Islam garis keras serupa Al-Qaeda. Oleh karena itu, masa depan kelompok minoritas Kristen dan Kurdi di Suriah berpotensi terancam,” katanya kepada Kantor Berita Katolik, KNA.

    Untuk memoles citra, Julani di masa lalu pernah mengunjungi kamp-kamp pengungsi dan mengawasi upaya bantuan, misalnya saat gempa bumi tahun 2023. Dia menegaskan kepada penduduk Aleppo bahwa mereka tidak perlu mengkhawatirkan tindak kekerasan.

    Saat ini, sekitar 20.000 umat Kristen masih menghuni Aleppo, dan puluhan ribu lainnya telah mengungsi dalam beberapa tahun terakhir. Al-Julani telah memerintahkan serdadunya untuk menjamin keamanan di wilayah yang baru ditaklukkan.

    “Kebijakan semacam itu menandakan pendekatan politik yang baik,” jelas Aron Lund dari lembaga politik Century International kepada kantor berita AFP. “Semakin sedikit kepanikan yang terjadi di tingkat lokal dan internasional, dan semakin al-Julani tampak sebagai aktor yang bertanggung jawab dibandingkan sebagai ekstremis jihad yang beracun, maka semakin mudah tugasnya,” kata Lund menambahkan.

    Pada saat yang sama, dia memperingatkan, “apakah dia benar-benar tulus? Tentu saja tidak.” Meski menurutnya, pendekatan “ini adalah hal paling cerdas yang dapat Anda katakan dan lakukan saat ini.”

    Menurut BBC, HTS menerapkan strategi “jihad moderat” yang lebih pragmatis dibandingkan ideologi ketat. Pendekatan Julani dapat menunjukkan bahwa gerakan jihadis kaku seperti ISIS dan al-Qaeda mulai kehilangan pengaruhnya karena metode yang dianggap tidak efektif dan tidak berkelanjutan.

    Artikel ini diadaptasi dari DW bahasa Jerman

    (ita/ita)

  • 13 Update Perang Arab, Israel Menggila di Suriah-Kapal Perang AS Dibom

    13 Update Perang Arab, Israel Menggila di Suriah-Kapal Perang AS Dibom

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Jazirah Arab masih terus terjadi. Israel yang masih terlibat peperangan di Gaza, Palestina, dan ketegangan dengan Hizbullah, di Lebanon, kini melancarkan serangan ke Suriah.

    Negara yang baru jatuh dari rezim Bashar Al-Assad tersebut dilaporkan digempur habis-habisan dalam 48 jam terakhir. Bahkan ada 480 serangan yang dilakukan negara zionis.

    Bukan itu saja, di Laut Merah, pasukan Houthi dari Yaman juga menyerang kapal perang AS. Ini merupakan bagian dari protes lama kelompok itu atas serangan Israel ke Gaza yang tak berakhir sejak Oktober 2023 hingga kini, yang telah memakan korban 40.000 lebih warga.

    Lalu apa saja update lengkapnya? Berikut rangkuman CNBC Indonesia, Rabu (11/12/2024).

    1.Israel Bombardir 480 Serangan ke Suriah

    Israel melancarkan sekitar 480 serangan selama 48 jam terakhir terhadap target militer strategis di Suriah. Pengumuman diberikan tentara IDF, Selasa waktu setempat.

    “Dalam 48 jam terakhir, IDF (tentara) menyerang sebagian besar persediaan senjata strategis di Suriah, mencegahnya jatuh ke tangan elemen teroris,” kata militer dikutip AFP.

    “Target tersebut termasuk 15 kapal angkatan laut, baterai antipesawat, dan lokasi produksi senjata di beberapa kota,” tambahnya.

    2.PM Suriah Transisi Ditunjuk

    Perdana menteri transisi baru Suriah ditunjuk pada Selasa waktu setempat. Kelompok pemberontak yang berhasil menggulingkan Assad menunjuk Mohammad al-Bashir sebagai kepala pemerintahan sementara untuk menjalankan negara itu hingga 1 Maret.

    “Kini saatnya bagi rakyat ini untuk menikmati stabilitas dan ketenangan,” kata Bashir kepada televisi Qatar Al Jazeera dalam wawancara pertamanya sejak diangkat.

    Minggu, Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan faksi-faksi pemberontak sekutu menduduki Damaskus setelah serangan 14 hari yang melumpuhkan pasukan Assad di sejumlah kota besar, seperti Aleppo, Hama, dan Homs. Assad sendiri melarikan diri dan mendapat suaka dari Moskow, Rusia.

    Pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani, telah mengumumkan pembicaraan tentang pengalihan kekuasaan dan bersumpah untuk mengejar mantan pejabat senior yang bertanggung jawab atas penyiksaan dan kejahatan perang. Ini merujuk perang saudara sejak 2011, di mana rezim Assad yang otoriter melakukan pembantaian terhadap suara-suara oposisi, menewaskan lebih dari 500.000 orang dan membuat belalasan juta orang mengungsi baik di dalam negeri maupun ke luar negeri.

    Jolani sendiri Selasa berusaha meredakan kekhawatiran tentang bagaimana Suriah akan diperintah. Ia mengatakan ke laman Inggris Sky News bahwa Suriah “kelelahan” oleh perang dan tidak akan kembali ke perang.

    3.AS Dukung Israel Invasi Suriah?

    AS telah membela serangan militer Israel ke Suriah. Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller menekankan bahwa operasi tersebut dilakukan untuk membela diri.

    Hal ini terkait mobilitas pasukan Israel ke sisi Suriah di Dataran Tinggi Golan yang diduduki. Dalam jumpa pers Miller mengklaim bahwa gerakan IDF dilakukan untuk mencegah militan yang berbasis di Suriah mengambil alih wilayah perbatasan dan melancarkan serangan ke Israel di masa mendatang.

    Pasukan Israel bergerak ke zona penyangga demiliterisasi di Dataran Tinggi Golan yang diduduki pada hari Minggu. Ini setelah pasukan pemberontak Suriah merebut Damaskus dan memaksa mantan Presiden Bashar Assad meninggalkan negara itu.

    Pada hari Senin, pasukan Israel bergerak melewati zona penyangga dan memasuki wilayah Suriah, dengan Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan bahwa mereka bermaksud untuk menciptakan “wilayah keamanan” baru di sana yang akan bebas dari “senjata strategis berat dan infrastruktur teroris”. Menurut Miller, dengan meninggalkan posisinya di wilayah sekitar zona penyangga, Tentara Suriah “berpotensi menciptakan kekosongan” yang dapat diisi oleh organisasi teroris.

    PBB mengecam Israel atas serangan tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan itu melanggar perjanjian pelepasan dan menekankan bahwa “tidak boleh ada pasukan atau aktivitas militer di wilayah pemisahan”. Sejumlah negara Timur Tengah juga mengecam langkah Israel melewati Dataran Tinggi Golan, menuduhnya mengatur perampasan tanah secara ilegal.

    Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin, Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam tindakan tersebut sebagai “serangan terang-terangan terhadap kedaulatan dan persatuan Suriah” dan “pelanggaran mencolok terhadap hukum internasional”. Pernyataan serupa disampaikan oleh Mesir, Arab Saudi, dan Yordania.

    4.Warning Uni Eropa

    Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Kaja Kallas memperingatkan tentang risiko kekerasan sektarian dan kebangkitan ekstremis di Suriah. Ia bahkan mendesak kekuatan internasional untuk membantu transisi damai setelah jatuhnya Assad.

    “Kita harus menghindari terulangnya skenario mengerikan di Irak, Libya, dan Afghanistan,” kata Kallas dalam sidang anggota parlemen UE, dikutip AFP.

    “Merupakan peran kami sebagai mitra internasional untuk mendampingi rakyat Suriah dalam menyatukan kembali masyarakat yang hancur,” tambahnya.

    Kallas mengatakan ada pertanyaan mengenai apakah kelompok Islamis HTS, yang mempelopori penggulingan presiden Suriah Bashar al-Assad dan pernah berakar di Al-Qaeda, “telah berubah”. Diplomat tertinggi Uni Eropa itu mengatakan penggulingan Assad merupakan “pukulan telak” bagi sekutu-sekutunya, Rusia dan Iran.

    “Mereka melemah, teralihkan, dan kewalahan di wilayah-wilayah lain di Timur Tengah dan Ukraina,” katanya.

    Kallas mengatakan Suriah membutuhkan “proses pembangunan kembali yang inklusif” yang melibatkan kaum minoritas serta perempuan dan anak perempuan.

    UE, tambahnya, akan memantau kondisi kemanusiaan untuk melihat apakah lebih banyak bantuan diperlukan dan akan membantu upaya untuk meminta pertanggungjawaban pemerintah Assad atas kejahatannya.

    5.Erdogan Buka Suara soal Suriah

    Presiden Recep Tayyip Erdogan buka suara soal Suriah. Ia mengatakan negeri itu tidak boleh dibagi lagi.

    Turki pun akan bertindak terhadap siapa pun yang berusaha membahayakan wilayahnya. Perlu diketahui kedua negara merupakan tetangga dekat yang berbagi perbatasan.

    “Mulai sekarang, kita tidak dapat membiarkan Suriah terbagi lagi,” katanya merujuk kekhawatiran muncul periode ketidakpastian di Suriah setelah penggulingan Assad.

    “Setiap serangan terhadap kebebasan rakyat Suriah, stabilitas pemerintahan baru, dan integritas tanahnya akan membuat kita menentangnya,” tambahnya.

    Turki telah lama berupaya mencegah separatis Kurdi memperluas pengaruh mereka di Suriah, tempat mereka mendominasi wilayah timur laut yang luas sejak 2012. Ankara melihat pasukan Kurdi, terutama kelompok militan YPG, sebagai perpanjangan dari organisasi PKK yang dilarang, yang telah melakukan pemberontakan berdarah terhadap negara Turki sejak 1980-an.

    Pada hari Minggu, diplomat utama Turki, Hakan Fidan, memperingatkan para pejuang Kurdi untuk tidak mencoba memperluas pengaruh mereka di Suriah. Selama 10 hari terakhir, pasukan yang didukung Turki di Suriah utara telah melakukan serangan di utara, merebut beberapa wilayah yang dikuasai Kurdi.

    Turki juga mengecam Israel karena memperluas wilayahnya ke Suriah setelah pasukannya memasuki zona penyangga yang dipatroli PBB di Dataran Tinggi Golan setelah penggulingan Assad. Turki menegaskan kembali dukungannya terhadap “integritas teritorial” Suriah.

    6.PBB: HTS Beri Pesan Baik ke Warga Suriah

    PBB memberi respons sendiri terhadap kelompok bersenjata yang memaksa presiden Suriah Assad melarikan diri, HTS. Meski HTS terkait dengan Front Al-Nusra, yang sempat menjadi bagian dari Al-Qaeda dan sembilan tahun lalu dimasukkan dalam daftar organisasi teroris, Dewan Keamanan PBB mengatakan “ada pesan baik” yang dikirim badan itu ke Suriah.

    “Realitas sejauh ini adalah bahwa HTS dan juga kelompok bersenjata lainnya telah mengirimkan pesan yang baik kepada rakyat Suriah,” kata utusan khusus PBB untuk Suriah Geir Pedersen mengatakan kepada wartawan di Jenewa.

    “Mereka telah mengirimkan pesan persatuan, inklusivitas,” tambahnya seraya menambahkan bahwa di Aleppo dan Hama pihaknya melihat hal-hal “meyakinkan di lapangan”.

    “Namun yang tidak perlu kita lihat tentu saja adalah pernyataan yang baik dan apa yang kita lihat di lapangan pada awalnya, bahwa ini tidak ditindaklanjuti dalam praktik pada hari-hari dan minggu-minggu mendatang,” tambahnya lagi.

    7.Nasib Iran-Rusia yang Bela Assad

    Kejatuhan Assad membuat sejumlah negara meyoroti Iran dan Rusia. Keduanya merupakan sekutu Assad kala ia memimpin.

    Beberapa jam setelah Assad jatuh pada hari Minggu pagi, Iran mengatakan pihaknya memperkirakan hubungan dengan Damaskus akan terus berlanjut berdasarkan ‘pendekatan yang berwawasan jauh dan bijaksana’ kedua negara. Teheran juga menyerukan pembentukan pemerintahan inklusif yang mewakili semua elemen masyarakat Suriah.

    Di sisi lain, Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengonfirmasi pada hari Senin bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin secara pribadi telah memberikan suaka kepada Assad. Ia menolak berkomentar mengenai keberadaan Assad secara spesifik dan mengatakan Putin tidak berencana untuk menemuinya.

    Meski begitu, kantor berita Rusia Interfax, mengutip seorang anggota parlemen, mengatakan Moskow akan menanggapi dengan keras setiap serangan terhadap pangkalan militernya di Suriah. Diketahui, pangkalan Angkatan Laut Timur Tengah terbesar Rusia berada di Tartus di pantai Mediterania Suriah.

    Bersambung ke halaman 2>>

    8.Kedutaan AS Minta Warganya Segera Tinggalkan Suriah

    Kedutaan AS meminta semua warganya meninggalkan Suriah. Negeri itu memperingatkan situasi keamanan yang “tidak menentu dan tidak dapat diprediksi” di seluruh negeri.

    “Pemerintah AS tidak dapat menyediakan layanan konsuler rutin atau darurat apa pun kepada warga AS di Suriah,” bunyi postingan X tersebut dikutip Al-Jazeera.

    Pilihan utama yang diberikan kepada warga negara adalah pergi melalui perbatasan Turki. Namun kedutaan besar AS di Turki harus memfasilitasi pemindahan ini.

    “Jika Anda berada di Suriah, bersiaplah untuk berlindung di tempat jika situasinya memburuk,” kata postingan tersebut lagi.

    9.Hizbullah Respons Suriah

    Kelompok bersenjata Hizbullah Lebanon pada hari Selasa menyatakan harapan bahwa penguasa baru Suriah akan menolak “pendudukan Israel” atas tanah mereka. Hizbullah sendiri telah bertempur dalam perang Suriah untuk mendukung Assad, yang telah memainkan peran kunci dalam membantu Iran, pemasok senjata kepada kelompok Lebanon tersebut.

    “Kami berharap melihat Suriah menjadi stabil … dan mengambil sikap tegas terhadap pendudukan Israel, sambil mencegah campur tangan asing dalam urusannya,” kata kelompok yang didukung Iran itu dalam sebuah pernyataan.

    10.Update Terbaru Gaza

    Kekerasan di Gaza masih terjadi. Dalam update AFP Rabu, jumlah korban tewas di Gaza, Palestina, akibat serangan Israel terus bertambah.

    Kementerian Kesehatan di Gaza melaporkan setidaknya 44.786 orang tewas selama lebih dari 14 bulan terakhir sejak Israel menyerang Gaza. Jumlah tersebut mencakup sedikitnya 28 orang tewas dalam 24 jam terakhir.

    11.Netanyahu Tak Akan Hetikan Perang Gaza

    PM Israel Benjamin Netanyahu menegaskan tidak akan menghentikan perang yang berkecamuk di Jalur Gaza sekarang. Penegasan ini disampaikan setelah upaya terbaru untuk mewujudkan gencatan senjata sedang dilakukan.

    “Jika kita menghentikan perang sekarang, Hamas akan kembali, memulihkan diri, membangun kembali kelompok mereka dan menyerang kita lagi — dan itulah yang tidak inginkan terjadi kembali,” tegas Netanyahu dalam konferensi pers di Yerusalem, seperti dilansir AFP.

    Ditegaskan oleh Netanyahu bahwa dirinya telah menetapkan tujuan “pembinasaan Hamas, pemusnahan kemampuan militer dan administratifnya” untuk mencegah serangan di masa depan. Dia menyebut tujuan tersebut belum tercapai.

    12.Gedung Putih: Pasukan AS Tetap di Suriah

    Pasukan AS akan tetap berada di Suriah setelah jatuhnya Assad. Seorang pejabat Gedung Putih menegaskannya merujuk langkah itu sebagai bagian dari misi kontraterorisme yang difokuskan pada penghancuran pejuang ISIL (ISIS).

    “Pasukan itu berada di sana untuk alasan yang sangat spesifik dan penting, bukan sebagai semacam alat tawar-menawar,” kata Wakil Penasihat Keamanan Nasional AS Jon Finer dalam sebuah wawancara di konferensi Reuters NEXT di New York.

    “Pasukan AS telah berada di sana selama lebih dari satu dekade untuk memerangi ISIS … kami masih berkomitmen pada misi itu,” tambahnya.

    13.Kapal Perang AS Didrone

    Jakarta, CNBC Indonesia – Laut Merah masih membara. Terbaru, Rabu (11/12/2024), AFP melaporkan serangan dilakukan kelompok Houthi Yaman ke dua kapal perang Amerika Serikan (AS) jenis perusak, yang tengah mengawal tiga kapal dagang melalui wilayah tersebut.

    Perlu diketahui, Houthi terus menyerang kapal-kapal di wilayah tersebut sejak November 2023. Pemberontak Yaman itu beralasan, ini bagian dari dampak perang Israel yang menghancurkan Gaza sejak Oktober tahun lalu hingga kini, dengan 40.000 lebih korban tewas.

    Houthi mengatakan akan menyerang kapal-kapal yang memiliki kepentingan dengan Israel. AS sendiri merupakan sekutu Tel Aviv.

    Dalam pernyataannya Houthi mengaku menargetkan lima kapal. “Bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Gaza,” tegasnya dalam pernyataan resmi.

    Meski begitu, AS menegaskan kapal perangnya telah menangkis serangan tersebut. Dikatakan bahwa kapal perusak telah mengalahkan beberapa sistem udara tak berawak (OWA UAS/drone) dan satu rudal jelajah antikapal (ASCM) Houthi.

    “Memastikan keselamatan kapal dan personelnya, serta kapal sipil dan awaknya,” kata Komando Pusat AS (CENTCOM) di media sosial.

    “Serangan sembrono tersebut tidak mengakibatkan cedera dan tidak ada kerusakan pada kapal mana pun,” tambah CENTCOM, yang mencatat bahwa kapal perang yang sama telah menangkis serangan Huthi lainnya dalam dua minggu terakhir.

    AS dan sejumlah sekutunya telah mengerahkan kapal-kapal militer untuk membantu melindungi pengiriman logistik dari serangan-serangan Huthi. Pasukan Washington juga telah melakukan serangan-serangan udara yang sering terhadap Huthi dalam upaya untuk melemahkan kemampuan mereka dalam menargetkan pengiriman.

    Pages

  • Pejuang ISIS Bunuh 54 Tentara Suriah Usai Rezim Assad Tumbang

    Pejuang ISIS Bunuh 54 Tentara Suriah Usai Rezim Assad Tumbang

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pemantau perang Suriah mengatakan bahwa kelompok ISIS di Provinsi Homs telah membunuh 54 tentara yang melarikan diri ketika kelompok pemberontak tersebut melancarkan serangan besar-besaran di daerah yang dikuasai pemerintah.

    “Personel yang melarikan diri dari dinas militer di padang pasir, saat runtuhnya rezim presiden Bashar al-Assad dengan mengeksekusi 54 (tentara) di daerah Sukhna di Provinsi Homs,” bunyi laporan Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia, dikutip dari AFP., Selasa (10/12).

    ISIS sebagai informasi sudah menginvasi sebagian besar wilayah Suriah dan Irak sejak 2014. Mereka juga mendeklarasikan sistem kekhalifahan dan menciptakan teror.

    ISIS pernah dikalahkan secara teritorial di Suriah pada 2019. Namun, beberapa kombatan tersisa masih melakukan perlawanan khususnya di Gurun Badia dari pinggiran Damaskus hingga perbatasan Irak dengan menargetkan para loyalis pemerintah dan pejuang yang dipimpin kelompok Kurdi.

    Kelompok pemberontak Islam lainnya pimpinan Hayat Tahrir al-Sham ditambah faksi-faksi sekutu melancarkan serangan kilat terhadap pasukan pemerintah pada 27 November dengan menyapu bersih sebagian besar wilayah Suriah dari kendali pemerintah dan menggulingkan kekuasaan Assad pada Minggu.

    Lembaga pemantau asal di Inggris, yang mengandalkan jaringan sumber di dalam Suriah, telah melaporkan adanya sedikit perlawanan nyata dari angkatan bersenjata negara yang kelelahan di beberapa daerah.

    Sedangkan menurut laporan militer Amerika Serikat (AS), pesawat tempur AS juga menyerang lebih dari 75 target ISIS di Suriah pada hari Minggu dengan menghantam para pemimpin, operator, dan kamp kelompok tersebut, kata militer AS.

    Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken kemudian mengatakan pada hari Senin bahwa ISIS akan memanfaatkan situasi yang terjadi di Suriah.

    “Untuk membangun kembali kemampuannya, untuk menciptakan tempat berlindung yang aman. Seperti yang ditunjukkan oleh serangan presisi kami selama akhir pekan, kami bertekad untuk tidak membiarkan hal itu terjadi”.

    Pada Minggu (8/12), Presiden Suriah Bashar al-Assad digulingkan usai HTS memimpin upaya pemberontakan selama kurang dari dua pekan.

    Pasukan milisi yang dipimpin oleh HTS merebut ibu kota Damaskus dalam serangan kilat hingga al-Assad melarikan diri ke Rusia.

    Upaya penggulingan ini sebetulnya telah terjadi sejak lebih dari satu dekade lalu. Suriah dilanda perang saudara selama 13 tahun buntut dominasi kekuasaan al-Assad.

    Mohammed Al Bashir ditunjuk menjadi perdana menteri sementara pemerintah transisi Suriah. Penunjukkan itu diutrakan Al Bashir sendiri dalam pernyataannya yang disiarkan di televisi Suriah pada Selasa (10/12) Waktu setempat.

    (AFP/fra)

    [Gambas:Video CNN]

  • Pasca Assad Lengser dari Jabatan, Menlu AS Peringati ISIS Bisa Berkuasa di Suriah

    Pasca Assad Lengser dari Jabatan, Menlu AS Peringati ISIS Bisa Berkuasa di Suriah

    ERA.id – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken memperingati bahwa ISIS berpotensi untuk menduduki Suriah pasca lengsernya Presiden Bashar al-Assad. Blinken menekankan warga Suriah harus memilih masa depan mereka sendiri tanpa campur tangan ISIS.

    Blinken mengatakan bahwa rakyat Suriah harus memilih masa depan mereka sendiri selepas lengsernya Assad dalam pemerintahan. Keruntuhan rezim Assad disebut Blinken sebagai momen bersejarah namun juga penuh dengan risiko.

    “Akhir dari rezim ini adalah kekalahan bagi semua orang yang membiarkan kebiadaban dan korupsinya, tidak lain adalah Iran, Hizbullah, dan Rusia. Jadi, momen ini menghadirkan peluang bersejarah, tetapi juga membawa risiko yang cukup besar,” kata Blinken, dikutip Reuters, Selasa (10/12/2024).

    Salah satu risiko nyata yang bisa muncul di wilayah Suriah adalah kehadiran ISIS yang akan membangun kembali kekuatannya. Namun Blinken menekankan Amerika Serikat tidak akan membiarkan hal itu terjadi.

    “ISIS akan mencoba menggunakan periode ini untuk membangun kembali kemampuannya, untuk menciptakan tempat yang aman. Seperti yang ditunjukkan oleh serangan presisi kami pada akhir pekan, kami bertekad untuk tidak membiarkan hal itu terjadi,” tegasnya.

    Pemberontak Suriah merebut ibu kota Damaskus tanpa perlawanan pada hari Minggu (8/12) setelah kemajuan pesat yang membuat Presiden Bashar al-Assad melarikan diri ke Rusia. Lengsernya Assad dari pemerintahan ini terjadi setelah perang saudara selama 13 tahun dan lebih dari lima dekade pemerintahan otokratis keluarganya.

    Lengsernya Assad dari Suriah juga menghancurkan jaringan pengaruh Iran di Timur Tengah. Namun Israel, Amerika Serikat dan negara-negara Arab harus menghadapi risiko ketidakstabilan pasca Assad lengser.

    ISIS pada tahun 2014 menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak dan mendirikan kekhalifahan Islam sebelum digulingkan oleh koalisi pimpinan AS pada tahun 2019.

    Blinken menekankan AS akan terus melindungi personelnya dari ancaman apa pun.

    Komando Pusat AS mengatakan pasukannya melakukan puluhan serangan udara terhadap sasaran ISIS di Suriah tengah pada hari Minggu (8/12). Dalam sebuah pernyataan, CENTCOM mengatakan serangannya bertujuan untuk memastikan ISIS tidak mengambil keuntungan dari situasi saat ini di Suriah.